Anda di halaman 1dari 165

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan di dunia bisnis semakin pesat diikuti oleh

persaingan yang semakin ketat. Ditandai dengan kemajuan di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi informasi, persaingan yang ketat, dan pertumbuhan

inovasi yang luar biasa sehingga mengakibatkan banyak perusahaan mengubah

cara bisnisnya dari pola bisnis tradisional yang hanya berfokus kepada

sumberdaya fisik (physical capital) menjadi pola bisnis yang berbasis

pengetahuan (knowledge based business). Dengan basis pengetahuan, sumber

daya ekonomi dapat diperoleh dan dikelola secara efisien dan ekonomis, sehingga

perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif untuk menghadapi tingkat

persaingan yang semakin ketat. Hal ini berpengaruh membawa dampak

perubahan yang signifikan dalam bidang ekonomi terhadap pengelolaan suatu

bisnis dan penentuan strategi bersaing. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk

berpikir efektif, efisien dan paling terpenting harus kritis untuk menjadi unggul

dalam persaingan. Dengan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis,

perusahaan- perusahaan berusaha untuk menempatkan dirinya dalam posisi yang

stabil dan siap bersaing sehingga dapat bertahan dan berkembang. Selain itu

persaingan membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar

tujuannya dapat tercapai.


2

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Suatu

perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga

baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Memaksimalkan

nilai perusahaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan

memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Menurut Husnan

(2000) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004)

nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas

perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap

tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.

Menurut Fama (1978) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya.

Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual

disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham

dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Penghargaan lebih atas saham perusahaan dari para investor tersebut diyakini

disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan. Appuhami (2007)

menyatakan bahwa semakin besar nilai modal intelektual (VAICTM) semakin

efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi

perusahaan. Selain itu, jika modal intelektual merupakan sumber daya yang

terukur untuk peningkatan competitive advantages, maka modal intelektual akan

memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan (Abdolmohammadi, 2005).


3

Modal intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai

perusahaan maupun kinerja keuangan. Perusahaan yang mampu memanfaatkan

modal intelektualnya secara efisien, maka nilai pasarnya akan meningkat.

Di Indonesia, fenomena Intellctual Capital atau modal intelektual mulai

berkembang terutama setelah munculnya PSAK No.19 (revisi 2009) tentang

aktiva tidak berwujud, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai

intellctual capital, namun kurang lebih intellectual capital telah mendapat

perhatian. intellectual capital merupakan pengetahuan yang dapat memberi

manfaat bagi perusahaan. Manfaat tersebut berarti pengetahuan ini mampu

menyumbangkan sesuatu atau memberikan kontribusi yang dapat memberikan

nilai tambah dan kegunaan berbeda bagi perusahaan. Oleh karena itu, Intellectual

Capital memiliki peranan penting bagi perusahaan. Dimana intellectual capital

merupakan hal yang perlu diperhatikan agar perusahaan dapat bertahan dalam

persaingan bisnis yang ketat seperti saat ini.

Sangkala (2006:40) menyebutkan bahwa intellectual capital sebagai

intellectual material, yang meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual

dan pengalaman yang dapat digunakan secara bersama untuk menciptakan

kekayaan (wealth). Menurut Setiarso (2006) intellectual capital merupakan

sebuah sumber daya penting dan sebuah kapabilitas untuk bertindak berdasarkan

pengetahuan. Dilain sisi menurut Bontis (1996), intellectual capital adalah sukar

dipahami, tetapi sekali ditemukan dan diekploitasi maka kemungkinan akan

memberikan suatu organisasi dengan sebuah sumber daya yang baru untuk
4

bersaing dan menang. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bontis (2000)

menyatakan bahwa pada umumnya intellectual capital dibagi menjadi tiga

komponen, yaitu human capital, structural capital, dan customer capital yang

mana setiap komponen tersebut merupakan sebuah rangkaian yang saling

berkitan. Human capital merupakan awal dari pembentukan structural capital,

dan structural capital ini yang kemudian akan membentuk adanya customer

capital, kemudian akan memberikan efek terhadap financial capital (Murthy dan

Mouritsen, 2011:624).

Abidin (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) mengatakan bahwa

intellectual capital sendiri masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena perusahaan-perusahaan di Indonesia masih menggunakan

conventional based dalam membangun bisnisnya, dan perusahaan-perusahaan

tersebut belum memberikan perhatian lebih kepada human capital, structural

capital, maupun customer capital. Human capital (HC) menggambarkan sumber

daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul,

maka dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga mencapai

keunggulan kompetitif. Value added yang dimiliki perusahaan salah satunya

dihasilkan oleh efisiensi dari human capital. Sehingga indikasi gaji dan tunjangan

yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, mampu meningkatkan

karyawan dalam mendukung kinerja perusahaan sehingga HC juga meningkatkan

pendapatan dan profit perusahaan. Paradigma human capital meletakkan orang

sebagai sumber daya kekuatan produktifitas perusahaan yang bertumpu pada dua
5

faktor keunggulan yaitu faktor keunikan kompetensi yang dimiliki dan faktor niali

yang melekat pada kompetensi individu (Alwi, 2008:292). Structural capital (SC)

menggambarkan modal yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi proses

rutinitas perusahaan dalam menghasilkan kinerja yang optimal, serta kinerja

bisnis secara keseluruhan, misalnya sistem operasional perusahaan, proses

manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk

intellectual property yang dimiliki perusahaan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Marti (2001) dalam Christa (2013) menyatakan bahwa modal struktural adalah

kemampuan perusahaan memanfaatkan intelektualitas dan keinovasian manusia

(SDM) menciptakan kekayaan yang diaktualisasikan sebagai nilai dari prosedur,

teknologi, rutinitas dan sistem yang berada didalam perusahaan, dan juga

merupakan cara-cara dimana komponen-komponen didalam perusahaan

disistematisir, diinternalisir, dan diproses. Manajemen yang mampu mengelolah

SC dengan baik akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dan profit perusahaan. Tanpa diiringi oleh

pengelolahan SC yang baik maka akan menghambat produktivitas karyawan

dalam menghasilkan value added (Basyar, n.d). Sedangkan customer capital

adalah pengetahuan dari rangkaian pasar, pelanggan, suplier, hubungan baik

antara pemerintah dengan industri (Bontis, 2000) atau hubungan baik dengan

pihak luar (Petras, 1996). Perusahaan harus mempu menciptakan barang dan jasa

yang berbeda dan memiliki nilai lebih dimata konsumen. Customer capital juga

meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi pasar yang ingin dibidik dan


6

memposisikan perusahaan dalam pasar. Hal ini dapat tercipta melalui

pengetahuan karyawan yang diproses dengan modal struktural yang akhirnya

menghasilkan hubungan yang baik dengan pihak luar.

Apabila perusahaan-perusahaan mengikuti perkembangan yang ada, yaitu

menejemen berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia

dapat bersaing secara kompetitif melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan

oleh intellectual capital yang dimiliki perusahaan. Jika nilai perusahaan semakin

baik akibat intellectual capital, pasar akan memberikan nilai yang tinggi pada

perusahaan yang memiliki intellectual capital yang lebih besar. Nilai perusahaan

merupakan nilai tambah (value added) yang dapat meningkatkan keunggulan

perusahaan. Chen et al. (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan

Intellctual Capital terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan pada perusahaan

publik di Taiwan Stock Exchange menggunakan metode Value Added Intellectual

Capital Coeficient (VAICTM). Model yang digunakan Chen adalah model regresi.

Kinerja keuangan menggunakan variabel pengukuran market to book value,

return on equity, dan return on asset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

intellectual capital memiliki dampak positif terhadap nilai pasar dan kinerja

perusahaan. Bahkan, penelitian juga membuktikan intellectual capital menjadi

salah satu indikator untuk memprediksi kinerja perusahaan dimasa yang akan

datang.

Terdapat banyak faktor-faktor yang dapat menentukan nilai perusahaan. Salah

satunya yaitu rasio leverage. Leverage keuangan berkaitan dengan hutang


7

perusahaan. Hutang menurut Sundjaja (2003:7) merupakan kewajiban keuangan

kepada pihak lain selain kepada pemilik. Perusahaan melakukan hutang kepada

kreditur memiliki tujuan untuk memanfaatkan kesempatan atas situasi bisnis yang

ada dan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan memperoleh dana tambahan dari

hutang, perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan

bisnisnya. Menurut Sutrisno (2013:222), Rasio leverage adalah rasio-rasio yang

digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh

hutang. Rasio yang sering digunakan untuk mengukur hutang perusahaan adalah

dengan menggunakan rasio debt to total asset ratio dan debt to equity ratio.

Debt to Equity Ratio (DER) menurut Sitanggang (2014:23) yaitu rasio antara

total hutang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran

perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (equity) perusahaan. Bisa

juga disebut dengan rasio hutang modal. Semakin tinggi tingkat DER, semakin

tinggi pula perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri.

DER akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dimana investor akan

memilih nilai DER yang tinggi karena menunjukan kecilnya risiko keuangan yang

ditanggung perusahaan. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa perusahaan

memilki ketergantungan besar terhadap kreditur. Debt to Equity Ratio dapat

memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan

sehingga resiko tak terbayarkan suatu hutang perusahaan dapat dihitung demi

menghindari kemungkinan buruk yang nantinya akan terjadi dikarenakan rasio ini

adalah cerminan kemampuan perusahaan membiayai aktivitasnya dengan


8

pinjaman dana yang disediakan oleh pemegang saham. Debt to Equity Ratio

menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap

pemberi pinjaman. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka

panjang, dimana semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka panjangnya maka perusahaan dengan rasio

DER yang kecil akan lebih mudah mendapatkan pendanaan dari investor. Dengan

adanya rasio utang terhadap modal yang kecil, bisa diartikan bahwa perusahaan

tersebut memiliki kewajiban hutang yang kecil juga. Sehingga bisa

menguntungkan para investor yang akan memberikan pinjaman.

Melansir pada kontan.co.id (2017) melaporkan bahwa sejumlah emiten di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat memiliki debt of equity ratio (DER) di atas

100%. Menurut konsensus analis DER sebaiknya berada di bawah 100% atau 1

kali. Sebab, semakin rendah DER menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban akan semakin baik. (https://investasi.kontan.co.id/).

Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah

angka 1 atau di bawah 100. DER yang rendah menunjukan bahwa

hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset yang dimilikinya,

sehingga dalam kondisi yang tidak diinginkan (misalnya bangkrut), perusahaan

masih dapat melunasi seluruh hutang/kewajibannya. Kondisi sebaliknya, semakin

tinggi DER menunjukkan komposisi jumlah hutang/kewajiban lebih besar

dibandingkan dengan jumlah seluruh modal bersih yang dimilikinya, sehingga

mengakibatkan beban perusahaan terhadap pihak luar besar juga. Meningkatnya


9

beban kewajiban terhadap pihak luar menunjukkan bahwa sumber modal

perusahaan sangat tergantung dari pihak luar. Apabila perusahaan tidak dapat

mengelola hutangnya dengan baik dan optimal, akan berdampak buruk terhadap

kondisi kesehatan keuangan perusahaan.

Berkenaan dengan rasio utang terhadap modal (DER), pemerintah juga

mengeluarkan ketentuan mengenai besarnya debt to equity ratio. Menteri

Keuangan memberlakukan Peraturan Menteri Keuangan No. 169/PMK.010/2015

tentang Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan

untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh). Peraturan tersebut

mencakup beberapa hal penting, diantaranya:

1. Ketentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal (DER) berlaku bagi

Wajib Pajak Badan yang dididirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

yang modalnya terbagi atas saham-saham.

2. Utang dan modal dihitung dari saldo rata-rata pada satu tahun pajak atau

bagian tahun pajak yang bersangkutan.

3. Besarnya perbandingan utang dan modal paling tinggi empat banding satu

(4:1).

4. Dalam hal DER melebihi 4:1 maka biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan

adalah sebesar biaya pinjaman sesuai dengan rasio 4:1.

Suatu perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan

tersebut memiliki tingkat likuiditas yang baik, sedangkan jika perusahaan tidak
10

mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut tidak memiliki

tingkat likuiditas yang baik dalam artian secara keuangan kurang sehat.

Perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi mengindikasikan

kesempatan bertumbuh perusahaan cenderung tinggi. Semakin likuid perusahaan,

maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditur dalam memberikan dananya,

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata kreditur maupun pada

calon investor. Likuiditas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Likuiditas akan

mempengaruhi besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada para pemegang

saham. Dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang

tersedia maka dianggap baiknya likuiditas perusahaan, semakin besar pula

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Harjito dan Martono, 2007).

Likuiditas umumnya diukur dengan perbandingan antara aktiva lancar

(current asset) dengan hutang lancar (current liabilities) atau yang sering disebut

dengan current ratio (Agus dan Martono, 2011). Current ratio ini digunakan

untuk mengukur kemampuan total asset lancar dalam membayar kewajiban

jangka pendek atau hutang lancar. Semakin besar perbandingan asset lancar

dengan utang lancar maka artinya semakin tinggi pula kemampuan perusahaan

dalam menutupi kewajiban hutang lancarnya. Semakin rendahnya nilai dari

current ratio, maka akan mengindikasikan ketidak mampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hal ini dapat mempengaruh


11

tingkat profitabilitas perusahaan, dimana perusahaan yang tidak mampu

memenuhi kewajibannya akan dikenai beban tambahan atas kewajibannya.

Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar

kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek seperti yang

dinyatakan oleh Weston dalam Kasmir (2008:129) yang menyebutkan bahwa

rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Apabila

mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat

pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat

dipertinggi dengan cara menggunakan utang lancar tertentu yang dimana

diusahakan untuk menambah aktiva lancar dan aktiva lancar tertentu diusahakan

untuk mengurangi jumlah utang lancar (Syahrial, 2013).

Menurut Bambang Riyanto (2001:26), Current ratio merupakan ukuran yang

berharga untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi

current obligation nya. Sedangkan menurut S. Munawir (2007:72), Rasio lancar

(current ratio) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang

lancar, rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat

dijadikan uang) ada sekian kali hutang jangka pendek. Dilain sisi, Agnes Sawir

(2011:8) menerangkan bahwa current ratio merupakan ukuran yang paling umum

digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek,

karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek
12

dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang

sama dengan jatuh tempo utang. Jadi menurut pengertian di atas, dapat

disimpulkan bahwa current ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera

jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi

rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan bagi kreditur. Current

ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar dengan menggunakan utang

lancar. Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat

ditagih secara keseluruhan. Jika suatu perusahaan mampu memenuhi

kewajibannya dengan baik, maka akan memiliki kesempatan lebih baik untuk

mendapatkan berbagai dukungan dari banyak pihak, mulai dari lembaga

keuangan, kreditur, maupun pemasok.

Biasanya para investor akan menanamkan modal pada perusahaan yang sudah

jelas asal usul dan sepak terjangnya di perekonomian. Karena pada dasarnya

ketakutan akan kehilangan dana mereka menjadi permasalahan utama yang

seringkali menghantui para investor. Jelas saja, tujuan investor dalam

menanamkan modal nya adalah untuk memperoleh keuntungan. Oleh karena itu,

biasanya seorang investor akan melakukan riset sebelum memutuskan untuk

melakukan investasi, seperti dengan mempelajari laporan keuangan perusahaan,


13

kinerja perusahaan, track record atau portofolio, keadaan perekonomian, risiko,

ulasan tentang keuangan dan keadaan perekonomian yang dipublikasikan di

media, dan lain-lain riset ini dilakukan dengan tujuan supaya investasi yang

dilakukan dapat memberikan tambahan kekayaan. Keberhasilan dalam mencapai

tujuan perusahaan dalam upaya menghadapi persaingan di dunia bisnis dapat

dilihat dari kinerja perusahaan. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan

diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak

internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran

tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat

analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan

keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode

tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam

menghadapi perubahan lingkungan.

Mengenai perubahan lingkungan, fenomena yang terjadi saat ini yakni

dampak pandemi covid-19 yang mempengaruhi hampir semua elemen

perekonomian Indonesia, bahkan lingkup dunia. Sebelum adanya covid-19,

pertumbuhan perekonomian Indonesia masih terbilang positif. Dimana

pertumbuhan ekonomi berada pada level lima sampai lima setengah persen.

Kemudian regulasi-regulasi yang dibuat oleh pemerintah, kondisi rupiah yang

cenderungnya lebih stabil dan cadangan devisa yang bagus menjadi daya tarik

bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia. Akan tetapi setelah terjadinya


14

covid-19, kegiatan ekspor dan impor terganggu serta berkurangnya atau

melambatnya laju investasi yang di karenakan hilangnya kepercayaan

berinvestasi. Selain itu, banyaknya tenaga kerja produktif yang harus mengalami

pemutusan hubungan kerja akibat dari kondisi saat ini yang membuat berbagai

sektor perusahaan mengalami penurunan volume penjualan dan permintaan pasar.

Gelombang pemutusan hubungan kerja kemungkinan akan terus berlanjut dan

semakin merata hampir di semua sektor pekerjaan yang cenderung menimbulkan

resesi ekonomi. Dilihat dari kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini,

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merevisi proyeksi pertumbuhan

ekonomi pada kuartal III-2020. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu

mengatakan, pada kuartal III, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi

hingga minus 2,9 persen. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

kuartal III akan berada di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen.

Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni

sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen. Adapun keseluruhan, pertumbuhan

ekonomi hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 persen hingga

minus 0,6 persen. Adanya hal tersebut maka tak menutup kemungkinan resesi

ekonomi di Indonesia akan terjadi (www.kompas.com). Melansir Forbes

(15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang

berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Resesi dianggap

sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau dalam ekonomi suatu

negara. Selain berimbas menyebabkan resesi ekonomi, Covid-19 juga berimbas


15

pada manajemen pasar modal. Pasar modal mengalami berbagai tantangan yang

mana mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan atau ( IHSG ) anjlok dan

terpukul ke level yang cukup rendah. Kondisi adanya penurunan harga saham dan

penurunan kinerja keuangan berdampak luas membuat perekonomian Indonesia

goyah. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil survey McKinsey pada awal bulan

April 2020, menunjukkan bahwa kehidupan di Indonesia secara dramatis

terganggu dan 83% masyarakat Indonesia meyimpan uangnya untuk masa krisis

pandemi Covid-19 (Thejakartapost, 2020).

Dari fenomena diatas, dapat diketahui sebuah kondisi yang berpengaruh

terhadap kinerja keuangan. Terjadinya resesi ekonomi menyebabkan menurunnya

tingkat pasar modal suatu perusahaan dan penurunan kinerja keuangan suatu

perusahaan. Barlian (2003) mengungkapkan bahwa  kinerja keuangan adalah

prospek atau masa depan, pertumbuhan, dan potensi perkembangan yang baik

bagi perusahaan. Kinerja keuangan sangatlah diperlukan dalam menilai perubahan

potensial sumber daya ekonomi untuk memprediksi kapasitas produksi dari

sumber daya yang tersedia. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara

untuk memenuhi kewajiban terhadap investor dalam mencapai tujuan dan

keinginan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan bertambah nya

kemajuan dan tingginya nilai usaha membuat para investor melirik perusahaan

tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga

saham, atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai
16

perusahaan. Apabila dilihat dari kondisi pada fenomena diatas, dimana

kepercayaan dalam berinvestasi berkurang dan juga menurunnya harga saham

maka akan berpengaruh terhadap bagaimana suatu perusahaan agar tetap

mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilai perusahaan, akibat dari

penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan.

