Anda di halaman 1dari 22

REKAYASA IDE

Makalah Intelectual Capital

Mata kuliah: Pengantar Bisnis

Dosen Pengampu: Kustoro Budiarta

Disusun oleh:

RIZKY BAYU ANANDA (7211220011)

AKT – C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan khadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan berkat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ide. Kami
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Kustoro Budiarta selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Bisnis, yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat belajar dan mengembangkan
pengetahuan tentang Pengantar Bisnis dengan baik.

2. Orang tua yang senantiasa memberi kami dukungan dalam perkuliahan baik dalam
memberikan semangat maupun dana sehingga kami dapat membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu saya sangat menantikan kritik maupun saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah inidan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Medan, 21 Mei 2022

RIZKY BAYU ANANDA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................2

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

2.1 Pengertian Intellectual Capital.............................................................................................4


2.2 Karakteristik Intellectual Capital..........................................................................................5
2.3 Komponen Intellectual Capital.............................................................................................6
2.4 Pengukuran Intellectual Capital.........................................................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dibidang ekonomi saat ini cukup membawa banyak dampak
perubahan yang signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis sehingga membutuhkan
banyak strategi dalam bersaing di sebuah industri perusahaan. Salah satu strategi yang
digunakan adalah dengan menggunakan kemampuan modal intelektual (intellectual
capital). Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak cukup
hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud saja, melainkan lebih kepada inovasi,
sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya organisasi yang dimilikinya
Pada kenyataannya, modal intelektual (intellectual capital) masih sangat
dipandang rendah oleh sebagian orang karena mereka hanya perduli pada hasil (output)
yang disajikan dalam laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan,
namun banyak terjadi kemungkinan suatu perusahaan tersebut meningkatkan hasil laba
yang setinggi-tingginya untuk menarik minat para investor agar berinvestasi tanpa
melibatkan modal intelektual didalamnya yang mengakibatkan penyajian laporan
keuangan tersebut kurang maksimal. Padahal, dalam pembuatan laporan keuangan
sangat dibutuhkan modal intelektual didalamnya karena perusahaan yang memiliki
modal intelektual baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan sehingga
laporan keuangan yang disajikan juga akan baik dan sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
Intelektual Capital mulai menjadi aset yang sangat bernilai tinggi di sebuah
perusahaan, khususnya dalam dunia bisnis modern yang saat ini sedang berkembang.
Basis pertumbuhan perusahaan berubah dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja
(labor-based business) menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan (knowledge-based
business). Labor-based business memegang prinsip perusahaan padat karya, sedangkan
perusahaan-perusahaan yang menerapkan Knowledge-based business akan
meningkatkan suatu cara untuk mengelola pengetahuan sebagai sarana untuk
memperoleh penghasilan perusahaan
Bagi sebuah perusahaan, intellectual capital mampu menciptakan value added
demi tercapai keunggulan kompetitif perusahaan melalui berbagai inovasi yang
dikembangkan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila
menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif
yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan sehingga akan mendorong
terciptanya produk-produk yang semakin beranekaragam di mata konsumen

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Intellectual Capital?
2. Apa saja karakteristik Intellectual Capital ?
3. Apa saja Komponen Intelctual Capital?
4. Bagaimana Pengukuran Intellectual Capital ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Intellectual Capital
2. Untuk mengetahui Karakteristik Intellectual Capital
3. Untuk mengetahui Komponen Intellectual Capital
4. Untuk mengetahui Bagaiamana Pengukuran Intellectual Capital
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intellectual Capital

Intellectual capital atau modal intelektual adalah suatu aset yang tidak terwujud yang
dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan yang berfungsi untuk
meningkatkan kinerja dan kemampuan bersaing perusahaan serta memberikan nilai
dibanding perusahaan lain.
Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan dalam pembentukan kekayaan
intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan
perusahaan. Intellectual capital tidak hanya berupa goodwill ataupun paten seperti yang
sering dilaporkan dalam neraca. Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan,
penciptaan inovasi, sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas
penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari intellectual capital.

