Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PAJAK PENGHASILAN UMUM

Mata Kuliah: Perpajakan

Dosen Pegampu: Erny Luxy D. Purba, SE.,


M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 13
Pintamara Elmahtia Manurung 7213520021
Rizky Bayu Ananda 7211220011
Silvia Nahdah Abdar 7213520008
Theresia Hosana Gultom 7213220003

AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN 2022
DAFTAR ISI

BAB 1.............................................................................................................................................i

PENDAHULUAN........................................................................................................................ii

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................ii

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................ii

1.3 Tujuan............................................................................................................................ii

BAB II...........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN...........................................................................................................................3

2.1 Pengertian PPh Pasal 24.....................................................................................................3

2.2 Permohonan perkreditan pajak atas penghasilan luar negeri.......................................3

2.3 Penggabungan penghasilan................................................................................................4

2.4 Penentuan sumber penghasilan.........................................................................................5

2.5 Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan.....................................................................6

2.6 Pengurangan/pengembalian PPhluar negeri..................................................................10

2.7 pembetulan SPT karena perubahan penghasilan luar negeri......................................11

BAB III........................................................................................................................................12

KESIMPULAN...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Maju nya perekonomian Indonesia di tambah mudah nya akses ke luar negeri . maka
dewasa ini penghasilan dari luar negeri kian banyak ini mmenjadi suatu peluang bagi Negara
untuk mendapatkan pemasukan. Objek pajak ini akan di atur pemerintah dalam PPh pasal
24 .
Mungkin untuk sebagian besar masyarakat Indonesia masih enggan melaporkan seluruh
laba usahanya baik yang di dalam negeri maupun luar negeri. Banyak alasan yang diberikan
wajib pajak untuk tidak melaporkan usahanya. Sebenarnya dengan kita melaporkan usaha
kita terutama atas penghasilan dari Luar Negeri akan memberikan keuntungan bagi Wajib
Pajak Karena atas pajak yang sudah di bayar di Luar Negeri dapat dikreditkan pada kahir
tahun pelapoan SPT Tahunan Badan / Perorangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengerian pajak penghasilan pasal 24 ?
2. Bagaimana permohonan perkreditan pajak atas penghasilan luar negeri?
3. Bagaimana penggabungan penghasilan ?
4. Bagaimana penentuan sumber penghasilan?
5. Berapa besarnya kredit pajak yang diperbolehkan?
6. Bagaimana pengurangan/pengembalian PPhluar negeri?
7. Bagaimana pembetulan SPT karena perubahan penghasilan luar negeri ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pajak penghasilan pasal 24.
2. Untuk mengetahui permohonan perkreditan pajak atas penghasilan luar negeri
3. Untuk mengetahui penggabungan penghasilan terutang.
4. Untuk mengetahui penentuan sumber penghasilan
5. Untuk mengetahui besarnya kredit pajak yang diperbolehkan
6. Untuk mengetahui pengurangan/pengembalian PPhluar negeri
7. Untuk mengetahui pembetulan SPT karena perubahan penghasilan luar negeri
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang terutang atau dibayarkan diluar negeri atau
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap
pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.
Pengkreditan pajak pasal 24 ini dilakukan dengan syarat bahwa hutang pajak tersebut harus
dari sumber penghasilannya. Contohnya : Pajak dividen saham, hanya dapat di kreditkan bila
dipotong di Negara yang menerbitkan usaha tersebut.
Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang dapat
diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang terutang di luar
negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh  :
1. Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.
2. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini.

2.2 PERMOHONAN PERKREDITAN PAJAK ATAS PENGHASILAN LUAR


NEGERI
Menurut keputusan menteri keuangan No. 164/KMK.03/2002 tentang kredit pajak luar
negeri, untuk bisa melakukan pengkreditan pajak luar negeri. Wajib pajak harus
menyampaikan surat permohonan kepada Direktur. Jendral Pajak dengan dilampiri :
 Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
 Photo copy Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
2.3 PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Untuk memperhitungkan pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang
diterima wajib pajak dalam negeri, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, maka
seluruh penghasilan yang diperoleh tersebut bisa digabungkan.Tata cara pengambilan
penghasilan dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
1. Atas penghasilan dari kegiatan usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut.
2. Atas penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut.
3. Penghasilan berupa deviden (pasal 18 ayat (2) UU No. 36 tahun 2008) dari pernyataan
modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau secara bersama-sama
dengan WP dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor
pada badan usaha diluar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan dibursaefek,
dilakukan dalam tahun pajak dimana deviden tersebut diperoleh. Saat perolehan deviden
tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Contoh Soal :
PT. Perlak menerima dan memperoleh beberapa penghasilan netto dari sumber LN dalam
tahun pajak 2013, sebagai berikut:
1. Penghasilan dari hasil usaha di Bosnia dalam tahun pajak 2013 sebesar
Rp 500.000.000,00.
2. Dividen atas pemilikan saham pada Rome Co. di Italia sebesar Rp 75.000.000,00 yang
berasal dari keuntungan tahun 2009 yang ditetapkan dalam rapat pemegang saham tahun
2012 dan baru dibayarkan tahun 2013.
3. Dividen atas penyertaan saham sebesar 50% pada Zurich Corp. di Swiss yang sebesar Rp
175.000.000,00 yang berasal dari keuntungan tahun 2011, namun berdasarkan KMK baru
diperoleh tahun 2013.
4. Bunga kuartal I tahun 2013 sebesar Rp 35.000.000,00 dari Vienna GmBH. di Austria
yang baru akan diterima bulan Januari 2014.
Ditanya : Penghasilan mana sajakah yang dapat digabungkan di tahun fiskal 2013 ?
Jawaban :
Penghasilan dari sumber LN yang digabungkan di tahun fiskal 2013 meliputi:
Penghasilan dari hasil usaha di Bosnia.
Dividen atas pemilikan saham di Italia.
Dividen atas penyertaan saham di Swiss.
Adapun penghasilan bunga Austria akan digabungkan di tahun fiskal 2014

