Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Perpajakan

Pajak Penghasilan Pasal 25 26

Dosen Pengampu : Dr. Juriono,S.TH.I,M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 6

Ansor Nasution 0506203226

Cindy Kumala Dewi 0506203206

Khairunnisak Nasution 0506203175

Leni Lastrian Nahulae 0506203200

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023-2024
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25 ...................................................................... 2


B. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 26 ..................................................................... 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 11

i
BAB I
PENDAHULUAN

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa
keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai
kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti
kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya.
Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai suatu Negara. Pajak
Penghasilan Pajak 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran Pajak Penghasilan
Pajak 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah penerapan dari azas sumber yang dianut
dalam ketentuan Pajak Penghasilan di Indonesia yang berdasarkan azas sumber, penghasilan
yang bersumber dari Indonesia yang dinikmati oleh orang atau badan di luar Indonesia, bisa
dikenakan pajak di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PPh PASAL 25


 Pengertian PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994.
Hal-hal tertentu adalah :
1) Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
2) Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
3) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah
lewat batas waktu yang ditentukan;
4) Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan;
5) Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan;
6) Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Penghasilan yang diterima dan diperoleh secara teratur adalah penghasilan yang
berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas dan/atau pekerjaan dan/atau modal
kecuali keuntungan dari pengalihan harta.1

 MENGHITUNG ANGSURAN BULANAN


Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
olehWajib Pajak untuk setiap bulan (PPh pasal 25) adalah sebesar Pajak Penghasilan yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang
laludikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan pasal 23
serta.
b. Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
1
https://www.pajak.go.id/id/peraturan/penghitungan-besarnya-pajak-penghasilan-pasal-25-dalam-hal-hal-
tertentu diakses pada 24 Mei 2023 pukul 21 : 52 WIB

2
c. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan
dalam bagian tahun pajak.
Penghitungan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu bagi Wajib Pajak orang pribadidan
Wajib Pajak Badan.

Contoh
Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tuan Hakim berdasarkan Surat
PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun 2016 sebesar Rp.50.000.000. Pajak yang
telah dipotongatau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau dibayar di luar negeri
dalam tahun2016 sebagai berikut:
 Pemotongan PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja sebesar Rp15.000.000
 Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihan lain sebesar Rp10.000.000
 Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp2.500.000
 Pembayaran pajak di luar negeri sebesar Rp7.500.000 seluruhnya dapat di
kreditkan(sebagai PPh Pasal 24).
Angsuran bulanan PPh pasal 25 untuk tahun 2017 sebagai berikut:
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun 2016 Rp. 50.000.000
Pengurangan/Kredit pajak tahun 2016:
PPh Pasal 21 Rp. 15.000.000
PPh Pasal 22 Rp. 10.000.000
PPh Pasal 23 Rp. 2.500.000
PPh Pasal 24 Rp. 7.500.000
Total kredit pajak Rp. 35.000.000 (-)
Dasar perhitungan angsuran Rp. 15.000.000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan
(PPh pasal 25) dalam tahun 2017 adalah:
Rp.15.000.000 ÷ 12 Rp. 1.250.000

 Angsuran PPh Pasal 25 Terdapat Kompensasi Kerugian

1) Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi
kerugian adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung dengan dasar penghitungan

3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat (3) dikurangi dengan Pajak
Penghasilan yang dipotong dan/atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang dibayar
atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
2) Dasar Penghitungan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
hal terdapat sisa kerugian yang belum dikompensasi adalah Pajak Penghasilan yang
dihitung atas dasar penghasilan neto dikurangi dengan jumlah sisa kerugian yang
belum dikompensasi tersebut.
3) Dasar penghitungan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
tahun pelaksanaan kompensasi kerugian berakhir, adalah Pajak Penghasilan yang
dihitung atas dasar penghasilan neto tanpa memperhatikan kompensasi kerugian
tersebut.
4) Penghasilan neto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) adalah
penghasilan neto yang diterima atau diperoleh menurut Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, kecuali apabila penghasilan neto yang
diterima atau diperoleh menurut surat ketetapan pajak untuk 2 (dua) tahun pajak
sebelum tahun Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tersebut lebih besar.

