Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

I. JUDUL
Pengaruh Pengungkapan Enterprise Risk Management, Pengungkapan
Intellectual Capital Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

II. DIAJUKAN OLEH


Nama : Farida
NPM : 41183403130084
Jurusan : Akuntansi S1

III. LATAR BELAKANG


Pada tahun 2015 PT. Bakrie & Brothers tbk, mengalami kerugian bersih
sebesar Rp 1,75 triliun. Menurut Jatmiko (2015) PT. Bakrie & Brothers tbk ini
mengalami kerugian yang disebabkan beban perusahaan yang sangat tinggi, daya
saing yang sangat kuat di pasaran, menurunnya pendapatan perusahaan serta rugi
dari selisih kurs yang disebabkan melemahnya rupiah terhadap dollar AS dan
berdampak pada penurunan kinerja serta nilai perusahaan. Dalam peristiwa seperti
ini pengungkapan enterprise risk management, intellectual capital dan
profitabilitas merupakan beberapa alternatif yang baik bagi perusahaan untuk
memperbaiki kondisi perusahaan agar lebih baik kedepannya (Hirza, 2016).
Pengungkapan enterprise risk management, intellectual capital dan profitabilitas
di lakukan guna untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja para
stakeholder. Setelah melakukan evaluasi melalui beberapa hal di atas
menghasilkan pendapatan yang meningkat dan nilai perusahaan menjadi lebih
baik (Pamungkas dan Maryati, 2017).
Berdasarkan fenomena di atas terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan yaitu pengungkapan Enterprise Risk Management,
pengungkapan intellectual capital dan Profitabilitas. Pengungkapan ERM
merupakan informasi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dan
mengungkapkan dampaknya terhadap masa depan perusahaan (Sunitha, dkk.
2017). Menurut Hery (2015) tujuan utama ERM adalah untuk mempertahankan
dan meningkatkan nilai perusahaan. Sunitha,dkk. (2017) membuktikan bahwa

1
pengungkapan ERM berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
hasil penelitian Pamungkas dan Maryati (2017) menunjukan bahwa
pengungkapan ERM tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal tersebut
dikarenakan kebijakan di Indonesia investor hanya mempertimbangkan dalam
investasi beberapa hal saja seperti Debt to aset ratio (DAR) dan tidak
mengapresiasikan penerapan ERM.
Faktor lain yang mempegaruhi nilai perusahaan adalah intellectual capital,
Intellectual Capital (IC) adalah bagian dari aset tidak berwujud yang terdiri dari
tiga komponen utama organisasi, yaitu modal manusia (human capital), modal
organisasi (structural capital atau organizational capital), dan modal pelanggan
(relational capital atau customer capital). Ketiga komponen tersebut merupakan
aspek-aspek penting yang diperlukan oleh perusahaan untuk memaksimalkan
kinerja perusahaan (Sunitha, dkk. 2017). Hasil penelitian dari Sirojudin dan
Nazaruddin (2016) membuktikan bahwa pengungkapan intellectual capital
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan penelitian Issabella
(2015) membuktikan bahwa intellectual capital tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Faktor terakhir yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah
profitabilitas. Menurut Dewi dan Wirajaya (2013) nilai perusahaan dapat pula
dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri (Sartono, 2010:122). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan
Wirajaya (2013) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh pada nilai
perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012)
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji tentang nilai
perusahaan, penelitian ini merupakan pengembangan dan replikasi dari penelitian
yang dilakukan oleh Sunitha,dkk (2017) hasil penelitian menunjukan bahwa
pengungkapan enterprise risk management dan pengungkapan intellectual capital
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Adapun perbedaan penelitian

2
ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Sunitha,dkk (2017)
menggunakan variabel pengungkapan enterprise risk management dan
pengungkapan intellectual capital sebagai variavel independen sedangkan nilai
perusahaan sebagai variabel dependen. Sedangkan penelitian ini menambahkan
satu variabel profitabilitas, alasan menambah variabel profitabilitas karena
menurut Saidi (2004), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah
untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh
laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan
nilai perusahaan menjadi lebih baik sehingga penting untuk diteliti lebih lanjut.
penelitian ini menggunakan sampel sektor manufaktur dengan metode perposive
sampling agar lebih konsisten dalam kategori suatu perusahaan. Pemilihan sampel
di sektor ini karena semakin besarnya tuntutan dari stakeholder mengenai
kepastian risiko yang ditanggung oleh stakeholder pada perusahaan manufaktur.
Perusahaan manufaktur juga pasti memiliki banyak tenaga ahli yang mempunyai
potensi luar biasa dan sudah sampai sejauh mana perlakuan terhadap intellectual
capital ini karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang
kegiatannya meliputi masyarakat banyak. Selanjutnya bidang kerja Perusahaan
manufaktur meliputi pada untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai
ke produksi dengan teknologi tinggi, atau dengan kata lain perusahaan manufaktur
merupakan dunia industri, di mana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam
skala yang besar. Karena sebab itulah pengungkapan IC, profitabilitas, dan ERM
sangat penting guna melihat nilai perusahaan. Perbedaan selanjutnya pada tahun
penelitian, periode penelitian sebelumnya 2010-2014 sedangkan pada penelitian
ini menggunakan periode penelitian tahun 2015-2017. Dengan menambahkan
perbedaan pada penelitian sebelumnya diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengungkapan
Enterprise Risk Management, Pengungkapan Intellectual Capital Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan”

3
IV. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pengungkapan enterprise risk management berpengaruh
terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah pengungkapan intellectual capital berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

V. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris :
1. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan enterprise risk
management terhadap nilai perusahaan
2. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan intellectual capital
terhadap nilai perusahaan.
3. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

VI. MANFAAT PENELITIAN


Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berupa
bukti empiris mengenai faktor-faktor apa saja yang mempunyai
pengaruh dalam nilai perusahaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
berupa pengetahuan bagi berbagai macam pihak mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

