INTELEKTUAL
Isfenti Sadalia
Isfenti Sadalia
ISBN 978-602-1183-33-5
I. Judul.
Hlm. 112
Uk. 15,5 x 24 cm
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin dari
penulis
Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkah dan
rahmat Nya, sehingga buku Manajemen Aset Intelektual ini dapat
diselesaikan. Berawal dari sebuah keinginan untuk dapat memberikan
kemanfaatan lebih untuk khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu
pengetahuan yang telah dititipkan-Nya melalui media buku.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
Manajemen Aset Intelektual
BAB I
INTELLECTUAL CAPITAL
A. PENDAHULUAN
Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak
perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan
penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa
kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva
berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan
organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu,
organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge
asset (asset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud.
Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan
sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk
memperoleh dan mempertahankan competitive advantage . Bahkan
pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam pengembangan suatu
bisnis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan
pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah
Intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) yang telah menjadi fokus
perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi,
sosiologi, maupun akuntansi.
1
Manajemen Aset Intelektual
2
Manajemen Aset Intelektual
3
Manajemen Aset Intelektual
4
Manajemen Aset Intelektual
5
Manajemen Aset Intelektual
6
Manajemen Aset Intelektual
7
Manajemen Aset Intelektual
8
Manajemen Aset Intelektual
penelitian ini atas penelitian yang pernah dilakukan oleh Chen et al.
(2005) adalah dalam hal variabel penelitian, indikator variabel, sampel
penelitian, serta alat analisis yang digunakan. Dalam penelitian Chen et
al. (2005), pertumbuhan pendapatan (GR) menjadi salah satu indikator
kinerja keuangan perusahaan.
Dimana dalam penelitian ini pertumbuhan dijadikan variabel
independen yang terpisah, sehingga dalam penelitian ini terdapat
penambahan satu variabel independen baru yaitu pertumbuhan
perusahaan. Pemisahan variabel pertumbuhan tersebut dikarenakan
kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan
rasio keuangan. Dalam beberapa literatur mengenai kinerja keuangan
(Horne dan Wachowicz, 2005; Agnes, 2008) tidak memasukkan unsur
pertumbuhan dalam rasio keuangan. Penelitian ini dilakukan di Bursa
Efek Indonesia (BEI) karena sejauh ini, penelitan yang menghubungkan
Modal Intelektual terhadap nilai pasar perusahaan belum banyak
ditemukan di Indonesia.
Pemilihan sektor manufaktur sebagai sampel untuk tujuan
homogenitas sampel sehingga hasil yang bias bisa dihindari. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan
penelitian Chen et al. (2005). Dimana dalam penelitian ini digunakan
Partial Least Square (PLS) karena seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan variabel laten yang tidak bisa diukur
secara langsung. PLS juga memungkinkan analisis sekaligus atas
variabel laten dengan beberapa indikator. Sementara dalam penelitian
Chen et al. (2005) menggunakan alat regresi berganda sehingga
pengujian harus dilaksanakan berulang untuk setiap indikator
pembentuk variabel dependennya. Pemilihan model VAIC™ sebagai
proksi atas IC mengacu pada penelitian Chen et al. (2005); Firer dan
William (2003); dan Tan et al. (2007). Kinerja keuangan yang
digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), rasio
penjualan terhadap total aset (ATO), return on investment (ROI), dan
return on equity (ROE).
Pemilihan indikator kinerja keuangan tersebut mengacu pada
penelitian Chen et al. (2005) dan Firer dan William (2003) yang telah
dikembangkan dengan menambahkan indikator likuiditas dan leverage.
Indikator pertumbuhan perusahaan yang digunakan adalah pertumbuhan
laba (EG) dan pertumbuhan aktiva (AG). Sedangkan nilai pasar
perusahaan diproksikan dengan price to book value ratio (PBV) dan
9
Manajemen Aset Intelektual
10
Manajemen Aset Intelektual
11
Manajemen Aset Intelektual
12
Manajemen Aset Intelektual
13
Manajemen Aset Intelektual
14
Manajemen Aset Intelektual
15
Manajemen Aset Intelektual
16
Manajemen Aset Intelektual
2. Structural capital
Pemahaman structural capital secara umum dapat dinyatakan
sebagai pedoman formal dan tertulis yang berlaku bagi karyawan dalam
melakukan tugasnya, sehingga karyawan mengetahui tanggung jawab
dan wewenangnya dengan baik, termasuk berkomunikasi dengan pihak
lain secara internal (Cater & Cater, 2009, h.191; St-Pierre & Audet,
2011, h.204; Longo & Mura, 2007, h.551; Uadiale & Uwuigbe, 2011,
h.50).
Dari makna structural capital tersebut, tidak berlebihan jika
Benevene & Cortini (2010, h.125) menyatakan bahwa structural capital
merupakan infrastruktur pendukung bagi human capital. Dengan kata
lain eksistensi structural capital ini yang membuat human capital dalam
organisasi berkembang. Dengan adanya struktur organisasi, maka
wewenang dan tanggung jawab semua individu dalam perusahaan
menjadi jelas. Proses dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan
membuat setiap individu memiliki pedoman yang jelas agar pelaksanaan
tugasnya tidak salah.
Banyak perusahaan-perusahaan besar tidak menyadari bahwa
mereka mempunyai aset terbesar dalam kemampuan untuk memajukan
perusahaan mereka, yaitu dengan modal manusia yang telah mereka
miliki. Walaupun mereka menyadari akan hal tersebut, namun masih
sedikit perusahaan yang mampu memaksimalkan kegunaan dari modal
manusia yang mereka miliki. Seorang pemimpin perusahaan harus
mengetahui dan melaksanakan apa yang harus dilakukan dalam rangka
memunculkan suatu kepemilikan bagi perusahaan. Itulah modal
struktural.
Alasan untuk mengelola modal struktural adalah adanya
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk
mempersingkat waktu suatu pekerjaan, dan untuk memperbanyak
17
Manajemen Aset Intelektual
18
Manajemen Aset Intelektual
19
Manajemen Aset Intelektual
20
Manajemen Aset Intelektual
3. Relational Capital
Relational Capital didefinisikan secara umum sebagai kapital
ini merupakan hubungan yang mampu dijalin perusahaan dengan pihak-
pihak eksternal perusahaan,seperti pelanggan, pemasok, partner, dan
regulator (de Castro et al., 2004, h.577;Bozbura, 2004, h.358; Srivihok
& Intrapairote, 2004, h.5). Dengan kata lain kapital ini merupakan
pengetahuan yang dilekatkan ke dalam hubungan dengan para pihak
eksternal perusahaan yang mampu mempengaruhi hidup organisasi
(Uadiale & Uwuigbe, 2011, h.50). Pengetahuan yang dilekatkan dalam
hubungan dengan pihak eksternal ini amat krusial mengingat perusahaan
tidak mungkin hidup dalam isolasinya dari lingkungan eksternalnya.