Dalam penelitian ini, menggunakan objek pada saham perusahaan LQ45

dimana perusahaan yang termasuk dalam LQ45 berada pada top 95% dari total

rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar regular dan berada di top 90%

rata-rata tahunan kapitalisasi pasar. LQ45 merupakan salah satu indeks di Bursa

Efek Indonesia (BEI), dimana indeks tersebut diperoleh dari perhitungan 45

emiten dengan seleksi kriteria seperti penilaian atas likuiditas. Dimana penilaian

atas likuiditas adalah seleksi atas emiten-emiten dengan mempertahankan

kapitalisasi dari pasar. 45 emiten tersebut di sesuaikan setiap enam bulan sekali

(tiap awal Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat pada

LQ45 akan selalu berubah-ubah. Duduk di jajaran LQ45 merupakan sebuah

kehormatan bagi suatu perusahaan. Hal ini menandakan jika pelaku pasar modal

percaya dan mengakui tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar dari perusahaan

tersebut baik. Peneliti ingin melihat fenomena pasar modal pada perusahaan yang

tercatat di LQ45.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis intellctual capital, debt to equity

ratio, dan current ratio untuk melihat kondisi pasar modal di perusahaan yang
17

tercatat di Indeks LQ45, yang mungkin dengan setelah terjadinya resesi ekonomi

akibat pandemi, terdapat faktor yang dapat mengakibatkan kinerja suatu

perusahaan terganggu yang dapat berimbas pada nilai suatu perusahaan. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk menguji hubungan antara intellectual capital,

debt to equity ratio, serta current ratio pada nilai perusahaan dan keterkaitannya

dengan kinerja keuangan. Kinerja keuangan akan di tempatkan sebagai variabel

antara (intervening) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh intellectual capital,

debt to equity ratio, dan current ratio terhadap nilai perusahaan. Sehingga dari

pemaparan diatas maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut :

Pengaruh Intellectual Capital, Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio

(CR) Terhadap Nilai Perusahaan Yang Di Mediasi Oleh Kinerja Keuangan ( Studi

Pada Saham LQ45 Pada Periode 2017-2019 ).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang di ambil adalah :

1. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan ?

2. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan ?

3. Apakah current ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan ?

4. Apakah intellectual capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

5. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?

6. Apakah current ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?


18

7. Apakah kinerja keuangan dapat memediasi pengaruh intellectual capital, debt

to equity ratio dan current ratio terhadap nilai perusahaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan

2. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap kinerja keuangan

3. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap kinerja keuangan

4. Untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan

5. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan

6. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap nilai perusahaan

7. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan dapat memediasi hubungan

antara intellectual capital, debt to equity ratio, dan current ratio terhadap nilai

perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi pembahasan dalam

bidang ilmu manajemen, khususnya mengenai pengaruh intellectual capital, debt

to equity ratio, dan current ratio terhadap nilai perusahaan yang di mediasi oleh

kinerja keuangan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

rujukan penelitian berikutnya yang relevan sehingga dapat menambah nilai dan

manfaat dalam meningkatkan kualitas kinerja keuangan agar dapat mencerminkan

nilai perusahaan yang baik dan tepat.


19

2. Manfaat Praktis

a) Bagi perusahaan dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam

meningkatkan kualitas kinerja keuangan agar dapat mencerminkan nilai

perusahaan yang baik dan tepat.

b) Bagi investor dapat memberikan informasi seputar peran intellectual capital,

debt to equity ratio, dan current ratio yang dapat mempengaruhi nilai

perusahaan, serta peran kinerja keuangan sebagai variabel intervening

sehingga investor dapat berindikasi apakah perusahaan tersebut memiliki

competitive advantage yang lebih.


20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dasar dalam melakukan

penelitian, dimana akan memperkaya teori-teori juga digunakan dalam melakukan

penelitian selanjutnya. Penelitian terkait tentang intellectual capital telah di

buktikan oleh beberapa peneliti dan memiliki hasil yang beragam. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Fitriasari dan Ratna Sari (2019) dalam judul penelitiannya

Pengaruh Intellectual Capital Pada Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan

Sebagai Variabel Intervening. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda

dengan metode analisis jalur (path analysis). Populasi dalam penelitian ini yaitu

perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2014-2016 dengan menggunakan

sampel purposive sampling. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa intellectual

capital berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan juga berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan.

Namun hasil yang berbeda di tunjukkan oleh beberapa penelitian lainnya,

diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Sapitri (2016) dengan

judul penelitian Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan. Data


21

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Teknik analisis data

menggunakan analisis statistik deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Pengambilan

sampel dilakukan dengan metode purposing sampling. Hasil penelitian ini

menyebutkan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Menurut Utami dan Welas (2019) pada penelitian berjudul Pengaruh Current

Ratio, Return on Asset, Total Asset Turnover, dan Debt To Equity Ratio Terhadap

Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor

Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah Pada Perusahaan Manufaktur Sub

Sektor Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2015-2017 dengan teknik pengambilan sampel yang menggunakan metode

purposive sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda . Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Current

Ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) Debt to

Equity Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pada Penelitian yang di lakukan oleh Salainti (2019) yang berjudul Pengaruh

Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio, dan Return on

Asset Terhadap Nilai Perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode analisis regresi linear berganda. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria


22

pengambilan anggota populasi adalah perusahaan yang bergerak dalam

bidang real estate dan propertyserta go publik dengan periode

pengamatan dari tahun 2015-2018 sebanyak 32 perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : 1) Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Hal ini menunjukkan semakin

tinggi atau rendah hutang current ratio yang dimiliki sebuah perusahaan tidak

akan mempengaruhi nilai perusahaan, karena dalam pasar modal Indonesia

pergerakan harga saham dan penciptaan nilai tambah perusahaan

disebabkan faktor psikologis pasar. (2) Debt To Equity Ratio (DER)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai hutang (struktur modal) maka

dapat meningkatkan nilai perusahaan di sektor utama. Hal ini menunjukkan

bahwa jika perusahaan semakin banyak menggunakan hutang jangka

panjang untuk membiayai asetnya maka dapat meningkatkan nilai

perusahaan di sektor utama.

Dari pemaparan penelitian sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut :


23

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Penelitian (tahun) Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Fitriasari dan Ratna Variabel  Intellectual Capital


Sari (2019) independen : berpengaruh positif
Intellectual Capital terhadap nilai perusahaan
 Intellectual capital
Varibel dependen : berpengaruh positif
Nilai Perusahaan terhadap kinerja keuangan.
Dengan Kinerja
Keuangan Sebagai
Variabel Intervening

2. Lestari dan Sapitri Variabel  Intellectual Capital tidak


(2016) independen : berpengaruh terhadap nilai
Intellectual Capital perusahaan.
Variabel dependen :
Nilai perusahaan

3. Utami dan Welas Variabel  Current Ratio memiliki


(2019) independen : Current pengaruh negatif signifikan
Ratio, Return on terhadap nilai perusahaan.
Asset, Total Asset  Debt to Equity Ratio
Turnover, dan Debt memiliki pengaruh positif
To Equity Ratio dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Variabel dependen :
Nilai Perusahaan

4. Salainti (2019) Variabel  Current Ratio (CR)


independen : Current berpengaruh negatif dan
Ratio, Total Asset tidak signifikan terhadap
Turnover, Debt to nilai perusahaan (PBV).
Equity Ratio, dan Hal ini menunjukkan
Return on Asset semakin tinggi atau
rendah hutang current
Variabel dependen : ratio yang dimiliki sebuah
Nilai Perusahaan perusahaan tidak akan
mempengaruhi nilai
perusahaan, karena dalam
pasar modal Indonesia
pergerakan harga saham
dan penciptaan nilai
24

tambah perusahaan
disebabkan faktor
psikologis pasar.
 Debt To Equity Ratio
(DER) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
nilai perusahaan (PBV).
Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi
nilai hutang (struktur
modal) maka dapat
meningkatkan nilai
perusahaan di sektor
utama. Hal ini
menunjukkan bahwa jika
perusahaan semakin
banyak menggunakan
hutang jangka panjang
untuk membiayai asetnya
maka dapat meningkatkan
nilai perusahaan di sektor
utama.

2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan teori yang paling tepat untuk mendasari

peninjauan teori di bidang intellectual capital. Teori stakeholder menyatakan

bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk diberikan informasi

mengenai aktifitas perusahaan yang mempengaruhi mereka (seperti misalnya

polusi, gerakan kemasyarakatan, usaha perusahaan untuk keselamatan kerja).

Menurut Deegan (2004) teori stakeholder menjelaskan pengungkapan suatu

informasi oleh perusahaan dalam hal laporan keuangan. Tujuan utama dari
25

teori stakeholder adalah untuk membantu manajer suatu perusahaan

memahami lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan

dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan

perusahaan (ulum, 2009:5). Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori

stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan

nilai dari dampak aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian bagi

stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak

pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan

hubungan mereka (Rokhlinasari, 2016).

Dalam konteks intellectual capital, para stakeholder berkepentingan

untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi

yang dimiliki oleh perusahaan, baik karyawan (human capital), asset fisik

(physical capital), maupun structur capital. Karena hanya dengan pengelolaan

dapat menciptakan value added (dalam hal ini disebut dengan VAIC™) untuk

kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan

stakeholder sendiri.

2.2.2 Teori Legitimasi

Legistimasi merupakan keadaan psikologis keberihakan atau

kepentingan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala

lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. Legitimasi dapat dianggap

sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan


26

oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas,

ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan, dan definisi yang

dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Rawi dan Muchlish,

2010). Pandangan teori legitimasi menyatakan bahwa dalam menjalankan

operasinya, organisasi harus sejalan dengan nilai-nilai masyarakat. Hal ini

dapat dicapai melalui pengungkapan dalam laporan keuangan. Pengungkapan

dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh perusahaan untuk

menunjukkan perhatian manajemen perusahaan terhadap nilai-nilai yang ada

dalam masyarakat.

Legistimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan

dalam rangka mengembangkan usahanya, hal itu dapat dijadikan sarana untuk

meyusun strategi perusahaan, terutama terkait dengan memposisikan diri

ditengah lingkungan masyarakat yang semakin berkembang dan semakin

maju. Dengan demikian legistimasi merupakan manfaat atau sumber data

potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Organisasi

berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas yang dilakukan oleh organisasi

diterima oleh pihak luar. Teori ini berdasar pada pernyataan bahwa terdapat

sebuah kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat di mana

perusahaan tersebut beroperasi. Teori legitimasi sangat erat berhubungan

dengan pelaporan intellectual capital. Perusahaan sepertinya lebih cenderung

untuk melaporkan intellectual capital mereka jika mereka memiliki kebutuhan

khusus untuk melakukannya. Hal ini mungkin bisa terjadi ketika perusahaan
27

tersebut tidak mampu melegitimasi statusnya berdasarkan aktiva berwujud

(tangible assets) yang umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan

perusahaan. Menurut pandangan teori legitimasi, perusahaan akan terdorong

untuk menunjukkan kapasitas intellectual capital-nya dalam laporan keuangan

untuk memperoleh legitimasi dari publik atas kekayaan intelektual yang

dimilikinya. Pengakuan legitimasi publik ini menjadi penting bagi perusahaan

untuk mempertahankan eksistensinya dalam lingkungan sosial perusahaan.

2.2.3 Nilai Perusahaan

2.2.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia di bayar oleh calon

investor apabila perusahaan tersebut dijual. Berbagai kebijakan diambil oleh

manajemen dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik dan pemegang saham tercermin pada harga saham

(Wardani, 2009). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap

perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Suatu perusahaan

dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai

perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi

bisa dikatakan nilai perusahaan juga baik. Harga saham yang tinggi membuat

nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan dalam beberapa literatur disebut

dengan beberapa istilah diantaranya, price-to-book value yaitu perbandingan


28

antara harga saham dengan nilai buku saham dan market to book ratio yaitu

rasio saat ini harga saham dengan nilai buku per saham (Hermuningsih, 2011).

Berdirinya suatu perusahaan tentunya memiliki tujuan yang jelas.

Adapun tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

yang maksimal. Tujuan yang kedua adalah keinginan untuk memakmurkan

pemiliki perusahaan atau pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang

ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga

sahamnya dengan kata lain memaksimalkan nilai ekuitas pemilik perusahaan.

Rodoni dan Herni (2010: 4) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap perusahaan yang sering kali dikaitkan dengan harga

saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan

begitupun dengan sebaliknya. Terdapat lima jenis nilai perusahaan

berdasarkan metode perhitungan yang digunakan, antara lain (Yulius dan

Tarigan, 2007:3) :

a) Nilai nominal, nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar

perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga

ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

b) Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar

menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham

perusahaan dijual di pasar saham. 

c) Nilai intrinsik, merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu

kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam


29

konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset,

melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki

kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

d) Nilai buku, nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total

aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

e) Nilai likuidasi, nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara

yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca

performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Konsep nilai perusahaan menurut Harmono (2009: 50) dalam teori

keuangan pasar modal harga saham dipasar, nilai perusahaan dapat diukur

melalui nilai harga saham dipasar berdasarkan terbetuknya harga saham

perusahaan di pasar yang merupakan refleksi penilaian publik terhadap kinerja

perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena terbentuknya harga di

pasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga

permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga secara riil

terjadi transaksi jual beli surat berharga dipasar modal antara penjual (emiten)

dan para investor atau sering disebut dengan ekuilibrium pasar.


30

Secara teoritis, perusahaan yang lebih besar memiliki kepastian (certainty)

yang lebih besar dari pada perusahaan kecil yang akan mengurangi tingkat

ketidakpastian tentang prospek perusahaan ke depan. Pengukuran nilai

perusahaan dapat dilakukan melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan

terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan refleksi

penilaian oleh publik terhadap kinerja keuangan perusahaan secara riil

(Harmono, 2014:50). Menurut Weston dan Copelan (2010:244) pengukuran

nilai perusahaan terdiri dari :

a. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga saham

perusahaan dengan earning per share dalam saham. PER adalah fungsi dari

perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin

besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. PER dapat dihitung dengan

rumus:

Harga Pasar Perlembar Saham


PER=
Laba Perlembar Saham

Weston dan Copelan (2010:244)


31

b. Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) mengambarkan seberapa besar pasar menghargai

nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya

akan prospek perusahaan tersebut. Strategi ini umunya menghubungkan rasio

harga terhadap nilai buku dengan intrinsic saham diestimasi berdasarkan model

penilaian saham (Sabrin et al. 2016). Price to Book Value dapat dihitung dengan

rumus :

Harga Perlembar Saham


PBV =
Nilai Buku Perlembar Saham

Weston dan Copelan (2010:244)

c. Tobin’s Q

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah

dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini dikembangkan oleh professor

James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang sangat berharga karena

menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian

dari setiap dolar investasi incremental. Tobin’s Q dihitung dengan

membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas

perusahaan. Jika rasio-q diatas menunjukkan bahwa investasi dalam asset

menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi daripada pengeluaran

investasi, hal ini akan merangsang terjadinya investasi baru. Namun jika rasio-q
32

dibawah satu-q, maka investasi dalam asset dianggap tidak menarik. Tobin’s Q

dapat dihitung dengan rumus :

' MVE+ DEBT


Tobi n s Q=
TA

Keterangan :

MVE = Nilai pasar ekuitas (closing price x jumlah saham beredar)

DEBT = Nilai buku dari total hutang (kewajiban jangka pendek + kewajiban

jangka panjang)

TA = Total aktiva

Dalam penelitan ini menggunakan nilai perusahaan yang melalui nilai

price to book value (PBV) suatu perusahaan. PBV ditunjukkan dalam

perbandingan antara harga saham terhadap nilai bukunya, dimana nilai buku

dihitung sebagai hasil bagi dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah

saham beredar. Price to book value digunakan sebagai proksi karena

keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi

investasi di pasar modal. PBV dapat menunjukkan tingkat kemampuan

perusahaan menciptakan nilai terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

PBV dianggap salah satu hal yang dapat menggambarkan nilai perusahaan,

karena rasio PBV mencerminkan aktiva bersih yang dimiliki pemegang saham

dengan memiliki satu lembar saham selain itu rasio PBV juga dianggap

melihat dari sisi modal perusahaan selain itu PBV menunjukkan besarnya

reaksi pasar dalam menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sari
33

2015). Terdapat dua keunggulan dari PBV, yang pertama yaitu nilai buku

merupakan ukuran yang stabil dan sederhana yang dapat dibandingkan dengan

harga pasar. Sedangkan keunggulan yang kedua adalah PBV dapat

dibandingkan antar perusahaan sejenis untuk menunjukkan tanda mahal atau

murahnya suatu saham perusahaan.

2.2.3.2 Faktor yang memengaruhi Nilai Perusahaan

Menurut Sudana (2009:9), dalam usaha untuk meningkatkan nilai

perusahaan, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhinya, diantaranya:

a. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang

berorientasi pada perolehan keuntungan, umumnya akan memfokuskan

kegiatannya untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai

maksimum (laba merupakan tolok ukur keberhasilan). Besar kecilnya laba

yang dihasilkan oleh suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang bersangkutan.

b. Tata kelola perusahaan yang baik menggambarkan bagaimana usaha

manajemen mengelola asset dan modalnya dengan baik agar menarik para

investor.

c. Investor umumnya menghindari resiko. Mereka akan bersedia membayar

lebih saham yang arus kasnya relatif pasti, daripada saham yang arus

kasnya beresiko.
34

2.2.4 Kinerja keuangan

Kinerja keuangan merupakan hasil nyata yg dicapai suatu badan usaha

dalam suatu periode tertentu dan dapat mencerminkan tingkat kesehatan

keuangan badan usaha tertentu dan dipergunakan untuk menunjukkan hasil

yang positif. Menurut Horne dan Wachowicz (2005) dalam Rahadardian

(2011) menyebutkan bahwa kinerja keuangan merupakan posisi keuangan dan

prestasi yang mampu diperoleh perusahaan pada waktu tertentu. Kinerja

keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan dibandingkan melalui analisis

laporan keuangan yang berguna bagi pengmabilan keputusan.

Kinerja merupakan suatu tolak ukur dalam sebuah perusahaan atas

keberhasilan yang telah diraih. Kinerja dapat menjadi tolok ukur kemampuan

perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan segala sumber daya yang

dimilikinya dengan cara terus melakukan peningkatan terhadap kualitas dan

kinerja perusahaan, agar tujuan perusahaan tercapai. Suatu ukuran kinerja

yang umum digunakan yaitu kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat

dan diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan yang tersedia melalui

analisis laporan keuangan, keadaan dan perkembangan financial perusahaan,

serta hasil hasil yang telah dicapai perusahaan dapat diketahui baik di waktu

lampau maupun di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan pemilihan

strategi perusahaan yg telah diterapkan. Dalam mengukur kinerja keuangan

suatu perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Dalam penelitian ini

menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai berikut :


35

a. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan

profitabilitas atau laba. Menurut Syafri (2008:304) mengatakan bahwa “ rasio

profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan dalam memperoleh laba atau profit melalui semua kemampuan

dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.”

Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Return on Asset (ROA). ROA ini digunakan untuk menghitung perbandingan

antara laba setelah pajak dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA

menggambarkan sejauh mana kemampuaan aset-aset yang dimiliki suatu

perusahaan yang dapat menghasilkan laba (Tandelilin, 2010).

Menurut Hery (2016:106) Return On Asset adalah hasil pengembalian

atas aset (Return On Asset) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa

besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Apabila semakin tinggi

nilai return on asset (ROA) suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula

tingkat return yang diperoleh perusahaan dalam penggunaan aset, dengan

begitu akan dapat menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan

tersebut. Namun, semakin kecil (rendah) rasio dari ROA, maka semakin

kurang baik mengenai efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.


36

menurut Hery (2016:106) rumus menghitung Return On Asset (ROA) adalah

sebagai berikut :

Laba Bersih
ROA=
Total Asset

2.2.5 Intellectual Capital

Pengertian mengenai Intellectual Capital di Indonesia secara tidak

langsung telah tercantum dalam PSAK No. 19 revisi 2000 (Ikatan Akuntan

Indonesia, 2012) mengenai intangible assets. Dimana, intangible assets atau

aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat di identifikasi

dan tidak mempunyai wujud fisik. Modal intelektual atau intellectual capital

merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sangkala

(2006:40) menyebutkan bahwa intellectual capital sebagai intellectual

material, yang meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan

pengalaman yang dapat digunakan secara bersama untuk menciptakan

kekayaan (wealth). Secara ringkas Smedlund dan Poyhonen (dalam Rupidara,

2005) mewacanakan intellectual capital sebagai kapabilitas organisasi untuk

menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan.