4
VII. TINJAUAN PUSTAKA
7.1. Stakeholder Theory
Kemakmuran suatu perusahaan sangat bergantung kepada dukungan dari
para stakeholdernya. Stakeholder diartikan sebagai pemangku kepentingan yaitu
pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung
terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan (Ayudia, 2017).
Menurut Ghozali dan Chariri (2007) stakeholder theory menyatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan
perusahaan, namun juga harus memberikan manfaat bagi stakeholder (pemegang
saham, kreditor, konsumen, pemasok, analis, karyawan, pemerintah, dan pihak
lain seperti masyarakat yang merupakan bagian dari lingkungan sosial).
Menurut Sunitha, dkk (2017) tujuan utama dari teori stakeholder adalah
untuk membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai
sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan meminimalkan
kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stakeholder theory
menyatakan kepentingan tidak hanya ada pada pemilik atau manajemen
perusahan, namun kepentingan juga dimiliki oleh para pemangku kepentingan
yang lain yang ikut berkontribusi pada perusahaan. Maka dari itu, perusahaan
akan bereaksi dengan melakukan aktivitas-aktivitas pengelolaan yang baik dan
maksimal atas sumber-sumber ekonomi untuk mendorong kinerja keuangan dan
nilai perusahaan sesuai dengan harapan para stakeholder (Sunitha, dkk. 2017).

7.2. Signalling Theory


Menurut Sunitha, dkk (2017) menyatakan bahwa Signalling theory
menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan bagi
keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Menurut Wahyu Widarjo (2011)
Signaling theory mengindikasikan bahwa perusahaan akan berusaha untuk
menunjukkan sinyal berupa informasi positif kepada investor potensial melalui
pengungkapan dalam laporan keuangan. Menurut Puspitasari (2017) menyatakan
Informasi financial dan informasi nonfinancial yang terdapat dalam annual report
dapat dijadikan sebagai signal bagi pihak eksternal perusahaan. Berdasarkan

5
definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Signaling theory menuntut
perusahaan untuk mengungkapkan informasi baik informasi financial maupun
nonfinancial dalam upaya memberikan sinyal positif bagi pihak eksternal
perusahaan untuk pengambilan keputusan.

7.3. Pengungkapan Enterprise Risk Management


7.3.1 Pengertian Pengungkapan
Kata disclosure (pengungkapan) memiliki arti tidak menutupi atau tidak
menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan
data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut
harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari
pengungkapan tersebut tidak akan tercapai (Ghozali dan Chariri, 2007:377).
Menurut Hendriksen dan Breda (2002:428) pengungkapan dalam pelaporan
keuangan dapat didefinisikan sebagai penyajian informasi yang diperlukan untuk
mencapai operasi yang optimum dalam pasar modal yang efisien. Menurut Daniel
(2013) menyatakan secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam
proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh
statemen keuangan. Disclosure yang luas dibutuhkan oleh para pengguna
informasi khususnya investor dan kreditor namun tidak semua informasi
perusahaan diungkapkan secara detail dan transparan.
Menurut Daniel (2013) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan, yaitu:
1. Tingkat memadai (adequate disclosure) merupakan tingkatan minimum
yang harus dipenuhi agar laporan keuangan secara keseluruhan tidak
menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang terarah.
2. Tingkat wajar atau etis (fair or ethical disclosure) adalah tingkat yang
harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan
informasional yang sama.
3. Tingkat penuh (full disclosure) menuntut penyajian secara penuh semua
informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang terarah.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
merupakan penyajian informasi menyangkut informasi keuangan dan
nonkeuangan, yang mana pengungkapan tersebut harus disajikan secara wajar
agar informasi yang disampaikan tidak menyesatkan dan dapat dijadikan sebagai

6
pengambilan keputusan yang tepat bagi para pemangku kepentingan. Informasi
yang penyajian rincian terlalu banyak justru akan mengaburkan informasi yang
signifikan dan menimbulkan kontroversi, sehingga laporan keuangan menjadi
sulit untuk dipahami, oleh karena itu pengungkapan yang tepat mengenai
informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya bersifat
cukup, wajar dan lengkap.

7.3.2. Jenis-jenis Pengungkapan


Menurut Daniel (2013) menjelaskan bahwa informasi yang diungkapkan
dalam laporan keuangan tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pengungkapan wajib (mandatory discosure) dan pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure). Adapun penjelasan mengenai kedua pengungkapan
tersebut sebagai berikut :
1. Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan
minimum mengenai informasi yang harus diungkapkan oleh perusahaan.
Komponen dari pengungkapan wajib terdiri dari statemen keuangan
(financial statements), catatan atas statemen keuangan (notes to financial
statements), dan informasi pelengkap (supplementary information).
2. Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang
diungkap oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku
sehingga perusahaan bebas memilih jenis informasi yang diungkapkan.

7.4 Pengertian Risiko


Menurut Fahmi (2011) Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan
ketidakpastian tentang sesuatu keadaaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan
suatu kejadian yang tidak disukai atas hasil yang diharapkan yang dapat
merugikan suatu entitas.

7
7.5 Jenis-jenis Risiko
Menurut Vernon A Musselman dan John H. Jackson (1992:133-134)
menyatakan ada dua jenis risiko, yaitu: spekulatif dan murni.
1. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif ialah penyingkapan (exposures) yang bisa
mengakibatkan adanya kemungkinan untung rugi. Menurut Fahmi
(2011:6) risiko murni dapat dikelompokan pada 4 (empat) tipe risiko
yaitu :
a. Risiko Pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di
pasar. Contohnya harga saham mengalami penurunan sehingga
menumbulkan kerugian.
b. Risiko kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party
gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya
timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat.
c. Risiko likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas. Contohnya kepemilikan kas menurun,
sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan
perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
d. Risiko operasional, merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contohnya terjadi
kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.

2. Risiko Murni (Pure risk)


Risiko Murni (Pure risk) hanya menyangkut suatu peluang untuk
rugi. Disini terdapat suatu ketidakpastian tentang apakah akan terjadi
kerusakan. Menurut Fahmi (2011:5-6) risiko murni dapat dikelompokan
pada 3 (tiga) tipe risiko yaitu:
a. Risiko aset fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya
kerugian pada aset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contohnya
kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll.

8
b. Risiko karyawan, merupakan risiko karena apa yang dialami oleh
karyawan yang bekerja diperusahaan/organisasi tersebut. Contohnya
kecelakaan kerja hingga aktivitas perusahaan terganggu.
c. Risiko legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Contohnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya
persoalan seperti ganti kerugian.