Berikut ini beberapa pengertian intellectual capital menurut beberapa sumber buku:
 Menurut Arfan Ikhsan (2008:83), Intellectual Capital adalah nilai total dari suatu
perusahaan yang menggambarkan aktiva tidak berwujud (intangible asstes)
perusahaan yang bersumber dari tiga pilar, yaitu modal manusia, struktural dan
pelanggan.
 Menurut Pangestika (2010), Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan
karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah
dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah
di identifikasi sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan, dan
kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai. 
 Menurut Stewart, Intellectual Capital (modal intelektual) adalah materi
intelektual pengetahuan, informasi, hak pemilikan intelektual, pengalaman yang
dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Ulum, 2013:189). 
 Menurut Gunawan dkk (2013), Intellectual Capital merupakan aset tidak
berwujud, termasuk informasi dan pengetahuan yang dimiliki badan usaha yang
harus dikelola dengan baik untuk memberikan keunggulan kompetitif bagi badan
usaha.
 Menurut Puspitasari (2011), Intellectual Capital adalah ilmu pengetahuan atau
daya pikir yang dimiliki oleh perusahaan, tidak memiliki bentuk fisik (tidak
berwujud), dan dengan adanya modal intelektual tersebut, perusahaan akan
mendapatkan tambahan keuntungan atau kemapanan proses usaha serta
memberikan perusahaan suatu nilai lebih dibanding dengan kompetitor atau
perusahaan lain.

2.2 Karakteristik Intellectual Capital


Menurut Sangkala, intellectual capital memiliki karakteristik sebagai berikut (Agustina,
2007):
 Non Rivalrous, artinya sumber daya tersebut dapat digunakan secara
berkelanjutan oleh berbagai macam pemakai, di dalam lokasi yang berbeda dan
pada saat yang bersamaan. 
 Increasing Return, artinya mampu menghasilkan peningkatan keuntungan
margin per incremental unit dari setiap investasi yang dilakukan. 
 Not Additive, artinya nilai yang tercipta bisa terus-menerus meningkat, tanpa
mengurangi unsur pokok dari sumber daya tersebut, karena sumber daya ini
adalah codependent dalam penciptaan nilai.

Sedangkan menurut Brooking, suatu aset dapat disebut sebagai intellectual capital jika
memenuhi karakteristik sebagai berikut
 Aset yang memberikan perusahaan kekuatan dalam pasar (trademark, kesetiaan
pelanggan, bisnis yang terus berulang, dll). 
 Aset yang menyajikan property dari hasil pemikiran intellectual property seperti
paten, merk dagang, hak cipta, dll.
 Aset yang memberikan organisasi kekuatan internal, seperti budaya perusahaan,
manajemen dan proses bisnis, kekuatan yang dihasilkan dari sistem teknologi
informasi, dll. 
 Aset yang dihasilkan dari individu yang bekerja di perusahaan seperti
pengetahuan mereka kompetensi, kemampuan networking, dll
2.3 Komponen Intellectual Capital
1. Human Capital ( Modal Manusia )
Human capital merupakan komponen dalam intellectual capital. Disinilah
sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit
untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan
yang sangat berguna, keterampilan dan kompensasi dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan
untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh
orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Human Capital akan
meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki
oleh karyawannya. Memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur
dalam modal ini, yaitu training programs, credential, experience, competence,
recruitment, mentoring, learning programs, individual potential and personality
Human capital adalah sekumpulan aspe pengetahuanan dan keahlian dan
kemampuan hingga keterampilan yang mana menjadikan seseorang manusia
sebagai aset di dalam perusahaan.human capital menjadi nilai tambah bagi
perusahaan dalam menjalankan operasional setia hari melalui
motivasi,kompetensi,serta kerja sama antar tim.kontribusi yang diberikan oleh
petani dapat berupa pengembangan skill petani untuk meningkatkan produktifitas
pertanian,pemindahaan pengetahuan yang dimiliki petani,serta perubahan budaya
yang ada di sektor pertanian.human capital adalah pemberdayaan modal
manusia, “pemberdayaan masya-rakat yaitu mengembangkan kemampuan
masyarakat, mengubah perilakumasyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.
Pem- berdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin
tergantung pada pihak lain, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati
harus dihasilkan atas usaha sendiri dan selanjutnya hasilnya dapat dipertukarkan
dengan pihak lain. Pemberdayaan masyarakat harus bisa merubah perilaku
masyarakat tersebut”(jurnal modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat petani
markisa di sumatra utara).
Contoh Jenis-Jenis dari Human Capital Adalah Sebagai Berikut

HC atau modal manusia ini memiliki beragam jenisnya. Berikut adalah


beberapa di antaranya.