Intellectual capital memiliki peranan penting bagi perusahaan. Hal ini

didasari bahwa intellectual capital merupakan suatu konsep yang dapat

memberikan sumber daya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan


37

aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan

perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien.

Intellectual capital merupakan hal yang perlu diperhatikan agar perusahaan

dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat seperti saat ini.

Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003), Intellectual Capital adalah

jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga komponen utama suatu perusahaan

(human capital, structural capital, dan customer capital) yang berhubungan

dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi

perusahaan yakni berupa keunggulan dalam bersaing. Sedangkan menurut

sudut pandang definisi dari Bontis (2000) dikutip oleh Susilo (2012)

Intellectual capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi, dan

kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menghasilkan

keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Dari uraian diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa intellectual

capital adalah sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berupa

pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat

dijadikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif berkelanjutan yang apabila

dikelola secara maksimal akan memberikan dampak yang posistif bagi

perusahaan guna bersaing dengan perusahaan lainnya.

Intellectual capital dapat di proksikan dengan menggunakan VAICTM .

Metode VAICTM dikembangkan oleh Pulic (1998). Value Added Intellectual

Coefficient (VAIC™) merupakan salah satu pengukuran dengan metode tidak


38

langsung untuk mengukur seberapa efisien dan bagaimana efisiensi

intellectual capital dan modal karyawan menciptakan nilai yang berdasarkan

pada tiga komponen utama yaitu physical capital / capital employed (VACA),

human capital (VAHU), dan structur capital (STVA) (Ulum, 2009:86).

Terdapat beberapa tahapan dalam memperoleh hasil perhitungan VAICTM

yakni sebagai berikut :

1. Tahap pertama menghitung Value Added (VA)

Value Added adalah selisih antara output dan input, dimana rumus VA adalah

sebagai berikut :

VA =OP+ EC + D+ A

Dimana :

a) OP = Operating Profit (Laba Operasi)

b) EC = Employee Cost (Beban karyawan)

c) D = Depreciation (Depresiasi)

d) A = Amortisation (Amortisasi)

2. Tahap yang kedua menghitung Value Added Capital Employed / Physical

Capital (VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical

capital yang mengukur bagaimana suatu perusahaan mengelola modal fisik

dan keuangan secara efisien dapat dinilai berdasarkan Capital Employed

perusahaan tersebut. Dengan demikian, suatu perusahaan lebih baik dalam


39

memanfaatkan Capital Employed (dana yang tersedia) merupakan bagian dari

intellectual capital (Ulum, 2009:86). Berikut adalah rumus dari VACA :

Value Added
Value Added Capital Employed=
Capital Employed

Dimana :

a) Value Added Capital Employed (VACA) = rasio Value Added (VA)

terhadap Capital Employed (CE)

b) Value Added (VA) = selisih antara output dan input

c) Capital Employed (CE) = dana yang tersedia

3. Tahap yang ketiga adalah dengan menghitung Value Added Human

Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat

dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan

antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan

nilai di dalam perusahaan (Tan et.al., 2007). Human Capital mencerminkan

kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam

perusahaan tersebut. Human Capital akan meningkat jika perusahaan mampu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya secara efisien

(Prasetyanto, 2013). Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh

human capital dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan


40

sustainable revenue (pendapatan berkelanjutan) di masa akan datang bagi

suatu perusahaan. Berikut adalah rumus dalam menghitung VAHU yaitu :

Value Added
Value Added Human Capital( VAHU )
Human Capital

Dimana :

a) Value Added Human Capital (VAHU) = rasio dari Value Added (VA)

terhadap Human Capital (HC)

b) Value Added (VA)

c) Human Capital (HC) = beban untuk tenaga kerja

4. Tahap yang keempat adalah menghitung Structural Capital Value Added

(STVA)

Structural capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan

usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang

optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan (Sudibya dan Restuti, 2014).

STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah

dari VA dan merupakan indikasi menyangkut tentang bagaimana keberhasilan

structural capital dalam menciptakan suatu nilai (Ulum, 2007).

Berikut adalah rumus dalam menghitung Structural Capital Value Added

(STVA) yaitu :

Structural Capital
StructuralCapital Value Added ( STVA ) =
Value Added
41

Dimana :

a) Structural Capital Value Added (STVA) = rasio Structural Capital

(SC) terhadap Value Added (VA)

b) Structural Capital = VA – HC

c) Value Added

5. Tahap yang kelima adalah dengan menghitung Value Added Intellectual

Coeffisient (VAICTM).

VAICTM dikembangkan oleh Pulic (1998) yang bertujuan untuk menyajikan

informasi tentang value creation efficiency. Pulic menganggap metode ini

sebagai indikator universal yang menunjukkan kemampuan intelektual dari

kemampuan penciptaan nilai unit bisnis dan merupakan efisiensi bisnis dalam

ekonomi yang berbasis pengetahuan.

VAICTM mengindikasikan kemampuan intellectual capital dengan

penjumlahan dari tiga komponennya, dimana dapat diperoleh rumus sebagai

berikut :

VAIC ™=VACA +VAHU +STVA

2.2.6 Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Darsono dan Ashari (2010), debt to equity ratio adalah

sebuah rasio yang digunakan untuk menentukan suatu kemampuan

perusahaan untuk mengambil tanggung jawab ketika perusahaan dalam

likuidasi. Rasio ini menunjukkan perbandingan hutang dan modal sendiri


42

(Noor : 2004). Debt to equity rasio menunjukkan komposisi atau struktur

modal dari total hutang terhadap modal yang dimiliki perusahaan. Semakin

tinggi nilai DER dalam suatu perusahaan, menunjukkan komposisi total

hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang akan semakin besar

dibandingkan dengan total modal sendiri, itu artinya semakin besar beban

perusahaan terhadap kreditur. Karena bagi perusahaan sebaiknya besar hutang

tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi.

Namun apabila nilai DER lebih rendah maka akan semakin rendah pula

ketergantungan suatu perusahaan terhadap pihak luar sehingga resiko yang di

dapat akan semakin rendah dalam memenuhi kewajibannya. Pihak kreditur

atau investor biasanya akan memilik perusahaan yang nilai DER nya rendah,

karena dengan nilai DER yang rendah menandakan perusahaan tidak

mempunyai tanggungan hutang yang terlalu banyak sehingga kepentingan

pihak kreditur dan investor akan lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis

perusahaan yang bersangkutan. Dalam menghitung debt to equity ratio

menggunakan rumus sebagai berikut :

Total Hutang
Debt ¿ Equity Ratio=
Ekuitas

2.2.7 Current Ratio


43

Current ratio biasanya merupakan perbandingan antara jumlah aktiva

lancar dengan hutang lancar (Munawir,1979). Menurut Kasmir

(2014:134), rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dalam artian

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka

pendek yang segera jatuh tempo. Current ratio biasanya digunakan sebagai

alat untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan dan juga sebagai petunjuk

untuk mengetahui sampai dimanakah posisi suatu perusahaan apabila

memberikan kredit jangka pendek kepada nasabah. Semakin tinggi nilai

current ratio suatu perusahaan, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya (short liabilities). . Hal ini dapat

mengakibatkan investor tertarik untuk memiliki saham perusahaan yang

akan memberikan dampak yakni meningkatnya harga saham sehingga

perusahaan juga memperoleh tingkat return yang meningkat. Namun apabila

nilai current ratio rendah, akan mengakibatkan minat investor menjadi turun.

Hal ini dikarenakan investor menganggap bahwa perusahaan kurang optimal

dalam memanfaatkan aktiva lancar sehingga mengakibatkan harga saham dan

perolehan return saham menurun. Baik buruknya tingkat current ratio dapat

menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor dalam menanamkan

modalnya. Current ratio dapat dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
44

kewajiban jangka pendeknya. Berikut ini terdapat formulasi/rumus dalam

menghitung current ratio :

Aktiva Lancar
Current Ratio=
Hutang Lancar

2.3 Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Hubungan Antara Intellectual Capital Dengan Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merupakan sebuah gambaran atas kondisi keuangan

suatu perusahaan. Dalam kerangka teori stakeholder disebutkan bahwa

akuntabilitas organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau

keuangan saja sehingga perusahaan perlu melakukan pengungkapan tentang

aset tak berwujud dan informasi lainnya melebihi dari yang diharuskan

(Purnomosidhi, 2006). Salah satu sumberdaya yang dimiliki perusahaan dari

asset tidak berwujud adalah intellectual capital. Beberapa penelitian

menunjukkan bukti yang signifikan bahwasannya intellectual capital

memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian dari Fitriasari

dan Ratna Sari (2019) dalam judul Pengaruh Intellectual Capital Pada Nilai

Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening

menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja

keuangan. Perusahaan yang mampu mengolah intellectual capital dengan baik

akan memengaruhi kinerja keuangan dan juga nilai perusahaan. Perusahaan

yang mampu mengolah kinerja keuangan dengan baik akan memengaruhi


45

nilai perusahaan, serta kinerja keuangan mampu memediasi hubungan antara

intellectual capital terhadap nilai perusahaan.

2.3.2 Hubungan Antara Debt to Equity Ratio Dengan Kinerja Keuangan

Penilaian meningkatnya kinerja keuangan tidak dapat dilihat hanya

dari tingkat income yang meningkat saja, akan tetapi terdapat faktor-faktor

lain yang harus diperhatikan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Sartono (2010:267), “Berbagai rasio finansial dapat dipergunakan

untuk mengukur risiko dalam hubungannya dengan perusahaan yang

menggunakan leverage dalam struktur modalnya. Misalnya total debt to total

asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio dan fixed charged

coverage ratio. Debt equity ratio (DER) sangat mempengaruhi pencapaian

laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio

menunjukkan semakin besar kepercayaan dari pihak luar, hal ini sangat

memungkinkan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, karena dengan

modal yang besar maka kesempatan untuk meraih tingkat keuntungan juga

besar. Beberapa penelitian menunjukkan bukti yang signifikan bahwasannya

debt to equity ratio memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil

penelitian dari Solihin (2019) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh

Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return on Asset

menunjukkan bahwa debt to equity ratio terhadap return on asset berpengaruh

siginifikan secara parsial.


46

2.3.3 Hubungan Current Ratio Dengan Kinerja Keuangan

Current Ratio (CR) merupakan salah satu komponen dari rasio

likuiditas, yang merupakan sebuah analisis yang menunjukkan aktiva lancar

dan hutang lancar. Current ratio merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek

(liabilities) atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara

keseluruhan. Current Ratio adalah bagian dari kinerja perusahaan yang

merupakan salah satu komponen yang berhubungan dengan kondisi internal

perusahaan. Apabila nilai current ratio suatu perusahaan 1:1 atau 100%,

artinya mengindikasikan bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang

lancar. Nilai current ratio lebih aman jika berada diatas 1 atau diatas 100%.

Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah utang lancar. (Harahap,

2010:310). Beberapa penelitian menunjukkan bukti yang signifikan

bahwasannya current ratio memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2018) dengan judul Pengaruh

Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Price

to Book Value Dengan Return on Asset Sebagai Variabel Intervening

menunjukkan bahwa current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap

price to book value dengan return on asset sebagai variabel intervening ,

artinya setiap kenaikan current ratio akan diikuti oleh kenaikan return on

asset dan selanjutnya akan memberikan dampak pada price to book value

perusahaan.
47

2.3.4 Hubungan Antara Intellectual Capital Dengan Nilai Perusahaan

Intellectual capital adalah salah satu asset tak berwujud yang

dimiliki perusahaan dan kebanyakan berbeda dengan setiap perusahaan

yang ada. Masa depan dan prospek perusahaan akan bergantng pada

bagaimana upaya manajemen untuk mendayagunakan nilai-nilai yang tidak

tampak dari aset tak berwujud ini berupa intellectual capital. Apabila

pengelolaan intellectual capital suatu perusahaan semakin baik, maka

kinerja perusahaan dan nilai perusahaan akan di nilai baik pula. Perusahaan

yang mampu memanfaatkan intellectual capital secara efisien, maka nilai

pasarnya akan meningkat. Beberapa penelitian menunjukkan bukti yang

signifikan bahwasannya intellectual capital memiliki pengaruh terhadap

nilai perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aida dan Rahmawati

(2015) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Modal Intelektual dan

Pengungkapannya Terhadap Nilai Perusahaan : Efek Intervening Kinerja

Perusahaan menyatakan bahwa modal intelektual memiliki efek positif

terhadap nilai-nilai perusahaan secara tidak langsung melalui kinerja

perusahaan sebagai variabel intervening.


48

2.3.5 Hubungan Antara Debt to Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan

Debt to equity ratio adalah salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat leverage keuangan. DER merupakan rasio antara total

hutang dengan total ekuitas dalam perusahaan yang memberi gambaran

perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (equity) perusahaan.

Jika nilai DER suatu perusahaan rendah, maka akan membawa informasi

positif bagi para investor karena akan membuat para investor lebih tertarik

dalam melakukan investasi di perusahaan tersebut. Namun apabila nilai

DER tinggi maka tingkat hutang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan

semakin besar sehingga kemungkinan besar sebuah perusahaan akan

melakukan pinjaman yang kemudian akan berpengaruh pada kewajiban dan

resiko yang yang harus di tanggung oleh perusahaan. Beberapa penelitian

menunjukkan bukti yang signifikan bahwasannya debt to equity ratio

memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Pioh et. al (2018) menyatakan bahwa debt to equity ratio

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3.6 Hubungan Current Ratio Dengan Nilai Perusahaan

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang
49

tersedia. Keadaan sebuah perusahaan dapat memberikan pengaruh

fundamental dari perusahaan tersebut, apabila keaadan sebuah perusahaan

baik maka nilai current ratio akan meningkat. Tingkat likuiditas yang

tinggi memperkecil kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

finansial jangka pendek kepada kreditur dan berlaku pula sebaliknya.

Tinggi rendahnya nilai current ratio suatu perusahaan akan mempengaruhi

minat investor untuk menginvestasikan dananya. Semakin besar nilai

current ratio maka makin efisien perusahaan dalam mendayagunakan

aktiva lancar perusahaan. Hal tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan

karena kinerja perusahaan yang semakin baik dalam mengefisiensikan

tingkat likuiditas dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan

kemampuan dari asset lancarnya akan mendorong nilai perusahaannya

meningkat karena kinerja nya yang baik. Beberapa penelitian menunjukkan

bukti yang signifikan bahwasannya current ratio memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasania

(2016) dengan judul Pengaruh Current Ratio, Ukuran Perusahaan, Struktur

Modal, dan ROE Terhadap Nilai Perusahaan Farmasi Yang Tedaftar Di

Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014 menunjukkan bahwa current ratio

secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai

perusahaan.
50

2.3.7 Hubungan Antara Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan

Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat setiap investor percaya

akan kinerja perusahaan itu. Karena pada dasarnya para investor akan

menanamkan saham ke perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang

sangat memuaskan. Salah faktor yang menjadi pertimbangan nilai

perusahaan tersubut tinggi adalah kinerja keuangan perusahaan. Cara

mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan rasio

keuangan. Rasio keuangan menunjukkan perubahan dalam kondisi

keuangan perusahaan serta potensi perusahaan dalam mengelola kekayaan

perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

menunjukkan pandangan para investor akan prestasi perusahaan dalam

upaya mengelola sumber dayanya. Beberapa penelitian menunjukkan bukti

yang signifikan bahwasannya kinerja keuangan memiliki pengaruh terhadap

nilai perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Linawati

(2015) dengan judul penelitian Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai

Perusahaan menunjukkan hasil bahwa ROA (return on asset) berpengaruh

positif signifikan terhadap nilai perusahaan.


51

2.4 Kerangka Konseptual

Intellectual
Capital
(X1) Nilai Perusahaan
(Y)

Debt to Equity
Ratio
(X2)

Kinerja
Keuangan
(Z)
CCurrent Ratio
(X3)

Keterangan :

: Pengaruh secara langsung

2.5 Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2017:95) berpendapat bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori relevan,
52

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan model hipotesis sebagai berikut :

H1 : Intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H2 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H3 : Current ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

H4 : Intellectual capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H5 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H6 : Current ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H7 : Intellectual capital, debt to equity ratio, dan current ratio berpengaruh

terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.


53

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis explanatory research dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut sugiyono (2016) penelitian

kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis,

terencana, dan terstruktur dengan jelas dari awal hingga akhir pembuatan

desain penelitian. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Sugiyono (2016)

pada penelitian kuantitatif, explanatory research merupakan penelitian yang

akan menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang memengaruhi

hipotesis peneliti. Berdasarkan tujuan penelitian ini telah ditetapkan maka

jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori (explanatory

research). Penelitian ini menggunakan jenis explanatory research karena

ingin menjelaskan hubungan sebab-akibat yang terjadi antara variabel-

variabel yang ada dengan melakukan pengajian hipotesis.


54

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini memperoleh data dengan mengambil data laporan

keuangan perusahaan yang sahamnya tercatat di LQ45 periode 2017-2019

dengan mengumpulkan bahan dari website yang bersumber dari idx

(http://www.idx.co.id).

3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai penetapan judul skripsi sampai

sekarang.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan dimana suatu objek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Nisa, H., 2018). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar pada IDX

(http://www.idx.co.id) pada tahun 2017 sampai dengan 2019. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 45 perusahaan yang sahamya terdaftar di LQ45 pada

tahun 2017-2019. (Lihat lampiran [Hal 82/No 1])


55

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2013: 81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh pupulasi. Sampel merupakan

sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini diterapkan

menggunakan pendeketan non-probability dengan metode purposive sampling

(Sekaran dan Bougie, 2017). Kriteria sampel dalam penelitian ini :

a. Perusahaan yang tercatat di LQ45 pada BEI mulai tahun 2017 sampai

dengan tahun 2019 selama 3 tahun berturut-turut.

b. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara konsisten dan

lengkap mulai dari 2017 sampai dengan 2019 selama 3 tahun berturut-

turut.

c. Data yang dapat diolah dengan menggunakan software SPSS 21.0.

Berdasarkan uraian kriteria sampel diatas, terdapat kriteria teknik sampel

yang digunakan untuk dapat menentukan sampel perusahaan yang akan

diteliti. Berikut ini adalah rincian kriteria sampel pada penelitian ini :

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Perusahaan yang Menjadi Sampel


Jumlah
No Kriteria Perusahaan
Perusahaan

Perusahaan yang tercatat di LQ45 pada BEI mulai tahun


1. 2017 sampai dengan tahun 2019 selama 3 tahun berturut- 33
turut.

Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara


2. konsisten dan lengkap mulai dari 2017 sampai dengan 10
2019 selama 3 tahun berturut-turut.
56

3. Laporan data keuangan yang tidak dapat diolah dengan


(2)
menggunakan software SPSS 21.0

Total Sampel Penelitian 8

Perusahaan yang sahamnya tercatat pada LQ45 mulai dari tahun 2017

sampai dengan tahun 2019 terdapat 45 perusahaan. Berdasarkan kriteria dan

karakteristik pengambilan sampel pada tabel diatas, di sebutkan bahwa

terdapat 33 perusahaan yang tercatat selama 3 tahun berturut-turut di saham

LQ45. Penelitian ini berfokus pada perusahaan yang menyajikan laporan

keuangan secara konsisten dan juga mempunyai laporan keuangan yang

lengkap yang mana jumlah dari perusahaan tersebut adalah berjumlah 8

perusahaan. (Lihat Lampiran [Hal 124/No 2]).