Contoh
Penghasilan kena pajak PT Putra Jaya tahun 2016 adalah Rp700.000.000. Sisa kerugiantahun
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan Rp800.000.000. Sisa kerugian
yang belum dikompensasikan tahun 2016 adalah Rp100.000.000 (= sisa rugi Rp800.000.000,
dikompensasikan dengan penghasilan kena pajak tahun 2016
sebesar Rp700.000.000).Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2017 adalah:
Penghasilan kena pajak tahun 2016 Rp700.000.000
Sisa kerugian yang belum terkompensasikan tahun 2016 Rp100.000.000(-)
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan Rp600.000.000
angsuran pajak penghasilan pasal 25
Pajak Penghasilan yang terutang :
25% ×Rp600.000.000 = Rp150.000.000
(catatan: peredaran bruto tahun 2016 melebihi Rp50.000.000.000)

4
Apabila pada tahun 2016 tidak ada Pajak penghasilan yang dipotong atau
dipungutoleh pihak lain dan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri sesuai
denganketentuan dalam pasal 24, besarnya angsuran pajak bulanan PT Putra Jaya tahun
2017adalah:
½× Rp 150.000.000 = Rp 12.500.000
Jika SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016 disampaikan pada bulan April
2017,angsuran bulan Januari s.d Maret 2017 didasarkan pada angsuran PPh Pasal 25
untuk bulan Desember 2016. Misalnya, pada contoh sebelumnya, besarnya angsuran PPh pas
al25 bulan Desember 2016 adalah NIHIL sehingga angsuran untuk bulan Januari s.d
Maret2017 juga NIHIL, sedangkan mulai bulan April 2017 besarnya angsuran
adalahRp12.500.000.
Jika PT Putra Jaya menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2016 pada tanggal 30April
2017 dan ternyata mengalami kerugian, angsuran PPh pasal 25 mulai bulan Maret2017
adalah NIHIL. Sedangkan, besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari s.dMaret
2017 sama dengan angsuran bulan Desember tahun 2016, yang didasarkan pada perhitungan
SPT Tahunan PPh tahun pajak 2016 dan SKP yang terbit dalam tahun 2017.Apabila sisa
kerugian tahun sebelumnya telah melewati batas waktu kompensasi (limatahun) maka
kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan. Oleh karena itu, tidakmempengaruhi
perhitungan angsuran PPh pasal 25.2

B. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 26


 Pengertian PPh Pasal 26
Undang-undang nomor 36 tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Dua
sistem pengenaan pajak tersebut adalah:
1) Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap
diIndonesia.
2) Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.

https://www.academia.edu/35191295/PAJAK_PENGHASILAN_PASAL_25_DAN_26_Kelompok_7_Akuntansi_3E
diakses pada 24 Mei 2023 pukul 22:26 WIB

5
Pasal 26 Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan yang bersumber dari indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP)
luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia

 SUBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pph) pasal 26 :

Subjek pajak PPh Pasal 26 ini adalah wajib pajak luar negeri selain BUT. Pengertian
Wajib Pajak luar negeri bisa kita temukan dalam Pasal 2 ayat (4) huruf b Undang – undang
Pajak Penghasilan 1984. Pada ketentuan ini Subjek Pajak (juga Wajib Pajak) luar negeri
selain BUT adalah orang pribadi yang tidak bertempat tempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 ( Seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan badan yang tidak didirikan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Jadi, Wp luar negeri seperti ini mendapat penghasilan dari Indonesia tanpa perlu
melakukan kegiatan usaha di Indonesia melalui BUT. Misalnya warga nrgara Singapura yang
memiliki saham PT Indosat yang menerima penghasilan berupa deviden dari PT Indosat.

 PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Pemotongan pajak penghasilan pasal 26 (PPh pasal 26) wajib dilakukan oleh :
1. Badan pemerintah
2. Subjek pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada
wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.

 PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 26


Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 (Objek PPhPasal 26)
adalah :
a. Dividen

6
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang.
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya.
h. Keuntungan karena pembebasan utang

 TARIF DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Tarif
Tarif yang dikenakan adalah 20%untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan
PPhPasal 26 atau sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antarnegara
atautax treaty.
Tarif 20%dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut
1. Tarif 20% dari penghasilan bruto
2. Tarif 20% dari penghasilan neto
3. Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan

Penghitungan PPh Pasal 261. PPh Pasal 26 = 20%×Penghasilan bruto


Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal
dalam bentuk:
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan pengguna harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan.
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Sesuai peraturan pemerintah nomor 1 Tahun 2007, pengenaan pajak penghasilan atas
dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10%, atau tarif yang lebih
rendah menurut penghindaran pajak berganda yang berlaku dalam hal terdapat penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu

