Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis di era zaman sekarang, mengharuskan

suatu perusahaan agar dapat berkontribusi dengan baik dalam memajukan

perusahaannya agar tidak mudah jatuh atau mengalami kegagalan dan terus

berada dipuncak, perusahan harus sekuat tenaga untuk membangun kinerja

perusahaan dengan baik. Salah satu cara memajukan perusahaan dan

mempertahankan perusahaan agar tetap berada dipuncak ialah

meningkatkan SDM karyawan yang berada dilingkungan kerja atau

meningkatkan intelektual karyawan. Dalam mempertahankan dengan cepat

perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada tenaga

kerja (labour-based business), menuju bisnis yang berdasarkan pada

pengetahuan (knowledge-based business), sehingga karakteristik

perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan dengan

penerapan manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan

transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri sehingga modal

yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi menjadi lebih penting

(Sawarjuwono, 2003).

Perkembangan globalisasi dan teknologi mengharuskan perusahaan-

perusahaan untuk mampu bersaing diketatnya persaingan bisnis saat ini.


Menurut ( Faradina & Gayatri, 2016 ), cara perusahaan untuk bersaing yaitu

dengan mengubah cara mereka dalam menjalankan bisnisnya yang awalnya

didasarkan bekerja secara manual menuju bisnis yang didasarkan

pengetahuan gara dapat mengetahui cara menggunakan sumber daya secara

lebih efisien dan ekonomis yang akan memberikan bagi perusahaan. Hal ini

mengakibatkan intellectual capital ( modal intelektual ) menjadi salah satu

sumber kekayaan penting perusahaan karena di dalamnya terkandung

elemen penting, yaitu ilmu pengetahuan (Barokah, Wilopo & Nuralam,

2018).

Hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian intellectual capital

sebagai alat menentukan nilai perusahaan. Selain itu, intellectual capital

juga mempunyai hubungan dan peran nyata serta positif baik dalam strategi

dan operasional perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing,

sehingga manajemen perlu untuk menaruh perhatian dan mengelola

intellectual capital ( Rachmawati, 2012 ).

Intellectual Capital adalah bagian dari pengetahuan yang dapat

memberikan manfaat bagi perusahaan. Manfaat disini berarti bahwa

pengetahuan tersebut mampu menyumbangkan sesuatu atau memberikan

kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaan yang berada

bagi perusahaan. Berbeda berarti pengetahuan tersebut merupakan salah

satu faktor identifikasi yang membedakan suatu perusahaan dengan

perusahaan yang lain (Khori’ah, 2012).


Di Indonesia fenomena intellectual capital mulai berkembang setelah

munculnya pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 (revisi

2000) tentang aktiva tidak berwujud. PSAK No. 19 menjelaskan bahwa

aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi

dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam

menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak

lainnya, atau untuk tujuan administrative. Walau tidak dinyatakan secara

eksplisit namun dapat disimpulkan bahwa intellectual capital telah

mendapatkan perhatian yang semakin meningkat. Semakin meningkatnya

perhatian tersebut, berarti semakin meningkat kesadaran perusahaan

mengenai intellectual capital. Akan tetapi dalam dunia praktik, intellectual

capital masih belum dikenal luas di Indonesia. Oleh karena itu, jika

perusahaan mengacu pada bisnis berdasarkan pengetahuan maka

perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan

kompetitif yang diperoleh melalui inovasi kreatif yang dihasilkan oleh

Intellectual capital yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan yang memberikan layanan keuangan kepada semua sektor

masyarakat disebut dengan bank. Secara umum, fungsi utama bank adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan mengarahkannya kembali ke public.

Hal ini menunjukkan bahwa fungsi bank umum adalah memberikan layanan

dalam bisnis pembayaran. Mengingat pentingnya peran bank dalam

perekonomian dan dampak kegagalan usaha bank terhadap perekonomian,


maka perlu dilakukan serangkaian analisis untuk mengetahui permasalahan

dalam bisnis perbankan sehingga dapat memprediksi kegagalan bank dan

menjaga kesehatannya.