 General Management Human Capital


Pengertian human capital jenis ini dikembangkan untuk para SDM dengan level
tertinggi. Ia meliputi kompetensi-kompetensi di bidang manajerial seperti
kepemimpinan, pengambilan keputusan, serta keahlian fungsional lainnya.Termasuk
di dalamnya ketika harus mengelola keuangan, operasional, hingga SDM.Ini sangat
dibutuhkan oleh seorang yang berada di level eksekutif sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan investor atau pebisnis lain agar perusahaan dapat maju.
Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat
atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat, Sehingga sasaran dari
pemberdayaan untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat agar dapat mengembangkan diri menuju kehidupan yang lebih baik secara
terus menerus dan berkesinambungan.Oleh karenanya pem- berdayaan menyangkut
perubahan bukan hanya kemampuan, melainkan juga sikap sehingga pemberdayaan
masyarakat akan membangun keyakinan atas kemampuan diri dan kemauan untuk
melakukan proses akulturasi yaitu proses membuka diri untuk mengikuti perubahan-
perubahan lingkungan yang menjadi tuntutan kehidupan bekerjanya.

 Strategic Human Capital


Pada jenis ini, SDM diharuskan memiliki keahlian yang sifatnya strategis yang akan
mereka peroleh dari pengalaman ketika menghadapi kondisi tertentu.Misalnya di
bagian finance, karyawan dituntut untuk dapat menyusun strategi keuangan ketika
terjadi efisiensi, misalnya gara-gara kondisi keuangan sedang tidak bagus.Sehingga,
strategic human capital artinya sangat dibutuhkan dalam perusahaan agar bisa
beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang tidak bisa diprediksi.

 Industry Human Capital


Jenis ini menuntut seseorang untuk memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
industri tertentu, baik dari segi teknis, regulasi, dan lain sebagainya.Misalnya, segala
pengetahuan tentang industri otomotif, industri makanan, industri retail, dan lain-
lain.
 Relationship Human Capital

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki banyak karyawan adalah berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi.Ketika Anda dapat menjalin komunikasi yang baik,
entah kepada sesama karyawan, atau kenalan bisnis lainnya, berarti ini termasuk
kepada relationship human capital.Kemampuan ini penting dimiliki oleh seorang
karyawan karena ketika mereka memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan
baik, hal tersebut akan mendukung tercapainya objektif pekerjaan mereka.

 Company Specific Human Capital


Jenis ini berkaitan dengan struktur serta kebijakan dari perusahaan masing-masing di
mana semua memiliki keunikannya masing-masing.Terlepas di mana saja mereka
bekerja, setiap karyawan harus mampu beradaptasi dengan segala ketentuan yang ada
di perusahaan.Ketika mereka telah memahami budaya serta ketentuan perusahaan,
mereka akan lebih mudah bekerja sesuai dengan visi misi perusahaan.

2. Organization Capital ( Modal Organisasi )

Modal organisasi pertama kali didefinisikan oleh Prescott dan Visscher pada
tahun 1980 untuk pengumpulan dan penggunaan informasi pribadi untuk
meningkatkan efisiensi produksi dalam sebuah perusahaan. Modal ini dapat
menjadi sumber penting dari nilai perusahaan (Carlin, et al. 2011) Unsur-unsur
yang membentuk modal organisasi atau modal perusahaan yaitu budaya,
struktur, organisasi belajar, dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif (Marti-
de-Castro et al 2006:324). Structural capital atau organizational capital
merupakan pengetahuan dalam organisasi yang independent dari orang-orang
atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tetap tinggal
dalam organisasi meskipun pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut (Saleh
dan Gan, 2008).

