Anda di halaman 1dari 8

PERAN INTELLECTUAL CAPITAL DALAM STRATEGI BISNIS

Putri Ayu
Pendidikan Akuntansi ,Fakultas Ekonomi , Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Email : putriayu042003@gmail.com

Abstrak
Di Indonesia, pengungkapan intellectual capital di Indonesia masih rendah.
Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran terhadap pentingnya intellectual capital dalam
menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan dan shareholder
value. Tulisan ini menguraikan tentang bagaimana modal intelektual atau intellectual
capital sangat berperan dam mengantarkan perusahaan memenangkan persaingan atau
keunggulan bersaing (competitive advantage) . Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peran intelektual capital dalam strategi bisnis yang termuat dalam human
capital, organizational capital dan social capital. Dalam penulisan ini peneliti menggunakan
penelitian kepustakaan yaitu mengambil berbagai sumber referensi yang mendukung
suatu penelitian ini. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
yaitu menyimak serta mencatat informasi penting dalam melakukan analisis data dengan
cara reduksi data, display data dan gambaran kesimpuan sehingga mendapatkan suatu
gambaran kesimpulan mengenai studi literatur untuk dikembangkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital sangat berperan dalam
kegiatan bisnis , terkhusus bagi perusahaan . Ketika intellectual capital ditingkatkan
pengenalan dan pemanfaatannya secara optimal, maka akan membantu meningkatkan
kepercayaan stakeholder terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang dapat
mempengaruhi return saham perusahaan.
Kata Kunci : Intellectual Capital , Human Capital, Organizational Capital Dan Social Capital.

PENDAHULUAN
Modal intelektual (intellectual capital) adalah suatu instrumen untuk menentukan
nilai perusahaan. Intellectual capital meruapakan komponen yang disusun, ditangkap, dan
digunakan suatu peusahaan untuk menghasilkan nilai aset yang lebih tinggi. Sedangkan
aset intelektual atau aset pengetahuan sendiri terdiri dari modal pelanggan (relational
capital), modal karyawan (human capital), dan modal organisasi (structural capital) yang
digunakan perusahaan untuk meningkatkan nilai dan memperluas nilai perusahaan.
Menurut Setianto (2014), mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen spesifik
atas intellectual capital, diantaranya adalah : (1) Modal manusia (human capital),
merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu perusahaan. (2) Modal Pelanggan (relational capital), merupakan
suatu pengetahuan yang melekat pada hubungan yang mapan dengan lingkungan
eksternal. (3) Modal Organisasi (structural capital), merupakan kemampuan
organisasi/perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya
mendukung usaha karyawan dalam menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta
kinerja bisnis secara menyeluruh, misalnya : budaya organisasi, filosofi manajemen, sistem
operasional perusahaan, proses manufacturing, dan semua bentuk intellectual proporty
yang dimiliki perusahaan.

TiNJAUAN PUSTAKA
Intellectual Capital
Intellectual capital (modal intelektual) adalah asset tidak berwujud berupa sumber
daya informasi serta pengetahuan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
bersaing serta dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut International Federation
of Accountan (IFAC) terdapat beberapa istilah yang hampir mirip dengan intellectual
capital, antara lain intellectual property, intelektual aset, kowledge asset yang semuanya
bermaksud sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki
perusahaan (Widyaningrum, 2004), sedangkan menurut Gunawan dkk (2013), Intellectual
Capital merupakan aset tidak berwujud, termasuk informasi dan pengetahuan yang
dimiliki badan usaha yang harus dikelola dengan baik untuk memberikan keunggulan
kompetitif bagi badan usaha.
Menurut Sangkala, intellectual capital memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Non Rivalrous, artinya sumber daya tersebut dapat digunakan secara berkelanjutan
oleh berbagai macam pemakai, di dalam lokasi yang berbeda dan pada saat yang
bersamaan.
2. Increasing Return, artinya mampu menghasilkan peningkatan keuntungan margin
per incremental unit dari setiap investasi yang dilakukan.
3. Not Additive, artinya nilai yang tercipta bisa terus-menerus meningkat, tanpa
mengurangi unsur pokok dari sumber daya tersebut, karena sumber daya ini adalah
codependent dalam penciptaan nilai.
International Federation of Accountan (IFAC) mengklasifikasikan intellectual capital
dalam tiga kategori, yaitu: human capital, Structural Capital atau Organization Capital dan
Relational Capital atau Customer Capital yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut
(Sawarjuwono dan Kadir, 2003):

a. Human Capital
Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Disinilah sumber
innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human
capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan
dan kompensasi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human Capital akan
meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
Memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dalam modal ini, yaitu training
programs, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programs,
individual potential and personality.
b. Structural Capital atau Organization Capital
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi
proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhaan, misalnya:
sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan
semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang
buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang
tidak dimanfaatkan secara maksimal.
c. Relational Capital atau Customer Capital
Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara
nyata. Rational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan
berkualitas, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar. Relation capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang
dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