Tabel 3.2 Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan lengkap selama 3


tahun(2017-2019)

Kode
No Nama Perusahaan
Perusahaan

1. PT. Barito Pacific Tbk. BRPT

2. PT. Gudang Garam Tbk. GGRM

3. HM Sampoerna Tbk. HMSP

4. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP

5. PT. Kalbe Farma Tbk. KLBF

6. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS

7. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA

8. Semen Indonesia Tbk. SMGR


57

9. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. SRIL

10. Unilever Indonesia Tbk. UNVR

Penentuan data yang diambil dari sampel adalah data panel yang

diperoleh dari penggabungan data rentang waktu (time series) selama 3 tahun

dan data cross section dari 10 perusahaan. Data penelitian yang diperoleh

berdasarkan perhitungan 10 perusahaan dikali dengan 3 tahun penelitian,

sehingga banyak data penelitian adalah sebanyak 30 data. (Lihat lampiran

[Hal 120/No 1])

Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan software

SPSS 21.0 , data yang dapat diolah menjadi 24 data keuangan perusahaan

dikarenakan sebanyak 6 data mengalami outliers (data tidak normal). (Lihat

lampiran [Hal 141/No 11])

Tabel 3.3 Data Perusahaan LQ45 yang data perusahaannya dapat di analisis

Kode
No Nama Perusahaan
Perusahaan

1. PT. Barito Pacific Tbk. BRPT

2. PT. Gudang Garam Tbk. GGRM

3. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP

4. PT. Kalbe Farma Tbk. KLBF

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS

6. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA


58

7. Semen Indonesia Tbk. SMGR

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. SRIL

3.3 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian merupakan suatu objek penelitian yang menjadi perhatian

pada suatu penelitian yang digunakan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian diantaranya :

3.3.1 Variabel Dependent

Menurut Widiyanto (2013) menjelaskan bahwa variabel dependent

adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam

penelitian ini variabel dependent nya adalah nilai perusahaan.

3.3.3.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah persepsi investor dalam mengetahui tingkat

keberhasilan perusahaan yang dilihat dari harga saham. Nilai perusahaan pada

penelitian ini menggunakan proksi price to book value (PBV) yakni dengan

membandingkan harga per lembar saham dengan nilai buku per lembar

saham. Jika rasio PBV menunjukan peningkatan berarti bahwa pasar semakin

percaya pada prospek perusahaan di masa depan. Adapun formulasi/rumus

untuk mengetahui nilai dari PBV, sebagai berikut:

Harga per Lembar Saham


Price to Book Value (PBV) =
Nilai Buku per Lembar Saham
59

Berikut adalah tabel perhitungan price to book value perusahaan LQ45

periode 2017-2019 yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.4 Nilai PBV Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

No Nama Perusahaan 2017 2018 2019

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,15 1,05 1,14

2. PT. Gudang Garam Tbk. 4,04 3,75 3,75

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 3,29 3,01 3,13
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 5,97 4,89 5,14

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,98 1,04 1,26

PT. Tambang Batubara Bukit


6. 2,05 3,32 3,33
Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 1,93 2,15 2,37

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 1,3 0,98 0,98

3.3.4 Variabel Intervening

Menurut Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa variabel antara atau

variabel intervening merupakan variabel yang menjadi antara atau penyelang

diantara hubungan variabel independen dan dependen, munculnya variabel

intervening setelah penelitian menelisik lebih mendalam teori yang dianut.

Dalam penelitian ini variabel intervening nya adalah kinerja keuangan.


60

 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu tampilan mengenai kondisi keuangan

perusahaan dalam periode waktu tertentu. Ukuran kinerja keuangan biasanya

diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham.

Kinerja keuangan pada penelitian ini, menggunakan proksi Return on Asset

(ROA). ROA dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan total asset,

sebagai berikut:

Laba Bersih
Return on Asset=
Total Asset

Berikut adalah tabel perhitungan return on asset perusahaan LQ45

periode 2017-2019 yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

Tabel 3.5 Nilai Return on Asset Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

No Nama Perusahaan 2017 2018 2019

1. PT. Barito Pacific Tbk. 0,05 0,03 0,02

2. PT. Gudang Garam Tbk. 0,12 0,11 0,14

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 0,06 0,04 0,07
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 0,15 0,14 0,13

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,03 0,05 0,02

6. PT. Tambang Batubara Bukit 0,21 0,21 0,15


Asam Tbk.
61

7. Semen Indonesia Tbk. 0,04 0,06 0,03

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 0,06 0,06 0,06

3.3.5 Variabel Independent

Menurut Sugiyono (2011:61) variabel independent merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel independent nya

yaitu:

3.3.5.1 Intellectual Capital

Intellectual capital adalah aset tidak berwujud berupa informasi yang

berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja perusahaan.

Intellectual capital dalam penelitian ini menggunakan proksi VAIC™.

Intellectual capital dihitung berdasarkan value added yang diciptakan oleh

physical capital/capital employed (VACA), human capital (VAHU), dan

structural capital (STVA). Ada beberapa tahapan atau formulasi untuk

memperoleh hasil perhitungan VAICTM adalah sebagai berikut :

Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™

Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA).

Value Added=OP + EC + D+ A

Dimana :

a) OP : operating profit (laba operasi)


62

b) EC : employee costs (beban karyawan)

c) D : depreciation (depresiasi)

d) A : amortization (amortisasi)

Untuk tabel hasil perhitungan value added perusahaan LQ-45 selama

2017-2019 yang berguna untuk memformulasikan rumus VAICTM dapat

dilihat dilampiran.

Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Employed / Physical

capital (VACA).

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh 1 unit dari

physical capital/capital employed (CE). Rasio ini menunjukkan kontribusi

yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. Pulic

mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih

besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih

baik dalam memanfaatkan CE-nya (Ulum, 2007).

Value Added
Value Added Capital Employed ( VACA )=
Capital Employed

Dimana :

a) VACA (Value Added Capital Employed ) : rasio dari VA terhadap CE.

b) VA (Value Added).
63

c) CE (Capital Employed) : dana yang tersedia (jumlah ekuitas dan laba

bersih).

Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU).

VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana

yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang

dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital (HC)

terhadap value added organisasi. Pulic memperlakukan tenaga kerja sebagai

entitas penciptaan nilai (value creating entity). Hasilnya adalah bahwa VA

menghasilkan the new created wealth of a period. Value Added Human

Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan

dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC

menunjukkan bahwa kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam

perusahaan. Konsisten dengan pandangan para penulis IC lainnya (Edvinsson,

1997; Sveiby, 1998), Pulic (1998) berargumen bahwa total salary and wage

costs adalah indikator dari HC perusahaan.

Value Added
Value Added Human Capital ( VAHU )=
Human Capital

Dimana :

a) VAHU (Value Added Human Capital) : rasio dari VA terhadap HC.

b) VA (Value Added)
64

c) HC (Human Capital): beban tenaga kerja (total gaji, upah dan

pendapatan karyawan).

Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added (STVA).

Rasio ini mengukur jumlah structural capital (SC) yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

Structural Capital
StructuralCapital Value Added ( STVA ) =
Value Added

Dimana :

a) STVA (Structural Capital Value Added) : rasio dari SC terhadap VA.

b) SC (Structural Capital) : VA – HC

c) VA (Value Added).

Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™).

VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual perusahaan yang

dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). VAIC™

merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA,VAHU,

dan STVA.

VAIC ™=VACA +VAHU +STVA


65

Berikut adalah tabel perhitungan intellectual capital perusahaan LQ45

periode 2017-2019 yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

Tabel 3.6 Nilai VAICTM Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

No Nama Perusahaan 2017 2018 2019

1. PT. Barito Pacific Tbk. 3,81 3,06 2,07

2.. PT. Gudang Garam Tbk. 3,94 3,50 3,98

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 2,20 1,92 2,27
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 2,29 2,25 2,20

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 2,69 2,95 1,82

PT. Tambang Batubara Bukit


6. 3,50 4,13 3,37
Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 2,01 3,04 2,05

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 2,90 2,8 2,62

3.3.5.2 Debt To Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang dapat mengukur tingkat

kesehatan keuangan perusahaan. DER dapat dihitung dengan menggunakan

formulasi/rumus sebagai berikut:

Total Hutang
Debt ¿ Equity Ratio=
Ekuitas
66

Berikut adalah tabel perhitungan debt to equity ratio perusahaan LQ-

45 selama 2017-2019 yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

Tabel 3.7 Nilai Debt to Equity Ratio Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

201
No Nama Perusahaan 2018 2019
7

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,57 1,61 1,61

2. PT. Gudang Garam Tbk. 0,58 0,53 0,54

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 0,18 0,20 0,20
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 0,20 0,19 0,21

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,90 1,48 1,28

PT. Tambang Batubara Bukit Asam


6. 0,59 0,49 0,42
Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 0,63 0,53 0,54

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 1,70 1,70 1,28

3.3.5.3 Current Ratio

Current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan utang

lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek nya dengan menggunakan aktiva

lancar. Rumus yang digunakan untuk menghitung current ratio sebagai

berikut :
67

Aktiva Lancar
Current Ratio=
Hutang Lancar

Berikut adalah tabel perhitungan current ratio perusahaan LQ-45

selama 2017-2019 yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

Tabel 3.8 Current Ratio Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

201
No Nama Perusahaan 2017 2019
8

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,10 1,75 1,65

2. PT. Gudang Garam Tbk. 1,94 2,06 2,06

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 3,70 3,14 3,31
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 4,51 4,65 4,35

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 2,66 1,54 1,98

PT. Tambang Batubara Bukit


6. 2,46 2,38 2,49
Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 1,57 1,97 1,36

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 3,68 3,08 4,90

3.4 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data


68

Penelitian ini merupakan penelitian data kuantitatif, data kuantitatif

merupakan data yang diukur dalam suatu skala numerik. Jenis data yang

digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh

secara tidak langsung yang dapat berupa informasi, data, dan lainnya.

Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh melalui website Bursa

Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data yang diteliti adalah laporan keuangan

(tahunan) pada perusahaan yang sahamnya terdaftar pada saham LQ45 pada

tahun 2017-2019. Data yang diteliti merupakan data panel yang diperoleh dari

penggabungan data rentang waktu (time series) selama 3 tahun dan data cross

section dari 10 perusahaan.

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan software SPSS 21.0,

data yang dapat diolah menggunakan SPSS sebanyak 24 data keuangan

perusahaan. Data yang tidak normal (outliers) sebanyak 6 data.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang sistematis untuk

memperoleh data yang di perlukan. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode

dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

sekunder berupa catatan, transkip, buku, surat, majalah agenda dan lain-lain.

Metode ini merupakan metode bantu yang digunakan untuk memperoleh data-

data menyangkut informasi (Suwartono, 2014).


69

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

mengambil data laporan keuangan perusahaan yang sahamnya terdaftar LQ45

periode 2017-2019 melalui www.idx.co.id

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

tes penerimaan klasik yang mengidentifikasi hubungan antara setiap variabel

dengan menggunakan alat analisis perangkat lunak SPSS 21.0.

3.5.1 Statistik Deskriptif

Kasiram (2010) mendefinisikan analisis deskriptif merupakan kegiatan

menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat

ditafsirkan. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran

karakteristik masing-masing variabel yang diukur dari sejumlah indikator-

indikator penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah descriptive

statistics sehingga mengahasilkan nilai frekuensi, nilai rata-rata (mean), nilai

tengah (median), nilai maksimum, serta nilai minimum atas setiap indikator

penelitian.
70

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam tujuan mengidentifikasi suatu data dan model, maka perlu

dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan secara rinci

dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi

yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mendeteksi apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisi grafik (Ghozali, 2014). Analisis grafik dapat dilakukan dengan

melihat normal probability plot. Distribusi normal membentuk satu garis lurus

diagonal dan plotting data dibandingkan dengan garis diagonal tersebut. Pada

prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan penyebaran data (titik) pada

garis diagonal. Dasar pengembalian keputusan adalah jika penyebaran data di

sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka data menunjukkan

pola distribusi normal. Sebaliknya, apabila penyebaran data jauh dari garis

diagonal dan tidak mengikuti garis diagonal, maka data tidak menunjukkan

pola distribusi normal.

Sebagai tambahan, akan dilakukan uji Kolmogorov Smirnov guna

mengidentifikasi normalitas distribusi data melalui batasan angka disamping

analisis grafik Normal P-P Plot yang mengindetifikiasi normalitas distribusi

data secara visual grafis. Adapun batasan uji Kolmogorov Smirnov adalah jika
71

nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data residual dinyatakan tidak normal.

Sebaliknya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka data residual berdistribusi

normal.

B. Uji Multikolinearitas

Uji asumsi multikolinearitas berkenaan termasuk pengujian apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi

yang baik pada prinsipnya harus tidak ada multikolinearitas. Multikolinearitas

dapat diketahui dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Apabila nilai VIF

lebih besar dari 5 telah terjadi multikolinearitas, sedangkan nilai VIF lebih

dari 5 tidak terjadi multikolinearitas. Selain itu dapat melakukan indetifikas

multikolinearitas dengan milihat nilai tolerance. Apabila nilai tolerance lebih

besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang

akan diuji. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka dapat diartikan

terjadi multikolinearitas terhadap data yang akan diuji.

C. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Santoso, 2004). Modal regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, hal ini dapat dideteksi

dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan residual dimana plot

residual versus nilai perdiksinya menyebar. Jika pada grafik mempunyai


72

sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi

membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), serta tersebar baik di atas maupun bawah angka 0 pada sumbu Y,

maka tidak terjadi heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilakukan

Uji Glejser, yaitu meregresikan absolut nilai residual sebagai variabel

dependen dengan variabel independen. Jika probabilitas signifikasinya diatas

5% maka tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali, 2014).

3.5.3 Analisis Path (Jalur)

Untuk menguji pengaruh variabel mediasi digunakan metode analisis

jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis liniear

berganda atau penggunaan analisis regresi untuk menaksirkan hubungan

kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan teori

yang ada.

Diagram jalur (gambar 3.1) memberikan secara eksplisit hubungan

kausalitas antar variabel berdasarkan teori. Anak panah menunjukkan

hubungan antar variabel. Model bergerak dari sebelah kiri ke sebalah kanan

dengan implikasi prioritas hubungan kausal variabel yang dekat ke sebelah

kiri. Setiap nilai β menggambarkan jalur dan koefisiensi jalur. Hubungan

langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada

variabel ketiga yang memediasi hubungan. Hubungan langsung terlihat dari

pengaruh intellectual capital, debt to equity ratio dan current ratio terhadap

nilai perusahaan. Hubungan tidak langsung terjadi jika ada variabel ketiga
73

yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Hubungan tidak langsung ini

terlihat pada pengaruh intellectual capital (VAICTM), debt to equity ratio

(DER) dan current ratio (CR) terhadap nilai perusahan (PBV) melalui

mediasi kinerja keuangan (ROA).

Gambar 3.1 Diagram Jalur

ρ4
X1

ρ1 Y

ρ5
X2
ρ7
ρ2

ρ6 Z
X3 ρ3

Koefisien jalur diperoleh melalui regresi 2 tahap menggunakan SPSS

dari persamaan berikut :

Z = ρ1 X1 + ρ 2 X2 + ρ 3 X3+ е1 …… (persamaan 1)

Y= ρ4 X1+ ρ 5X2+ ρ 6 X3 + ρ 7 Z+ е2….(persamaan 2)

Keterangan :

Z : Kinerja Keuangan (Return on Asset)

X1 : Intellectual Capital (Value Added Intellectual Coefficient)

X2 : Rasio Leverage (Debt to Equity Ratio)

X3 : Rasio Likuiditas (Current Ratio)


74

Y : Nilai Perusahaan (Price to Book Value)

ρ1 : Koefisiensi Jalur X1 ke Z

ρ2 : Koefisiensi Jalur X2 ke Z

ρ3 : Koefisiensi Jalur X3 ke Z

ρ4 : Koefisiensi Jalur X1 ke Y

ρ5 : Koefisiensi Jalur X2 ke Y

ρ6 : Koefisiensi Jalur X3 ke Y

ρ7 : Koefisiensi Jalur Z dan Y

е1 : Residual Kinerja Keuangan

е2 : Residual Nilai Perusahaan

Adapun menurut Ghozali (2016) rumus residu/error (е) tertera sebagai

berikut:

е = √ 1−R 2

Hal ini mengacu pada output regresi model pada bagian tabel Coefficients.

Nilai dari R2 atau biasa disebut R Square terdapat pada tabel model summary

yang mengindikasikan adanya kontribusi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen.

3.5.4 Uji Hipotesis

3.5.4.1 Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Analisis jalur (path analysis) dapat dilakukan untuk mengetahui

besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total dari
75

variabel terkait. Koefisien path ditunjukkan oleh output yang dihasilkan.

Koefisien path pada pengaruh suatu variabel ke variabel yang lain dari output

SPSS diambil dari nilai Standardized Coefficient Beta. Sehingga pengaruh

kausal baik langsung maupun tidak langsung dapat dipaparkan pada tabel

berikut :

Table 3.9 Pengaruh Kausal

Pengaruh Kausal
Pengaruh Tidak
Variabel Langsung Langsung
(Melalui Z)

X1 ➔Y ρ4 ρ1 x ρ7

X2 ➔Y ρ5 ρ2 x ρ7

X3 ➔Y ρ6 ρ3 x ρ7

X1 ➔Z ρ1 -

X2 ➔Z ρ2 -

X3 ➔Z ρ3 -

Z➔ Y ρ7 -

3.5.4.2 Analisis Variabel Mediasi

Pengujian mediasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji

sobel. Menurut Ghozali (2013:243) mengatakan bahwa uji sobel merupakan

suatu uji yang digunakan untuk melakukan uji terhadap variabel perantara.

Variabel intervening atau variabel perantara yaitu apabila variabel tersebut


76

mampu memberikan pengaruh hubungan terhadap variabel terikat dan

variabel bebas. Dalam uji sobel memiliki beberapa kriteria penilaian yaitu :

a) One-tailed probability < 0,05 yang artinya bahwa variabel intervening dapat

memediasi variabel terikat dan variabel bebas

b) One-tailed probability > 0,05 yang artinya bahwa variabel intervening tidak

dapat memediasi variabel terikat dengan variabel bebas.

Kemudian untuk menghitung sobel test adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 uji sobel

Keterangan :

Sab = besarnya standart error pengaruh tidak langsung

a = jalur variabel independen (X) dengan variabel intervening

b = jalur variabel intervening dengan variabel dependen Y

Sa = standart error koefisien a

Sb = standart error koefisien b


77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Proses Pemilihan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar pada

IDX (http://www.idx.co.id) pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Dalam

penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menerapkan

pendekatan non-probability dengan metode purposive sampling sehingga

diperoleh sampel perusahaan sebagai berikut :

Table 4.1 Jumlah Perusahaan yang Menjadi Sampel

Jumlah
No Kriteria Perusahaan
Perusahaan

Perusahaan yang tercatat di LQ45 pada BEI mulai tahun


1. 2017 sampai dengan tahun 2019 selama 3 tahun berturut- 33
turut.

Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara


2. konsisten dan lengkap mulai dari 2017 sampai dengan 10
2019 selama 3 tahun berturut-turut.

3. Laporan data keuangan yang tidak dapat diolah dengan


(2)
menggunakan software SPSS 21.0

Total Sampel Penelitian 8


78

4.1.2 Sampel Terpilih

Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan kriteria-kriteria tersebut, maka di

peroleh 10 perusahaan yang terdaftar di LQ45 periode tahun 2017-2019 yang

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Table 4.2 Daftar Perusahaan LQ45 yang Menjadi Sampel

Kode
No Nama Perusahaan
Perusahaan

1. PT. Barito Pacific Tbk. BRPT

2. PT. Gudang Garam Tbk. GGRM

3. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. INTP

4. PT. Kalbe Farma Tbk. KLBF

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. PGAS

6. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA

7. Semen Indonesia Tbk. SMGR

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. SRIL

4.1.3 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan alat yang digunakan untuk

menggambarkan suatu data secara statistik. Menurut Kasiram (2010)

mendefinisikan bahwa analisis deskriptif adalah kegiatan menyimpulkan data


79

mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Analisis

deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik masing-

masing variabel yang diukur dari sejumlah indikator-indikator penelitian.

