Anda di halaman 1dari 4

Nama : Try Puspita Sari

Kelas : Ak.18H

Nim : 105731134418

RESUME PPH PASAL 25

A. Pengertian PPh Pasal 25

Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak
bisa diwakilkan.

Adapun ketentuannya dalam PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak yang memiliki kegiatan
usaha akan membayar angsuran Pajak Penghasilan setiap bulannya. Batas waktu
pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dari masa
pajak yang akan dibayarkan. Apabila ada keterlambatan dalam penyetoran dan pelaporan
PPh Pasal 25, terdapat sanksi yang berlaku yaitu dikenakan bunga sebesar 2% per bulan
dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.

B. Kategori Pajak Penghasilan Pasal 25

1. Wajib Pajak Orang Pribadi

 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP–OPPT) adalah Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan usaha baik secara grosir atau eceran, penjualan barang
ataupun jasa di satu atau lebih tempat usaha. Adapun ketentuan tarif PPh Pasal 25
bagi WP-OPPT adalah 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP–OPSPT) adalah Wajib
Pajak berstatus pekerja bebas atau karyawan yang tidak memiliki usaha sendiri.
Adapun ketentuan tarif PPh Pasal 25 bagi WP-OPSPT adalah dengan penghitungan
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x tarif PPh 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan (12 bulan).

Tarif PPh 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan sendiri adalah sebagai
berikut:

Penghasilan sampai Rp50.000.000 per tahun = 5%

Penghasilan Rp50.000.000–Rp250.000.000 per tahun = 15%

Penghasilan Rp250.000.000–Rp500.000.000 per tahun = 25%

Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun = 30%

2. Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Badan Usaha adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha tetap dan
memiliki kewajiban sebagai pembayar, pemotong atau pemungut pajak. Ketentuan tarif
PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Badan adalah PKP x 25% tarif PPh Pasal 17 Ayat (1) Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

C. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

PPh Pasal 25 dituliskan dalam bentuk SPT Tahunan dengan penghitungannya selama
setahun sekali setelah data penghasilan sudah lengkap selama satu tahun tersebut.
Biasanya juga penghitungannya dilakukan setelah laporan keuangan sudah memasuki
masa tutup buku tahunan. Dalam ketentuannya, besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam
tahun pajak berikutnya setelah tahun pelaporan di SPT Tahunan dihitung sebesar PPh
Pasal 25 yang terutang pajak tahun lalu yang dikurangi pajak penghasilan berikut ini :

 PPh Pasal 21 (sesuai tarif Pasal 17 Ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan
sebesar 20% bagi yang tidak memiliki NPWP)
 PPh Pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – 2%
berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa)
 PPh Pasal 22 (pungutan sebesar 100% bagi yang tidak memiliki NPWP)
 PPh Pasal 24 yaitu pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri dan
boleh dikreditkan.

PERBEDAAN PPH PASAL 25 SEBELUM DAN SETELAH TERBITNYA


PERPPU NO.1 Tahun 2020

Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona (COVID-19) terhadap perekonomian
dalam negeri tak bisa diremehkan. Hal ini memicu terbitnya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang - Undang (Perppu) nomor 1 tahun 2020.

Pada Perppu tersebut pasal 5 ayat 1, salah satu kebijakan pemerintah adalah menurunkan
besaran Pajak Penghasilan (PPh) Badan yang awalnya 25% menjadi 22%. Untuk badan
usaha yang bentuknya perseroan terbuka dan memiliki setidaknya 40% dari total saham
disetor dan diperdagangkan di bursa akan mendapat keringanan 3% dari yang harus
dibayarkan.

Kebijakan ini awalnya dibahas di dalam Rancangan Undang - Undang (RUU) Sapu Jagad
atau Omnibus Law. Dalam RUU tersebut, penurunan PPh Badan menjadi 22% baru akan
dilakukan pada 2021 nanti. Namun akibat pandemi yang terjadi pemerintah mengeluarkan
amunisi ini terlebih dahulu dan mulai diimplementasikan pada 2020 dan 2021.

Contoh penghitungan PPh Pasal 25

1. PT Langit Merah bergerak di bidang produksi makanan dimana penjualannya


dimasukkan ke banyak supermarket atau toko besar. Tidak hanya itu, Perusahaan ini juga
melakukan ekspor di luar negeri seperti Thailand dan Korea. Misalnya pada data pajak,
angsuran PPh 25 yang sudah dibayarkan adalah Rp168.982.456 dan jumlah penghasilan PT
Langit Merah dalam setahun lebih dari Rp50.000.000.000 maka penghitungannya
menggunakan tarif 25%. Adapun laba-rugi sebelum pajaknya adalah Rp937.688.000.

Jawab :

Tarif = Rp937.688.000 x 25% = Rp234.422.000

PPh Pasal 29 = Rp234.422.000 – Rp168.982.456 (angsuran PPh 25) = Rp65.439.544

Angsuran PPh Pasal 25 = Rp234.422.000 ÷ 12 bulan = Rp19.535.166,67 (dibulatkan


menjadi Rp19.535.000).

2. Penghasilan PT. Maju Sejahtera tahun 2008 adalah sebesar Rp 350.000.000,00. Sisa
kerugian tahun 2007 yang masih dapat dikompensasikan sebesar Rp400.000.000,00. Sisa
kerugian yang belum dikompensasikan sebesar Rp50.000.000,00. Pada tahun 2008 PPh
yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar Rp18.000.000,00, dan tidak ada
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri. Hitunglah PPh pasal 25 untuk tahun 2009
dan besar angsuran pajak bulanan PT. Maju Sejahtera

Jawab :

Perhitungan pph pasal 25 tahun 2008 :

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran pph pasal 25 adalah
sebesar Rp 350.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = Rp300.000.000,00

Pph terutang = 28% x Rp300.000.000,00 = Rp 84.000.000,00

Pph yg dipungut atau dipotong Rp18.000.000,00

= Rp 66.000.000,00

Besarnya angsuran pajak bulanan PT Maju sejahtera tahun 2008

= 1/12 x Rp66.000.000,00 = Rp5.500.000,00

Anda mungkin juga menyukai