Beberapa permasalahan tersebut menun- jukkan bahwa budidaya markisa tidak


dilakukan secara profesional.Pemberdayaan masyarakat melalui kelompok petani
markisa dalam membangun pola kemitraan menjadi satu kebutuhan yang urgen.
Meskipun sebenarnya pemberdayaan masyarakat pada petani markisa sudah
dilakukan namun masih sebatas pada upaya pemberdayaan untuk menghadirkan
modal keuangan, modal sumberdaya manusia dan modal alam. Beberapa variabel
tersebut dipercaya dapat mendongkrak produktivitas dan mengabaikan variabel
modal sosial yang sebenarnya sangat berperan secara ekonomi untuk
meningkatkan produktivitas usaha dan efisiensi. Banyak kajain penelitian yang
sudah dilakukan tentang indikator factor- faktor pemberdayaan kelompok petani
(Langerodi, 2013), Davila-Aguina Et.al (2014) Dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat (ekonominya) di banyak negara termasuk di
Indonesia terlalu menekankan pentingnya peranan modal alam (natural capital)
dan modal ekonomi (economic capital) modern seperti barang-barang modal
buatan manusia, teknologi dan manajemen, dan sering mengabaikan pentingnya
modal sosial seperti kelembagaan lokal, kearifan lokal, norma- norma dan
kebiasaan local.

Kemitraan yang dibangun oleh kelompok tani dapat saja dilakukan bila
kelompok petani secara bersama-sama membangun kemitraan dengan sektor
pengolah markisa yang dihasilkan oleh para petani. Secara umum bila dilihat
dari sisi masyarakat sebagai petani markisa, dengan berkelompok akan lebih
mudah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan dibandingkan dengan bekerja
sendiri. Sesuai pendapat Bantilan & Padmaja (2008) bahwa kelompok
merupakan wadah belajar bersama dimana masyarakat bisa saling bertukar
pengalaman dan pengetahuan. Selain itu, kelompok dapat membangun solidaritas
sesama petani.
3. Social Capital ( Modal Sosial )

Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk
norma-norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama
melalui jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Modal
sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat. Modal sosial dalam bentuk kewajiban sosial yang
diinstitusionalisasikan ke dalam kehidupan bersama, peran, wewenang,
tanggung-jawab, sistem penghargaan dan keterikatan lainnya yang menghasilkan
tindakan kolektif. Modal sosial sebagai hubungan yang tercipta dari norma sosial
yang menjadi perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah kesatuan dalam anggota
kelompok secara bersama-sama.” Kesimpulannya modal sosial me- rupakan
modal yang ada dalam diri individu ataupun masyarakat untuk berasosiasi dan
bekerjasama membangun jaringan berdasar- kan kepercayaan dan ditopang oleh
norma dan nilai sosial guna mencapai suatu tujuan. Modal sosial menjadi dasar
bagi orang yang bekerjasama untuk tujuan bersama dalam kelompok. Setiap
pola hubungan yang terjadi diikat oleh kepercayaan (trust), kesaling pengertian
(mutual understanding) dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untukmembuat ke-mungkinan aksi bersama dapat dilakukan
secara efisien dan efektif. Modal sosial akan memungkinkan manusia
bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang besar.”( jurnal modal sosial dalam
pemberdayaan masyarakat petani markisa di sumatra utara)

Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.

Berikut ini beberapa pengertian modal sosial dari beberapa sumber buku:

 Menurut Coleman (1999), modal sosial adalah kemampuan masyarakat


untuk bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai
kelompok dan organisasi.
 Menurut Burt (1992), modal sosial merupakan kemampuan
masyarakat untuk berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang
lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan
aspek eksistensi sosial lainnya.
 Menurut Prusak L (Field, 2010:26), modal sosial adalah hubungan yang
terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual
understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama secara
efisien dan efektif.
 Menurut Hasbullah (2006), modal sosial adalah jumlah sumber-sumber
daya, aktual atau virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu
atau sekelompok individu karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan
yang dapat bertahan lama dalam hubungan-hubungan yang lebih kurang
telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan dan pengenalan timbal balik.
 Menurut Partha dan Ismail (2009), modal sosial merupakan hubungan-
hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan
kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu
sebagai perekat sosial (social
glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama.

Unsur dan Komponen Modal Sosial


Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam
sebuah modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan
jaringan (networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Kepercayaan (Trust)

Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas


seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana
keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas
cinta kasih orang lain atau ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis)
(Damsar, 2009:185).

