Anda di halaman 1dari 3

Kelompok : 7

Mata Kuliah : Perpajakan


Semester/ Kelas : 4/E
Anggota : 1. Bintang Tri Wahyudi 2151030133
2. Dimas Pangestu 2151030259
3. Okta Kurniawan 2151030210
4. Riski Ilham Syah Saputra 2151030227
5. Rizki Andriansyah 2151030229

Definisi

PPh Pasal 25 merupakan salah satu jenis keringanan yang diberikan pemerintah kepada Wajib
Pajak dalam hal pembayaran pajaknya. Mengacu beleid UU PPh, yang dimaksud PPh Pasal 25
adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang dibayarkan secara angsuran setiap bulan,
bertujuan untuk meringkankan beban Wajib Pajak yang kesulitan melunasi pajak terutang
dalam rentang waktu satu tahun.

1. Objek Pajak: PPH 25 dikenakan atas penghasilan yang bersifat periodik, seperti bunga,
royalti, sewa, hadiah, dan imbalan jasa. PPH 25 juga dikenakan atas penghasilan dari
penjualan saham, obligasi, dan surat berharga lainnya.
2. Tarif Pajak: Tarif PPH 25 ditetapkan sebesar 15% dari penghasilan bruto. Namun, tarif
dapat berbeda tergantung pada jenis penghasilan dan peraturan perpajakan yang
berlaku.
3. Pemotongan Pajak: Biasanya, pihak yang membayar penghasilan (pemberi
penghasilan) memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetor PPH 25 atas nama
wajib pajak yang menerima penghasilan (penerima penghasilan). Pemotongan PPH
dilakukan pada saat pembayaran penghasilan tersebut.
4. Pemotongan dan Pelaporan: Pemberi penghasilan wajib melakukan pemotongan PPH
25 dan melaporkannya secara berkala kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Laporan
ini biasanya dilakukan melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPH 25.
5. Penyetoran Pajak: Pemotongan PPH 25 harus disetor ke Kas Negara melalui bank atau
lembaga keuangan yang ditunjuk oleh DJP. Pemberi penghasilan harus menyampaikan
SPT Masa PPH 25 beserta bukti setoran pajak.
6. Kewajiban Pelaporan Wajib Pajak: Wajib pajak yang menerima penghasilan yang
dikenakan PPH 25 wajib melaporkan penghasilan tersebut dalam SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi atau SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan, tergantung
pada statusnya sebagai individu atau badan usaha.
7. Pengurangan dan Pembebasan PPH 25: Terdapat beberapa pengurangan dan
pembebasan PPH 25 yang dapat diberikan berdasarkan peraturan perpajakan yang
berlaku, seperti adanya perjanjian penghindaran pajak berganda antarnegara atau
fasilitas perpajakan tertentu.

Perhitungan

Penting untuk dicatat bahwa peraturan dan ketentuan perpajakan dapat berbeda di setiap
negara, dan informasi di atas hanya merupakan gambaran umum tentang PPH 25. Untuk
informasi lebih lanjut dan detail yang spesifik, disarankan untuk mengacu pada peraturan
perpajakan yang berlaku di negara Anda atau berkonsultasi dengan ahli perpajakan terkait.

Sesuai dengan aturan PPh Pasal 25 ayat 1, besar angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
yang harus dibayarkan Wajib Pajak setiap bulannya ialah sebesar PPh terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh tahun pajak, dikurangi dengan: PPh dipotong sesuai Pasal 21 dan
Pasal 23, serta PPh dipungut sesuai Pasal 22.

Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, boleh dikreditkan sesuai Pasal
24, kemudian dibagi dengan 12 bulan atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Berikut penjelasan perhitungan angsuran PPh pasal 25:

1. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 1


PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan dikurangi dengan PPh yang dipotong
pemberi kerja (Pasal 21), PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22), PPh yang
dipotong oleh pihak lain (Pasal 23), dan kredit PPh luar negeri (Pasal 24). Kemudian,
besaran angsuran pajak dibagi 12 bulan. Apabila penghasilan yang diterima atau
diperoleh meliputi masa 6 bulan, maka besarnya angsuran bulanan dibagi 6 bulan.
2. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 2
Besar angsuran pajak pada bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan
sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah sama dengan angsuran pajak
bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.
3. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 4
Jika dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak
yang lalu, besar angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat tersebut dan berlaku
mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Contoh Perhitungan

1. Tuan Andi (TK/0) terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP A tanggal 1 Februari 2015.
Penghasilan neto fiskal setahun pada 2020 adalah Rp 200.000.000. Besarnya PPh pasal
25 setiap bulan untuk tahun 2021 adalah sebagai berikut :

Penghasilan Neto setahun = Rp 200.000.000

PTKP (TK/0) = Rp 54.000.000 (-)

PKP = Rp 146.000.000

PPh Terutang= 5% x Rp 146.000.000 = Rp 7.300.000

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 pada April 2021 adalah = 1/12 x Rp 7.300.000 =
Rp 608.333

2. Sebuah perusahaan bernama PT Sumber Bahagia terdaftar sebagai Wajib Pajak Dalam
Negeri pada KPP C tanggal 1 Februari 2020. Peredaran bruto setahun lebih dari Rp 50
miliar. Penghasilan neto (laba fiskal) dapat dihitung berdasarkan pembukuan sebesar
Rp 150.000.000 setahun. Besarnya PPh pasal 25 pada bulan Februari 2021 sebagai
berikut:

Penghasilan Neto (laba fiskal) tahun 2019 = Rp 150.000.000

PPh Terutang = 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan Februari tahun 2021 = 1/12 x Rp 37.500.000
= Rp 3.125.0001

1
Ruruh Handayani, “PPh Pasal 25: Definisi, Tarif, Subjek, dan Perhitungan”, (Maret, 2023),
https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-25-definisi-tarif-subjek-dan-perhitungan/

Anda mungkin juga menyukai