Disusun Oleh :
1222000108
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang terus menerus dan persaingan yang semakin ketat antar perusahaan, yang
menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya agar dapat
bertahan dan mencapai tujuannya. Setiap bisnis memiliki tujuan yang sama yaitu
bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan. Menurut Hans (2016 : 126) tujuan
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan
Menurut Irhan Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
memberikan sinyal positif tentang prospek masa depan perusahaan dalam hal
perkembangan keuangan perusahaan, sehingga jika pertumbuhan laba meningkat
baik buruknya kondisi keuangan perusahaan yang mencerminkan kinerja suatu periode
waktu tertentu. Kinerja perusahaan biasanya diukur dengan laba bersih (laba) atau
metrik lain seperti pengembalian modal yang diinvestasikan atau laba per saham.
Menurut Hery (2016) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
pendapatan yang lebih baik. Hasil keuangan perusahaan juga meningkat, karena laba
dan hasil keuangan Perseroan untuk tahun tersebut. Laporan keuangan tahunan telah
disusun untuk kepentingan manajemen. Perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan
dengan informasi tersebut keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh
yang disajikan merupakan inti dari hasil keuangan sangat penting Investor dapat
baik. Mengukur kinerja keuangan dalam hal bottom line perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan matrik profitabilitas. Jika perusahaan sudah memiliki skor laba
yang baik, maka perusahaan tersebut harus mampu mengungguli perusahaan lain
Salah satu matrik kinerja keuangan adalah return on equity (ROE). ROE adalah
matrik yang mengukur laba bersih setelah pajak atas ekuitas. ROE diukur dari laba
bersih perusahaan dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Skor ROE yang tinggi
pemegang saham, sedangkan skor ROE yang tinggi juga menunjukkan kinerja
modalnya. Hal ini juga menunjukkan apakah pengelolaan sumber daya perusahaan baik
atau buruk sehingga perusahaan dapat bersaing dan menghasilkan keuntungan yang
maksimal.
yang luar biasa menuntut perusahaan saat ini untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan dengan mengelola sumber daya mereka sendiri. Agar
perusahaan dapat terus bertahan dalam dunia bisnis, perusahaan harus mengubah cara
kelola perusahaan dan definisi strategi bersaing. Daya saing tidak hanya didasarkan
pada kepemilikan barang-barang material, tetapi juga pada inovasi, sistem informasi,
manajemen organisasi, dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, isu-isu tersebut
menyebabkan perubahan dari paradigma lama yang berpusat pada physical capital
dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 19 (revisi 2000) tentang
aktiva tidak berwujud. Meskipun intellectual capital tidak secara eksplisit disebut
sebagai intellectual capital, ia mendapat perhatian lebih atau kurang. PSAK no. 19
Aktiva tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang diidentifikasi dan tidak memiliki
bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyerahan barang
atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Tujuan
utama ekonomi berbasis pengetahuan adalah penciptaan nilai tambah (Value Added).
Sementara itu, menciptakan nilai memerlukan pengukuran modal fisik (yaitu aset
modal struktural (Structural Capital) dan modal pelanggan (Customer Capital). Human
disajikan oleh karyawannya. Human capital adalah kombinasi dari warisan genetik
yang meliputi pendidikan, pengalaman dan perilaku dalam hidup dan bisnis. Structural
strategi, bagan organisasi, manual proses, rutinitas, dan segala sesuatu yang membuat
perusahaan lebih berharga daripada materinya. Customer capital, di sisi lain, adalah
informasi yang berkaitan dengan saluran pemasaran dan hubungan pelanggan di mana
Persaingan global yang ketat saat ini mendorong perusahaan untuk menarik
dari para investor, maka perusahaan berusaha untuk mencapai tujuannya yaitu
memperoleh keuntungan yang maksimal dengan cara meningkatkan efisiensi dan
menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al, 2005
keuangan perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti Iqbal
(2016) dengan hasil bahwa intellectual capital berpengaruh signifikan dan positif
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 - 2014; Nurhudha dan Suwarti (2015)
perusahaan yang diproksikan dengan ROE pada perusahaan manufaktur di BEI periode
2009 - 2013; Fajarini dan Firmansyah (2012) dengan hasil intellectual capital
LQ 45 periode 2006 - 2007; Pramelasari dan Prastiwi (2010) dengan hasil intellectual
capital tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan; Daud dan Amri
(2008) dengan hasil intellectual capital dan corporate social responsibility secara
(2008) dengan hasil intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian, periode waktu penelitian,
kita adalah ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan sisi
negatifnya adalah polusi, eksploitasi tenaga kerja, produk yang tidak sehat dan
konsumsi energi yang tidak bertanggung jawab. Banyak perusahaan yang mungkin
menerapkan CSR dengan baik, namun ada juga yang tidak memperhatikan aspek CSR
40 Pasal 74 Tahun 2007, yang mewajibkan perusahaan yang melakukan usaha yang
berkaitan dengan sumber daya alam untuk memikul tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
berfokus pada keuntungan finansial jangka pendek dan mengorbankan aspek sosial dan
lingkungan, hal ini dapat menimbulkan dampak yang sangat berbeda. Misalnya,
mengganggu operasi, hal ini dapat ditunjukkan melalui demonstrasi atau boikot.