Pengukuran Intellectual Capital


Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didesain untuk menyajikan
informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak
berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. VAIC merupakan instrument untuk
mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Metode ini untuk mengukur seberapa dan
bagaimana efisiensi intellectual capital dan capital employed dalam menciptakan nilai
berdasarkan pada hubungan tiga komponen utama, yaitu (1) Human capital, (2) Capital
employed, (3) Structural capital.
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA).
Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam pentiptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih
antara output dan input. Output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk
dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan
dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour
expense) tidak termasuk dalam IN. Proses value creation dipengaruhi oleh efisiensi dari Human
Capital (HC), Capital Employed (CE), dan Structural Capital (SC):
1. Value added of Capital Employed (VACA)
Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan
oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE
(Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka
berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian,
pemanfaatan (Intellectual Capital) IC yang lebih baik merupakan bagian dari (Intellectual
Capital) IC perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC
mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC)
dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1
rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya,
semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC
dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.

Contoh Kasus
Berikut adalah contoh kegagalan perusahaan yang belum mengedepankan
intellectual capital dalam menjalankan perusahaannya. Kasus yang sering disebut The
death of Samurai, Robohnya perusahaan-perusahaan raksasa Jepang seperti Sony,
Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo, langit diatas Tokyo terasa begitu kelabu, ada
kegetiran yang mencekam dibalik gedung-gedung raksasa yang menjulang disana. Industri
elektronika Jepang yang begitu kuat dan berkuasa 20 tahun silam sekarang perlahan
memasuki lorong keruntuhan. Dimulai dengan Sony yang kemudian diikuti Panasonic dan
Sharp mengumumkan angka kerugiannya trilyunan rupiah. Harga-harga saham
perusahaan raksasa tersebut menurun tajam. Sanyo bahkan harus rela menjual dirinya
dikarenakan sudah hampir bangkrut. Sementara itu Sharp berencana menutup divisi Air
Conditioner (AC) dan TV Aquosnya. Selanjutnya Sony dan Panasonic akan memberhentikan
ribuan karyawan. Dan yang terakhir Toshiba sebentar kemungkinan akan mengalami
kebangkrutan di divisi notebooknya, setelah produk televisinya juga mati. kegagalan demi
kegagalan terus menghujam industri elektronika raksasa Jepang. Dan beberapa
penyebabnya adalah adanya serbuan Samsung dan LG yang sangat menghentakkan
perusahaan-perusahaan elektronika Jepang.
menyebabkan perusahaan –perusahaan elektronika Jepang bisa seperti itu? Ada 3
faktor fundamental yang menyebabkannya yaitu:
1. Harmony Culture Error, dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci, speed
in decision making. Speed in product development, speed in product launch dan dalam hal
ini perusahaan Jepang kini tertinggal dikarenakan budaya mereka yang sangat
mengagungkan harmoni dan consensus. Budaya kerja yang sangat menjunjung consensus
bisa dilihat salah satunya seperti Top manajemen perusahaan –perusahaan Jepang bisa
menghabiskan waktu berminggu-minggu hanya sekedar untuk menemukan consensus
mengenai produk apa yang akan diluncurkan. Tapi sayangnya pada saat rapat selesai,
Samsung dan LG sudah keluar dengan produk baru. Budaya yang mementingkan consensus
membuat perusahaan-perusahaan Jepang sangat lamban dalam membuat keputusan dan
ini artinya kegagalan. Budaya yang menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif yang
radical nyaris tidak pernah bisa berkembang.
2. Seniority error, dalam era digital, inovasi adalah oksigen, inovasi adalah nafas yang tetap
mempertahankan keberlangsungan perusahaan, sayangnya budaya inovasi ini tidak
kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan seniority . Hampir semua
perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas, akibatnya hampir tidak bisa ditemukan
senior manager dalam usia 30-an tahun. Istilah Rising Star dan Young Creative Guy adalah
keanehan. Promosi di hampir semua perusahaan Jepang menggunakan metode urutan
berdasarkan umur yang lebih tua. Pada perusahaan Jepang loyalitas pasti akan sampai
pada tahap pensiun , dan apa artinya itu bagi inovasi? Budaya loyalitas permanen membuat
inovasi terhenti.
3. Old nation error, factor ini berkaitan dengan factor pertama dan kedua juga dengan
aspek demografi. Jepang adalah negeri yang menua, artinya lebih dari setengah penduduk
Jepang berusia diatas 50 tahun. Implikasinya, mayoritas senior manager di beragam
perusahaan Jepang masuk dalam katagori itu. Kategori karyawan yang sudah berumur
lanjut, disini hukum alam berlaku, karyawan yang sudah tua dan bertahun-tahun bekerja
pada lingkungan yang sama biasanya kurang peka dengan perubahan yang berlangsung
cepat. Dari kasus tersebut diatas bias dilihat bahwa inovasi yang merupakan bagian dari
intellectual capital sangat penting bagi suatu perusahaan, apalagi untuk perusahaan
elektronik, inovasi adalah kunci dari segalanya.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan penelitian kepustakaan yaitu mengambil berbagai sumber
referensi yang mendukung suatu penelitian ini. Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data yaitu menyimak serta mencatat informasi penting dalam
melakukan analisis data dengan cara reduksi data, display data dan gambaran kesimpuan
sehingga mendapatkan suatu gambaran kesimpulan mengenai studi literatur untuk
dikembangkan dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capital sangat berperan dalam
kegiatan bisnis , terkhusus bagi perusahaan . Ketika intellectual capital ditingkatkan
pengenalan dan pemanfaatannya secara optimal, maka akan membantu meningkatkan
kepercayaan stakeholder terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang dapat
mempengaruhi return saham perusahaan.
Perusahaan yang bisa unggul adalah perusahaan yang mempunyai kekuatan yang
benar-benar unik dan sulit ditiru oleh para pesaingnya, dan itu bisa dilihat dari adanya
adaptasi, inovasi dan kualitas sumberdaya manusia dalam mengantisipasi perubahan yang
begitu cepat. Keunggulan seperti ini hanya bisa dicapai apabila perusahaan tersebut
mempunyai basis sumber daya. Menurut Choo (1998), yang menyatakan bahwa
perusahaan yang benarbenar mampu bertahan lama, terus berkembang, bukan karena
ukuran dan keberuntungan, tetapi karena memang perusahaan-perusahaan tersebut
mampu menunjukkan kapasitasnya untuk beradaptasi lebih cepat dengan tuntutan zaman.
Perusahaan tersebut secara terus menerus melakukan inovasi, dan mengambil tindakan
yang tepat untuk menggerakkan perusahaannya ke arah tujuan yang diinginkan,
kemampuan tersebut hanya mungkin terwujud jika perusahaan tersebut secara efektif
menggunakan sumber daya pengetahuan atau intellectual capital.

