Definisi
PPh Pasal 25 merupakan salah satu jenis keringanan yang diberikan pemerintah kepada Wajib
Pajak dalam hal pembayaran pajaknya. Mengacu beleid UU PPh, yang dimaksud PPh Pasal 25
adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang dibayarkan secara angsuran setiap bulan,
bertujuan untuk meringkankan beban Wajib Pajak yang kesulitan melunasi pajak terutang
dalam rentang waktu satu tahun.
1. Objek Pajak: PPH 25 dikenakan atas penghasilan yang bersifat periodik, seperti bunga,
royalti, sewa, hadiah, dan imbalan jasa. PPH 25 juga dikenakan atas penghasilan dari
penjualan saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.
2. Tarif Pajak: Tarif PPH 25 ditetapkan sebesar 15% dari penghasilan bruto. Namun, tarif
dapat berbeda tergantung pada jenis penghasilan dan peraturan perpajakan yang
berlaku.
3. Pemotongan Pajak: Biasanya, pihak yang membayar penghasilan (pemberi
penghasilan) memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetor PPH 25 atas nama
wajib pajak yang menerima penghasilan (penerima penghasilan). Pemotongan PPH
dilakukan pada saat pembayaran penghasilan tersebut.
4. Pemotongan dan Pelaporan: Pemberi penghasilan wajib melakukan pemotongan PPH
25 dan melaporkannya secara berkala kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Laporan
ini biasanya dilakukan melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPH 25.
5. Penyetoran Pajak: Pemotongan PPH 25 harus disetor ke Kas Negara melalui bank atau
lembaga keuangan yang ditunjuk oleh DJP. Pemberi penghasilan harus menyampaikan
SPT Masa PPH 25 beserta bukti setoran pajak.
6. Kewajiban Pelaporan Wajib Pajak: Wajib pajak yang menerima penghasilan yang
dikenakan PPH 25 wajib melaporkan penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan, tergantung
pada statusnya sebagai individu atau badan usaha.
7. Pengurangan dan Pembebasan PPH 25: Terdapat beberapa pengurangan dan
pembebasan PPH 25 yang dapat diberikan berdasarkan peraturan perpajakan yang
berlaku, seperti adanya perjanjian penghindaran pajak berganda antarnegara atau
fasilitas perpajakan tertentu.
Perhitungan
Penting untuk dicatat bahwa peraturan dan ketentuan perpajakan dapat berbeda di setiap
negara, dan informasi di atas hanya merupakan gambaran umum tentang PPH 25. Untuk
informasi lebih lanjut dan detail yang spesifik, disarankan untuk mengacu pada peraturan
perpajakan yang berlaku di negara Anda atau berkonsultasi dengan ahli perpajakan terkait.
Sesuai dengan aturan PPh Pasal 25 ayat 1, besar angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
yang harus dibayarkan Wajib Pajak setiap bulannya ialah sebesar PPh terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh tahun pajak, dikurangi dengan: PPh dipotong sesuai Pasal 21 dan
Pasal 23, serta PPh dipungut sesuai Pasal 22.
Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, boleh dikreditkan sesuai Pasal
24, kemudian dibagi dengan 12 bulan atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Contoh Perhitungan
1. Tuan Andi (TK/0) terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP A tanggal 1 Februari 2015.
Penghasilan neto fiskal setahun pada 2020 adalah Rp 200.000.000. Besarnya PPh pasal
25 setiap bulan untuk tahun 2021 adalah sebagai berikut :
PKP = Rp 146.000.000
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 pada April 2021 adalah = 1/12 x Rp 7.300.000 =
Rp 608.333
2. Sebuah perusahaan bernama PT Sumber Bahagia terdaftar sebagai Wajib Pajak Dalam
Negeri pada KPP C tanggal 1 Februari 2020. Peredaran bruto setahun lebih dari Rp 50
miliar. Penghasilan neto (laba fiskal) dapat dihitung berdasarkan pembukuan sebesar
Rp 150.000.000 setahun. Besarnya PPh pasal 25 pada bulan Februari 2021 sebagai
berikut:
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Februari tahun 2021 = 1/12 x Rp 37.500.000
= Rp 3.125.0001
1
Ruruh Handayani, “PPh Pasal 25: Definisi, Tarif, Subjek, dan Perhitungan”, (Maret, 2023),
https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-25-definisi-tarif-subjek-dan-perhitungan/