Relational capital menurut de Pablos (2004, h.637) merupakan
fungsi dari longevity : kapital ini akan memberikan nilai yang berlebih
kepada perusahaan ketika ia mampu menciptakan hubungan ’dalam
jangka panjang’ dengan para pihak di luar perusahaan. Ketika sebuah
hubungan dengan salah satu aktor di lingkungan eskternal perusahaan
sulit untuk dipertahankan, perusahaan dapat saja tidak mendapatkan
kerugian, selama aktor lainnya yang sejenis yang diperlukan perusahaan
didapatkan dengan mudah. Misalnya pemasok.
Ketika jumlah pemasok sedikit dan perusahaan sulit
mempertahankan hubungannya
dengan pemasok yang sudah ada, maka perusahaan akan membutuhkan
waktu, biaya dan tenaga ekstra untuk mendapatkan pemasok sejenis
lainnya. Pentingnya kapital ini juga dikemukakan oleh Srivihok &
Intrapairote (2004, h.5) yang menyatakan bahwa kualitas hubungan
yang mampu dijalin dengan baik, kemampuan menjaga pelanggan yang
ada dan menarik pelanggan baru merupakan kunci utama bagi
keberhasilan perusahaan.
Menurut Uadiale & Uwuigbe (2011, h.50), kekuatan yang
dimiliki para pihak di lingkungan eksternal perusahaan memiliki peran
dalam mempengaruhi pemetaan posisi perusahaan, termasuk
menentukan kekuatannya. Dengan demikian jalinan hubungan dengan
21
Manajemen Aset Intelektual
Musuh (allies).
Musuh dalam hal ini menurut de Castro et al. bisa siapa saja,seperti
pesaing, pemasok, pusat penelitian. Mereka dapat memberikan nilai
tambah kepada perusahaan ketika perusahaan mampu melakukan kerja
sama dengan ’musuh’ ini. Kasus menarik dalam hal ini terjadi di bisnis
keripik singkong pedas di beberapa UKM di Kota Cimahi, yaitu salah
satu pengrajin keripik ini memiliki akses yang bagus kepada banyak
petani singkong di berbagai daerah. Pengrajin ini tidak sungkan untuk
membantu pesaing-pesaingnya, sesama pengrajin keripik singkong di
daerah produksinya, menyediakan pasokan singkong ketika para
pesaingnya ini kesulitan mendapatkan pasokan di saat musim paceklik.
Pemegang saham.
Pemegang saham sebagai pihak yang dapat memberikan nilai tambah
kepada perusahaan secara umum berlaku untuk perusahaan besar.
Dalam bisnis UKM, khususnya di Indonesia, pada umumnya kaitan
dengan para pemegang saham belum dapat dilakukan, karena mayoritas
UKM di Indonesia masih banyak yang belum terkait untuk menjadi
perusahaan publik.
22
Manajemen Aset Intelektual
23
Manajemen Aset Intelektual
Customer capital
Walaupun ada yang menyamakan customer capital dengan relational
capital, misalnya Bontis (1998) yang memberikan satu definisi bagi
customer/relational capital sebagai semua hubungan yang perusahaan
jalin dengan kelompok stakeholdernya seperti pelanggan, pemasok,
komunitas dan pemerintah (Ngah & Ibrahim, 2009,h.4), dalam tulisan
ini secara khusus akan dibahas tentang customer capital yang
dipisahkan dari relational capital agar pemahaman tentang pentingnya
menjalin hubungan dengan pelanggan bagi perusahaan lebih dipahami.
24
Manajemen Aset Intelektual
25
Manajemen Aset Intelektual
26
Manajemen Aset Intelektual
27
Manajemen Aset Intelektual
Kepuasan pelanggan
Waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
Lamanya hubungan yang terjadi
Pelayanan yang menambah nilai Loyalitas pelanggan.
28
Manajemen Aset Intelektual
BAB II
A. PENDAHULUAN
Resource based view menyatakan bahwa IC adalah sumber daya
perusahaan yang memegang peranan penting, sama halnya seperti
physical capital dan financial capital (Asni, 2007). Berdasarkan konteks
tersebut, perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk dapat
bersaing dipasaran. Pada prinsipnya, sustainable dan kapabilitas suatu
perusahaan didasarkan pada IC, sehingga seluruh sumber daya yang
dimiliki dapat menciptakan value added (nilai tambah). Secara
Intellectual Capital sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan,
melakukan transfer dan mengimplementasikan pengetahuan.
Teori resources-based view of the firm (RBV) adalah teori yang
menjelaskan dalam industri yang sama ada perusahaan yang sukses
sementara banyak yang tidak sukses. Menurut Barney (1991), sukses
tidaknya sebuah perusahaan akan sangat ditentukan oleh kekuatan dan
kelemahan yang ada dalam internal perusahaan, bukan lingkungan
eksternalnya, dengan asumsi
Adanya heterogenitas sumber daya di dalam perusahaan; dan
Beberapa sumber daya yang ada dalam perusahaan bersifat sulit
untuk ditiru atau tidak elastik dalam pasokannya (Ferreira et al.,
2011, h.99-100).
Heterogenitas sumber daya perusahaan memiliki arti bahwa dalam
sebuah industri tidak mungkin semua perusahaan mampu memiliki
sumber daya yang sama. Heterogenitas sumber daya ini disebabkan oleh
adanya kemampuan perusahaan, termasuk masalah finansial, dan masa
lalu perusahaan yang saling berbeda.
Perusahaan harus dapat memanfaaatkan dan mengelola segala
sumber daya yang dimilikinya untuk menciptakan keunggulan
kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan tersebut.
Menurut Susanto (2007), agar dapat bersaing organisasi membutuhkan
dua hal utama. Pertama, memiliki keunggulan dalam sumber daya yang
dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun
29
Manajemen Aset Intelektual
30
Manajemen Aset Intelektual
31
Manajemen Aset Intelektual
32
Manajemen Aset Intelektual
33
Manajemen Aset Intelektual
B. Sumberdaya Perusahaan
Wernerfelt (1984) menjelaskan sumberdaya sebagai keseluruhan
tangible and intangible assets tied semi-permanently to the firm (Lo,
2012, h.151). Pengertian sumberdaya perusahaan menurut Wernerfelt
(1984) dapat dikategorikan menjadi dua hal,yaitu
Merupakan aset, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Artinya resources merupakan ’harta’ perusahaan, baik yang
berwujud - seperti pabrik, kendaraan, mesin - dan tidak
berwujud - seperti merk perusahaan, reputasi perusahaan,
keahlian yang dimiliki karyawan,
Yang terikat semi permanen kepada perusahaan. Arti terikat
secara semi permanen adalah sebagian besar resources itu
secara umum dapat berpindah ke pihak lain, terutama resources
yang akan diubah wujudnya menjadi produk perusahaan.Selain
itu keahlian karyawan perusahaan juga bukan milik perusahaan
seutuhnya,karena mereka mampu memiliki mobilitasnya sendiri
untuk berpindah keperusahaan lainnya. Merk perusahaan
diharapkan permanen menjadi milik perusahaan karena merk
adalah identitas penting bagi perusahaan. Ketika merk berubah,
maka perusahaan otomatis memiliki identitas baru yang akan
memerlukan biaya dan waktu lama untuk menciptakan citra
yang baik di mata stakeholdernya, terutama konsumennya.