Sedangkan menurut Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang


tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku
jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang
berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada
risiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar
kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi
rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga
antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara parsial akan
mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan
atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan
kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian (Damsar,
2009:202).

b. Nilai dan Norma (Norms)

Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman
itu berarti atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu
tindakan dianggap sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang
disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan tersebut
dilakukan (Setiadi dan Kolip, 2011:119). Sedangkan norma adalah aturan-
aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau bersama yang
mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun sangsi fisik,
bagi orang atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-
nilai sosial. Norma ditujukan untuk menekan anggota masyarakat agar segala
perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang telah disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).
Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan
kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain.
Pembentukan jaringan masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu
diorganisasikan dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus (Robison,
2011).

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang


kokoh. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis
khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Kelompok sosial
biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis turun
temurun (repeated sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada
dimensi kebutuhan (religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi,
tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit
(Mawardi, 2007).

Fungsi Modal Sosial


Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling
terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang
dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya. Sarana ini
menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggung
jawab akan kemajuan bersama.

Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.


2. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.
3. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.
4. Membangun partisipasi masyarakat.
5. Sebagai pilar demokrasi.
6. Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Jenis-jenis Modal Sosial


Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai
berikut:

1. Social bounding (perekat sosial). Social bounding adalah, tipe modal sosial
dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam
suatu sistem kemasyarakatan. Social bounding umumnya dalam bentuk nilai,
kultur, persepsi, dan tradisi atau adat-istiadat.
2. Social bridging (jembatan sosial). Social bridging merupakan suatu ikatan
sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik
kelompoknya. Social bridging bisa muncul karena adanya berbagai macam
kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka memutuskan untuk
membangun kekuatan dari kelemahan.
3. Social linking (hubungan/jaringan sosial). Merupakan hubungan sosial
yang dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level
dari kekuatan sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat.
Misalnya: Hubungan antara elite politik dengan masyarakat umum.

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial.
Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak
dalam masyarakat. Norma
merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh
birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh
karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau
sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal
sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat
mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).

c. Jaringan Sosial (networks)

Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang


dihubungkan dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.
Jaringan adalah hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang
berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan.

2.4 Pengukuran Intellectual Capital


Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didesain untuk menyajikan
informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset
tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. VAIC merupakan
instrument untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Metode ini untuk
mengukur seberapa dan bagaimana efisiensi intellectual capital dan capital employed
dalam menciptakan nilai berdasarkan pada hubungan tiga komponen utama, yaitu (1)
Human capital, (2) Capital employed, (3) Structural capital.
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA).
Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam pentiptaan nilai (value creation). VA
dihitung sebagai selisih antara output dan input. Output (OUT) merepresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input
(IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting
dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expense) tidak termasuk dalam
IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang
direpresentasikan dengan labour expense) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak
masuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah
memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity)

1. Value added of Capital Employed (VACA) 


Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan
oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari
CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang
lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan
demikian, pemanfaatan (Intellectual Capital) IC yang lebih baik merupakan bagian dari
(Intellectual Capital) IC perusahaan.

2. Value Added Human Capital (VAHU) 


Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC
mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.

3. Structural Capital Value Added (STVA) 


Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC)
dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC
dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam
proses penciptaan nilai. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation,
maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic
menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.

.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intellectual Capital adalah asset tidak berwujud berupa sumber daya informasi serta pengetahuan
yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan bersaing serta dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.ada bebrapa dari komponen intellectual capital,yaitu:

 Human capital,human capital adalah Human capital merupakan komponen dalam


intellectual capital. Disinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan
komponen yang sulit untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat
bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan dan kompensasi dalam
suatu organisasi atau perusahaan.
 Organizational capital adalah pengetahuan dalam organisasi yang independent dari
orang-orang atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tetap
tinggal dalam organisasi meskipun pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut.
 Social capital adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk norma-
norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui jaringan
interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarta,kustoro dkk.2021."MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


PETANI MARKISA DI SUMATERA UTARA".Medan:Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan

https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/arti-pengertian-dan-contoh-pekerjaan-human-
capital/#1_General_Management_Human_Capital

https://www.kajianpustaka.com/2017/09/intellectual-capital.html

Anda mungkin juga menyukai