Teknik analisis dalam penelitian ini merujuk pada nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata (mean), dan simpangan baku (standart deviation)

dari berbagai variabel penelitian yang terdiri dari intellectual capital (X1),

debt to equity ratio (X2), current ratio (X3), return on asset sebagai variabel

mediasi (Z), dan price to book value (Y). Penelitian ini bertujuan untuk

menguji apakah X1 dan X3 berpengaruh terhadap Y melaui Z pada saham

LQ-45 tahun 2017-2019.

Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Masing- Masing Variabel (Data Sebelum
di Outlier)

Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maximu
N Mean Deviatio
m m
n
3 49.42
VAIC 4.12 8.25 106.539
0 0
3
DER .18 2.91 .9540 .75740
0
3 26.39
CR .63 5.27 132.181
0 3
3 92.58 1.772.63
PBV .93 82.44
0 7 4
3
ROA .02 .45 .1357 .11866
0
Valid N
3
(listwis
0
e)
80

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat di ketahui bahwa N atau disebut

juga dengan jumlah data pada setiap variabel yaitu sebanyak 30 data yang

berasal dari sampel perusahaan yang terdaftar di LQ45 pada periode tahun

2017 sampai dengan tahun 2019. Pada tabel diatas terdapat data penelitian

muncul nilai-nilai extreame baik secara unvariant, multivariant dan

intervening atau mediasi yang menyebabkan data tidak berdistribusi normal

sehingga peneliti melakukan outlier data.

Data Outlier

Menurut Imam Ghozali (2011:41) outlier adalah kasus atau data yang

memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-

observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah

variabel tunggal atau kombinasi. Terdapat empat penyebab timbulnya data

outlier, diantaranya : (1) kesalahan dalam mengentri data, (2) gagal

menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer, (3) outlier

bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai sampel, (4)

outlier berasal dari populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi distribusi

dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak

berdistribusi secara normal. Deteksi terhadap outlier dapat dilakukan dengan

menetukan nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu

dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang

biasa disebut z-score.


81

Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Masing- Masing Variabel (Data


sesudah di outlier)
Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maximu
N Mean Deviatio
m m
n
2 46.87
VAIC 4.12 6.11 .51682
4 5
2
DER .18 1.70 .8458 .58462
4
2 26.79
CR 1.10 4.90 112.244
4 2
2 25.96
PBV .93 5.97 147.988
4 2
2
ROA .02 .21 .0850 .05786
4
Valid N
2
(listwise
4
)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa

jumlah data pada setiap variabel atau yang disebut N adalah 24 data yang

berasal dari sampel perusahaan LQ45 pada periode 2017 sampai dengan 2019.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka sampel pada penelitian ini tergolong

cukup.

Standar deviasi untuk masing-masing variabel tercatat bervariasi. Nilai

standar deviasi tertinggi terdapat pada variabel nilai perusahaan (PBV) dengan
82

nilai 1,479. Hal ini menunjukkan data perputaran nilai perusahaan memiliki

tingkat keragaman yang paling tinggi dibandingkan variabel lainnya.

Sedangkan nilai standar deviasi terkecil terdapat pada variabel kinerja

keuangan (ROA) dengan nilai 0.057. Hal ini menunjukkan data kinerja

keuangan memiliki tingkat keragaman paling rendah dibandingkan dengan

variabel lainnya. Apabila dikaitkan dengan fakta bahwa penelitian ini

menggunakan sampel berbagai perusahaan dengan karakteristik bisnis yang

bervariasi, maka dapat diartikan bahwa variasi karakteristik bisnis tersebut

dapat mempengaruhi standar deviasi dari kelima variabel diatas.

4.2 Hasil Pengujian Statistik dan Pengujian Hipotesis

Analisis data dalam menguji data dalam penelitian ini menggunakan

SPSS versi 21.0. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh intellectual capital, debt to equity ratio, dan current ratio terhadap

nilai perusahaan yang di mediasi oleh kinerja keuangan.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

4.2.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk

mendeteksi apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisis grafik (Ghozali, 2014). Analisis grafik dapat dilakukan

dengan melihat normal probability plot. Dalam melakukan uji normalitas,


83

dilakukan uji Kolmogorov Smirnov guna mengidentifikasi normalitas

distribusi data melalui batasan angka disamping analisis grafik Normal P-P

Plot yang mengindetifikiasi normalitas distribusi data secara visual grafis.

Adapun batasan uji Kolmogorov Smirnov adalah jika nilai signifikansi < 0,05

maka distribusi data residual dinyatakan tidak normal. Sebaliknya, jika nilai

signifikansi > 0,05 maka data residual berdistribusi normal. Berikut adalah

hasil uji normalitas intellectual capital, debt to equity ratio dan current ratio

terhadap nilai perusahaan yang dimediasi kinerja keuangan adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram


84

Gambar 4.2 Uji Normalitas Normal P-Plot

Tabel 4.5 One Sample K-S

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 24
Mean .0000000
Normal
Parametersa Std.
Deviatio .55406968
n
Absolute .125
Most Extreme
Positive .073
Differences
Negative -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .615
Asymp. Sig. (2-tailed) .844
a. Test distribution is Normal.
85

Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.1 dapat diketahui bahwa

grafik histogram memiliki bentuk yang seimbang. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa data yang digunakan berdistribusi secara normal. Dan pada

gambar 4.2 gambar P-Plot dapat diketahui bahwa beberapa titik-titik

mendekati garis diagonal. Pada tabel 4.5 One Sample K-S dapat diketahui

bahwa signifikansi nya ada 0.844 atau lebih besar dari 0.050, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi pertama memenuhi syarat uji normalitas.

Gambar 4.3 Uji Normalitas Histogram


86

Gambar 4.4 Uji Normalitas Normal P-Plot

Tabel 4.6 One Sample K-S


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 24
Mean .0000000
Normal
Parametersa Std.
Deviatio .04613916
n
Absolute .149
Most Extreme
Positive .149
Differences
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .730
Asymp. Sig. (2-tailed) .661
a. Test distribution is Normal.
87

Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.3 dapat diketahui bahwa

grafik histogram memiliki bentuk yang seimbang. Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa data yang digunakan berdistribusi secara normal. Dan pada

gambar 4.4 gambar P-Plot dapat diketahui bahwa beberapa titik-titik

mendekati garis diagonal. Pada tabel 4.6 One Sample K-S dapat diketahui

bahwa signifikansi nya ada 0.661 atau lebih besar dari 0.050, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi kedua memenuhi syarat uji normalitas.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah antar variabel

independen pada model regresi ditemukan adanya korelasi. Metode untuk

melakukan pengujian multikolinearitas yaitu besaran dari nilai tolerance dan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang menghasilkan nilai tolerance > 0,1

dan VIF < 10. Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 VAIC .625 1.600
DER .618 1.618
CR .791 1.264
ROA .636 1.573
a. Dependent Variable: PBV
88

Bedasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari

variabel X1 sebesar 0,625, variabel X2 sebesar 0,618, variabel X3 sebesar

0,791, dan variabel Z sebesar 0,636 dimana nilai dari variabel-variabel

tersebut lebih dari 0,1. Sedangkan nilai VIF dari variabel X1 sebesar 1,600,

variabel X2 sebesar 1,618, variabel X3 sebesar 1,264, dan variabel Z sebesar

1,573, maka variabel independen kurang dari 10. Dapat diartikan bahwa

model regresi pertama tidak terjadi multikolinearitas antar variabel

independen.

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity
Statistics
Model
Toleranc
VIF
e
VAI 1.48
.674
C 4
1.34
1 DER .742
8
1.26
CR .791
4
a. Dependent Variable:
ROA

Bedasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari

variabel X1 sebesar 0,674, variabel X2 sebesar 0,742, dan variabel X3 sebesar

0,791 dimana nilai dari variabel-variabel tersebut lebih dari 0,1. Sedangkan

nilai VIF dari variabel X1 sebesar 1,484, variabel X2 sebesar 1,348, dan
89

variabel X3 sebesar 1,264, maka variabel independen kurang dari 10. Dapat

diartikan bahwa model regresi kedua tidak terjadi multikolinearitas antar

variabel independen.

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Modal regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas, yang mana dapat dideteksi dengan melihat scatterplot

antara nilai taksiran Y dengan residual dimana plot residual versus nilai

perdiksinya menyebar. Hasil uji heteroskedastisitas variabel intellectual

capital, debt to equity ratio, current ratio terhadap nilai perusahaan yang di

mediasi oleh kinerja keuangan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot


90

Bedasarkan hasil uji heterodeskedastisitas pada tabel diatas didapat

bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak membentuk pola

tertentu maka dapat di simpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga

dapat diartikan bahwa sisaan mempunyai ragam homogeny (konstan) atau

dengan kata lain tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

Melihat terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada regresi linier

adalah dengan melihat nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05

(5%), Maka H0 diterima yang mana artinya tidak terjadi heteroskedastisitas,

sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 (5%) maka H0 ditolak yang artinya

terjadi heteroskedastisitas.

Dengan nilai intellectual capital (X1) sebesar 0,405, nilai debt to

equity ratio (X2) sebesar 0,935, nilai current ratio (X3) sebesar 0,100, dan

nilai dari kinerja keuangan (Z) sebesar 0,306. Berdasarkan besaran nilai tiap

variabel-variabel diatas dimana nilai-nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (5%),

maka dalam model regresi pertama H0 diterima yang artinya tidak terjadi

heteroskedastisitas.
91

Tabel 4.9 Uji Heteroskesdastisitas Glejser

Coefficientsa

Standardize
Unstandardized
d
Coefficients
Model Coefficients T Sig.

Std.
B Beta
Error

(Constant) .017 .716 .024 .981


VAIC .131 .154 .220 .852 .405
1
DER -.011 .137 -.021 -.082 .935
CR -.109 .063 -.397 -1.731 .100
ROA 1.432 1.360 .270 1.052 .306
a. Dependent Variable: ABRESID
92

Tabel 4.10 Uji Heteroskesdastisitas Glejser

Coefficientsa
Standardiz
Unstandardi
ed
zed
Coefficien Sig
Model Coefficients T
ts .
Std.
B Beta
Error
(Consta 1.77 .09
.121 .068
nt) 2 2
-.01 -.76 .45
VAIC .014 -.188
1 4 4
1 -
-.02 .06
DER .012 -.465 1.98
4 1
3
-.00 -.97 .34
CR .006 -.221
6 4 2
a.       Dependent Variable: ABRESID

Bedasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa nilai intellectual

capital (X1) sebesar 0,454, nilai debt to equity ratio (X2) sebesar 0,061, dan

nilai current ratio (X3) sebesar 0,342. Berdasarkan besaran nilai tiap variabel-

variabel diatas dimana nilai-nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (5%), maka

maka dalam model regresi kedua H0 diterima yang artinya tidak terjadi

heteroskedastisitas.

4.2.2 Analisis Jalur dan Uji Hipotesis

4.2.2.1 Analisis Path


93

Analisis path (jalur) dapat dilakukan untuk mengetahui besarnya

pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total dari variabel

terkait. Koefisien path ditunjukkan oleh output yang dihasilkan. Koefisien

path pada pengaruh suatu variabel ke variabel yang lain dari output SPSS

diambil dari nilai Standardized Coefficient Beta. Pengujian analisis path

dilakukan pada tiap masing-masing persamaan secara individu, yakni :

a. Analisis model 1 menjelaskan mengenai pengaruh intellectual capital

(X1), debt to equity ratio (X2), current ratio (X3), langsung terhadap

kinerja keuangan (Z), berikut hasil pengujian model 1 :

Model Summary
Std.
Adjusted
R Error of
Model R R
Square the
Square
Estimate
1 .603 a
.364 .269 .04948
a. Predictors: (Constant), CR, DER, VAIC

Tabel 4.11 Hasil Regresi Model 1

Coefficientsa
Standardiz
Unstandardiz
ed
ed
Coefficient Sig
Model Coefficients t
s .
Std.
B Beta
Error
(Constan -.02 -.21 .83
.118
1 t) 5 0 6
VAIC .030 .024 .271 1.24 .22
94

9 6
-.04 .05
DER .020 -.415 -
1 9
2.00
5
.94
CR .001 .010 .015 .074
2
a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan pada tabel 4.11, model persamaan regresi yang di hasilkan

adalah :

Z = 0,271 + -0,415 + 0,015 + 0,854

Model persamaan uji model 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Mengacu pada output Regresi Model I pada bagian tabel 4.11 Coefficients

dapat diketahui bahwa signifikansi dari ketiga variabel diatas yaitu X1 =

0,226, X2 = 0,059, dan X3 = 0,942. Nilai X1, X2 dan nilai X3 lebih besar dari

0,05. Hasil ini menunjukan bahwa Regresi Model I, yakni variabel intellectual

capital (X1), debt to equity ratio (X2), dan current ratio (X3) tidak

berpengaruh terhadap return on asset (Z).

b. Besarnya nilai R2 atau R square yaitu sebesar 0,364. Sehingga untuk nilai

jalur e1 dapat dicari dengan rumus :

e = √ 1−r 2

e = √ 1−0,269

e1= 0,854
95

Dengan demikian dapat digambarkan diagram jalur model struktur 1 sebagai berikut :

Gambar 4.7 Diagram Jalur Model Struktur 1

X1

0,271

X2

-0,415

Z e1 = 0,854
X3 0.015

b. Analisis model 2, menjelaskan mengenai pengaruh intellectual capital

(X1), debt to equity ratio (X2), current ratio (X3), dan kinerja keuangan

(Z) berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan (Y). Berikut

hasil pengujian regresi model 2 :

Coefficientsa

Standardi
Unstandardi
zed
zed
Coefficie Si
Model Coefficients t
nts g.

Std.
B Beta
Error
1 (Consta -.02 -.21 .83
.118
nt) 5 0 6
VAIC .03 .024 .271 1.2 .22
0 49 6
96

-
-.04 .05
DER .020 -.415 2.0
1 9
05
.00 .07 .94
CR .010 .015
1 4 2
a. Dependent Variable: ROA

Tabel 4.12
Hasil uji regresi model 2

Coefficientsa
Standardiz
Unstandardi
ed
zed
Coefficien Sig
Model Coefficients T
ts .
Std.
B Beta
Error
-
(Consta - 1.44 .09
1.74
nt) 2.523 9 8
1
3.93 .00
VAIC 1.223 .311 .427
2 1
-
1 - .00
DER .277 -.516 4.72
1.307 0
5
.54
CR .078 .127 .059 .614
7
2.75 1.20 .24
ROA 3.315 .130
5 3 4
a. Dependent Variable: PBV

Berdasarkan pada tabel 4.12, model persamaan regresi yang di hasilkan

adalah :

Y= 0,427 + -0,516 + 0,059 + 0,130 + 0,412


97

Model persamaan uji model 2 dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Mengacu pada output Regresi Model 2 pada bagian tabel 4.12

Coeffiientsa, maka diketahui bahwa nilai signifikansi dari ketiga

variabel yaitu X1 = 0,001, X2 = 0,000, X3 = 0,547, dan Z = 0,244

dimana nilai X1 dan X2 lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai X3 dan

Z lebih besar dari 0,05. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa

Regresi Model 2, yakni variabel intellectual capital (X1) dan debt to

equity ratio (X2) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

(Y), sedangkan current ratio (X3) dan kinerja keuangan (Z) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Y).

(2) Besarnya nilai R Square yang terdapat ada tabel Model Summary

adalah sebesar 0,860. Sehingga untuk nilai jalur e 2 dapat dicari dengan

rumus:

e = √ 1−r 2

e = √ 1−0.830

e2= 0,412

Dari hasil output diatas dapat disajikan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung

sebagai berikut :

Tabel 4.12 Pengaruh Kausal

Pengaruh Pengaruh Kausal Nilai Keputusan


98

Langsun Tidak
Variabel Total Signifikansi
g Langsung
0,427
0,271 x
+
X1 ➔Y 0,427 0,130 0,001 signifikan
0,0352
0,0352 0,4622
-0,415 x
-0,57
X2 ➔Y -0,516 0,130 0 signifikan
-0,0539 -0,57
0,059
0,015 x
+ Tidak
X3 ➔Y 0,059 0,130 0,547
0,0009 signifikan
0,0009 0,0599

Dengan demikian dari hasil regresi perhitungan е diatas digambarkan diagram

jalurnya sebagai berikut :

Gambar 4.5 Diagram Jalur Model 2


e2 = 0,412
*p4 = 0,427
X1

**p1 = 0,271 Y

*p5 = -0,516
X2
**p7 = 0,130
**p2 = -0,415

**p6 = 0,059 Z
X3 **p3 = 0,015
e1 = 0,854
Keterangan :

* = signifikan
99

** = tidak signifikan

4.2.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel intellectual capital (X1)

dapat dituliskan Variabel X1 memiliki nilai thitung sebesar 0,271 dan didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,226. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih kecil daripada ttabel

(0,218 < 2,062) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada α = 0,05. Pengujian ini

menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel debt to equity ratio (X1) tidak berpengaruh terhadap variabel

kinerja keuangan (Z).

2. Pengaruh debt to equity ratio terhadap kinerja keuangan

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel debt to equity ratio (X2)

dapat dituliskan Variabel X2 memiliki nilai thitung sebesar -0,415 dan didapatkan

nilai signifikansi sebesar 0,059. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada

ttabel (-0,415 < 2,062) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada α = 0,05. Pengujian

ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel debt to equity ratio (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel return on equity (Z).

3. Pengaruh current ratio terhadap kinerja keuangan


100

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel current ratio (X3) dapat

dituliskan Variabel X memiliki nilai thitung sebesar 0,15 dan didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,942. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada ttabel

(0,15 < 2,062) dan nilai signifikansi lebih besar daripada α = 0,05. Pengujian ini

menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel current ratio (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel kinerja keuangan (Z).

4. Pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel intellectual capital (X1)

dapat dituliskan Variabel X1 memiliki nilai thitung sebesar 3,932 dan didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,001. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada ttabel

(3,932 > 2,062) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada α = 0,05. Pengujian ini

menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel intellectual capital (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel

nilai perusahaan (Y).

5. Pengaruh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel debt to equity ratio (X2)

dapat dituliskan Variabel X2 memiliki nilai thitung sebesar -4,725 dan didapatkan

nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada

ttabel (-4,725 < 2,062) dan nilai signifikansi lebih besar daripada α = 0,05.

Pengujian ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat


101

disimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio (X2) berpengaruh signifikan

terhadap variabel nilai perusahaan (Y).

6. Pengaruh current ratio terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel current ratio (X3) dapat

dituliskan Variabel X3 memiliki nilai thitung sebesar 0,6214 dan didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,547. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada ttabel

(0,547 < 2,062) dan nilai signifikansi lebih besar daripada α = 0,05. Pengujian ini

menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel current ratio (X3) tidak berpengaruh terhadap variabel nilai

perusahaan (Y).

7. Pengaruh kinerja keuangan dalam memediasi intellectual capital, debt to

equity ratio, dan current ratio terhadap nilai perusahaan

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X1 terhadap Y sebesar 0,427.

Sedangkan pengaruh tidak langsung X1 melalui Z terhadap Y adalah perkalian

antara nilai p1 terhadap Z dengan nilai p7 terhadap Z yaitu: 0,271 x 0,130 = 0,0352.

Maka pengaruhya total yang diberikan X1 terhadap Y adalah pengaruh langsung

ditambah dengan pengaruh tidak langsung yaitu 0,427 + 0,0352 = 0,4622 .

Pengaruh tidak langsung sebesar 0,0352 dan ini lebih kecil dari pengaruh langsung

sebesar 0,427, maka artinya secara tidak langsung X1 melalui Y tidak berpengaruh

terhadap Z.
102

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X2 terhadap Y sebesar -0,516.

Sedangkan pengaruh tidak langsung X2 melalui Z terhadap Y adalah perkalian

antara nilai p2 terhadap Z dengan nilai p7 terhadap Z yaitu: -0,415 x 0,130 = -

0,0539. Maka pengaruhya total yang diberikan X2 terhadap Y adalah pengaruh

langsung ditambah dengan pengaruh tidak langsung yaitu: -0,516 + -0,0539 = -

0,5699. Pengaruh tidak langsung X2 sebesar -0,0539 dan lebih kecil dari pengaruh

langsung sebesar -0,516, dapat diartikan secara tidak langsung X2 melalui Y tidak

berpengaruh terhadap Z

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X3 terhadap Y sebesar 0,059.