Pengertian resources yang agak berbeda dikemukakan oleh Amit &
Schoemaker (1993) yang menyatakan resources sebagai stocks of
available factors that are owned or controlled by the firm (Carmeli &
Tishler, 2004,h.300). Pemilikan dan pengontrolan sumber daya dalam
definisi Amit & Schoemaker yaitu perusahaan mampu memiliki dan
mengontrol seutuhnya semua sumber daya yang dimilikinya, karena ada
sumber daya tertentu tidak mungkin dimiliki dan dikontrol sepenuhnya
oleh perusahaan, tenaga kerja yang memiliki keahlian.
Komponen utama dari VAIC™ yang dikembangkan Pulic
(1998) tersebut terlihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical
capital (VACA – value added capital employed), human capital
(VAHU – value added human capital), dan structural capital (STVA –
structural capital value added). VAIC™ juga dikenal sebagai Value
34
Manajemen Aset Intelektual
35
Manajemen Aset Intelektual
36
Manajemen Aset Intelektual
37
Manajemen Aset Intelektual
C. Jenis Resources
Secara umum firm resources terdiri dari dua kategori, yaitu
tangible resources – yang terdiri dari seumber daya berwujud yang
38
Manajemen Aset Intelektual
39
Manajemen Aset Intelektual
40
Manajemen Aset Intelektual
BAB III
41
Manajemen Aset Intelektual
42
Manajemen Aset Intelektual
43
Manajemen Aset Intelektual
44
Manajemen Aset Intelektual
45
Manajemen Aset Intelektual
46
Manajemen Aset Intelektual
47
Manajemen Aset Intelektual
48
Manajemen Aset Intelektual
BAB IV
KEUNGGULAN KOMPETITIF
49
Manajemen Aset Intelektual
50
Manajemen Aset Intelektual
51
Manajemen Aset Intelektual
A.SOCIAL CAPITAL
Modal sosial disebut-sebut sebagai bagian integral dari
aset tidak berwujud organisasi. Referensi aset menunjukkan
memproduksi sewa potensial. Namun, modal sosial seperti tidak dapat
menghasilkan sewa, tetapi juga akan mengakibatkan maksimalisasi
sewa yang lebih besar dari sumber daya lain yang melengkapi modal
sosial. Burt (1992) menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki
bersama oleh para pihak . Hubungan antara modal dan manusia adalah
52
Manajemen Aset Intelektual
53
Manajemen Aset Intelektual
54
Manajemen Aset Intelektual
Pengetahuan tidak terikat pada ruang. Dalam transaksi, informasi yang sudah
Pengetahuan merupakan „wujud” dari dijual kepada seseorang dapat dijual lagi
ruang yang independen. Pengetahuan kepada orang lain dalam bentuk item yang
seperti unsur partikel, dapat berada di sama.
lebih dari satu tempat pada waktu yang
sama.
Format pengetahuan sangat sensitif pada Informasi yang telah dibeli atau
waktu jika dibandingkan dengan aset fisik. didapatkan dapat dijual kembali kepada
Kepekaan waktu ini menjelaskan orang lain dengan catatan tidak melanggar
seluruhnya mengapa industri hukum apapun.
menggunakan orang-orang dewasa yang
mengantisipasi, meramalkan, mencari
pendapat umum dengan menggunakan
pengetahuan.
Pengetahuan lebih melimpah atau Dalam pengetahuan ekonomi, sumber
berkuantitas besar jika dibandingkan daya yang langka adalah ketidaktahuan.
dengan sumber daya ekonomi lainnya. Informasi memberikan muatan berlebih.
Manusia lebih banyak membuat Eli Noam, Kepala Pusat Telekomunikasi
pengetahuan setiap harinya dan Dan Informasi Belajar Sekolah Bisnis Di
pengetahuan yang meningkat akan Columbia berkata: “Nilai tambah adalah
dihargai. Menurut buku teks, nilai informasi yang dikurangi atau disaring”,
ekonomi terbentuk dari kurangnya atau artinya penyaringan atau pengurangan dan
sulitnya mendapatkan sesuatu. Tapi, pemilihan itu menghapus pengetahun
pengetahuan atau ilmu meningkat nilainya kritis: menyaring angka-angka yang
karena kelebihan pada jumlahnya, bukan relevan dari suatu massa data, memilih
kesulitan untuk mendapatkannya. data-data yang terbaik untuk suatu
laporan.
Pengetahuan sering digantikan. Informasi tidak dapat dinilai berharga atau
Pengetahuan terutama yang bersifat ilmiah tidak sampai hal tersebut dimiliki.
tidak pernah lenyap. Informasi tidak perlu dibeli lagi setelah
dimiliki.
Kebanyakan barang dan jasa dari Ketika berhubungan dengan kerja yang
pengetahuan memiliki struktur biaya yang kreatif, tidak ada korelasi ekonomi yang
berbeda dari “materi yang dipadatkan”. berarti antara input dan output
Dalam penerbitan buku, biaya di muka, pengetahuan. Nilai dari modal intelektual
termasuk waktu menulis dan biaya desain tidak sepenuhnya berhubungan dengan
dan pengetikan, lebih tinggi dari pada biaya, sehingga tidak memungkinkan
biaya kertas yang digunakan, pencetakan, digunakan suatu standar ukuran untuk
dan proses penyampulan dari seluruh kopi mengukur hal-hal yang dilakukan sebagai
yang ada. cara menentukan kondisi sebanarnya.
Modal tetap seperti mesin lebih dapat
diramal.
55
Manajemen Aset Intelektual
56
Manajemen Aset Intelektual
57
Manajemen Aset Intelektual
58
Manajemen Aset Intelektual
59
Manajemen Aset Intelektual
tersebut akan tetap bertahan. Model baru dalam dunia karir adalah suatu
model di mana modal intelektual yang lebih ditonjolkan dibandingkan
dengan aset fisik yang dipunyai oleh perusahaan dan para pekerja akan
lebih berpikir tentang apa yang dapat mereka berikan bagi perusahaan
dan bagaimana mereka dapat meng-up-grade skill yang mereka punyai
dan bagaimana cara pengimplementasiannya dalam dunia karir ini
apabila suatu hari mereka dipekerjakan oleh perusahaan.