7.6 Pengertian Enterprise Risk Management


Committee of Sponsoring Organizationsof the Treadway Commission
(2004) mendefinisikan Enterprise Risk Management (ERM) sebagai proses
yang dipengaruhi oleh Board of Directors, manajemen, dan personil lain
dalam entitas, diaplikasikan pada pembentukan strategi dan pada seluruh
bagian perusahaan, dirancang untuk mengidentifikasi kejadian potensial
yang dapat mempengaruhi entitas, dan mengelola risiko selaras dengan
risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan yang wajar terhadap
pencapaian sasaran dari entitas. Menurut Fahmi (2011:2) manajemen risiko
adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu
organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan
yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara
komprehensif dan sistematis.
Menurut Oka dan Prima (2017) pengelolaan risiko merupakan bagian
dari strategi bisnis secara keseluruhan dan dimaksudkan untuk berkontribusi
melindungi dan meningkatkan nilai pemegang saham. Berdasarkan definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa enterprise risk management merupakan
strategi perusahaan dalam pengelolaan risiko yang akan terjadi dimasa yang
akan datang, yang melibatkan anggota perusahaan dalam rangka
memberikan keyakinan penuh terhadap tujuan perusahaan.

9
7.7 Manfaat Enterprise Risk Management
Menurut Fahmi (2011:3) dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu
perusahaan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil
setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati
(prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai
keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-
pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnya kerugian dari segi finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept)
yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun
arah dan mekanisme secara suistinable (berkelanjutan).

7.8 Pengertian Pengungkapan Enterprise Risk Management


Menurut Enesti (2013) risk management disclosure dapat diartikan sebagai
pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau
pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang
berkaitan di masa mendatang. Sedangkan menurut Puspitasari (2017)
mengemukakan ERM disclosure adalah informasi yang berkaitan dengan
komitmen suatu perusahaan dalam mengelola risiko.
Menurut Sunitha, dkk (2017) menyatakan bahwa pengungkapan ERM
merupakan informasi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dan
mengungkapkan dampaknya terhadap masa depan perusahaan. Pengungkapan
ERM dapat membantu pihak perusahaan untuk menginformasikan kepada pihak
eksternal perusahaan terkait risiko perusahaan yang sangat kompleks.

10
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
enterprise risk management merupakan informasi yang diungkapkan perusahaan
mengenai pengelolaan risiko beserta dampak yang akan terjadi dimasa yang akan
datang. Pengungkapan ERM yang berkualitas tinggi pada suatu perusahaan
memberikan dampak positif terhadap persepsi pelaku pasar (Baxter, 2013).
Maksud dari positif yang dimiliki oleh pelaku pasar atas perusahaan adalah
perusahaan akan mendorong para pelaku pasar untuk memberikan harga yang
tinggi pada perusahaan tersebut sehingga nilai perusahaan akan menjadi
tinggi.

7.9 Pengungkapan Intellectual Capital


7.9.1 Pengertian Intellectual Capital
Menurut Moeheriono (2012:305) mendefinisikan intellectual capital adalah
pengetahuan (knowledge) dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu kolektivitas
sosial, seperti sebuah organisasi komunitas intelektual, atau praktik profesional
serta intellectual capital mewakili sumber daya yang bernilai tinggi dan
berkemampuan untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan. Menurut
Sangkala (2006:7) pengertian modal intelektual tidak hanya terkait dengan materi
intelektual yang terdapat dalam diri karyawan perusahaan seperti pendidikan dan
pengalaman. Modal intelektual juga terkait dengan materi atau asset perusahaan
yang berbasis pengetahuan, atau hasil dari proses pentransformasian pengetahuan
yang dapat berwujud aset intelektual perusahaan. Menurut Widarjo (2011)
medefinisikan modal intelektual sebagai informasi dan pengetahuan yang
diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Sedangkan menurut
Sunitha, dkk (2017) menyatakan IC merupakan sumber daya potensial yang dapat
menciptakan nilai tambah dan dapat memaksimalkan perusahaan. Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa IC adalah sumber daya yang
didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu organisasi
seperti pendidikan dan keahlian karyawan yang dapat menciptakan nilai
tambah bagi perusahaan.

11
7.9.2 Pengertian Pengungkapan Intellectual Capital
Menurut Sunitha, dkk (2017) pengungkapan IC merupakan salah satu
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yang bisa menjadi sinyal positif
bagi perusahaan kepada pengguna informasi. Pengungkapan IC merupakan salah
satu informasi relevan untuk mengurangi asimetri informasi antara emiten dengan
berbagai partisipan di pasar modal.
Ihyaul Ulum (2009:148) menyatakan disclosure intellectual capital dalam
suatu laporan keuangan sebagai salah suatu cara untuk mengungkapkan bahwa
laporan tersebut menggambarkan aktifitas perusahaan yang kredibel, terpadu
(kohesif) serta true and fair.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengungkapan IC
merupakan informasi yang diungkapkan oleh perusahaan mengenai sumber daya
yang dimiliki perusahaan yang dapat menciptakan nilai perusahaan.
Pentingnya IC dalam menciptakan nilai tambah dan mendorong kinerja keuangan
menyebabkan stakeholder sangat berminat untuk mendapatkan informasi tentang
kepemilikan dan pengelolaan IC suatu perusahaan. Kelompok stakeholder inilah
yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan
kepemilikan dan pengelolaan IC (Sunitha, dkk 2017).

7.9.3 Klasifikasi Intellectual Capital


Menurut Sunitha, dkk (2017) modal intelektual pada umumnya
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Modal Manusia (Human Capital)
Nilai para karyawan ditentukan dari kemampuannya dalam
mengaplikasikan keterampilan dan keahlian mereka. Modal insani adalah
gabungan kapabilitas insani di suatu organisasi untuk memecahkan
permasalahan bisnis. Modal insani bersifat melekat pada diri manusia
dan tidak bisa dikatakan menjadi milik organisasi. Artinya, modal insani
bisa turut pergi meninggalkan organisasi ketika orang-orangnya pergi.
Modal insani juga meliputi seberapa efektif suatu organisasi
menggunakan sumber daya insaninya sebagai dalam ukuran semisal
kreativitas dan inovasi.