Sedangkan untuk aspek lingkungan tidak hanya mendapat reaksi buruk dari
kinerja keuangan perusahaan juga telah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya,
seperti, Ariantini, dkk (2017) dengan hasil bahwa corporate social responsibility
(2016) dengan hasil bahwa corporate social responsibility berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan ROE pada
terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan ROE pada perusahaan
manufaktur di BEI periode 2008-2011. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada
objek penelitian, periode waktu penelitian, sampel penelitian dan variabel penelitian.
harus diikuti oleh perusahaan Indonesia. Prinsip dasar good corporate governance
condong terhadap berbagai model perilaku perusahaan yang diukur dengan laba,
hanya tercermin dalam penyajian nilai perusahaan sebagai tujuan utama berdirinya
perusahaan, tetapi juga bagaimana perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
perusahaan.
Di Indonesia banyak fenomena yang mencerminkan bahwa perusahaan masih
fiktif, dan fee proyek, misalnya, masih merajalela dalam banyak kasus, seperti operasi
portabel (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap pejabat DJKA di Jawa
Tengah belakangan ini. Untuk kasus lain, seperti Bank Century dan Bank Lippo, hal ini
memperkuat fenomena bahwa Indonesia masih relatif lemah dalam menerapkan good
corporate governance.
kinerja keuangan perusahaan juga telah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya
seperti, Ariantini, dkk (2017) dengan hasil good corporate governance yang
perusahaan secara parsial sedangkan secara simultan bersama intellectual capital dan
diproksikan dengan ROE; Wati (2012) dengan hasil good corporate governance
dan Tjondro dan Wilopo (2011) dengan hasil good corporate governance
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian,
Pemilihan variabel dalam penelitian ini harus dilihat dari perspektif tujuan
ukuran kinerja keuangan yang baik atau buruk dalam hal menghasilkan keuntungan.
keuangan perusahaan dan merupakan salah satu hal yang penting dalam proses
pengambilan keputusan investor, karena nilai ROE yang tinggi berarti pengembalian
Intellectual capital adalah aset tidak berwujud yang dimiliki setiap perusahaan.
Sumber daya manusia merupakan bagian dari intellectual capital yang dapat
Laba yang tinggi berarti perusahaan berhasil menjual barang atau jasa yang
dihasilkannya. Hal ini berkaitan dengan minat masyarakat umum untuk menggunakan
peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Kepedulian ini dapat membuat
orang merasa positif tentang perusahaan karena mereka merasa terbantu dan karenanya
Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat besar bagi calon investor dan
pemilik bisnis. Bagi calon investor, calon investor dapat menggunakan penelitian ini
perusahaan tersebut merupakan investasi yang baik atau tidak. Ketika sebuah
perusahaan memiliki skor intellectual capital yang baik, skor corporate social
responsibility yang baik, dan skor good corporate governance, itu pasti dapat
mempengaruhi laba perusahaan. Sehingga laporan keuangan yang baik dan dapat
modal intelektual bagi pengusaha baik, maka nilai corporate social responsibility yang
baik dan nilai good corporate governance yang baik juga dapat meningkatkan
keuntungan, sehingga pengusaha dapat meningkatkan modal untuk mencapai
perusahaan pelayaran memiliki tingkat keterikatan yang tinggi dengan tenaga kerja,
lingkungan dan sistem perusahaan yang ada. Kedua, kinerja keuangan perusahaan
sebagai variabel dependen dan intellectual capital, corporate social responsibility dan
good corporate governance sebagai variabel independen telah banyak dipelajari, dan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
perusahaan?
perusahaan?
perusahaan?
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
perusahaan.
keuangan perusahaan.
keuangan perusahaan.
depan.
depan.