Perubahan model suatu karir mengikuti perubahan alami dari
suatu pekerjaan. Dinamika dan pentingnya modal intelektual, tidak
hanya modal manusia, tetapi juga struktural dan aset organisasi.
Perubahan struktur organisasi dapat memberikan dampak adanya
berbagai perubahan yang terjadi di dalam organisasi. Individu yang
kreatif akan memanfaatkan perubahan yang terjadi untuk mencapai
keberhasilan karir. Individu dapat mempergunakan kesempatan yang
ada untuk meraih keberhasilan karir, setelah mengetahui kompetensi
yang dibutuhkan pada karier tanpa batas. Namun, adanya pergeseran
dari karir terbatas menuju karir tanpa batas menghadapkan individu
pada suatu masalah di luar pengalaman yang telah dimiliki.
Pengembangan karir tanpa batas telah menuntut perlunya keahlian yang
dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi, perencanaan, peninjauan
ulang, dan analisis karir tanpa batas. Keahlian tradisional perlu
ditinggalkan untuk mengantisipasi dunia karir tanpa batas di mana
adaptasi terhadap kemungkinan yang akan muncul merupakan hal yang
mendesak.
Perubahan struktur organisasi telah membawa dampak pada
kompetensi yang dibutuhkan individu untuk mengembangkan karirnya.
Karir tanpa batas (the boundaryless career) menuntut individu untuk
mempergunakan leksikan dan manajemen karir untuk mencapai
keberhasilan karir. Keahlian tradisional akan ditinggalkan untuk
mengantisipasi dunia karir tanpa batas. Manajemen karir dalam karir
tanpa batas akan dipergunakan oleh individu untuk meminimalkan
ketidaksesuaian penempatan peran, meningkatkan kompetensi dan
menempatkan individu dalam posisi kunci (khususnya posisi
kepemimpinan).
Tujuan manajemen karir ini akan tercapai apabila
menghubungkan sistem tenaga kerja dan sistem pasar kerja melalui
sistem informasi manajemen. Para manajer sistem informasi manajemen
dapat membantu individu dalam mengembangkan karirnya dan secara
otomatis mempertahankannya.
60
Manajemen Aset Intelektual
BAB V
TEORI STAKEHOLDER
61
Manajemen Aset Intelektual
62
Manajemen Aset Intelektual
63
Manajemen Aset Intelektual
akan dibuat bagi para stake holder, kita perlu memperluas analisis kami
untuk memasukkan semua komplikasi ini.
Mari kita lihat contoh dari semua di atas. Proses dimulai dengan
penciptaan nilai bagi konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan
menawarkan produk-produk berkualitas atau lebih tahan lama tinggi
yang memenuhi konsumen kebutuhan lebih lengkap; atau melalui
praktek-praktek yang mendorong konsumen untuk nilai atribut untuk
barang atau jasa (misalnya, dengan menambahkan informasi tentang
barang, atau dengan memberikan pengalaman pada saat konsumsi, dan
lain-lain), sehingga konsumen bersedia membayar lebih tinggi harga
untuk produk. Ini adalah situasi yang ideal di mana, jika ada persaingan
di barang pasar, surplus konsumen akan meningkat atau, jika tidak ada
kompetisi, surplus meningkat akan didistribusikan antara produsen dan
konsumen.
Namun, penjual juga dapat melakukan hal-hal yang, daripada
meningkatkan kepuasan konsumen, mengurangi kebebasan pilihan
konsumen, sekarang atau di masa depan atau yang menyembunyikan
informasi yang relevan dengan keputusan pembelian konsumen
(misalnya, informasi tentang risiko yang terkait dengan produk), dan
sebagainya.
Dalam semua kasus ini mungkin ada pergeseran ke atas kurva
permintaan dan peningkatan penciptaan nilai; tetapi efek ini akan
memiliki pada pembeli akan berbeda, di hal utilitas jangka panjang,
membangun kepercayaan (termasuk hubungan jangka panjang antara
penjual dan pembeli), dan sebagainya.
Surplus konsumen juga dapat meningkatkan sebagai akibat dari
perusahaan mengurangi harga menjual. Hal ini mungkin terjadi,
misalnya, jika ada persaingan di pasar barang, yang mempengaruhi baik
surplus konsumen dan surplus produsen (dan pesaing produsen itu).
Namun, perusahaan juga dapat terlibat dalam praktik yang bertujuan
untuk menutup keluar mungkin pesaing, sehingga perusahaan dapat
yang sesuai bagian dari surplus konsumen dalam jangka panjang.
Kurangnya kompetisi terbuka merupakan pintu untuk strategi lain
seperti diskriminasi harga, penciptaan pasar captive, dan sebagainya
dimana perusahaan berusaha mendekatkan diri pada surplus konsumen.
Sebagai Priem (2007) menunjukkan, penciptaan nilai terutama
proses sisi permintaan. Jika konsumen tidak mau membayar harga,
penciptaan nilai seharusnya menghilang: produk tidak memiliki nilai
built-in yang menunggu untuk diidentifikasi oleh pembeli yang akan
64
Manajemen Aset Intelektual
65
Manajemen Aset Intelektual
66
Manajemen Aset Intelektual
67
Manajemen Aset Intelektual
68
Manajemen Aset Intelektual
Cara kedua dari konflik atas distribusi rente adalah koperasi, solusi,
yang membawa kita ke cara kedua mendekati masalah nilai
distribusi, yaitu, sebagai hasil dari strategi untuk memaksimalkan
keuntungan - atau mencapai hasil lainnya - dalam jangka panjang.
Titik utama di sini adalah untuk memikirkan stake holder
manajemen sebagai kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif
yang akan memungkinkan pertumbuhan yang berkelanjutan dari
nilai ekonomi melalui, misalnya, biaya dan pengurangan risiko,
karyawan atau bangunan loyalitas pelanggan, perlakuan yang lebih
baik dari regulator atau opini publik, akuisisi reputasi dan
legitimasi di mata pasar keuangan, penciptaan nilai sinergis, atau
penciptaan peluang bisnis (Kurucz et al., 2008). Tindakan ini dapat
dianggap "rente", setidaknya secara umum. Argumen bahwa semua
pihak memiliki hak yang sama bukanlah panduan yang baik ketika
memilih kriteria untuk distribusi nilai (Gibson, 2000). Bahwa
semua orang memiliki martabat yang sama adalah satu hal; bahwa
mereka semua memiliki hak yang sama dengan nilai ekonomi di
mana mereka telah bekerjasama, namun secara tidak langsung (atau
bahkan tidak sama sekali), adalah hal lain.
