Perencanaan
Pajak
Perencanaan Kredit Pajak Dalam
SPT Tahunan
Abstrak Sub-CPMK 5
PENDAHULUAN
Dalam peraturan Perpajakan Indonesia, setiap Wajib Pajak dalam tahun
pajak berjalan harus melunasi pajak yang diperkiraakan akan terutang dalam
suatu tahun pajak melalui pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukan
oleh pihak lain (sipembayar), atau atas pembayaran pajak yang dilakukan oleh
wajib pajak sendiri dengan menerbitkan bukti pemotongan pajak. Pelunasan pajak
dalam tahun pajak berjalan dalam mekanisme kredit pajak merupakan angsuran
pembayaran pajak yang nantinya (diakhir tahun) boleh diperhitungkan dengan
cara mengkreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang untuk tahun pajak
yang bersangkutan di tahun mana dipotong, kecuali untuk Penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat Final.
Peraturan mengenai Kredit Pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 (UU
KUP) (diubah terakhir dengan UU Cipta Kerja)
Kredit Pajak adalah Jumlah pembayaran pajak yang sudah dibayar di tahun
berjalan oleh wajib pajak sendiri, setelah ditambah dengan pajak yang dipotong
atau dipungut oleh pihak lain dan dikurangkan dari seluruh pajak yang terhutang
termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang terhutang di luar negeri.
Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2008 (UU PPh), jenis-jenis kredit pajak adalah sebagi
berikut :
- Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan sebagaimana dalam Psl
21;
- Pemungutan pajak atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam
Psl 22;
- Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga, dividen, royalti, sewa, dan
imbalan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23;
- Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24;
- pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri untuk tahun pajak yang
bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25.
Pembahasan Materi
2.1 PENGERTIAN KREDIT PAJAK
Kredit Pajak adalah Jumlah pembayaran pajak yang sudah dibayar di tahun
berjalan oleh wajib pajak sendiri, setelah ditambah dengan pajak yang dipotong
atau dipungut oleh pihak lain dan dikurangkan dari seluruh pajak yang terhutang
termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang terhutang di luar negeri.
Pembayaran pajak dalam satu Tahun Pajak berjalan dapat dikreditkan yaitu dengan
melunasi angsuran pembayaran. Angsuran tersebut diperhitungkan dengan mengkreditkan
Pajak Penghasilan yang terutang dalam Tahun Pajak terkait. Ketentuan ini tidak berlaku
untuk penghasilan yang dikenai pajak bersifat Final.
Sesuai dengan aturan yang termuat dalam UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Perpajakan sebagaimana diubah dengan peraturan terbaru yaitu
UU Nomor 28 Tahun 2007 atau dikenal dengan UU KUP. Dalam kebijakan tersebut,
Wajib Pajak bisa mengkreditkan pajak yang telah dipungut dan dipotong untuk
mengurangi jumlah pajak terutang pada akhir tahun. Dari penjelasan yang telah
dipaparkan, kredit pajak diartikan sebagai jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar
oleh Wajib Pajak sendiri. Pembayaran tersebut telah ditambah dengan pajak yang dipungut
Pemotongan PPh Pasal 21 adalah Pemotongan PPh atas Penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan/pegawai, jasa pekerja bebas/profesional, atau kegiatan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib
dilakukan oleh:
1. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
atau bukan pegawai;
2. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
3. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
4. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas; dan
5. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
Biasanya PPh pasal 23 dipotong oleh pihak customer (clien) atau si pembayar, dengan tarif
sesuai peraturan PPh pasal 23, dengan membua Bukti Potong Pajak PPh pasal 23. Dan
Bukti Potong PPh pasal 23 ini diserahkan ke pihak yang membuat tagihan.