Sedangkan pengaruh tidak langsung X3 melalui Z terhadap Y adalah perkalian

antara nilai p3 terhadap Z dengan nilai p7 terhadap Z yaitu: 0,015 x 0,130 = 0,0009.

Maka pengaruhya total yang diberikan X3 terhadap Y adalah pengaruh langsung

ditambah dengan pengaruh tidak langsung yaitu: 0,059 + 0,0009 = 0,0599.

Pengaruh tidak langsung variabel X3 adalah 0,0009, sedangkan pengaruh langsung

variabel X3 adalah 0,059. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung

X3 Melalui Y tidak bepengaruh terhadap Z. Pengujian ini menunjukkan bahwa H0

diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja

keuangan (Z) belum mampu memediasi intellectual capital (X1), debt to equity

ratio (DER), dan current ratio (X3) terhadap variabel nilai perusahaan (Y).

4.2.3 Uji Sobel


103

Uji sobel merupakan suatu uji untuk mengetahui apakah hubungan

yang melalui sebuah variabel mediasi  secara signifikan mampu sebagai

mediator dalam hubungan tersebut. Dasar pengambilan keputusan dalam uji

sobel adalah sebagai berikut :

1. Apabila nilai z < 1,96 maka dinyatakan tidak mampu untuk memediasi

hubungan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai z > 1,96 maka dinyatakan mampu untuk memediasi hubungan

pengaruh variabel independen terhadapp variabel dependen.

Berikut ini adalah wujud dari uji sobel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Hasil Uji Sobel Intellectual Capital (X1) – Kinerja Keuangan (Z) – Nilai

Perusahaan (Y)

Pengujian sobel bertujuan untuk mengetahui tingkat

signifikansi pengaruh tidak langsung dengan mediasi variabel intervening

pada pengujian pertama adalah pengaruh intellectual capital terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan, berikut pengujiannya :

Z 0,130(2,755)
0,271(0,024)

X1 Y

Gambar 4.8 Hasil Uji Sobel X1-Z-Y


104

Berdasarkan gambar 4.7 diketahui bahwa nilai one-tailed probability

atau variabel intellectual capital (VAIC) pada nilai perusahaan adalah

sebesar 0.481< 1,96, sehingga dapat di simpulkan bahwa kinerja keuangan

(Z) belum mampu memediasi intellectual capital (VAIC) terhadap nilai

perusahaan (Y).

2. Hasil Uji Sobel Debt to Equity Ratio (X2) – Kinerja Keuangan (Z) – Nilai

Perusahaan (Y)

Pengujian sobel bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh tidak langsung dengan mediasi variabel intervening pada pengujian

pertama adalah pengaruh debt to equity ratio (DER) terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan, berikut pengujiannya :


105

Z 0,130(2,755)
-0,415(0,020)

X2 Y

Gambar 4.9 Hasil Uji Sobel X2-Z-Y

Berdasarkan gambar 4.8 diketahui bahwa nilai one-tailed probability atau

variabel debt to equity ratio (DER) pada nilai perusahaan adalah sebesar

0.481<1,96, sehingga dapat di simpulkan bahwa kinerja keuangan (Z) belum

mampu memediasi debt to equity ratio (DER) terhadap nilai perusahaan (Y).
106

3. Hasil Uji Sobel Current Ratio (X3) – Kinerja Keuangan (Z) – Nilai

Perusahaan (Y)

Pengujian sobel bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi

pengaruh tidak langsung dengan mediasi variabel intervening pada pengujian

pertama adalah pengaruh current ratio (CR) terhadap nilai perusahaan melalui

kinerja keuangan, berikut pengujiannya :

Z 0,130(2,755)
0,015(0,010)

X3 Y

Gambar 4.10 Hasil Uji Sobel X3-Z-Y


107

Berdasarkan gambar 4.9 diketahui bahwa nilai one-tailed probability atau

variabel current ratio (CR) pada nilai perusahaan adalah sebesar 0.481< 1,96,

sehingga dapat di simpulkan bahwa kinerja keuangan (Z) belum mampu

memediasi current ratio (CR) terhadap nilai perusahaan (Y).

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh intellectual capital (X1) terhadap kinerja keuangan (Z)

Berdasarkan hasil pengujian data, pada jalur Coefficients menunjukkan

bahwa koefisien regresi intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan LQ-45, yang berarti hipotesis 1 ditolak. Artinya bahwa

tidak ada hubungan antara intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan.

Sehingga semakin tinggi intellectual capital, maka tidak akan berpengaruh

kinerja keuangan.

Aset tak berwujud perusahaan atau bisa disebut non-tangible yang

berkualitas sangat lah penting bagi suatu perusahaan, pemanfaatan secara

optimal dapat meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan dan setiap

perusahaan memiliki non-tangible yang berbeda dalam mengoptimalkan

kepintaran yang dimiliki setiap orang.

Pada Resoure-Based Theory menunjukan bahwa kinerja perusahaan

adalah fungsi dari penggunaan yang efektif dan efisien dari asset berwujud dan
108

tidak berwujud dari perusahaan. Intellectual capital tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan yang di proksikan dengan menggunakan return on asset

(ROA) diindikasikan bahwa penggunaan asset berwujud (tangible asset) dan

aset tidak berwujud (non-tangible asset) dalam sampel perusahaan LQ-45 pada

penelitian ini belum dimaksimalkan penggunaannya dan belum dimanfaatkan

secara efektif dan efisien.

Terkait dengan penelitian terdahulu, maka hasil penelitian ini tidak

didukung dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Fitriasari dan Ratna Sari

(2019) dimana dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa intellectual

capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

4.3.2 Pengaruh debt to equity ratio (X2) terhadap kinerja keuangan (Z)

Berdasarkan hasil pengujian data, pada jalur Coefficients menunjukkan

bahwa koefisien regresi debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan LQ-45, yang berarti hipotesis 1 ditolak. Artinya

bahwa tidak ada hubungan antara debt to equity ratio dan kinerja keuangan

perusahaan. Sehingga semakin tinggi debt to equity ratio, maka tidak akan

berpengaruh kinerja keuangan.

Perusahaan yang memiliki hutang yang rendah tidak akan

mempengaruhi profitabilitas suatu perusahaan, begitu pun sebaliknya hutang

perusahaan yang tinggi, tidak berpengaruh pada profitabilitas suatu


109

perusahaan. Penilaian terhadap kinerja keuangan bisa dinilai dari komponen

laporan keungan perusahaan. Dengan menilai laporan tersebut manajemen

dapat menilai sejauh mana manajemen mampu mengola aset-aset perusahaan

dan dapat menilai kinerja perusahaan. Penilaian meningkatnya kinerja

keuangan tidak dapat dilihat hanya dari tingkat penjualan atau pendapatan

yang meningkat saja, namun terdapat faktor-faktor lain yang harus

diperhatikan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Solihin (2019) yang mana dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa

debt to equity ratio berpengaruh signifikan signifikan secara parsial terhadap

kinerja keuangan (return on asset).

4.3.3 Pengaruh current ratio (X3) terhadap kinerja keuangan (Z)

Berdasarkan hasil pengujian data, pada jalur Coefficients menunjukkan

bahwa koefisien regresi current ratio tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan LQ-45, yang berarti hipotesis 1 ditolak. Artinya bahwa

tidak ada hubungan antara current ratio dengan kinerja keuangan perusahaan

dimana setiap kenaikan current ratio tidak diikuti oleh kenaikan return on

asset.

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi

masalah dalam likuiditas dan merupakan indikator awal mengenai

ketidakmampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa


110

perusahaan kurang mampu mengelola money to create money, yang pada

akhirnya dapat mengurangi tingkat profitabilitas suatu perusahaan.

Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Aprilia (2018) yang mana dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa

current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price to book value

dengan return on asset sebagai variabel intervening.

4.3.4 Pengaruh Intellectual Capital (X1), Debt to Equity Ratio (X2), Current

Ratio (X3) Terhadap Perusahaan (Y)

Berdasarkan hasil pengujian data, pada jalur Coefficients menunjukkan

bahwa koefisien regresi intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan LQ-45, yang berarti hipotesis 1 diterima. Artinya terdapat

hubungan yang positif antara intellectual capital terhadap nilai perusahaan.

Semakin tinggi nilai intellectual capital suatu perusahaan maka semakin

tinggi pula nilai perusahaan.

Intellectual capital yang dimiliki perusahaan yang berkontribusi

penting bagi suatu perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas suatu

perusahaan. Penjelasan ini sejalan dengan teori yang ada yakni teori dari

Resource-Based Theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki

sumber daya berkualitas akan dapat mendorong nilai perusahaan. Investor

dapat menganalisis value added yang diperoleh dari perusahaan atas

dimanfaatkannya intellectual capital dalam kegiatan operasi perusahaan. Hal

ini menjelaskan bahwa intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan


111

mempengaruhi upaya perusahaan dalam menciptakan nilai yang lebih baik

bagi para investor.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aida dan

Rahmawati (2015) yang mana hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

intellectual capital memiliki efek positif terhadap nilai-nilai perusahaan.

Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lestari dan

Sapitri (2016) yang menyatakan bahwa VAIC (value added intellectual

coefficient) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kemudian hasil penelitian pada variabel debt to equity ratio,

menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan LQ-45 dengan berdasar pada hasil pengujian hipotesis koefisien

regresi variabel debt to equity ratio (X2), yang berarti hipotesis 1 diterima.

Artinya terdapat hubungan yang positif antara debt to equity ratio terhadap

nilai perusahaan. Semakin rendah nilai DER maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan sehingga suatu perusahaan dapat memperoleh kepercayaan dari

investor.

Debt equity ratio merupakan rasio yang menilai seberapa banyak asset

perusahaan yang diperoleh dari hutang, semakin tingginya nilai debt ratio

maka semakin besar jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan. Sedangkan debt to equity ratio adalah rasio yang

mengukur perbandingan antara total hutang dengan total modal. DER

membandingkan sumber ekuitas dari hutang dengan ekuitas sendiri. Dikutip


112

dari Radiman (2018) menyatakan bahwa debt to equity ratio yang tinggi

menggambarkan perusahaan lebih banyak menggunakan hutangnya

dibandingkan dengan modal sendiri. Namun dengan tingginya DER juga akan

memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengembangkan atau

memperluas usahanya.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pioh et. al (2018) yang mana hasil dari penelitian tersebut menunjukkan

bahwa debt to equity ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Kemudian hasil penelitian pada variabel current ratio menunjukkan

hasil bahwa current ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan LQ-45

dengan berdasar pada hasil pengujian hipotesis koefisien regresi variabel

current ratio (X3), yang artinya h1 ditolak. Artinya bahwa tidak ada

hubungan antara current ratio dengan nilai perusahaan dimana setiap

kenaikan current ratio tidak berdampak pada price to book value.

Hasil negatif menunjukkan bahwa kemampuan current ratio dikatakan

rendah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek suatu perusahaan yang

mengakibatkan nilai negatif. Sehingga berdampak memengaruhi minat

investor untuk menginvestasikan dananya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hasania (2016) yang menunjukkan hasil bahwa current ratio


113

berpengaruh secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai

perusahaan.

4.3.5 Pengaruh Kinerja Keuangan (Z) Dalam Memediasi Intellectual Capital,

Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio Terhadap Nilai Perusahaan (Y)

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X1 terhadap Y sebesar

0,427. Sedangkan pengaruh tidak langsung X1 melalui Z terhadap Y adalah

0,0352 dan ini lebih kecil dari pengaruh langsung sebesar 0,427, maka artinya

secara tidak langsung X1 melalui Y tidak berpengaruh terhadap Z.

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X2 terhadap Y sebesar -

0,516. Sedangkan pengaruh tidak langsung X2 melalui Z terhadap Y adalah

sebesar -0,0539 dan lebih kecil dari pengaruh langsung sebesar -0,516, dapat

diartikan secara tidak langsung X2 melalui Y tidak berpengaruh terhadap Z

Diketahui Pengaruh Langsung yang diberikan X3 terhadap Y sebesar

0,059. Sedangkan pengaruh tidak langsung X3 melalui Z terhadap Y adalah

sebesar 0,0009, sedangkan pengaruh langsung variabel X3 adalah 0,059. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung X3 Melalui Y tidak

bepengaruh terhadap Z. Pengujian ini menunjukkan bahwa H 0 diterima dan Ha

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja keuangan (Z)

belum mampu memediasi intellectual capital (X1), debt to equity ratio

(DER), dan current ratio (X3) terhadap variabel nilai perusahaan (Y).
114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis intellectual capital, debt to

equity ratio (DER), current ratio (CR) terhadap nilai perusahaan yang di

mediasi oleh kinerja keuangan (studi pada perusahaan LQ45 tahun 2017-2019),

maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Intellectual capital berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

keuangan.

2. Debt to equity ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

keuangan

3. Current ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

4. Intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

6. Current ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

7. Kinerja keuangan belum mampu memediasi hubungan antara

intellectual capital, debt to equity ratio (DER), current ratio (CR)

terhadap nilai perusahaan.


115

5.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sebagai

berikut :

1. Penelitian ini masih terbatas, hanya menggunakan periode 2017-2019, hal

tersebut menjadikan adanya beberapa variabel yang tidak berpengaruh

signifikan.

2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel intellectual capital,

debt to equity (DER), current ratio (CR), karena masih banyak rasio-

rasio yang dapat di jadikan variabel yang berpengaruh dan tidak

disertakan dalam penelitian ini.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masih banyak kekurangan

yang perlu untuk di perbaiki agar penelitian berikutnya menjadi lebih baik dari

penelitian ini, beberapa saran yang bisa di pertimbangkan untuk penelitian yang

selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang sahamnya masuk LQ45 :

a. Meningkatkan upaya-upaya intellectual capital guna terealisasikannya

nilai perusahaan yang tinggi.

b. Meningkatkan optimalisasi penggunaan debt to equity ratio guna

meningkatkan nilai perusahaan.

c. Mengoptimalkan nilai current ratio guna meningkatkan nilai

perusahaan.
116

d. Senantiasa melakukan pengkajian dan perhitungan secara matang

terhadap penentuan intellectual capital, debt to equity ratio dan

current ratio agar dapat menghasilkan kinerja keuangan yang baik,

sehingga nilai perusahaan menjadi tinggi.

2. Peneliti selanjutnya

Menambahkan data dan informasi relevan yang menunjang proses

analisis dan pembahasan hasil penelitian secara mendalam dan

komprehensif berdasarkan kajian teoritis maupun empiris.

Menambahkan variabel baru dalam penelitian agar penelitian yang

dilakukan lebih mendalam dan komprehensif.


117

DAFTAR PUSTAKA
Aida, Rahma Nurul, and Evi Rahmawati 2015. Pengaruh modal intelektual dan
pengungkapannya terhadap nilai perusahaan: Efek intervening kinerja
perusahaan. Journal of Accounting and Investment 16.2: 96-109.
Aprilia, Ratna. 2018. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt to
Equity Ratio Terhadap Price to Book Value dengan Return On Asset
sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Sektor Industri
Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017).

Arini, Yenita. 2018. Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan (Studi Pada
Perusahaan Subsektor Perbankan yang Listing di BEI Periode 2013-2016)
Deitiana, Tita. 2013. Pengaruh Current Ratio, Return on Equity dan Total Asset Turn
Over Terhadap Devidend Payout Ratio dan Implikasi pada Harga Saham
Perusahaan LQ 45. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 15.1: 82-88.
Febriana, Febby. 2019. Pengaruh Dividen Payout Ratio, Return On Asset dan Debt to
Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan Sektor
Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2016). Jurnal Ekonomi Vokasi 2.1: 44-60.
Febriarna, Neri, and Leny Suzan. 2020. Analisis Intellectual Capital Dengan Metode
Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) Terhadap Kinerja
Keuangan (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar Barang
Produksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-
2018). eProceedings of Management 7.2
Fitriasari, Ni Made Ayu Dwi, and Maria Mediatrix Ratna Sari. 2019. Pengaruh
Intellectual Capital Pada Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan
Sebagai Variabel Intervening. E-Jurnal Akuntansi 26.3: 1717-1740.
Hasania, Zuhria. 2016. Pengaruh Current Ratio, Ukuran Perusahaan Struktur Modal,
dan ROE terhadap Nilai Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011–2014. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16.3
Hasibuan, Veronica, Moch Dzulkirom AR, and N. G. Wi Endang NP. 2016.
Pengaruh leverage dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan (Studi pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2012-2015). Jurnal Administrasi Bisnis 39.1: 139-147.
Kahfi, Muhammad Faishal, Dudi Pratomo, and Wiwin Aminah. 2018. Pengaruh
Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Assets Turnover Dan Return
On Equity Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
118

Manufaktur Sektor Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek


Indonesia Pada Tahun 2011–2016). eProceedings of Management 5.1

Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-7. Raja Grafindo Perkasa.
Jakarta
Kayobi, I. Gusti Made Andrie, and Desy Anggraeni. 2015. Pengaruh Debt To Equity
Ratio (Der), Debt To Total Asset (Dta), Dividen Tunai, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Perusahaan Manufaktur Sektor
Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2014). Jurnal Akuntansi dan Keuangan 4.1
Mahardhika, Putri Ayu, and Dohar Marbun. 2016. Pengaruh Current Ratio Dan Debt
To Equity Ratio Terhadap Return On Assets. Widyakala: Journal Of
Pembangunan Jaya University 3:23-28.
Misran, Medy, and Mochamad Chabachib. 2017. Analisis Pengaruh Der Cr Dan Tato
Terhadap Pbv Dengan Roa Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada
Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Pada Bei Tahun
2011–2014). Diponegoro Journal Of Management 6.1:203-215.
Novitasari, Riris, and E. P. Apriatni. 2017 Pengaruh Current Ratio (Cr), Debt To
Equity Ratio (Der), Return On Assets (Roa), Dan Return On Equity (Roe)
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor
Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-
2016). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 6.4:298-309.
Pardede, Rotua Desisari, et al. 2019. Pengaruh Kebijakan Deviden, Net Profit Margin
(Npm) Dan Current Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2016. Jurnal Akrab Juara 4.2: 80-94.
Pioh, Hizkia T., Parengkuan Tommy, and Jantje Sepang. 2018. Pengaruh debt to
equity ratio, earning per share dan return on asset terhadap nilai perusahaan
sub sector food and beverages di bursa efek indonesia. Jurnal EMBA:
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 6.4
Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas,
terhadap corporate social responsibility. Jurnal Akuntansi dan
Auditing 8.1: 12-29.
Putry, Nur Anita Chandra, and Teguh Erawati. 2013. Pengaruh Current Ratio, Total
Assets Turnover, Dan Net Profit Margin, Terhadap Return On
Assets. Jurnal Akuntansi 1.2:22-34.
119

Rahmantio, Imam, Muhammad Saifi, and Ferina Nurlaily. 2018. Pengaruh Debt to
Equity Ratio, Return on Equity, Return on Asset dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016). Jurnal Administrasi
Bisnis 57.1:151-159.
Salainti, Mirza Laili Indoita. 2016. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover,
dan Debt to Equity Ratio, dan Return on Asset Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Diss. STIESIA Surabaya, 2019. Hasania, Zuhria. "Pengaruh
Current Ratio, Ukuran Perusahaan Struktur Modal, dan ROE terhadap Nilai
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011–
2014." Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16.3
Saragih, Melianti, et al. 2015. Pengaruh current ratio terhadap return on asset pada
perusahaan sektor aneka industri yang listing di bursa efek Indonesia.
Financial: Jurnal Akuntansi 1.1:19-24.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
SW, Indah Fajarini, and Riza Firmansyah. 2012. Pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan perusahaan (Studi empiris perusahaan LQ 45).
Jurnal Dinamika Akuntansi 4.1
Ulum, Ihyaul. 2013. Model pengukuran kinerja intellectual capital dengan iB-VAIC
di perbankan syariah. INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan 7.1:185-206.
Ulum, Ihyaul. 2007. Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan di Indonesia. Diss. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro
Utami, Putri, and Welas Welas. (2019). Pengaruh Current Ratio, Return on Asset,
Total Asset Turnover, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Properti dan Real
Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017). Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan 8.1:57-76.
Wijaya, Anthony, and Nanik Linawati. (2015). Pengaruh kinerja keuangan terhadap
nilai perusahaan. Finesta 3.1: 46-51.
120