Pendekatan ini menambah catatan optimis dengan konfrontasi
atas sewa capture: itu tidak menghilangkan konflik, tetapi itu tidak
mengurangi itu dengan menawarkan harapan, setidaknya dalam jangka
panjang, kenaikan kurang lebih kontinyu dalam kapasitas nilai-
pembangkit, sehingga stakeholder dapat cukup berharap situasi untuk
meningkatkan untuk semua orang, yaitu, pasang naik akan mengangkat
semua perahu.
Solusi ini bukan tanpa kesulitan, namun. Salah satunya adalah
bahwa ia menyediakan insentif untuk mengecualikan pihak yang lebih
lemah dari distribusi nilai, seperti ketika perusahaan dan serikat pekerja
setuju pada solusi yang memberikan hasil dengan mengorbankan
lingkungan atau minoritas.
Kesulitan lain adalah bahwa konflik akan muncul kembali secepat
harapan ini frustrasi, atau segera setelah kelompok stake holder tertentu
dipengaruhi oleh tren dalam teknologi, permintaan, persaingan, regulasi
atau faktor lain: selama hubungan stake holder diatur oleh perjuangan
atas sewa, keseimbangan apapun akan berbahaya. Dalam setiap kasus,
pendekatan ini - yang sangat luas dalam literatur dan dalam praktek
bisnis gagal melampaui murni ekonomi penciptaan nilai.
69
Manajemen Aset Intelektual
70
Manajemen Aset Intelektual
71
Manajemen Aset Intelektual
72
Manajemen Aset Intelektual
depan. Dalam hal ini, itu tidak dapat diganti dengan jenis lain dari
nilai. Nilai transenden memiliki bidang etika.
6. Nilai yang terdiri dari eksternalitas positif atau negatif, yaitu, nilai
yang dirasakan oleh seseorang selain yang dengan siapa ia
berhubungan atau transaksi dilakukan.
Sebagai contoh, hubungan antara karyawan dan perusahaan dapat
mengakibatkan kerugian bagi lingkungan hidup; atau mereka
mungkin menghasilkan pengetahuan yang diberikan kepada orang
lain; atau mereka mungkin memotivasi orang lain untuk terlibat
dalam tindakan korupsi (contoh buruk). Jenis nilai (atau disvalue)
tidak muncul langsung dalam hubungan antara perusahaan dan
karyawan; namun mempengaruhi mereka selama proses
pembelajaran yang dihasilkan secara evaluatif yang merupakan
cara internalisasi efek nilai ini.
Berbagai jenis nilai yang hadir di semua hubungan antara
perusahaan dan stake holder. Untuk tingkat yang lebih besar atau lebih
kecil mereka ditunjukkan dalam setiap tindakan, sering tanpa pihak
yang berkepentingan menyadarinya. Beberapa hal secara kumulatif,
kadang-kadang sesuai batas (operasional dan pengetahuan evaluatif
tidak memiliki hasil yang menurun, tidak seperti kepuasan berasal dari
nilai ekstrinsik dan intrinsik nilai psikologis). Mereka bisa mempunyai
nilai positif atau negatif , nilai ekonomi mungkin mengurangi biaya
kesempatan;pembelajaran evaluatif mungkin bernilai negatif dan bisa
menghancurkan kemampuan orang untuk membuat keputusan yang
konsisten di masa yang akan datang.
Dan mereka yang bisa menghasilkan lebih atau kurang suatu
nilai termasuk nilai ekonomi dalam jangka panjang, karena nilai
operasional dan pembelajaran evaluatif meningkatkan kemampuan
perusahaan dan individu untuk menghasilkan lebih nilai ekstrinsik.
Jika kita memperluas konsep nilai-nilai atau gagasan yang
bisamenciptakan nilai bagi seluruh stakeholder dengan mengambil
makna baru. Oleh karena itu, kita bisa bicara tentang proses yang
berbeda dengan jenis nilai yang diciptakan.
Teori stakeholder berdasarkan kepentingan umum (Argandoña,
1998) adalah justru sarana menjelaskan bagaimana bahwa nilai non
ekonomi diciptakan untuk yang semua berkontribusi dan yang semua
juga menerima, meskipun tanpa klaim untuk ekivalensi.
"Memaksimalkan nilai bagi seluruh stakeholder," yang merupakan tugas
yang mustahil selama kita terbatas diri untuk nilai ekonomi, sekarang
73
Manajemen Aset Intelektual
Kesimpulan
Teori Stakeholder telah dipuji karena mengatasi pandangan sempit
yang mengatakan bahwa satu-satunya tujuan perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai ekonomi bagi pemegang saham (Freeman,
2008b).
Memperkenalkan penciptaan nilai bagi seluruh stakeholder
memperluas kerangka manajemen, membawanya lebih dekat ke
optimum ekonomi yang lebih realistis, menghasilkan nilai koperasi baru
kemampuan penciptaan, dan mengatasi beberapa konflik. Selama tetap
fokus tetap pada nilai ekonomi , ada solusi yang akan diserap, karena
proses penyerapan nilai selalu disertai konflik dari segala hal. Jika
jumlah nilai ekonomi yang dihasilkan dalam peningkatan perusahaan,
orang akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak bisa memiliki bagian
yang lebih besar dan, jika mereka tidak bisa, mengapa mereka harus
tidak mendapatkan seperti porsi orang lain. Jadi, kritik diberikan
terhadap model stakeholder (Mele, 2002, 2009) dibenarkan.
Dalam tulisan ini saya telah mengusulkan perluasan sudut pandang
teori stakeholder. Jika nilai yang diciptakan dalam perusahaan tidak
hanya dari satu jenis, tetapi beberapa, adalah lebih baik untuk
menemukan cara menciptakan nilai ekonomi dan non ekonomi dengan
74
Manajemen Aset Intelektual
75
Manajemen Aset Intelektual
BAB VI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh intellectual
capital terhadap kinerja sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Medan
2) mengetahui pengaruh human capital, structural capital, dan
relational capital terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota
Medan. Penelitian ini menggunakan metode action research. Metode
pengolahan data digunakan metode diskriminan dan analisis Struktural
Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
intellectual capital khususnya human capital memiliki peran atau
mempengaruhi kinerja sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Medan.
Human capital berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap
kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Sedangkan structural
capital dan relational capital berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kinerja perguruan tinggi negeri di Kota Medan. Intellectual
capital berkaitan dengan Tridharma perguruan tinggi akan lebih
mengarah pada pengukuran kinerja dosen sebagai unsur dari human
capital yang akan mempengaruhi kinerja perguruan tinggi negeri di
Kota Medan. Sehingga intellectual capital yang terbentuk mampu
memberikan nilai terhadap kualitas masing-masing PTN dan dapat
menjadi tolok ukur kinerja suatu perguruan tinggi negeri.