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 juga menegaskan

bahwa bank-bank di Indonesia memiliki hak untuk mengevaluasi kinerja

bank, yang dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangannya

untuk menentukan dan menerapkan strategi pengawasan bank. Kesehatan

bank dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif dengan mengevaluasi

kesehatan bank. Bagi bank, hasil akhir evaluasi kondisi bank dapat

digunakan sebagai alat untuk menentukan strategi bisnis kedepan. Peran

bank sebagai intermediasi menuntut kinerja keuangan yang sehat agar dapat

bertahan dan bersaing di industri perbankan sehingga mendorong

perkembangan industri perbankan. Perkembangan sektor ekonomi

Indonesia, dalam beberapa tahun ke depan berada dalam era pasar bebas,

industri perbankan khususnya bank komersial dan swasta Indonesia harus

menghadapi persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, perlu

mempertimbangkan strategi yang sesuai untuk industri perbankan ke depan,

yang nantinya dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh

keunggulan bersaing (Siamat, 2005).

Tingkat kesehatan suatu bank dapat dilihat dari beberapa indikator.

Variabel atau indikator yang digunakan sebagai dasar evaluasi adalah

laporan keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan, banyak rasio


keuangan yang biasa digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat

kesehatan bank dapat dihitung. Hasil analisis laporan keuangan dapat

digunakan untuk menjelaskan berbagai hubungan kunci dan tren. Serta

dapat memberikan dasar untuk mempertimbangkan potensi kesuksesan

perusahaan di masa depan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Fokusnya

adalah pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dalam

aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini adalah ROA

digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja bank. Alasan

dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja adalah Return on

asset digunakan untuk mengukur efektivitas bank dalam menggunakan

asetnya untuk menghasilkan laba. ROA adalah rasio antara laba sebelum

pajak dan total aset. Semakin besar RAO maka semakin baik kinerja

keuangannya, karena semakin tinggi tingkat pengembaliannya maka

semakin besar pula RAOnya maka semakin tinggi pula profitabilitas

perusahaan.

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia dari OJK dapat

diketahui bahwa terjadi fenomena pada perusahaan perbankan di Indonesia

dimana nilai RAO perusahaan perbankan sebagai berikut :


Tabel 1.1

Tabel efektivitas Bank menggunakan assetnya untuk menghasilkan

laba ( ROA ) Tahun 2018-2021

KETERANGAN 2018 2019 2020 2021

ROA 2,75% 2,27% 1,20% 1,87%

Sumber : (OJK, 2021)

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa data Statistik

Perbankan Indonesia dari OJK dapat diketahui bahwa terjadi fenomena

pada perusahaan perbankan di Indonesia di mana nilai ROA perusahaan

perbankan sebesar 2,75% pada tahun 2018 dan mengalami penurunan

kembali pada tahun 2018 sebesar 2,27% , dan pada tahun 2020 juga

mengalami penurunan sebesar 1,20%, dan pada tahun 2021 mengalami

sedikit peningkatan dari sebelumnya yaitu 1,87%. Hal ini berarti terjadi

grafik fluktuasi pada nilai RAO di perusahan tersebut. Penurunan ini

menandakan bahwa perusahaan semakin tidak efektif dalam mengelola

harta untuk menghasilkan laba. Sebagusnya perusahaan mengalami

peningkatan, sehingga kondisi tersebut menunjukkan efektivitas bank

menggunakan assetnya untuk menghasilkan pendapatan dan bisa menarik

perhatian para investor untuk bisa menanamkan sahamnya di perusahaan

tersebut ,Karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik pula
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Fenomena ini berbanding

terbalik dengan penelitian sebelumnya sehingga ini menarik untuk di teliti

Kembali.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh, Yuliastuti

Rahayu 2015 tentang pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan

perusahaan manufaktur, menunjukkan bahwa secara parsial modal

intelektual (VAIC), Value Added Human Capital (VAHU) dan Struktural

Capital Value Added (STVA) tidak signifikan mempengaruhi kinerja

keuangan. Namun secara simultan VACA, VAHU, dan STVA

mempengaruhi kinerja perusahaan.

