OLEH:
PUTU RANI ADNYANI ASAK SE.,M.SI
PPH PASAL 25
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang dibayar secara
angsuran oleh wajib pajak baik orang pribadi maupun badan untuk setiap bulan
dalam tahun pajak berjalan.
Pada prinsipnya besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan didasarkan
pada SPT tahunan PPh tahun yang lalu yaitu jumlah pajak terutang tahun lalu
dikurangi jumlah PPh dipotong dan dipungut fihak lain dibagi dua belas atau dibagi
jumlah bulan perolehan penghasilan.
PPh Pasal 25 adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang dibayarkan secara angsuran tiap
bulannya dengan tujuan untuk meringkankan beban Wajib Pajak yang kesulitan untuk melunasi
pajak terutang dalam rentang waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak
bisa diwakilkan.
Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
PPh 25 adalah angsuran pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang harus dilakukan sendiri oleh
Wajib Pajak, baik Orang Pribadi maupun Badan Usaha.
Angsuran pajak ini dilakukan untuk mengurangi beban Wajib Pajak sehingga pembayaran pajak
tetap dapat dilakukan tepat waktu.
Terdapat batas waktu pembayaran angsuran dan sanksi keterlambatannya.
Perhitungan pajak yang dibayarkan akan sama besarnya. Namun ketika pembayaran tanggungan
pajak dilakukan secara diangsur, maka beban yang dipikul oleh wajib pajak akan terasa lebih ringan.
Pembayaran pajak dan pelaporan SPT Masa memiliki batas waktu paling lama tanggal 15 (lima
belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Misalnya saja untuk bulan Mei 2022, maka
angsuran PPh Pasal 25 harus dibayar paling lambat tanggal 15 Juni 2022.
Untuk batas waktu pembayaran yang jatuh pada hari libur maka pembayaran dapat dilakukan pada
hari berikutnya.
Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
•Terdapat sanksi apabila Wajib Pajak terlambat melakukan pembayaran PPh Pasal 25 yaitu akan
dikenai tarif sanksi pajak per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.
•Jika malah terjadi keterlambatan, baik pembayaran atau pelaporan SPT Masa, beban yang
diterima justru akan semakin besar dan penggunaan angsuran pembayaran pajak berupa PPh
Pasal 25 yang dipilih akan jadi tidak bermakna.
•Batas waktu pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dari
Masa Pajak yang akan dibayarkan.
•Apabila ada keterlambatan dalam penyetoran angsuran pajak terutang sesuai tarif PPh Pasal 25
dan pelaporan PPh Pasal 25, terdapat sanksi yang berlaku yaitu tarif sanksi pajak yang dihitung
berdasarkan tarif bunga sanksi administrasi pajak yang ditetapkan Kementerian Keuangan setiap
bulannya.
PERHITUNGAN PPH PASAL 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun
yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu, yang
dikurangi dengan:
Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi
pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15%
berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah – serta 2% berdasarkan sewa dan penghasilan
lain serta imbalan jasa) – serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100%
bagi yang tidak memiliki NPWP).
Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai pasal
24, lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
TARIF PPH PASAL 25
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:
Sampai Rp 50.000.000 = 5%
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x
25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).
JENIS PEMBAYARAN PPH PASAL
25
Jenis Pembayaran PPh Pasal 25
Terdapat dua jenis pembayaran angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP),
yaitu:
A. Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas
atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena
Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan)
B. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha
penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat
usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
CONTOH SOAL LATIHAN PPH 25
Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25
SOAL 1
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2014 sebesar Rp50.000.000.
Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah Rp21.500.000, dengan rincian sebagai berikut:
Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk tahun 2015
Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi, Tuan Purnama harus membayar sendiri
angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar Rp2.375.000.
PPh terutang tahun 2014 50.000.000
Kredit pajak:
PPh Pasal 21 10.000.000
PPh Pasal 22 5.000.000
PPh Pasal 23 3.000.000
PPh Pasal 24 3.500.000
Jumlah kredit pajak (21.500.000)
PPh terutang:
Besarnya PPh Pasal 25 PT Sinar Rembulan tahun 2015 = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000
TERIMAKASIH