LAMPIRAN

Lampiran 1

Dafar Nama Perusahaan yang tercatat di LQ45 tahun 2017-2019

Kode
Nama
N Perusaha 2017 2018 2019
Perusahaan
o an
P1 P2 P1 P2 P1 P2
Astra Agro ADH ADH ADH ADR
1. AALI AALI AALI
Lestari Tbk. I I I O
Adhi Karya
ADH ADH ADR ADR ADR AKR
2. ADHI (Persero)
I I O O O A
Tbk.
Adro Energy ADR ADR AKR AKR AKR ANT
3. ADRO
Tbk. O O A A A M
AKR
AKR AKR ANT ANT ANT
4. AKRA Corporindo ASII
A A M M M
Tbk.
Aneka
ANT ANT BBC
5. ANTM Tambang ASII ASII ASII
M M A
Tbk.
Astra
BBC BBC BBC
6. ASII Internasional ASII ASII BBNI
A A A
Tbk.
Bank Central BBC
7. BBCA ASRI BBNI BBNI BBNI BBRI
Asia A
Bank Negara BBC BBT
8. BBNI BBNI BBRI BBRI BBRI
Indonesia A N
Bank Rakyat BBT BBT BBT BMR
9. BBRI BBNI BBRI
Indonesia N N N I
Bank
1 BBT BMR BRP
BBTN Tabungan BBRI BJBR BJBR
0. N I T
Negara
BPD Jawa
1 BBT BMR BKS BRP BSD
BJBR Barat dan BJBR
1. N I L T E
Banten Tbk.
121

Bank
1 Mandiri BMR BMR BMT BMR BSD
BMRI BTPS
2. (Persero) I I R I E
Tbk.
Global
1 BSD BMT BRP BRP
BMTR Mediacom CPIN CPIN
3. E R T T
Tbk.
1 Barito BRP BRP BSD BSD ELS CTR
BRPT
4. Pacific Tbk. T T E E A A
Bumi
1 BSD BUM ELS ERA ERA
BSDE Serpong CPIN
5. E I A A A
Damai Tbk.
Bumi
1 ELS BUM EXC EXC EXC EXC
BUMI Resources
6. A I L L L L
Tbk.
1 XL Axiata EXC EXC GGR GGR GGR GGR
EXCL
7. Tbk. L L M M M M
1 Gudang GGR GGR HMS HMS HMS HMS
GGRM
8. Garam Tbk. M M P P P P
HM
1 HMS HMS
HMSP Sampoerna ICBP ICBP ICBP ICBP
9. P P
Tbk.
Indofood
2 CBP Sukses
ICBP ICBP ICBP INCO INCO INCO INCO
0. Makmur
Tbk.
Vale
2
INCO Indonesia INCO INCO INDF INDF INDF INDF
1.
Tbk
Indofood
2 Sukses IND IND IND IND
INDF INDF INDF
2. Makmur Y Y Y Y
Tbk.
Indocement
2
INTP Tunggal INTP INTP INTP INKP INKP INKP
3.
Prakasa Tbk.
Jasa Marga
2 JSM JSM JSM
JSMR (Persero) INTP INTP INTP
4. R R R
Tbk.
2 Kalbe Farma KLB KLB KLB ITM ITM ITM
KLBF
5. Tbk. F F F G G G
122

Lippo
2 LPK LPK LPK JSM JSM
LPKR Karawaci JPFA
6. R R R R R
Tbk.
Matahari
2 KLB KLB JSM
LPPF Departement LPPF LPPF LPPF
7. F F R
Strore Tbk.
PP London
2 MNC LPK KLB
LSIP Sumatera LSIP LSIP LPPF
8. N R F
Tbk.
Media
2 MNC MNC MYR MED
MNCN Nusantara LPPF LPPF
9. N N X C
Tbk.
Hanson
3 MYR MYR PGA MED MNC MED
MYRX Internasional
0. X X S C N C
Tbk.
Perusahaan
3 PGA PGA PTB MNC PGA MNC
PGAS Gas Negara
1. S S A N S N
Tbk.
3 PP Properti PPR PPR PGA PTB PGA
PPRO PTPP
2. Tbk. O O S A S
Tambang
Batubara
3 PTB PTB PWO PTB PTB
PTBA Bukit Asam PTPP
3. A A N A A
(Persero)
Tbk.
3 PP (Persero) SCM PWO
PTPP PTPP PTPP PTPP PTPP
4. Tbk. A N
3 Pakuwon PWO PWO SMG SCM SCM PWO
PWON
5. Jati Tbk. N N R A A N
3 Surya Citra SCM SCM SMG SMG SCM
SCMA SRIL
6. Media Tbk. A A R R A
Semen
3 Indonesia SMG SMG SSM SMG
SMGR SRIL SRIL
7. (Persero) R R S R
Tbk.
3 Summerecon SMR SMR TLK SSM TKI
SMRA SRIL
8. Agung Tbk. A A M S M
3 Sri Rejeki TLK TLK TKI
SRIL SRIL SRIL TPIA
9. Isma Tbk. M M M
123

Sawit
4 SSM SSM TRA TLK
SSMS Sumbermas TPIA TPIA
0. S S M M
Sarana Tbk.
Telekomuni
4 kasi TLK TLK UNT UNT UNT
TLKM TPIA
1. Indonesia M M R R R
Tbk.
United
4 UNT UNT UNV UNV UNV UNT
UNTR Tractors
2. R R R R R R
Tbk.
Unilever
4 UNV UNV WIK WIK WIK UNV
UNVR Indonesia
3. R R A A A R
Tbk.
Wijaya
4 Karya WIK WIK WSB WSB WSB WIK
WIKA
4. (Persero) A A P P P A
Tbk.
Waskita
4 Karya WSK WSK WSK WSK WSK WSK
WSKT
5. (Persero) T T T T T T
Tbk.
4 Alam Sutera
ASRI
6. Realty Tbk.
5 Sentul City
BKSL
3. Tbk.
Charoen
4 Pokphand
CPIN
7. Indonesia
Tbk.
4
ELSA Elnusa Tbk.
8.
Erajaya
5
ERAA Swasembada
7.
Tbk.
4 Indika
INDY
9. Energi Tbk.
Indah Kiat
5
INKP Pulp &
4.
Paper Tbk
5 Indo
ITMG
5. Tambangray
124

a Megah
Tbk.
JAPFA
5 Comfeed
JPFA
8. Indonesia
Tbk.
Medco
5 Energi
MEDC
6. Internasional
Tbk.
Pabrik
5
TKIM Kertas Tjiwi
9.
Kimia Tbk.
Chandra
5 Asri
TPIA
0. Petrochemic
al Tbk.
5 Trada Alam
TRAM
1. Minera Tbk.
Waskita
5
WSBP Beton
2.
Precast Tbk.

Lampiran 2

Daftar perusahaan LQ45 yang mencantumkan laporan keuangan tahun 2017-2019

2017 2018 2019


ADR
AALI AALI ADHI ADHI ADHI
✔ ✔ ✔ ✔ ✔ O ✔
ADR ADR ADR AKR
ADHI ADHI
✔ ✔ O ✔ O ✔ O ✔ A ✔
ADR ADR AKR AKR AKR ANT
O ✔ O ✔ A ✔ A ✔ A ✔ M ✔
AKR AKR ANT ANT ANT
ASII
A ✔ A ✔ M ✔ M ✔ M ✔ ✔
ANT ANT
ASII ASII ASII BBCA
M ✔ M ✔ X X ✔ ✔
125

ASII ✔ ASII ✔ BBCA ✔ BBCA ✔ BBCA ✔ BBNI ✔


ASRI ✔ BBCA ✔ BBNI ✔ BBNI ✔ BBNI ✔ BBRI ✔
BBCA ✔ BBNI ✔ BBRI ✔ BBRI ✔ BBRI ✔ BBTN ✔
BBNI ✔ BBRI ✔ BBTN ✔ BBTN ✔ BBTN ✔ BMRI ✔
BBRI ✔ BBTN ✔ BJBR ✔ BJBR ✔ BMRI ✔ BRPT ✔
BBTN ✔ BJBR ✔ BMRI ✔ BKSL ✔ BRPT ✔ BSDE ✔
BMT
BMRI BMRI BMRI BSDE BTPS
✔ ✔ R ✔ ✔ ✔ ✔
BMT
BSDE BRPT BRPT CPIN CPIN
✔ R ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
BRPT ✔ BRPT ✔ BSDE ✔ BSDE ✔ ELSA ✔ CTRA ✔
CPIN ✔ BSDE ✔ BUMI ✔ ELSA ✔ ERAA ✔ ERAA ✔
ELSA ✔ BUMI ✔ EXCL ✔ EXCL ✔ EXCL ✔ EXCL ✔
GGR GGR GGR GGR
EXCL EXCL
✔ ✔ M ✔ M ✔ M ✔ M ✔
GGR GGR
HMSP HMSP HMSP HMSP
M ✔ M ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
HMSP ✔ HMSP ✔ ICBP ✔ ICBP ✔ ICBP ✔ ICBP ✔
ICBP ✔ ICBP ✔ INCO ✔ INCO ✔ INCO ✔ INCO ✔
INCO ✔ INCO ✔ INDF ✔ INDF ✔ INDF ✔ INDF ✔
INDF ✔ INDF ✔ INDY ✔ INDY ✔ INDY ✔ INDY ✔
INTP ✔ INTP ✔ INTP ✔ INKP ✔ INKP ✔ INKP ✔
JSMR ✔ JSMR ✔ JSMR ✔ INTP ✔ INTP ✔ INTP ✔
KLBF ✔ KLBF ✔ KLBF ✔ ITMG ✔ ITMG X ITMG X
LPKR ✔ LPKR ✔ LPKR ✔ JSMR ✔ JSMR ✔ JPFA ✔
LPPF ✔ LPPF ✔ LPPF ✔ KLBF ✔ KLBF ✔ JSMR ✔
MNC
LSIP LSIP LPKR LPPF KLBF
✔ ✔ N ✔ ✔ ✔ ✔
MNC MNC MYR MED
LPPF LPPF
N ✔ N ✔ X ✔ ✔ C ✔ ✔
MYR MYR MED MNC MED
PGAS
X ✔ X ✔ ✔ C ✔ N ✔ C ✔
MNC MNC
PGAS PGAS PTBA PGAS
✔ ✔ ✔ N ✔ ✔ N ✔
PPRO ✔ PPRO ✔ PTPP ✔ PGAS ✔ PTBA ✔ PGAS ✔
PWO
PTBA PTBA PTBA PTPP PTBA
✔ ✔ N ✔ ✔ ✔ ✔
SCM PWO
PTPP PTPP PTPP PTPP
✔ ✔ A ✔ ✔ N ✔ ✔
126

PWO PWO SMG SCM SCM PWO


N ✔ N ✔ R ✔ A ✔ A ✔ N ✔
SCM SCM SMG SMG SCM
SRIL
A ✔ A ✔ ✔ R ✔ R ✔ A ✔
SMG SMG SMG
SSMS SRIL SRIL
R ✔ R ✔ ✔ ✔ ✔ R ✔
SMR SMR TLK
SSMS TKIM SRIL
A ✔ A ✔ M ✔ ✔ ✔ ✔
TLK TLK
SRIL SRIL TPIA TKIM
✔ ✔ ✔ M ✔ M ✔ ✔
TRA TLK
SSMS SSMS TPIA TPIA
✔ ✔ M ✔ ✔ ✔ M ✔
TLK TLK
UNTR UNTR UNTR TPIA
M ✔ M ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
UNV UNV UNV
UNTR UNTR UNTR
✔ ✔ R ✔ R ✔ R ✔ ✔
UNV UNV UNV
WIKA WIKA WIKA
R ✔ R ✔ ✔ ✔ ✔ R ✔
WIKA ✔ WIKA ✔ WSBP ✔ WSBP ✔ WSBP ✔ WIKA ✔
WSK WSK WSK WSK WSK WSK
T ✔ T ✔ T ✔ T ✔ T ✔ T ✔

Keterangan :
Kuning = perusahaan yang tercatat selama 3 tahun bertutut-
turut dan juga menyajikan laporan keuangan secara
konsisten
Hijau = perusahaan yang tercatat selama 3 tahun bertutut-
turut namun tidak menyajikan laporan keuangan secara
konsisten
Jumlah :
Kuning = 32
Hijau = 1

Lampiran 3 Data Intellectual Capital

Tabel VAICTM Perusahaan LQ45 Tahun 2017-2019

201
No Nama Perusahaan 2018 2019
7

1. PT. Barito Pacific Tbk. 3,81 3,06 2,07


127

2.. PT. Gudang Garam Tbk. 3,94 3,50 3,98

PT. Indocement Tunggal


3. 2,20 1,92 2,27
Prakarsa Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 2,29 2,25 2,20

PT. Perusahaan Gas


5. 2,69 2,95 1,82
Negara Tbk.

PT. Tambang Batubara


6. 3,50 4,13 3,37
Bukit Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 2,01 3,04 2,05

PT. Sri Rejeki Isman


8. 2,90 2,8 2,62
Tbk.
128

Lampiran 3.1 Hasil Perhitungan Value Added (VA)

N Nama
2017 2018 2019
o Perusahaan
PT. Gudang Rp. Rp. Rp.
1.
Garam Tbk. 11.555.544.500.000 12.953.466.000.000 16.220.666.000.000
PT.
Indocement Rp.
2. Rp. 4.829.151.000.000 Rp. 3.96.162.000.000
Tunggal 4.584.931.000.000
Prakarsa Tbk.
PT. Kalbe Rp.
3. Rp. 9.933.144.428.162 Rp. 9.891.089.746.589
Farma Tbk. 9.102.467.031.374
Semen
Rp.
4. Indonesia Rp. 5.096.718.586.000 Rp. 6.253.460.000.000
6.657.310.000.000
Tbk.
PT. Tambang
Batubara Rp.
5. Rp. 6.602.906.000.000 Rp8.907.301.000.000
Bukit Asam 6.531.680.000.000
Tbk.
PT. Sri
Rp.
6. Rejeki Isman Rp. 1.762.389.762.000 Rp. 2.417.280.012.000
2.432.361.260.000
Tbk.
PT.
Perusahaan Rp.
7. Rp. 6.871.597.782.000 Rp. 8.604.798.594.000
Gas Negara 6.455.107.484.000
Tbk.
PT. Barito Rp.
8. Rp. 7.804.860.000.000 Rp. 6.209.224.000.000
Pacific Tbk. 4.809.868.000.000

Lampiran 3.2 Tabel VACA PT. Barito Pacific Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Value Rp. Rp. Rp.


Added 7.804.860.000.000 6.209.224.000.000 4.809.868.000.000

2. Total Rp. Rp. Rp.


Ekuitas 37.410.954.000.000 37.828.588.000.000 38.581.298.000.000

3. VACA = 0,21 0,16 0,12


VA/CE
129

Lampiran 3.3 Tabel VACA PT. Gudang Garam Tbk.

N
Uraian 2017 2018 2019
o

Rp. Rp. Rp.


1. Value Added
11.555.544.500.000 12.953.466.000.000 16.220.666.000.000

Rp. Rp. Rp.


2. Total Ekuitas
42.187.664.000.000 45.133.285.000.000 50.930.758.000.000

VACA =
3. 0,27 0,29 0,32
VA/CE

Lampiran 3.4 Tabel VACA PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Value Added Rp. 4.829.151.000.000 Rp. 3.96.162.000.000 Rp. 4.584.931.000.000

Rp. Rp. Rp.


2. Total Ekuitas
23.221.589.000.000 27.788.562.000.000 27.707.749.000.000

VACA =
3. 0,21 0,14 0,17
VA/CE
130

Lampiran 3.5 Tabel VACA PT. Kalbe Farma Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


1. Value Added Rp. 9.933.144.428.162 Rp. 9.891.089.746.589 Rp. 9.102.467.031.374
Rp. Rp.
2. Total Ekuitas Rp. 15.294.594.796.354
13.894.031.782.689 16.705.582.476.031
VACA =
3. 0,71 0,65 0,54
VA/CE

Lampiran 3.6 Tabel VACA PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


1. Value Added Rp. 6.871.597.782.000 Rp. 8.604.798.594.000 Rp. 6.455.107.484.000
Rp. Rp. Rp.
2. Total Ekuitas
60.345.790.694.000 44.826.469.952.000 45.280.212.334.000
VACA =
3. 0,11 0,19 0,14
VA/CE

Lampiran 3.7 Tabel VACA PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


1. Value Added Rp. 6.602.906.000.000 Rp8.907.301.000.000 Rp. 6.531.680.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Total Ekuitas
13.072.583.000.000 16.269.696.000.000 18.422.826.000.000
VACA =
3. 0,51 0,55 0,35
VA/CE

Lampiran 3.8 Tabel VACA Semen Indonesia Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp.
1. Value Added Rp. 5.096.718.586.000 Rp. 6.657.310.000.000
6.253.460.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Total Ekuitas
30.439.052.302.000 32.65.315.000.000 33.891.924.000.000
VACA =
3. 0,17 0,19 0,2
VA/CE
131

Lampiran 3.9 Tabel VACA PT. Sri Rejeki Isman Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp. Rp. Rp.
1. Value Added
1.762.389.762.000 2.417.280.012.000 2.432.361.260.000
Rp. Rp. Rp.
2. Total Ekuitas
6.190.223.606.000 7.227.465.434.000 8.297.361.926.000
VACA =
3. 0,28 0,33 0,29
VA/CE

Lampiran 4.1 Tabel VAHU PT. Barito Pacific Tbk.