Penelitian selanjutnya yang diteliti oleh (Bunga Ekawati Devi,

Khairunnisa, Eddy Budiono 2017) yaitu tentang pengaruh Intellectual

Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan (Studi kasus perusahaan

Elektornik, Otomotif, dan Komponen yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2011-2015). Menunjukkan bahwa secara persial

VACA dan STVA yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan. Sedangkan VAHU tidak memiliki pengaruh kinerja

keuangan perusahaan. Secara simultan komponen pembentuk Intellectual

Capital yaitu VACA, VAHU dan STVA memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Dan penelitian yang dilakukan oleh Wayan Anggara Wijaya, I Gusti

Bagus Wikusuma (2018) tengtang Pengaruh Intellectual Capital terhadap


kinerja Keuangan pada (Subsektor Industri Hotel, Restoran dan Pariwisata).

Menunjukkan bahwa Structural Capital Effisiensi (SCE) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Adapun yang membedakan penelitian sebelumnya adalah adalah

terletak pada objek penelitian, dan periode penelitian. Dalam penelitian ini

menggunakan dengan variabel independennya Value Added Capital

Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural

Capital Value Added (STVA), Kepemilikan manajerial, Ukuran Dewan

Komisaris dan Komisaris Independen dan variabel dependennya Return On

Asset (ROA), dengan objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018.

Berdasarkan Latar Belakang diatas, serta hasil penelitian terdahulu,

maka penelitian terikat untuk menguji kembali mengenai kinerja keuangan

perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga peneliti

dapat memberikan kontribusi terhadap teori maupun penelitian yang ada

selama ini sebaliknya. Selanjutnya alasan penulis mengambil judul ini

karena kinerja keuangan perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja

dalam periode tertentu. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan

maka peneliti tertarik untuk meneliti yang berjudul “Pengaruh Modal

Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2021”.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah modal manusia (VAHU) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan (ROA) ?

2. Apakah modal organisasi (STVA) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan (ROA) ?

3. Apakah modal pelanggan (VACA) berpengaruh terhadap kinerja

keuangan (ROA) ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh modal manusia (VAHU)

terhadap kinerja keuangan (ROA)

2. Untuk menganalisis pengaruh modal organisasi (STVA)

terhadap kinerja keuangan (ROA)

3. Untuk menganalisis pengaruh modal pelanggan (VACA)

terhadap kinerja keuangan (ROA)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfat yang bisa ditawarkan pada penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan

bahan referensin untuk dapat dilakukan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan

bagi karyawan perusahaan mengenai perencanaan kinerja

keuangan.

3. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan

langsung maupun tidak langsung mengenai pengaruh modal

manusia, modal organisasi, dan modal pelanggan terhadap kinerja

keuangan (ROA) suatu perusahaan.

4. Bagi Penulis

Sebagai sarana penambahan wawasan penulis dalam menerapkan

teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan kondisi

sebenarnya.

Ulum, I. 2009. Intellectual Capital: konsep dan kajian Empiris. Graha

Ilmu: Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. dan HErdiningtyas, W. (2005). Analisis Rasio CAMEL

terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan

Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 7(2), 131-147.

Barokah, S., Wilopo, & Nuralam, I. P. (2018). Pengaruh Intellectual Capital

Terhadap Finansial Performance (Studi Pada Perusahaan Sub Sektor

Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Tahun 2014-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|

Vol,55(1), 132-140.

Faradina, I., & Utama, A. . G. S. (2017). Pengaruh Intellectual Capital dan

Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahan. E-Jurnal Akuntansi, 15(2), 1623-1653.

Khori’ah , Kiki. 2012. “ Pengaruh Modal Intelektual terhadap kinerja

Keuangan Perusahaan serta Dampaknya terhadap Harga Saham.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

Maesyaroh, Siti dan Rahayu, Yuliastuti. 2015. Pengaruh Modal Intellectual

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di BEI. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.11. STIESIA

Surabaya.

OJK. (2021). 2021 Pasar Modal.


Rachmawati, D. A. A. 2012. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Return

On Asset (ROA) Perbankan. Jurnal Nominal. Vol. 1, N0. 1.

Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. “ Intellectual

Capital: Perlakuan, Pengukuran dan pelaporan.” Jurnal Akuntansi

dan Keuangan. Vol 5, No. 1, h.31-35.

Anda mungkin juga menyukai