12
2. Modal Struktural (Structural Capital)
Modal struktural adalah Infrastruktur pendukung, proses dan basis data
organisasi yang memungkinan modal insani dalam menjalankan
fungsinya. Modal struktural juga meliputi perihal seperti gedung,
perangkat keras, perangkat lunak, proses, paten, dan hak cipta. Tidak
hanya itu, modal struktural juga meliputi perihal seperti citra organisasi,
sistem informasi, dan hak milik basis data. Karena keberagamannya ini,
maka modal struktural bisa diklasifikasikan lebih jauh lagi menjadi
modal inovasi, proses, dan organisasi.
3. Modal Relasional (Relational Capital)
Modal Relasional adalah modal yang terdiri dari perihal yang bisa
dengan jelas teridentifikasi seperti hak cipta, perizinan, waralaba,
namun juga bisa meliputi perihal yang tidak tampak konkret seperti
interaksi dengan pelanggan dan hubungan antar manusia.

7.10. Profitabilitas
7.10.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba yang dapat digunakan dalam keberlangsungan usahanya.
Profitabilitas juga di gambarkan sebagai prestasi dari sebuah perusahaan karena
profitabilitas dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas evektifitas pengelolan
suatu badan usaha (Ayu dan Suarjaya, 2017). Suatu perusahaan harus berada
dalam keadaan yang menguntungkan, tanpa adanya keuntungan maka, perusahaan
sulit untuk melanjutkan usahanya. Jadi perhitungan profitabilitas dimaksudkan
untuk mengetahui sampai seberapa jauh manajemen perusahaan mengendalikan
usaha secara efisisen.
Menurut Saidi (2004), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah
untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh
laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan
nilai perusahaan menjadi lebih baik. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran
yang akan dicari adalah laba dan pengembalian atas investasi perusahaan.
Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain

13
profitabilitas perusahaan itu sendiri. Adapun manfaat profitabilitas yaitu untuk
mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode,
mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dan tahun sekarang,
mengetahui perkembangan laba dari tahun ke tahun, mengetahui besarnya laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri dan mengetahui produktivitas dari
seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal
sendiri. Menurut Houston (2006) rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja
operasi. Rasio profitabilitas atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi
margin laba dari aktivitas operasi yang dilakukan perusahaan. Rasio profitabilitas
akan menunjukkan efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil
operasi.

7.11 Nilai Perusahaan


7.11.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Menurut Margaretha (2011:5) nilai perusahaan adalah apabila
perusahaan yang sudah go public tercermin dalam harga pasar saham
perusahaan, sedangkan nilai perusahaan yang belum go public nilainya terealisasi
apabila perusahaan akan dijual (total aktiva dan prospek perusahaan, ririko
usaha, dan lingkungan usaha dan lain-lain).
Menurut Harmono (2011:50) nilai perusahaan merupakan refleksi penilaian
oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara rill yang dapat diukur melalui
harga saham di pasar. Menurut Andri dan Hanung (2007) menyatakan bahwa nilai
perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham,
nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Menurut Hamidah,
dkk (2015) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai jual sahamnya maka nilai
perusahaan akan tinggi. Semakin tinggi nilai perusahaan maka akan semakin
terjamin kesejahteraan dan kemakmuran dari para pemegang sahamnya. Dan
semakin banyak pula investor yang akan bersedia menginvestasikan uangnya di
perusahaan tersebut. Akan tetapi untuk meningkatkan nilai perusahaan tentu
akan banyak menemui kendala baik itu dari luar perusahaan maupun dari dalam
perusahaan itu sendiri. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
perusahaan adalah nilai yang tercermin dan dapat diukur berdasarkan harga

14
saham dipasar, dimana semakin tinggi nilai pasar atau harga saham makan akan
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi para stakeholder.

VIII. Penelitian Terdahulu


Penulis merujuk pada beberapa penelitian terdahulu yaitu:
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
(Tahun)
1 Sunitha, dkk Pengaruh Analisis Pengungkapan
(2017) pengungkapan regresi enterprise risk
enterprise risk berganda management dan
management dan pengungkapan IC
pengungkapan berpengaruh positif
intellectual dan signifikan pada
capital terhadap nilai perusahaan
nilai Perusahaan
2 Hanafiah Pengaruh ukuran Analisis ukuran perusahaan,
(2014) perusahaan, jenis regresi linear jenis industri,
industri, tingkat berganda tingkat leverage,
leverage, dan dan profitabilitas
profitabilitas berpengaruh secara
Terhadap signifikan simultan
pengungkapan pada pengungkapan
risiko risiko

3 Ayu dan Pengaruh Analisis Struktur modal


Wirajaya Struktur Modal, regresi linear berpengaruh negatif
(2013) Profitabilitas berganda dan signifikan pada
Dan Ukuran nilai perusahaan,
Perusahaan Pada profitabilitas
Nilai Perusahaan berpengaruh positif

15
dan signifikan pada
nilai perusahaan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
pada nilai
perusahaan.
4 Pamungkas dan Pengaruh Analisis Intellectual Capital
Maryati (2017) enterprise risk regresi linear Disclosure (ICD)
management berganda dan Debt To Aset
Disclosure, Ratio (DAR)
intellectual berpengaruh
capital terhadap Nilai
disclosure dan Perusahaan.
Debt to aset Namun, Enterprise
ratio terhadap Risk Management
nilai perusahaan Disclosure (ERMD)
tidak berpengaruh
terhadap Nilai
Perusahaan.
5 Sanjaya dan Pengaruh Analisis ERM dan variabel
Linawati (2015) Penerapan regresi linear kontrol yang terdiri
Enterprise Risk berganda dari ukuran
Management dan perusahaan serta
Variabel Kontrol leverage
Terhadap Nilai berpengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
nilai perusahaan.