N
Uraian 2017 2018 2019
o
Rp. Rp. Rp.
1. Value Added
7.804.860.000.000 6.209.224.000.000 4.809.868.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
2.652.776.000.000 2.671.830.000.000 3.048.780.000.000
VAHU =
3. 2,94 2,32 1,58
VA/HC

Lampiran 4.2 Tabel VAHU PT. Gudang Garam Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp.
1. Value Added Rp. 12.953.466.000.000 Rp. 16.220.666.000.000
11.555.544.500.000
2. Human Capital Rp. 3.851.922.500.000 Rp. 4.985.458.000.000 Rp. 5.420.564.000.000
VAHU =
3. 3 2,6 2,99
VA/HC

Lampiran 4.3 Tabel VAHU PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


132

Rp. Rp.
1. Value Added Rp. 3.96.162.000.000
4.829.151.000.000 4.584.931.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
2.991.483.000.000 2.674.218.000.000 2.701.582.000.000
VAHU =
3. 1,61 1,46 1,7
VA/HC

Lampiran 4.4 Tabel VAHU PT. Kalbe Farma Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp. Rp. Rp.
1. Value Added
9.933.144.428.162 9.891.089.746.589 9.102.467.031.374
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
7.490.199.115.784 7.338.382.800.965 6.589.224.627.819
VAHU =
3. 1,33 1,35 1,38
VA/HC

Lampiran 4.5 Tabel VAHU PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp. Rp.
1. Value Added Rp. 6.455.107.484.000
6.871.597.782.000 8.604.798.594.000
Rp. Rp.
2. Human Capital Rp. 4.638.147.612.000
3.330.010.572.000 3.889.094.818.000
VAHU =
3. 2,06 2,21 1,39
VA/HC

Lampiran 4.6 Tabel VAHU PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

N
Uraian 2017 2018 2019
o
Rp. Rp.
1. Value Added Rp8.907.301.000.000
6.602.906.000.000 6.531.680.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
2.743.504.000.000 3.045.730.000.000 2.688.342.000.000
3. VAHU = 2,41 2,92 2,43
133

VA/HC

Lampiran 4.7 Tabel VAHU Semen Indonesia Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019


Rp. Rp. Rp.
1. Value Added
5.096.718.586.000 6.253.460.000.000 6.657.310.000.000
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
3.389.124.586.000 2.736.087.000.000 4.389.159.000.000
VAHU =
3. 1,5 2,29 1,52
VA/HC

Lampiran 4.8 Tabel VAHU PT. Sri Rejeki Isman Tbk

No Uraian 2017 2018 2019


Rp. Rp. Rp.
1. Value Added
1.762.389.762.000 2.417.280.012.000 2.432.361.260.000
Rp. Rp. Rp.
2. Human Capital
841.753.934.000 1.210.962.018.000 1.303.146.250.000
VAHU =
3. 2,09 2 1,87
VA/HC

Lampiran 5.1 Tabel STVA PT. Barito Pacific Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 5.152.084.000.000 3.537.394.000.000 1.761.088.000.000
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


7.804.860.000.000 6.209.224.000.000 4.809.868.000.000

3. STVA = 0,66 0,57 0,37


SC/VA
134

Lampiran 5.2 Tabel STVA PT. Gudang Garam Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 7.703.622.000.000 7.968.008.000.000 10.800.102.000.000
(VA-HC)

2. Value Rp. Rp. Rp.


Added 11.555.544.500.000 12.953.466.000.000 16.220.666.000.000

3. STVA = 0,67 0,62 0,67


SC/VA

Lampiran 5.3 Tabel STVA PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 1.837.668.000.000 1.241.944.000.000 1.883.349.000.000
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


4.829.151.000.000 3.96.162.000.000 4.584.931.000.000

3. STVA = 0,38 0,32 0,41


SC/VA

Lampiran 5.4 Tabel STVA PT. Kalbe Farma Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 2.442.945.312.378 2.552.706.945.624 2.513.242.403.555
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


9.933.144.428.162 9.891.089.746.589 9.102.467.031.374

3. STVA = 0,25 0,26 0,28


135

SC/VA

Lampiran 5.5 Tabel STVA PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 3.541.587.210.000 4.715.703.776.000 1.816.959.872.000
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


6.871.597.782.000 8.604.798.594.000 6.455.107.484.000

3. STVA = 0,52 0,55 0,28


SC/VA

Lampiran 5.6 Tabel STVA PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 3.859.402.000.000 5.861.571.000.000 3.843.338.000.000
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp Rp.


6.602.906.000.000 8.907.301.000.000 6.531.680.000.000

3. STVA = 0,58 0,66 0,59


SC/VA

Lampiran 5.7 Tabel STVA Semen Indonesia Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp Rp. Rp.


Capital : 1.707.594.000.000 3.517.373.000.000 2.268.151.000.000
(VA-HC)
136

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


5.096.718.586.000 6.253.460.000.000 6.657.310.000.000

3. STVA = 0,34 0,56 0,34


SC/VA

Lampiran 5.8 Tabel STVA PT. Sri Rejeki Isman Tbk

No Uraian 2017 2018 2019

1. Structural Rp. Rp. Rp.


Capital : 920.635.828.000 1.206.317.994.000 1.129.215.010.000
(VA-HC)

2. Value Added Rp. Rp. Rp.


1.762.389.762.000 2.417.280.012.000 2.432.361.260.000

3. STVA = 0,52 0,50 0,46


SC/VA

Lampiran 6.1 Tabel VAICTM PT. Barito Pacific Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,21 0,16 0,12

2. VAHU 2,94 2,32 1,58

3. STVA 0,66 0,57 0,37

4. VAICTM = 3,81 3,06 2,07


VACA +
VAHU + STVA
137

Lampiran 6.2 Tabel VAICTM PT. Gudang Garam Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,27 0,29 0,32

2. VAHU 3 2,60 0,62

3. STVA 0,67 0,62 0,67

4. VAICTM = 3,94 3,50 3,98


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 6.3 Tabel VAICTM PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,21 0,14 0,17

2. VAHU 1,61 1,46 1,70

3. STVA 0,38 0,32 0,41

4. VAICTM = 2,20 1,92 2,27


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 6.4 Tabel VAICTM PT. Kalbe Farma Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,71 0,65 0,54

2. VAHU 1,33 1,35 1,38

3. STVA 0,25 0,26 0,28

4. VAICTM = 2,29 2,25 2,20


VACA +
VAHU + STVA
138

Lampiran 6.5 Tabel VAICTM PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,11 0,19 0,14

2. VAHU 2,06 2,21 1,39

3. STVA 0,52 0,55 0,28

4. VAICTM = 2,69 2,95 1,82


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 6.6 Tabel VAICTM PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,51 0,55 0,35

2. VAHU 2,41 2,92 2,43

3. STVA 0,58 0,66 0,59

4. VAICTM = 3,50 4,13 3,37


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 6.7 Tabel VAICTM Semen Indonesia Tbk.

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,17 0,19 0,20


139

2. VAHU 1,50 2,29 1,52

3. STVA 0,34 0,56 0,34

4. VAICTM = 2,01 3,04 2,05


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 6.8 Tabel VAICTM PT. Sri Rejeki Isman Tbk

No Uraian 2017 2018 2019

1. VACA 0,28 0,33 0,29

2. VAHU 2,09 2 1,87

3. STVA 0,52 0,50 0,46

4. VAICTM = 2,90 2,83 2,62


VACA +
VAHU + STVA

Lampiran 7 Data Debt to Equity Ratio (DER)

201
No Nama Perusahaan 2018 2019
7

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,57 1,61 1,61

2. PT. Gudang Garam Tbk. 0,58 0,53 0,54

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 0,18 0,20 0,20
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 0,20 0,19 0,21

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,90 1,48 1,28

PT. Tambang Batubara Bukit Asam


6. 0,59 0,49 0,42
Tbk.
140

7. Semen Indonesia Tbk. 0,63 0,53 0,54

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 1,70 1,70 1,28

Lampiran 8 Data Current Ratio (CR)

201
No Nama Perusahaan 2017 2019
8

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,10 1,75 1,65

2. PT. Gudang Garam Tbk. 1,94 2,06 2,06

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 3,70 3,14 3,31
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 4,51 4,65 4,35

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 2,66 1,54 1,98

PT. Tambang Batubara Bukit


6. 2,46 2,38 2,49
Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 1,57 1,97 1,36

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 3,68 3,08 4,90

Lampiran 9 Data Price to Book Value (PBV)


141

No Nama Perusahaan 2017 2018 2019

1. PT. Barito Pacific Tbk. 1,15 1,05 1,14

2. PT. Gudang Garam Tbk. 4,04 3,75 3,75

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


4. 3,29 3,01 3,13
Tbk.

5. PT. Kalbe Farma Tbk. 5,97 4,89 5,14

6. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,98 1,04 1,26

PT. Tambang Batubara Bukit


7. 2,05 3,32 3,33
Asam Tbk.

8. Semen Indonesia Tbk. 1,93 2,15 2,37

9. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 1,3 0,98 0,98

Lampiran 10 Data Return on Asset

No Nama Perusahaan 2017 2018 2019

1. PT. Barito Pacific Tbk. 0,05 0,03 0,02

2. PT. Gudang Garam Tbk. 0,12 0,11 0,14

PT. Indocement Tunggal Prakarsa


3. 0,06 0,04 0,07
Tbk.

4. PT. Kalbe Farma Tbk. 0,15 0,14 0,13

5. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk. 0,03 0,05 0,02

PT. Tambang Batubara Bukit


6. 0,21 0,21 0,15
Asam Tbk.

7. Semen Indonesia Tbk. 0,04 0,06 0,03

8. PT. Sri Rejeki Isman Tbk. 0,06 0,06 0,06


142

Lampiran 11 Data SPSS 21.0 Tahun 2017-2019 (sebelum pembuangan data


Outlier)

Kode
X2_VAI
No Tahun Perusahaa X1_DER Y_PBV Z_ROA
C
n
1 2017 GGRM 0.58 3.94 4.04 0.12
2 2017 HMSP 0.26 2.66 16.13 0.29
3 2017 INTP 0.18 2.20 3.29 0.06
4 2017 KLBF 0.20 2.29 5.97 0.15
5 2017 SMGR 0.63 2.01 1.93 0.04
6 2017 UNVR 2.65 7.10 82.44 0.37
7 2017 PTBA 0.59 3.50 2.09 0.21
8 2017 SRIL 1.70 2.90 1.30 0.30
9 2017 PGAS 0.90 2.69 0.98 0.03
10 2017 BRPT 1.57 3.81 1.15 0.05
11 2018 GGRM 0.53 3.50 3.75 0.11
12 2018 HMSP 0.32 2.66 13.74 0.29
13 2018 INTP 0.20 1.92 3.01 0.04
14 2018 KLBF 0.19 2.25 4.89 0.14
15 2018 SMGR 0.56 3.04 2.15 0.06
16 2018 UNVR 1.75 7.85 38.62 0.45
17 2018 PTBA 0.49 4.13 3.32 0.21
18 2018 SRIL 1.70 2.83 1.30 0.06
19 2018 PGAS 1.48 2.95 1.04 0.05
20 2018 BRPT 1.61 3.06 1.05 0.03
21 2019 GGRM 0.54 3.98 3.75 0.14
22 2019 HMSP 0.43 2.66 14.18 0.27
23 2019 INTP 0.20 2.27 3.13 0.04
24 2019 KLBF 0.21 2.20 5.14 0.14
25 2019 SMGR 1.30 2.05 2.37 0.03
26 2019 UNVR 2.91 6.76 50.34 0.36
27 2019 PTBA 0.42 3.37 3.33 0.15
28 2019 SRIL 1.63 2.62 0.93 0.06
29 2019 PGAS 1.28 1.82 1.26 0.02
30 2019 BRPT 1.61 2.07 1.14 0.02
143

Block Merah = Data outlier yang akan di jelaskan di lampiran selanjutnya.

Lampiran 12 Gambar Data Outlier X1 (hasil uji data outlier pertama)

Lampiran 13 Gambar Data Outlier X2 (hasil uji data outlier pertama)

Lampiran 14 Gambar Data Outlier X3 (hasil uji data outlier pertama)


144

Lampiran 15 Gambar Data Outlier Y (hasil uji data outlier pertama)

Lampiran 16 Gambar Data Outlier Z (hasil uji data outlier pertama)


145

Lampiran 17 Data SPSS 21.0 Tahun 2017-2019 (setelah pembuangan data


Outlier kedua)

Tahu Kode X1_VAI X2_DE X3_C Y_PB


No Z_ROA
n Perusahaan C R R V
1 2017 GGRM 4,77 0,58 1,94 4,04 0,12
2 2017 HMSP 4,15 0,26 5,27 16,13 0,29
3 2017 INTP 4,45 0,18 3,70 3,29 0,06
4 2017 KLBF 6,11 0,20 4,51 5,97 0,15
5 2017 SMGR 4,66 0,63 1,57 1,93 0,04
6 2017 PTBA 4,62 0,59 2,46 2,09 0,21
7 2017 SRIL 4,29 1,70 3,68 1,30 0,06
8 2017 PGAS 4,12 0,90 2,66 0,98 0,03
9 2017 BRPT 4,67 1,57 1,10 1,15 0,05
10 2018 GGRM 4,51 0,53 2,06 3,75 0,11
11 2018 HMSP 4,30 0,32 4,30 13,74 0,29
12 2018 INTP 4,76 0,20 3,14 3,01 0,04
13 2018 KLBF 5,87 0,19 4,66 4,89 0,14
14 2018 SMGR 4,26 0,56 1,97 2,15 0,06
146

15 2018 PTBA 4,99 0,49 2,38 3,32 0,21


16 2018 SRIL 4,33 1,70 3,08 1,30 0,06
17 2018 PGAS 4,23 1,48 1,54 1,04 0,05
18 2018 BRPT 4,24 1,61 1,75 1,05 0,03
19 2019 GGRM 4,81 0,54 2,06 3,75 0,14
20 2019 HMSP 4,16 0,43 3,28 14,18 0,27
21 2019 INTP 4,30 0,20 3,31 3,13 0,07
22 2019 KLBF 5,55 0,21 4,35 5,14 0,13
23 2019 SMGR 4,65 1,30 1,36 2,37 0,03
24 2019 PTBA 4,48 0,42 2,49 3,33 0,15
25 2019 SRIL 4,31 1,63 4,90 0,93 0,06
26 2019 PGAS 5,09 1,28 1,98 1,26 0,02
27 2019 BRPT 4,43 1,61 1,65 1,14 0,02
Block Merah = Data outlier yang akan di jelaskan di lampiran selanjutnya.

Lampiran 18 Gambar Data Outlier X1 (hasil uji data outlier kedua)


147

Lampiran 19 Gambar Data Outlier X2 (hasil uji data outlier kedua)

Lampiran 20 Gambar Data Outlier X3 (hasil uji data outlier kedua)


148

Lampiran 21 Gambar Data Outlier Y (hasil uji data outlier kedua)

Lampiran 22 Gambar Data Outlier Z (hasil uji data outlier kedua)


149

Lampiran 23 Statistik Deskriptif (sebelum pembuangan data outlier)

Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maximu
N Mean Deviatio
m m
n
3 49.42
VAIC 4.12 8.25 106.539
0 0
3
DER .18 2.91 .9540 .75740
0
3 26.39
CR .63 5.27 132.181
0 3
3 92.58 1.772.63
PBV .93 82.44
0 7 4
3
ROA .02 .45 .1357 .11866
0
Valid N
3
(listwis
0
e)

Lampiran 24 Statistik Deskriptif (setelah pembuangan data outlier)

Descriptive Statistics
Std.
Minim Maxim Mea
N Deviati
um um n
on
2 46.8
VAIC 4.12 6.11 .51682
4 75
2 .845
DER .18 1.70 .58462
4 8
2 26.7 112.24
CR 1.10 4.90
4 92 4
2 25.9 147.98
PBV .93 5.97
4 62 8
2 .085
ROA .02 .21 .05786
4 0
150

Valid
N 2
(listwi 4
se)

Lampiran 25 Uji Normalitas Histogram Variabel Y

Lampiran 26 Uji Normalitas P-Plot Variabel Y


151

Lampiran 27 Uji Normalitas One Sample K-S Variabel Y

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 24
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .55406968
Most Extreme Absolute .125
Differences Positive .073
Negative -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .615
Asymp. Sig. (2-tailed) .844
a. Test distribution is Normal.

Lampiran 28 Uji Normalitas Histogram Variabel Z


152

Lampiran 29 Uji Normalitas P-Plot Variabel Z

Lampiran 30 Uji Normalitas One Sample K-S Variabel Z


153

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 24
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .04613916
Most Extreme Absolute .149
Differences Positive .149
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .730
Asymp. Sig. (2-tailed) .661
a. Test distribution is Normal.

Lampiran 31 Uji Multikolinearitas Variabel Y


Lampiran 32 Uji Multikolinearitas Variabel Z
154

Coefficientsa

Collinearity

Statistics

Model Tolerance VIF

1 VAIC .674 1.484

DER .742 1.348

CR .791 1.264

a. Dependent Variable: ROA

Lampiran 33 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Variabel Y


155

Lampiran 34 Uji Heteroskesdastisitas Glejser Variabel Y


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .017 .716 .024 .981
VAIC .131 .154 .220 .852 .405
DER -.011 .137 -.021 -.082 .935
CR -.109 .063 -.397 -1.731 .100
ROA 1.432 1.360 .270 1.052 .306
a. Dependent Variable: ABRESID

Lampiran 35 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Variabel Z


156

Lampiran 36 Uji Heteroskesdastisitas Glejser Variabel Z

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant
.121 .068 1.772 .092
)
VAIC -.011 .014 -.188 -.764 .454
DER -.024 .012 -.465 -1.983 .061
CR -.006 .006 -.221 -.974 .342
a. Dependent Variable: ABRESID

Lampiran 37 Tabel Koefisien Model 1


157

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .603a .364 .269 .04948

a. Predictors: (Constant), CR, DER, VAIC

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-.025 .118 -.210 .836
t)
VAIC .030 .024 .271 1.249 .226
DER -.041 .020 -.415 -2.005 .059
CR .001 .010 .015 .074 .942
a. Dependent Variable:
ROA

Lampiran 38 Diagram Koefisien Model 1

X1

0,271

X2

-0,415

Z e1 = 0,854
X3 0.015
158

Lampiran 39 Tabel Koefisien Model 2

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .927a .860 .830 .60961

a. Predictors: (Constant), ROA, CR, VAIC, DER

Coefficientsa

Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Consta
-2.523 1.449 -1.741 .098
nt)
VAIC 1.223 .311 .427 3.932 .001
DER -1.307 .277 -.516 -4.725 .000
CR .078 .127 .059 .614 .547
ROA 3.315 2.755 .130 1.203 .244
a. Dependent Variable:
PBV
Lampiran 40 Diagram Koefisien Model 2
e2 = 0,412
p4 = 0,427
X1

p1 = 0,271 Y

p5 = -0,516
X2
p7 = 0,130
p2 = -0,415

Z
p6 = 0,059
X3 p3 = 0,015
e1 = 0,854
159

Lampiran 41 Uji Hipotesis Kesatu (H1)

Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-.025 .118 -.210 .836
t)
VAIC .030 .024 .271 1.249 .226
DER -.041 .020 -.415 -2.005 .059
CR .001 .010 .015 .074 .942
a. Dependent Variable:
ROA

Lampiran 42 Uji Hipotesis Kedua (H2)

Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-.025 .118 -.210 .836
t)
VAIC .030 .024 .271 1.249 .226
DER -.041 .020 -.415 -2.005 .059
CR .001 .010 .015 .074 .942
a. Dependent Variable:
ROA
160

Lampiran 43 Uji Hipotesis Ketiga (H3)

Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-.025 .118 -.210 .836
t)
VAIC .030 .024 .271 1.249 .226
DER -.041 .020 -.415 -2.005 .059
CR .001 .010 .015 .074 .942
a. Dependent Variable:
ROA

Lampiran 44 Uji Hipotesis Keempat (H4)

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-2.523 1.449 -1.741 .098
t)
VAIC 1.223 .311 .427 3.932 .001
DER -1.307 .277 -.516 -4.725 .000
CR .078 .127 .059 .614 .547
ROA 3.315 2.755 .130 1.203 .244
a. Dependent Variable:
PBV
161

Lampiran 45 Uji Hipotesis Kelima (H5)

Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant
-2.523 1.449 -1.741 .098
)
VAIC 1.223 .311 .427 3.932 .001
DER -1.307 .277 -.516 -4.725 .000
CR .078 .127 .059 .614 .547
ROA 3.315 2.755 .130 1.203 .244
a. Dependent Variable:
PBV

Lampiran 46 Uji Hipotesis Keenam (H6)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) -2.523 1.449 -1.741 .098
VAIC 1.223 .311 .427 3.932 .001
DER -1.307 .277 -.516 -4.725 .000
CR .078 .127 .059 .614 .547
ROA 3.315 2.755 .130 1.203 .244
a. Dependent Variable: PBV
162

Lampiran 47 Uji Hipotesis Ketujuh (H7)

e2 = 0,412
p4 = 0,427
X1

p1 = 0,271 Y

p5 = -0,516
X2
p7 = 0,130
p2 = -0,415

p6 = 0,059 Z
X3 p3 = 0,015
e1 = 0,854

Lampiran 48 Tabel Pengaruh Kausal

Pengaruh Pengaruh Kausal Nilai Keputusan


163

Langsun Tidak
Variabel Total Signifikansi
g Langsung
0,271 x 0,427 +
X1 ➔Y 0,427 0,130 0,0352 0,001 signifikan
0,0352 0,4622
-0,415 x
-0,5699
X2 ➔Y -0,516 0,130 0 signifikan
-0,0539 -0,5699
0,015 x 0,059 +
0,130 0,0009 Tidak
X3 ➔Y 0,059 0,547
signifikan
0,0009 0,0599

Lampiran 49 Uji Sobel X1-Z-Y

Lampiran 50 Uji Sobel X2-Z-Y


164

Lampiran 51 Uji Sobel X3-Z-Y

Anda mungkin juga menyukai