Contoh Perhitungan :
PT. CDE memperoleh penghasilan netto dalam tahun pajak 2018 sebagai penghasilan
berikut :
- Penghasilan luar negeri sebesar Rp. 600.000.000 dengan tarif pajak sebesar 35%
- Penghasilan dalam negeri sebesar Rp. 400.000.000
Jawab :
Jumlah Penghasilan Netto sebesar
= Rp. 600.000.000 + Rp. 400.000.000
= Rp. 1.000.000.000
Maka batas maksimal kredit pajak diambil dari salah satu nilai terendah dari tiga
perhitungan berikut :
1. PPh terutang atau dibayarkan diluar negeri :
= 35% x Rp. 600.000.000
= Rp. 210.000.000
Demikian kredit pajak yang di perkenankan adalah perhitungan no. 2 yaitu sebesar Rp.
150.000.000
Batas Maksimal Kredit Pajak Untuk Setiap Negara (Per Country Limitation)
Apabilaa penghasilan luar negeri berasalah dari beberapa negara, maka perhitungan batas
maksimal kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
Contoh Perhitungan :
PT. BA memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2016 sebagai berikut :
1. Di negara bagian timur, memperoleh penghasilan (laba) sebesar Rp. 400.000.000
dengan tarif pajak sebebsar 35%
2. Di negara bagian selatan, memperoleh penghasilan (laba) sebesar Rp. 300.000.000
dengan tarif pajak sebesar 20%
3. Penghasilan dalam negeri sebesar Rp. 500.000.000
Jawab :
Jumlah penghasilan netto atau penghasilan kena pajak :
= (Rp. 400.000.000 + Rp. 300.000.000 ) + Rp. 500.000.000
= Rp. 1.200.000.000
KREDIT PAJAK
Ekualisasi Pajak, Sebuah Teknik dalam Dunia Perpajakan
Secara terminologi, ekualisasi berasal dari kata equal yang bisa diartikan sebagai proses
untuk menamakan. Secara sederhana, ekualisasi merupakan suatu proses untuk mengecek
kesesuaian antara satu jenis pajak dengan jenis pajak lainnya yang memiliki hubungan.
Atau, bagian laporan dari satu jenis pajak yang merupakan bagian dari laporan jenis pajak
yang lain.
Pada umumnya, ekualisasi pajak terbagi menjadi 3, antara lain:
1. Ekualisasi penghasilan dan PPN.
2. Ekualisasi biaya dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN masukan.
3. Ekualisasi biaya dan objek PPh potong pungut.
Orang yang melakukan ekualisasi pajak adalah tax auditor atau pemeriksa pajak. Seperti
yang sudah dikatakan di awal, biasanya seseorang yang berprofesi sebagai pemeriksa pajak
menggunakan ekualisasi pajak ini sebagai metode pemeriksaan pajak, guna menguji
kepatuhan wajib pajak yang bersangkutan. Proses ekualisasi pajak dilakukan untuk
menyamakan pendapatan dari objek pajak yang dicatat dalam laporan keuangan dengan
biaya atau pendapatan dari objek pajak yang dilaporkan dalam SPT tahunan yang akan
diserahkan ke KPP.
Tax planning dengan tujuan untuk optimalisasi PPN Masukan ini sebenarnya bisa
dilakukan pada saat pengusaha baru memulai kegiatan. Syaratnya, pada saat akan membeli
Barang Kena Pajak (BKP) atau memanfaatkan Jasa Kena Pajak (JKP) pengusaha tersebut
sudah dikukuhkan sebagai PKP. Mengacu pada ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf a dan
huruf d Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah
dengan (stdd) UU Nomor 18 Tahun 2000 (UU PPN dan PPn BM), disebutkan bahwa
pengusaha tidak dapat mengkreditkan PPN Masukan atas perolehan BKP/JKP dan
pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum
dikukuhkan sebagai PKP.
Dengan kata lain, bila saat memulai usaha pengusaha ternyata belum mengukuhkan diri
sebagai PKP, kesempatan untuk meminta kembali PPN Masukan yang dipungut PKP
penjual, plus impor BKP atau pemanfaatan barang tidak berwujud dan JKP dari luar negeri
menjadi hilang.
Umumnya pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP tersebut akan
membebankan perolehan BKP/JKP ini beserta PPN Masukan sebagai biaya. PPN Masukan
inilah yang nantinya menjadi pengurang penghasilan bruto pada saat penghitungan PPh
badan/orang pribadi.
Daftar Pustaka