16
IX. Kerangka Pemikiran
Secara diagramatis dari beberapa faktor pengaruh pengungkapan Enterprise
Risk Management, pengungkapan Intellectual Capital dan Profitabilitas terhadap
nilai Perusahaan.
Untuk mengetahui hal tersebut kerangka pemikiran penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Enterprise Risk
Management
(X1 )
(+)

Intellectual Capital Nilai Perusahaan


(X2) (Y)
(+)

Profitabilitas (+)
(X3 )

17
X. Hipotesis Penelitian
10.1. Pengaruh Pengungkapan Enterprise Risk Management Terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut Ghozali dan Chairiri (2007) Stakeholder Theory menyatakan
bahwa dalam suatu perusahaan informasi merupakan hal yang sangat penting,
terlebih lagi mengenai informasi keuangan maupun nonkeuangan. Manajemen
selaku pemangku tanggung jawab dalam perusahaan sudah seharusnya
mempersiapkan informasi yang dibutuhkan bagi pemanggku kepentingan
(stakeholders). Stakeholders selaku pemangku kepentingan tentu saja ingin
mengetahui bagaimana aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan sehingga
dapat meminimalisir resiko yang akan terjadi seperti kerugian yang akan terjadi
(Baxter, 2013).
Penelitian terkait pengungkapan enterprise risk management terhadap nilai
perusahaan pernah dilakukan oleh Hirza, (2016), Sunitha, dkk (2017), Handayani,
(2017). Hasil penelitiannya selaras dengan peneliti sebelumnya, yakni
pengungkapan enterprise risk management berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
ERM merupakan salah satu informasi yang diperlukan oleh stakeholder,
didalamnya terdapat informasi mengenai pengelolaan risiko dan implementasi
ERM dalam suatu perusahaan dapat membantu mengontrol akivitas manajemen
sehingga perusahaan dapat meminimalisasi terjadinya kecurangan yang dapat
merugikan perusahaan dan stakeholders (Sunitha, dkk 2017). Pengungkapan ERM
merupakan informasi mengenai pengelolaan risiko, yang dimulai dari dugaan
risiko yang akan terjadi, langkah yang diambil atas risiko tersebut dan dampaknya
bagi perusahaan pada masa yang akan datang. ERM yang tinggi menggambarkan
adanya tata kelola risiko perusahaan yang baik, termasuk juga memastikan
pengendalian internal perusahaan tetap terjaga dan pengungkapan ERM yang
berkulitas tinggi pada perusahaan memberikan dampak positif terhadap persepsi
pelaku pasar (Handayani, 2017). Pengungkapan enterprise risk management
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena pengungkapan enterprise
risk management sangat penting untuk menaikkan nilai perusahaan di mata
investor dan adanya ERM dalam perusahaan dapat dijadikan pengontrol aktivitas

18
manajemen perusahaan untuk meminimalisir kecurangan dan risiko kerugian pada
perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis bahwa :
H1: Pengungkapan Enterprise Risk Management Berpengaruh Positif Terhadap
Nilai Perusahaan.

10.2. Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Nilai


Perusahaan
Menurut Miller dan whiting (2005) signalling theory menyatakan bahwa
pengungkapan sukarela mengenai intellectual capital memungkinkan investor dan
stakeholder menjadi lebih baik dalam menilai kemampuan perusahaan dimasa
depan, melakukan penilaian yang tepat terhadap perusahaan dapat mengurangi
persepsi resiko serta meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Ihayul Ulum
(2009:148) Intellectual capital dalam suatu laporan keuangan sebagai salah suatu
cara untuk mengungkapkan bahwa laporan tersebut menggambarkan aktifitas
perusahaan yang kredibel, terpadu. Dari perspektif strategi, intellectual capital
dapat digunakan untuk menciptakan dan menggunakan knowledge untuk
memperluas nilai perusahaan.
Penelitian terkait pengungkapan intellectual capital terhadap nilai
perusahaan pernah dilakukan oleh Widarjo (2011), Sirojudin dan Ietje (2014),
Sunitha, dkk (2017). Hasil penelitiannya selaras dengan peneliti sebelumnya,
yakni pengungkapan intellectual capital berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Pengungkapan IC merupakan salah satu pengungkapan informasi
nonfinancial yang juga sangat penting bagi para stakeholders. Modal intelektual
(IC) adalah seluruh aset pengetahuan yang dibedakan ke dalam stakeholder
resources (hubungan stakeholder dan sumberdaya manusia) dan structural
resources (infrastruktur fisik dan infrastruktur virtual) yang berkontribusi
signifikan dalam meningkatkan posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi
pihak-pihak yang berkepentingan (Issabella 2015). Pentingnya IC dalam
menciptakan nilai tambah dan mendorong kinerja keuangan menyebabkan
stakeholder sangat berminat untuk mendapatkan informasi tentang kepemilikan
IC suatu perusahaan (Sunitha, dkk. 2017). Perusahaan memiliki motivasi untuk

19
mengungkapkan IC secara sukarela dengan harapan bahwa informasi tersebut
dapat menginterpretasikan sebagai upaya perusahaan dalam memaksimalkan
kinerjanya, pemaksimalan kinerja ini akan menjadi persepsi positif bagi para
stakeholders (Widarjo, 2011). Pengungkapan IC yang mengandung nilai positif
akan mendorong perubahan dalam volume perdagangan saham karena pelaku
pasar cenderung akan membayar lebih tinggi saham perusahaan yang memiliki IC
yang lebih sehingga nilai perusahaan akan meningkat (Sirojudin dan Ietje, 2014).
Pengungkapan intellectual capital berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan karena pengungkapan intellectual capital sangat penting dengan
harapan bahwa informasi tersebut dapat menginterpretasikan sebagai upaya
perusahaan dalam memaksimalkan kinerjanya dan berdampak pada nilai
perusahaan itu sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis bahwa :
H2: Pengungkapan Intellectual Capital Berpengaruh Positif Terhadap Nilai
Perusahaan

10.3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan


Menurut Jensen dan Meckling (1976) perspeksif teori sinyal menekankan
bahwa perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan memberikan
sinyal kepada investor melalui pelaporan informasi terkait kinerja perusahaan
sehingga dapat memberikan gambaran prospek usaha dimasa datang. Menurut
Risqia, dkk (2013) profitabilitas menunjukan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi investor dimana kemampuan
tersebut akan menentukan seberapa pertumbuhan profitabilitas dari setiap periode
dianggap sebagai sinyal positif oleh investor terkait kinerja perusahaan.
Penelitian terkait profitabilitas terhadap nilai perusahaan pernah dilakukan
oleh Martini, dkk (2014), Garmayuni (2015), Ayu dan Suarjaya (2017). Hasil
penelitiannya selaras dengan peneliti sebelumnya, yakni pengungkapan
profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya
perusahaan untuk menghasilkan laba bagi investor. Profitabilitas di anggap
penting karena sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan suatu
perusahaan sehingga dapat di jadikan acuan untuk menilai perusahaan