KESIMPULAN
Intellectual capital adalah salah satu penentu keberhasilan perusahaan, perusahaan
akan mampu memenangkan persaingan atau memperoleh keunggulan bersaing
(competitive advantage) melalui inovasi yang merupakan bagian dari intellectual capital,
baik itu inovasi produk maupun innovasi teknologi, sehingga mampu menghasilkan produk
dan jasa dengan kualitas terbaik dan kecepatan dalam proses produksi guna memenuhi
kebutuhan pasar dan tidak didahului oleh perusahaan lain.

DAFTAR PUSTAKA
Indra Lila Kusuma, 2010, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Informasi Intellectual Capital dan Implikasinya Terhadap Reaksi Investor di Indonesia, Jurnal
Infestasi, Universitas Trunojoyo.
Indra Lila Kusuma,2015, Intellectual Capital : Salah Satu Penentu Keunggulan Bersaing.
Lusianah, S.E., M.Ak.2020, Intellectual Capital,
https://accounting.binus.ac.id/2020/12/20/intellectual-capital/.
Kustoro Budiarta,2015,Peran Knowledge Management, Human Capital,dan Strategi Inovatif
Terhadap Institusi Perguruan Tinggi Pestasi di Indonesia, Jurnal Management Informasi dan
Pengetahuan,Vol.5 No.5.
Kustoro Budiarta,dkk,2021,Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Petani Markisa di Sumatra
Utara, Jurnal Niagawan, Vol.10 , No. 1.
Organization for Economic Co- Operatin and Development (OECD). 1999. International
Symposium on Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences, Issues and
Prospects.Amsterdam, June.
Riadi Muchlisin,2017, Pengertian, Komponen dan Pengukuran Intellectual Capital.
https://www.kajianpustaka.com/2017/09/intellectual-
capital.html#:~:text=Intellectual%20capital%20(modal%20intelektual)%20adalah,serta%2
0dapat%20meningkatkan%20kinerja%20perusahaan

Anda mungkin juga menyukai