PENDAHULUAN
Persaingan global, pada saat sekarang ini sudah berlaku bagi
dunia pendidikan. Tantangan terbesar bagi perguruan tinggi di Indonesia
adalah tingkat persaingan yang semakin tinggi antar perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta. Perguruan Tinggi sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal semakin dituntut untuk mempersiapkan
76
Manajemen Aset Intelektual
77
Manajemen Aset Intelektual
78
Manajemen Aset Intelektual
LANDASAN TEORI
Intellectual capital (IC) Intellectual capital adalah merupakan aset
yang tidak berwujud atau intangible asset yang dimiliki oleh
perusahaan. Intellectual capital (IC) digunakan pada literatur
manajemen, merujuk kepada hal nilai-nilai yang tidak berwujud yang
meliputi: hubungan karyawan, manajemen staff, pengguna/customer dan
stakeholder lainnya.
Model IC yang umum digunakan memiliki tiga kategori utama
dari intangible assets : human, structural and relational (Edvinsson,
1999; Sullivan, 2000; Bontis, 2001).
79
Manajemen Aset Intelektual
Kinerja
Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan (business
performance) dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan oleh
pihak internal maupun eksternal. Menurut Moeheriono (2010), kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
dalam suatu organisasi secara kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing sebagai upaya untuk
mencapai tujuan organisasi maupun etika.
Sastrohadiwiryo (2003), menyebutkan bahwa pada umumnya kinerja
dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan, pengalaman dan kesanggupan
tenaga kerja yang bersangkutan, dan semuanya itu merupakan faktor
dari aset non-keuangan. Sastrohadiwiryo (2003) juga menyebutkan
penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen
untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja
dengan uraian diskripsi dalam suatu periode tertentu. Pengukuran
kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan
kegiatan dalam arah pencapaian sasaran, tujuan, visi dan misi melalui
hasil-hasil yang ditampilkan ataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan.
80
Manajemen Aset Intelektual
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah seluruh dosen yang mengajar di
perguruan tinggi negeri di Kota Medan yaitu UIN (IAIN), USU dan
UNIMED.
Sampel penelitian ini berjumlah 300 orang yang diambil sebanyak
100 orang responden dari masing-masing perguruan tinggi tersebut.
Sampel diambil dengan metode accidental sampling.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
kuesioner dan nantinya akan diolah melalui metode analisis diskriminan
dan analisis Structural Equation Model.
KERANGKA KONSEPTUAL
Saat ini perguruan tinggi menjadi objek perhatian yang besar dalam
pengembangan intellectual capital diluar jalur konvensional/profit
oriented. Penyebabnya adalah fakta bahwa tujuan utama perguruan
tinggi untuk memproduksi dan menyebarkan pengetahuan, serta
aktvitas riset dan pengembangan sumber daya manusia (Canibano dan
Sanchez, 2005).
Pengetahuan dan kapasitas inovasi secara efektif menjadi nilai
penting bagi pengendalian aktivitas perusahaan sehingga perusahaan
bisa menggunakan aset lainnya secara efisien dan ekonomis pada
akhirnya perusahaan bisa mencapai keunggulan kompetitif (Ruppert
dalam Sawarjuwono, Kadir, 2003). Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan dalam pengukuran intangible asset adalah intellectual
capital.
Intellectual capital ini mempengaruhi kinerja perusahaan/orgnanisasi
seperti dalam penelitian divianto pada tahun 2010 dengan judul
Pengaruh Faktor-Faktor Intellectual Capital (Human Capital, Structural
Capital Dan Customer Capital) Terhadap Business Performance. Hasil
penelitian nya bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja bisnis.
81
Manajemen Aset Intelektual
INTELLECTUAL CAPITAL
HUMAN CAPITAL
STRUCTURAL
KINERJA
CAPITAL
RELATIONAL
CAPITAL
Defenisi Operasional
Variabel Independen/eksogen
Intellectual capital merupakan aset tidak berwujud perusahaan dan
digunakan untuk memperoleh kesuksesan organisasi dan memiliki daya
kompetitif yang tinggi.
Terdiri dari:
Human Capital
Merupakan seperangkat nilai, perilaku, kualifikasi, dan keahlian
yang dimiliki oleh anggota organisasi sehingga menghasilkan nilai
bagi perusahaan. Indikatornya adalah: ketersediaan profesor,
pelatihan dan pendidikan, prestasi dosen, dan kompetensi dosen.
Structural Capital
Adalah kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi
seluruh aktivitas organisasi dan struktur yang mendukung anggota
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Indikatornya adalah:
fasilitas akademik dan penelitian, rasio dosen per mahasiswa,
lisensi/hak paten, sistem dan program kerja, dan ketepatan visi
dengan misi perguruan tinggi.
Relational Capital
Adalah hasil dari kemampuan organisasi untuk berinteraksi secara
positif
82
Manajemen Aset Intelektual
Variabel Dependen/endogen
Kinerja perguruan tinggi yaitu hasil pencapain yang telah
diperoleh. Indikatornya adalah: daya saing, reputasi, pencapaian target,
kegiatan penelitian, tata kelola manajemen perguruan tinggi.
Pengolahan Data
Analisis Statistik Deskriptif
Kuesioner yang disebar seluruhnya dapat dipergunakan dengan
respon rate sebesar 90%. Responden penelitian secara umum
digambarkan bahwa dosen yang ada pada masing-masing perguruan
tinggi negeri di dominasi oleh dosen dengan jenjang pendidikan S2
(60%) dan dosen dengan jenjang pendidikan S3 (40%). Perguruan tinggi
negeri di Kota Medan juga didominasi oleh dosen yang masih muda
(junior) dengan jenjang usia 28-38 tahun (40%), usia 39-49 tahun (35%)
dan usia ≥ 50 tahun hanya (25%).
Analisis SEM
Pengolahan data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah
melalui metode analisis data Structural Equation Model (SEM) dengan
bantuan AMOS 18.0.
Hasil pengolahan diperoleh model penelitian berikut ini:
83
Manajemen Aset Intelektual
Estimate P Hasil
Kinerja <--- HC 1.203 *** Signifikansi
Tidak
Kinerja <--- SC -0.158 0.309
Signifikan
Tidak
Kinerja <--- RC -0.103 0.265
Signifikan
*** : 0,000 (highly signficant)
Sumber: Hasil Pengolahan
Data (2016)
84
Manajemen Aset Intelektual
85
Manajemen Aset Intelektual
86
Manajemen Aset Intelektual
87
Manajemen Aset Intelektual
88
Manajemen Aset Intelektual
89
Manajemen Aset Intelektual
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
Perguruan tinggi harus terus berupaya mendukung para dosen dan
staff akademik untuk meningkatkan prestasi dan kompetensinya
sebagai tenaga professional dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya melalui dukungan sarana dan kesempatan
pendidikan dan pelatihan.