20
(Garmayuni, 2015). Semakin tinggi angka profitabilitas yang tercantum dalam
laporan keuangan perusahaan berarti semakin baik kinerja keuangan perusahaan
maka akan mencerminkan kekayaan investor yang semakin besar dan prospek
perusahaan kedepan dinilai menjanjikan (Ayu dan Suarjaya, 2017).
Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena
profitabilitas menggambarkan keadaan laporan keadaan keuangan perusahaan di
masa sekarang yang di gunakan untuk kinerja masa depan perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis bahwa :
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

21
XI. METODELOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data yang berbentuk
angka pada analisis statistik, sedangkan menurut eksplanasinya, penelitian ini
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis. Berdasarkan tingkat penjelasan
dari kedudukan variabelnya maka penelitian ini bersifat asosiatif kausal, yaitu
penelitian yang mencari hubungan (pengaruh) sebab akibat, yaitu variabel
independen/bebas (X) terhadap variabel dependen/terikat (Y). Dalam penelitian
ini, variabel dependennya adalah nilai perusahaan dan independennya
pengungkapan enterprise risk management, intellectual capital dan profitabilitas
yang dilakukan pengujian dengan menggunakan model analisis regresi liniear
berganda, alat pengolahan data statistik dalam penelitian ini dengan berbantuan
komputer yaitu SPSS, dengan tingkat signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan
95%.

2. Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
atau dokumenter, yaitu laporan tahunan (annual report) pada tahun 2015 s.d. 2017
dari perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek Indonesia.

3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
bursa efek Indonesia tahun 2015 s.d. 2017. Tahap selanjutnya adalah pengambilan
sampel dengan kriteria Penyampelan menggunakan metode purposive sampling
dengan kreteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun
2015-2017.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan (annual report) selama
periode pengamatan tahun 2015-2017.
3. Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait dengan variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam rupiah.

22
5. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan
dimana perusahaan ini mendapatkan laba bersih positif selama periode
2015-2017.

4. Metode Pengumpulan Data


Untuk menunjang landasan teori penelitian dan mendapatkan data-data yang
diperlukan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa studi
dokumentasi, dengan menggunakan nama-nama perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2015 s.d. 2017. Data perusahaan diperoleh dari situs
masing-masing perusahaan selanjutnya pengambilan data perusahaan berupa
annual report pada situs bursa efek indonesia yakni www.idx.go.id. Selain itu
penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu
metode pengumpulan data mengenai hal hal yang berkaitan dengan penelitian
yang di peroleh dengan cara membaca buku buku, skripsi, jurnal dan tesis.
Metode ini di gunakan untuk memperoleh landasan dan konsep dalam penelitian
ini.

5. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dapat dipengaruhi oleh
variabel bebas atau variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar yang mampu
memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara maksimum jika harga
saham perusahaan meningkat. Proksi dari nilai perusahaan yang digunakan adalah
Tobin’s Q. Nilai Tobin’s Q untuk perusahaan yang rendah yaitu antara 0 sampai 1
menunjukkan bahwa biaya penggantian aktiva perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan nilai pasar perusahaan tersebut yang berarti pasar menilai
kurang perusahaan tersebut. Nilai Tobin’s Q untuk perusahaan yang tinggi yaitu
lebih dari 1menunjukkan bahwa nilai perusahaan lebih besar dibandingkan dengan
nilai aktiva perusahaan yang tercatat yang berarti masih ada beberapa aktiva
perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.

23
Modifikasi rumus Tobin’s Q versi menurut Klapper dan Love (2005) telah
digunakan secara konsisten karena disederhanakan pada berbagai simulasi.
Formulasi rumus Tobin’s Q versi Klapper dan Love (2005) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

𝑀𝐸+𝐷
Tobin’s Q =
𝑇𝐴
Keterangan :
Tobin’s Q : Nilai perusahaan
ME : Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar di akhir tahun
dengan harga penutupan saham (closing price) di akhir tahun
D : Nilai pasar hutang yang diperoleh dari hasil kewajiban lancar
dikurangi aset lancar ditambah kewajiban jangka panjang
TA : Total aset perusahaan

6. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah enterprise risk
management, intellectual capital dan pofitabilitas.

6.1. Enterprise Risk Management


Berdasarkan ERM Framework yang dikeluarkan COSO, terdapat
108 item pengungkapan ERM (Desender, 2009). Adapun rumus
pengungkapan ERM sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛


IPERM =
108

6.2. Intellectual Capital


Pengungkapan IC diproksikan dengan indeks IC disclosure sesuai
dengan dimensi pengungkapan IC yang digunakan oleh Singh dan
Zahn (2007). Indeks ini terdiri dari 81 item yang diklasifikasikan
kedalam enam kategori yaitu: karyawan, pelanggan, tenologi
informasi, proses, riset dan pengembangan, dan pernyataan strategis.

24
Pengukuran yang digunakan untuk menganalisis pengungkapan
pengungkapan IC dihitung dengan rumus berikut :

Σ𝑖𝑗 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚
ICDI =
Σ𝑖𝑗 𝐴𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚

Keterangan :
ICDI = IC Disclosure Index
∑ij Ditem = Total skor item IC yang diungkapkan
∑ij ADitem = Total item IC yang seharusnya diungkapkan

6.3. Profitabilitas
Menurut Margaretha (2014) bahwa rasio profitabilitas merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Menurut
Margaretha (2014) Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang
dapat digunakan untuk menilai dan mengukur posisi keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode,
namun saya hanya menggunakan rumus Return On Asset (ROA). ROA
biasa juga disebut sebagai ROI (Return On Investment). ROA
merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen
saham biasa) dengan aktiva atau ekuitas yang telah diinvestasikan
pemegang saham diperusahaan. Rumus yang digunakan adalah:

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥


ROA =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

7. Metode Analisis Data


Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan
mengelompokkanya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca. Analisis data
mempunyai tujuan, yakni meringkas dan menggambarkan data untuk populasi
dari mana sampel ditarik (Silalahi, 2009). Analisis data digunakan untuk menguji
penelitian atau hipotesishipotesis sebelumnya. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Sedangkan analisis data
dalam penelitian ini meliputi uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai persyaratan

25
hipotesis, deskriptif statistik, teknik analisis dan data pengujian hipotesisnya
menggunakan analisis regresi liniear berganda. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 22.0. Berikut ini akan dijelaskan
tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini .

8. Statistik Deskiptif
Statistik deskiptif memberikan gambaran atau deskipsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kuartosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011:19).

9. Uji Asumsi klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk memperoleh model regresi yang
menunjukan hubungan yang signifikan dan representatif. Ada 4 (empat) uji
asumsi klasik yang akan diujikan, yaitu:

9.1. Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011:160). Alat uji statistik
normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan kriterian pengujian yaitu :
a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal
b. Jika niali signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal dan hipotesis
yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:
Ho : Data residual berdistribusi normal.
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

9.2. Uji Heteroskedastisitas


Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006:125). Pengujian

26
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser (Ghozali,
2006: 125). Pada uji Glejser, nilai residual absolut diregresi dengan variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen,maka terdapat indikasi terjadi
heteroskedasitas.
9.3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi. Dalam model regresi yang
baik, seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel independen. Cara
mendeteksi keberadaan multikolinieritas dalam model regresi penelitian ini
mengikuti salah satu cara menurut Ghozali (2006) yaitu dengan melihat
nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Ukuran
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Dikatakan terdapat multikolinearitas apabila
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 atau
nilai VIF lebih dari 10.
9.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji Durbin-
Waston (DW test) hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel
independen (Ghozali, 2011:110).
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi ( r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

27
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 - dl < d ≤ 4
Tidak ada korelasi negative No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 dl
Tidak ada autokorelasi, Tidak ditolak du < d < 4 du
positif atau negative

10. Uji Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda (Multiple Linear Regression) dengan alasan bahwa variabel
independennya lebih dari satu. Analisis ini digunakan untuk menentukan
pengaruh antara nilai perusahaan dengan variabel-variabel independennya.
Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan persamaan
sebagai berikut :
Analisis Regresi Linier Berganda

NP = α + β1ERM + β2IC + β3PROF + ε


Keterangan :
NP = Nilai Perusahaan
α = Regresi yang diterima
ERM = Enterprise Risk Management
IC = Intellectual Capital
PROF = Profitabilitas
ɛ = Error term

28
Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel independen
dengan tingkat nilai perusahaan maka dilakukan pengujian-pengujian hipotesis
penelitian terhadap variabel-variabel dengan pengujian di bawah ini.

10.1. Koefisien determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) mengukur sejauh mana kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen, dengan nilai antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberi hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Nilai R2 digunakan dalam model penelitian
yang secara khusus meneliti permasalahan dalam lingkup tertentu.
Sedangkan nilai Adjusted R2 digunakan untuk model penelitian yang hasil
penelitiannya digunakan untuk menjelaskan fenomena pada lingkup yang
lebih umum. Sehingga penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 .

10.2. Uji Simultan ( Uji F )


Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Imam, 2011:98). Hasil uji F dapat dilihat pada tabel ANOVAa. Nilai
prob. F hitung terlihat pada kolom terakhir (sig.). Maka dapat dikatakan
bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak. Menurut (Ghozali,
2006), cara melakukan uji F adalah sebagai berikut :
Uji kelayakan model merupakan tahapan awal mengidentifikasi model
Membandingkan hasil besarnya peluang melakukan kesalahan (tingkat
signifikansi) yang muncul, dengan tingkat peluang munculnya kejadian
(probabilitas) yang ditentukan sebesar 5% atau 0,05 pada output, untuk
mengambil keputusan menolak atau menerima hipotesis nol (Ho):
a. Apabila signifikansi > 0.05 maka keputusannya adalah menerima H o,
dan menolak Ha.
b. Apabila signifikansi < 0.05 maka keputusannya adalah menolak H o
dan menerima Ha.

29
Membandingkan nilai statistik F hitung dengan nilai statistik F tabel:
a. Apabila nilai statistik F hitung < nilai statistik F tabel, maka Ho
diterima.
b. Apabila nilai statistik F hitung > nilai statistik F tabel, maka H o
ditolak.

10.3. Uji Statistik t


Uji ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2006). Uji statistik t ini digunakan untuk
menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial. Kesimpulan
yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi (α)
dengan ketentuan :
α> 5% : Menerima Ho
α< 5% : Menerima Ha

30
Daftar Pustaka

Andri, Rachmawati dan Hanung, Triatmoko. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi X Makassar.

Ayudia, Dwi Puspitasari. (2017). Analisis Pengaruh Enterprise Risk


Management Disclosure, Intellectual Capital Disclosure, dan Corporate
Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun
2012-2015). Skripsi, Universitas Lampung.

Ayu, Dea Putri dan Suarjaya, A.A. Gede. (2017). Pengaruh Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Mediasi pada Perusahaan Pertambangan. Jurnal
Manajemen Unud. Vol. 6, Hal. 1112-1138.

Baxter, R., J. C. Bedard, R. Hoitash, dan A, Yezegel. (2013). Enterprise Risk


Management Program Quality: Determinants, Value Relevance, and the
Financial Crisis. Contemporary Accounting Research. Vol. 30, Hal. 4.

Bringham, Eugene F. Dan Joel, F, Houston. (2006). Dasar-dasar Manajemen


Keuangan. Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Buku Satu. Edisi Sepuluh.
Jakarta: Salemba Empat.

Chen, M. C., S. J. Cheng, dan Y, Hwang. (2005). An Empirical Investigation of


the Relationship between Intellectual Capital and Firm’s Market Value
and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, Hal.
159-176.

Chyntia, Kartika Sanjaya dan Nanik, Linawati. (2015). Pengaruh Penerapan


Enterprise Risk Management dan Variabel Kontrol Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Manajemen Keuangan.Vol. 3, Hal. 52-57.

31
COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission),
(2004). Ernterprise Risk Management-Integrated Framework. America.

Desender, kurt dan Lafuente, Esteban. (2009). “The influence of board


composition, audit fees and ownership concentration on enterprise risk
management”. Paper.

Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Ary, Wirajaya. (2013). Pengaruh Struktur Modal,
Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556.