7
Contoh
PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak-anak. Pada bulan Maret 2016, perusahaan
membayarkan Royalti sebesar Rp 100.000.000 kepada Akira Toriyama sebagai
pengarang buku cerita anakanak DRAGON BALL. Akira Toriyama adalah Wajib Pajak Luar
negeri. PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT Perdana adalah
:20%×Rp 100.000.000 = Rp 20.000.000

 PPh Pasal 26 = 20%×Penghasilan neto


Penghasilan neto = Perkiraan penghasilan neto×Penghasilan brutoPenghitungan tersebut
diterapkan untuk :
a. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
b. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luarnegeri
Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut

 untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik
secara langsung maupun melalui pialang, besarnya adalah 50% dari jumlah premi
yangdibayar (penghasilan bruto) sehingga:
PPh Pasal 26 = 20%×Penghasilan neto
= 20%×{50%×Penghasilan bruto}
= 10%r×Penghasilan bruto
= 10%×Jumlah premi yang dibayar
 untuk premi yang dibayar perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adal
ah10%dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto) sehingg:
PPh Pasal 26 = 20%×Penghasilan neto
= 20%× {10%×Penghasilan bruto}
= 2%×Penghasilan bruto
= 2%×Jumlah premi yang dibayar
 untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung
maupun melalui pialang adalah 5%dari jumlah premi yang dibayar(penghasilan bruto)
sehingga:

8
PPh Pasal 26 = 20%×Penghasilan neto
= 20%×{5%×Penghasilan bruto}
= 1%×Penghasilan bruto
= 1%×Jumlah premi yang dibayar

Contoh
PT Ananda merupakan peeusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun 2016,
perusahaan mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri
Building LifeInc. Premi yang dibayar oleh PT Ananda kepada Building Life Inc. Sebesar
Rp1.000.000.000.
PPh Pas 26 yang dipotong oleh PT Ananda adalah
20%×50%×Rp 1.000.000.000 = Rp 100.000.000

3. PPh Pasal 26 = 20%×(Penghasilan Kena Pajak-PPh terutang)


Penghitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di Indonesia
yang penghasilan atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali di Indonesia. Jika penghasila
n pasal 26yang terutang : 20%×Rp 13.125.000.000 Rp 2.625.000.000 Jika penghasilan
setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas penghasilan sebesar
Rp 13.125.000 tidak dipotong PPh Pasal 26.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
ketidakseimbangan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi
atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Pajak penghasilan pasal 25 mengatur tentang pelunasan pembayaran pajak dalam tahun
pajak berjalanyang harus dibayarsendiri oleh wajib Pajak untuk setiap bulan. Direktur
Jenderal Pajak tertinggi untuk menetapkan biaya yang telah dicicil pajak dalam tahun pajak
berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut: wajib Pajak berhak atas kerugian. Wajib
Pajak perolehan penghasilan ti dak teratur, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan, Pajak Wajib
diberikan penambahan jangka waktu panduan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasil
an, Waj ib Pajak mem betulkan sendiri Surat Pember ituhua n Tahunan Pajak Penghasilan
yang mengakibatkan Angsuran bulanan lebih besar dari cicilan bulanan sebelum pembetulan.
Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Pajak Penghasilan PPh pasal 26 adalah PPh yang dikernakan atau dipotong atas
penghasilan yang bersumber dari indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP)
luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di indonesia.
Pemotong PPh Pasal 26 :
 Badan Pemerintah
 Subjek Pajak dalam negeri
 Penyelenggara kegiatan
 BUT
 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, (Online)


(https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak ), diakses 6 Maret 2019.
Afriandy, Iqhbaal, 2014, Makalah PPH 26 dan Pasal 24, (Online)
(https://www.academia.edu/9556305/Makalah_PPH_26_dan_Pasal_4 ), diakses 6Maret
2019.
Maulidina,Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 , (Online),
http://nurizzahmaulidina.blogspot.com/2017/03/pph-pasal-26.html, diakses 25Maret
2019.
Suprianto, Edy, 2011, PERPAJAKAN DI INDONESIA , Edisi Pertama, GrahaIlmu,
Yogyakarta.
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori & Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

https://www.academia.edu/35244832/Makalah_pph_pasal_25

HTTPS://WWW.ACADEMIA.EDU/39906059/MAKALAH_PPH_PASAL_26_SEMINAR_
PERPAJAKAN

11

Anda mungkin juga menyukai