90
Manajemen Aset Intelektual
91
Manajemen Aset Intelektual
BAB VII
PENGARUH MODAL SOSIAL,
INTELECTUAL CAPITAL DAN STRATEGI
ENTREPRENEURSJIP TERHADAP
COMPETITIVE ADVANTAGE
MAHASISWA WIRAUSAHA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis social capital,
intelectual capital dan strategic entrepreneurship dalam meningkatkan
competitive advantage. Penelitian ini merupakan penelitian survei
dengan tipe eksplanatori. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 153 mahasiswa wirausaha di Kota Medan .
Hasil penelitian menunjukkan competitive advantage dalam
berwirausaha dapat tercipta melalui modal sosial, intellectual capital
dan Strategic entrepreneurship .
PENDAHULUAN
Negara yang makmur dan sejahtera rakyatnya ketika dalam
pembangunannya pemerintah memprioritaskan kewirausahaan sebagai
prioritas utama, contoh: negara Amerika, Inggris, Jerman, Kanada,
Jepang, Korea serta Singapur dan Malaysia, menjadi negara maju dan
rakyatnya makmur mengembangkan kewirausahaan.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi generasi
muda, karena mereka yang akan menjadi penerus bangsa. Namun di
Indonesia, sebagaimana di negara berkembang lainnya, pendidikan saja
tidak akan menjamin tersedianya pekerjaan. Masih banya pemuda
Indonesia yang berpendidikan tinggi masih menganggur. Lapangan
kerja yang tersedia di pasar tidak sebanding dengan pertumbuhan
angkatan kerja. Oleh karena itu perlu upaya sehingga para pemuda
terutama yang berpendidikan tinggi mampu menciptakan lapangan kerja
untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain dengan menjadi wirausaha
92
Manajemen Aset Intelektual
93
Manajemen Aset Intelektual
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
wirausaha di tiga universitas tersebut sedangkan yang menjadi sampel
purposive yaitu yang diambil adalah yang memenuhi kriteria mahasiswa
wirausaha yaitu sudah mempunyai usahaselama 1 tahun dan merupakan
binaan dari masing-masing center kewirausahaan di perguruan tinggi
masing-masing yang berjumlah 153 (seratus lima puluh tiga) orang.
RC
Soc. Capital
- Network
- Norma
- Trust
- Entrepnurial
Mindset Straytegy
- Balancing Entrepreneurur
Exploration ship
- Continous
Inovatrion
94
Manajemen Aset Intelektual
95
Manajemen Aset Intelektual
net no Tingkat_ Entreprene Balancing Continiou Huma Struktur Relatio Financi Competiti Organizatio
wo rm Kepercay urial_Mind _Explorat s_Innovat n_Cap al_Capi nal_Cap al_Capi ve_Advan nal_Advant
rk a aan set ion ion ital tal ital tal tage age
N Val 15 15 153 153 153 153 153 153 153 153 153 153
id 3 3
Mi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ssi
ng
Mean 3.5 4. 4.6340 4.1438 3.9412 4.0719 4.0784 4.6275 4.4379 2.1373 3.4183 7.7647
94 50
8 98
Media 4.0 5. 5.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 5.0000 4.0000 2.0000 3.0000 8.0000
n 00 00
0 00
Std. .61 .5 .48330 .38761 .34859 .53930 .37222 .48507 .55996 1.1358 .61360 .87182
Deviat 17 01 9
ion 0 55
Minim 2.0 4. 4.00 3.00 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 1.00 2.00 6.00
um 0 00
Maxi 5.0 5. 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 10.00
mum 0 00
96
Manajemen Aset Intelektual
responden tertinggi dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai
tengah penilaian responden terhadap variabel network dalam skala 4
yaitu sangat setuju.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel norma adalah
4,50. penilain terendah responden adalah dalam skala 4 yaitu sangat
setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu
sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap
variabel inidalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel tingkat
kepercayaan adalah 4,60. penilain terendah responden adalah dalam
skala 4 yaitu sangat setuju sedangkan penilain responden tertinggi
dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian
responden terhadap variabel inidalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.
Rata-rata penilaian responden terhadap variableentrepreneurial
mindset adalah 4,14. Penilain terendah responden adalah dalam skala 3
yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu
sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap
variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel balancing
exploration adalah 3,94. Penilain terendah responden adalah dalam
skala 3 yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala
5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden
terhadap variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Continious
Innovation adalah 4,07. Penilain terendah responden adalah dalam skala
3 yaitu setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5
yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap
variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel human capital
adalah 4,07. Penilain terendah responden adalah dalam skala 3 yaitu
setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala 5 yaitu
sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden terhadap
variabel inidalam skala 4 yaitu sangat setuju.
Rata-rata penilaian responden terhadap variabel struktural
capital adalah 4,62. Penilain terendah responden adalah dalam skala 4
yaitu sangat setuju sedangkan penilain responden tertinggi dalam skala
5 yaitu sangat setuju sekali dan nilai tengah penilaian responden
terhadap variabel ini dalam skala 5 yaitu sangat setuju sekali.
97
Manajemen Aset Intelektual
Model Summary
Model Adjusted R Std. Error of the
R R Square Square Estimate
dimension0 1 .510a .260 .240 .53026
a. Predictors: (Constant), GENDER, INTCAP, STRAENT, MODSOS
ANOVAb
Model Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
1 Regression 14.625 4 3.656 13.003 .000a
Residual 41.615 148 .281
Total 56.240 152
a. Predictors: (Constant), GENDER, INTCAP, STRAENT, MODSOS
b. Dependent Variable: COMPADV
Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.227 .786 -1.562 .120
MODSOS -.411 .189 -.227 -2.171 .031
STRAENT 1.419 .253 .582 5.599 .000
INTCAP .174 .208 .075 .835 .405
GENDER -.183 .088 -.148 -2.083 .039
a. Dependent Variable: COMPADV
98
Manajemen Aset Intelektual
99
Manajemen Aset Intelektual
100
Manajemen Aset Intelektual
DAFTAR PUSTAKA
101
Manajemen Aset Intelektual
Ching, Choo Huang & Luther, Robert & Tayles, Michael. 2007. An
evidence-basedtaxonomy of intellectual capital. Journal of
Intellectual Capital, Vol. 8 Iss: 3 pp.386 - 408.
Djumena, erlangga, 1 Maret 2013, “ ini daftar investasi Bodong yang
sudah makan korban., kompas , 23 maret 2013. www. Bisnis
keuangan. Kompas.com
Ferdinand, Augusty (2006), Metode Penelitian Manajemen : Edisi 2 :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam (2005), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS : Edisi 3 : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Maholtra, Naresh K (2004), Marketing Research : International Edition
: Prentice Hall.
Kotler,Phillip, Amstrong,Gary. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran.