Enesti, Eka Putri. (2013). Pengaruh Komisaris Independen, Komite Manajemen


Risiko, Reputasi Auditor dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap
Pengungkapan Enterprise Risk Management (Dimensi COSO ERM
Framework). Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Garmayuni, Rindu Rika. (2015). The ffect of Intangible Asset, Financial


Performance and Financial Policies on the Firm Value. Internasional
Journal of Scientific and Techology Research. Vol. 4, Hal. 202-201.

Ghozali, Imam dan Anis, Chariri. (2007). Teori Akuntansi Semarang. Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro.

Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss.


Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

32
Hamidah, Hartini, dan Umi, Mardiyati. (2015). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, BI,
Profitabilitas, dan Risiko Finansial Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia. Vol. 6, Hal. 315-416.

Handayani, Bestari Dwi. (2017). Mekanisme CG, ERM, nilai perusahaan


perbankan. Jurnal Keuangan dan Perbankan.

Hanafi, M. Mamduh dan Abdul, Halim. (2009). Analisis Laporan Keuangan.


Edisi Keempat. Yogyakarta. UPP STIM YKPN

Haosana, Cincin. (2012). Pengaruh Return On Asset Dan Tobin’s Q Terhadap


Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Retail Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Hasanuddin Makassar.

Hardiyanti, Nia. (2012). Analisis Pengaruh Insider Ownership, Leverage,


Profitability, Firm Size dan Dividen Payout Ratio terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
tahun 2007-2010). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Harmono. (2011). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard


Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Cetakan Kedua. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Hendriksen, Eldon S. dan Michel, F. Van Breda. (2002). Teori Akuntansi. Batam:
Interaksara.

Herawati, Titin. (2012). Pengaruh Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang Dan


Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal. Universitas Negri
Padang.

33
Hermuningsih, Sri. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia.
Yogyakarta: University Of Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta.

Hery. (2015). Manajemen Resiko Bisnis (Enterprise Risk Management) “Every


Employee Is Risk Owner”. Jakarta: PT Grasindo.

Hirza, Muhammad. (2016). Dampak leverage terhadap profitabilitas pada


perusahaan Bakrie Group. Skripsi. Fakultas ekonomi dan majemen. Institut
Pertanian Bogor.

Ihyaul, Ulum. (2009). Intellectual Capital. Konsep dan Kajian Empiris.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Irham, Fahmi. (2011). Manajemen Risiko,Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Issabella, Octaviany G. (2015). Pengaruh Intellectual Capital Disclosure Terhadap


Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Tekun. VI. Hal, 96-111.

Jensen, M. C dan meckling, W.H. (1976). Theory of Firm: Managerial Behavior,


Signalling Theory. Journal of Financial Economic. Vol. 3, Hal. 305-560.

Jatmiko. (2015). Utang group Bakrie capai 90 Triliun setara 55 pendapatan negara
APBN, di akses dari Https://www.bareksa.com/id/teks/2014/10/13/utang-
group-bakrie-capai-90triliun-setara-55-pendapatan-negara-di-APBN/, pada
20 juli 2018.

Klapper, L. dan Love. (2005). Corporate Governance, Investor Protection and


Performance in Emerging Markets. World Bank Working Paper.

34
Margaretha, Farah. (2011).Manajemen Keuangan Untuk Manager nonkeuangan.
Jakarta: Erlangga.

Martini, Ni Nyoman G, Moeljadi, Djumbahir and Atim, Djuzali. (2004). Factors


Affecting Firms Value of Indonesia Public Manufacturing firms.
International Journal of Business and Management Invention. Vol. 3, Hal.
35-44.

Miller, J.C and R.H, Whiting. (2005). Voluntary disclosure of intellectual capital
and the hidden value. Journal of Economics Literature.

Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Musselman, Vernon. Dan John, H.Jackson. (1992). Introducion to Modern


Bussiness. Jakarta: Erlangga

Niko, Ulfandri Daniel. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan


Likuiditas Terhadap Luas Pengungkapan Laporan Keuangan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Artikel Penelitian. Universitas Negeri Padang.

Oka, Aditya, dan Prima, Naomi. (2017). Penerapan Manajemen Risiko


Perusahaan dan Nilai Perusahaan di Sektor Konstruksi dan Properti. Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Vol. 7, Hal. 167 – 180. P-ISSN: 2087-2038. E-
ISSN: 2461-1182.

Pamungkas, Achmad Sidiq, dan Maryati, Sri. (2017). Pengaruh Enterprise Risk
Management Disclosure, Intellectual Capital Disclosure dan Debt To
Asset Ratio Terhadap Nilai Perusahaan. Seminar nasional. IBI Darmajaya.

35
Rafiudin, Hanafiah. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Jenis Industri, Tingkat
Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Resiko. Jurnal
Ekonomi. Vol. 2, ISSN:2302-7169.

Rizqia, Dwita ayu. Aisjah, siti dan Sumiati (2013). Effect of Managerial
Oewrship, Financial Leverage, Profitabilitas, Firm Size and Investment
Opportunity on Dividen Policy and Firm Value. Jurnal Keuangan dan
Akuntansi. Vol. 4, Hal. 120-130.

Saidi. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan


manufaktur go public di BEJ tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 11, Hal. 44-58.

Sangkala. (2006). Intellectual Capital Manajemen. Jakarta: YAPENSI

Sartono, Agus. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi ke 4.


Yogyakarta: BPFE.

Singh, I, and M, V D Zahn. (2007). Does Intellectual Capital Disclosure Reduce


an IPO’s Cost of Capital. The Case of Underpricing. Journal of
Intellectual Capital, Vol. 8, Hal. 178-213.

Sirojudin, Gatot Ahmad dan Ietje, Nazarudin. (2014). Pengaruh Modal Intelektual
dan Pengungkapannya Terhadap Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol.15, Hal. 77-89.

Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Sunitha, Devi. I Gusti, Nyoman Budiasih dan I Dewa, Nyoman Bandera. (2017).
Pengaruh Pengungkapan Enterprise Risk Management dan Pengungkapan
Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia. Vol. 14, Hal. 20-45.

36
Widarjo, Wahyu. (2011). Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal
Intelektual Pada Nilai Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 8, Hal. 157-170.

37

Anda mungkin juga menyukai