Penerbit Erlangga
Kumar Alok, 2009, “Dynamic Style Preferences of Individual Investors
and Stock Return,“,Journal of Financial & Quantitative Analysis
Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran. Pendekatan Praktis.
Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu
M. E. Blume dan Irwin Friend, 1978, “The Changing Role of the
Individual Investor”, (New York:John Wiley and Sons
Nagy Robert A. dan Obenberger Robert W, 1994, “Factors Influencing
Individual InvestorBehavior,” Financial Analysts Journal, pp. 63-
68
Permadi, Cahya.2002. “Analisis Pengaruh Modal Sosial Organisasi &
Modal Intelektual Organisasi terhadap Keunggulan Organisasi”.
Semarang, Universitas Diponegoro.
Ritter Jay. R, “Behavioral Finance,” Pacific-Basin Finance Journal Vol.
11, No 4, (September 2003), pp. 429-437
See J. Von Neumann dan O. Morgenstern, 1947, “Theory of Games and
Economic Behavior“, Princeton: Princeton University Press
Toral Al, 2002, ‘Other Ways to Score Invesment Points”, Pure
Fundamentalist
W. E. Warren, R. E. Stevens dan C. W. McConkey, 1990, “Using
Demographic and LifestyleAnalysis to Segment Individual
Investor,” Financial Analysts Journal
W. G. Lewellen, R. C. Lease dan G. C. Schlarbaum, 1977, “Patterns
OfInvestment StrategyAnd Behavior Among Individual Investor”,
Journal Of Business, pp. 296-333
102
Manajemen Aset Intelektual
BAB VIII
Abstract :
This research to determine the influence of intellectual capital and
growth Bank in Indonesian. The independent variable in this research
is the intellectual capital as measured by vaca, vahu, stva and the
dependent variable is Growth. The obtained of data from 46 Bank, are 4
Goverment Bank, 18 Regional Development Bank, 14 Joint Bank and 10
Foreign bank, and publisher a complete the financial of reports for 5-
year periods, it starting from 2008 until 2012. This research uses The
Pulic Model (Value Added Intellectual Capital Coefficient-VAICTM) as
the efficiency measure of intellectual capital component. The method
used is descriptive analysis and simple regression analysis with dummy
variable and use SPSS for windows to process. The result show that
vaca, vahu and stva to growth is significance difference between
goverment bank, regional bank, joint bank and foreign bank.
1. Pendahuluan
Modal intelektual dan teknik mengukur intellectual capital (IC)
masih terus berkembang. Sulitnya mengukur intellectual capital
sehingga Pulic (1998) menelti ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai
tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value
Added Intellectual Coefficient – VAIC™). Komponen utama dari
VAIC™ yang merupakan sumber daya perusahaan, yaitu physical
capital (VACA–value added capital employed), human capital
(VAHU–value added human capital), dan structural capital (STVA–
structural capital value added). VACA merupakan indikator atau nilai
tambah yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. VAHU
mengindikasikan seberapa besar value added yang diciptakan oleh
103
Manajemen Aset Intelektual
2. KAJIAN PUSTAKA
Komponen utama dari VAIC TM yang dikembangkan Pulic
tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical
capital (VACA–Value Added Capital Employed), human capital
(VAHU–Value Added Human Capital) dan structural capital (STVA–
Structural Capital Value Added).
104
Manajemen Aset Intelektual
105
Manajemen Aset Intelektual
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian
kausal dan komparatif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan
untuk menganalisis dan membandingkan intellectual capital dan Value
Creation pada sektor perbankan di Indonesia.Penelitian dilakukan di
Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia di Jakarta, juga melalui
media internet dengan situs www.bi.go.id dan www.bei.co.id. Periode
penelitian adalah tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Tabel 1
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel
No Karakteristik Perusahaan Jumlah Bank
1 Bank Pembangunan Daerah 18
2 Bank Umum Pemerintah 4
3 Bank Campuran 14
4 Bank Asing 10
Total 46
A. Bank Pemerintah
Tabel 1 . Model Summary
Dependent Variable R R2 Std. Error
ROA 0.709 0.503 1.58782
BOPO 0.724 0.524 28.195386
ATO 0.579 0.336 7.2538085
GR 0.590 0.348 2.03779
106
Manajemen Aset Intelektual
B. Bank Regional
Tabel 3 . Model Summary
Dependent Variable R R2 Std. Error
ROA 0.849 0.72 1.19115
BOPO 0.749 0.562 27.047983
ATO 0.728 0.531 6.097665
GR 0.941 0.886 0.85186
107
Manajemen Aset Intelektual
C. Bank Campuran
Tabel 5. Model Summary
Dependent Variable R R2 Std. Error
ROA 0.938 0.881 0.77785
BOPO 0.831 0.691 22.715066
ATO 0.656 0.431 6.7157517
GR 0.685 0.469 1.83876
108
Manajemen Aset Intelektual
Campuran hanya human capital yang menjadi tujuan utama bank ini
dalam meningkatkan laba perusahaan karena dana yang dikeluarkan
dalam intellectual capital masih sangat dipertimbangkan. Selain itu,
intellectual capital yang telah dikeluarkan oleh perusahaan secara
langsung mempengaruhi upaya perusahaan mendapatkan kinerja yang
lebih baik. Namun hal ini membedakan antara sektor bank campuran
dengan bank lainnya.
D. BANK ASING
Tabel 7. Model Summary
Dependent Variable R R2 Std. Error
ROA 0.710 0.504 1.58487
BOPO 0.717 0.514 28.470845
ATO 0.473 0.224 7.8411407
GR 0.616 0.397 1.98794
109
Manajemen Aset Intelektual
5.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA
berpengaruh terhadap terhadap ROA, ATO, BOPO dan GR pada setiap
sektor bank di Indonesia. Pengaruh intellectual capital tersebut terhadap
ROA,ATO,BOPO dan GR berbeda untuk masing-masing struktur
kepemilikan bank di Indonesia baik pada Bank Pemerintah,Bank
Regional, Bank Asing maupun Bank Campuran.
5.2. SARAN
Bagi perusahaan perbankan sebaiknya lebih fokus untuk
meningkatkan nilai intelektual capital dengan lebih meningkatkan
pada biaya tenaga kerja khususnya untuk dana pelatihan karyawan
sehingga biaya operasional bisa lebih efektif dan tentu akan
meningkatkan laba perusahaan dan juga pertumbuhan laba (GR) dan
tentu saja hal itu akan meningkatkan Asets Turn Over juga sehingga
perputaran aset yang tidak berwujud yaitu Intellectual Capital
semakin baik.
Bagi penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian Intellectual
Capital dengan mengkombinasikan data primer dan data sekunder
untuk menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan intellectual
capital pada industri tersebut.
110
Manajemen Aset Intelektual
DAFTAR PUSTAKA
111
Manajemen Aset Intelektual
112