2.4 PENENTUAN SUMBER PENGHASILAN


Menurut pasal 24 ayat (3) UU No.36 tahun 2009, dalam menentukan sumber penghasilan
harus dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya adalah Negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
bergerak adalah Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalty,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penghubungan harta tak gerak adalah
Negara tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau
seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan adalah Negara tempat lokasi penambangan berada.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah Negara
tempat lokasi penambangan berada.
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah Negara tempat harta tetap berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah Negara tempat bentuk usaha tetap berada
2.5 BESARNYA KREDIT PAJAK YANG DIPERBOLEHKAN
Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri adalah pajak atas penghasilan
berkenaan dengan usaha atau pekerjaan di luar negeri. Sedangkan yang dimaksud dengan
pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri adalah pajak atas penghasilan dari
modal dan penghasilan lainnya di luar negeri, misalnya dividen, bunga, dan royalty.
1. Ketentuan Kredit Pajak Luar Negeri
 Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri dapat
dikreditkan dengan pajak penghasilan yang terutang di Indonesia
 Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan
dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut
dengan penghasilan di Indonesia
 Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah
yang lebih rendah diantara PPh yg dibayar atau terutang di luar negeri dan
jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar
negeri dan seluruh penghasilan kena pajak
 Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa Negara maka
penghitungan PPh Pasal 24 dilakukan untuk masing – masing Negara
 Dalam jumlah PPh yg dibayar diluar negeri melebihi PPh Pasal 24 yg
dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya dan tidak dapat
direstitusi

2. Penghitungan PPH Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri


Contoh Kasus:
PT Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto
dalam tahun 2015 sebagai berikut:
Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000
(tarif pajak yang berlaku 30%). Di dalam negeri menderita kerugian sebesar
Rp200.000.000. Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT
Sinar Gemilang tahun 2014?
Jawaban :
Menghitung total penghasilan kena pajak:
 Penghasilan dari Belanda = Rp.600.000.000
 Penghasilan dari negeri = Rp.200.000.000_-
Jumlah Penghasilan Neto = Rp.400.000.000

Menghitung total PPh terutang:


 Pajak terutang 25% x Rp.400.000.000 = Rp.100.000.000

Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:


(Penghasilan luar negeri : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp.600.000.000 : Rp.400.000.000) x Rp.100.000.000 = Rp. 150.000.000

Menghitung PPh yang terutang atau dipotong luar negeri


30% x Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000

Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp150.000.000. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh
dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian
pilih jumlah yang terendah.

3. Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri


Contoh kasus :
PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000
(tarif pajak yang berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian sebesar
Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku 25%). Di dalam negeri memperoleh laba
usah sebesar Rp500.000.000.
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang
tahun 2014?
Jawaban :
Menghitung total penghasilan kena pajak:
 Penghasilan dalam negeri = Rp.300.000.000
 Penghasilan luar negeri = Rp.500.000.000_-
Jumlah Penghasilan Neto = Rp.800.000.000

Menghitung total PPh terutang:


 Pajak terutang 25% x Rp.800.000.000 = Rp.200.000.000

Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:


(Penghasilan luar negeri : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp.300.000.000 : Rp.800.000.000) x Rp.200.000.000 = Rp. 75.000.000

Menghitung PPh yang terutang atau dipotong luar negeri


40% x Rp.300.000.000 = Rp.120.000.000

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat
dikreditkan adalah Rp75.000.000.

4. Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Luar Negeri Berasal dari Beberapa
Negara
Contoh :
PT Dia di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut
1. Di Negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 1000.000.000,00, dengan
tarif pajak
sebesar 40% (Rp. 400.000.000,00)
2. Di Negara Y, memperoleh penghasilan penghasilan (laba) Rp.
3.000.000.000,00,
dengan tarif pajak sebesar 25% (Rp. 750.000.000,00)
3. Di negara Z, menderita kerugian Rp. 2.500.000.000,00.
4. penghasilan usaha di dalam negeri Rp. 4.000.000.000,00.
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut :
Penghasilan luar negeri :
Laba di Negara X Rp. 1.000.000.000,00.

Laba di Negara Y Rp. 3.000.000.000,00.

Laba di Negara Z Rp. -

Jumlah Penghasilan Luar Negeri Rp. 4.000.000.000,00

Penghasilan Dalam Negeri Rp. 4.000.000.000,00 +

Jumlah Penghasilan Netto Rp. 8.000.000.000,00


PPH terutang 28% x Rp. 8.000.000.000,00 = Rp. 2.240.000.000,00.
Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing Negara adalah
sebagai berikut :
Untuk Negara X :
Rp . 1.000 .000.000
¿ xRp .2.240 .000 .000=Rp . 280.000.000,00
Rp . 8.000 .000.000
Pajak yang terutang di Negara X Rp. 400.000.000,00, namun maksimum pajak
yang dapat di kreditkan Rp. 280.000.000,00.

Untuk Negara Y :
Rp . 3.000 .000.000
¿ xRp .2.240 .000 .000=Rp . 840.000.000,00
Rp . 8.000 .000.000
Pajak yang terutang di Negara Y sebesar Rp. 750.000.000,00, maka maksimum
pajak yang dapat di kreditkan adalah Rp. 750.000.000,00.
Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah:
= Rp. 1.030.000.000,00 (Rp. 280.000.000,00 + Rp. 750.000.000,00).
Dari contoh di atas jelas bahwa dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak,
kerugian yang diderita di luar Negeri yaitu (di Negara Z sebesar Rp.
2.500.000.000,00) tidak di kompensasikan.

2.6 PENGURANGAN / PENGEMBALIAN PPh LUAR NEGERI


Dalam hal terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di
luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil
daripada kredit pajak luar negeri semula, maka selisihnya ditambahkan pada pajak
penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri pada tahun
terjadinya pengurangan atau pengembalian tersebut.
Sementara itu, dalam Pasal 4 KMK 164/2002, dikatakan bahwa untuk melaksanakan
pengkreditan PPh Pasal 24, wajib pajak diharuskan menyampaikan permohonan ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri
dengan:
 Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
 Foto kopi SPT yang disampaikan di luar negeri
 Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.
Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran di atas, karena alasan-alasan di luar kekuasaan wajib pajak.
Kemudian, Pasal 6 KMK 164/2002 menjelaskan dalam hal terjadi perubahan besarnya
penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka wajib pajak harus melakukan pembetulan
SPT Tahunan yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan perubahan tersebut.

2.7 PEMBETULAN SPT KARENA PERUBAHAN PENGHASILAN LUAR NEGERI


Apabila terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri ,wajib
pajak harus melakukan pembetulan SPT untuk tahun pajak yg bersangkutan dengan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut
1. Jika karena perubahan tersebut, menyebabkan adanya tambahan penghasilan yang
mengakibatkan pajak yg terutang atas penghasilan luar negeri menjadi lebih besar
daripada yg dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak yang terutang diluar
negeri menjadi kurang bayar, maka terdapat kemungkinan pajak penghasilan di
Indonesia juga kurang bayar. Sesuai dengan UU No.28 tahun 2007 tentang
ketentuan Umum dan tata cara perpajakan,apabila WP membetulkan sendiri SPT
yang mengakibatkan pajak yg terutang menjadi lebih besar, maka kedepannya
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yg kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian SPT terakhir sampai dengan tanggal pembayaran
karena pembetulan SPT tersebut.

2. Apabila karena pembetulan SPT tersebut menyebabkan penghasilan dan pajak


atas penghasilan yang terutang diluar negeri menjadi lebih kecil daripada yg
dilaporkan dalam SPT tahunan ,sehingga pajak di luar negeri lebih dibayar, yg
akan mengakibatkan pajak penghasilan yg terutang di Indonesia menjadi lebih
kecil, sehingga pajak penghasilan menjadi lebih dibayar. Atas kelebihan bayar
pajak tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan
dengan utang pajak lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PPh pasal 24 mengatur tentang pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri atas
penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
yg terutama di Indonesia. Karena itu, pajak ini langsung dikenakan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak

3.2 Saran
Sesuai dengan pembahasan makalah ini, penulis menyarankan setiap kepada pembaca agar
dapat memahami tentang pajak penghasilan pasal 24 dan bagaimana perhitungannya. Serta
mengetahui apa saja metode hak pemajakan di berbagai Negara
DAFTAR PUSTAKA

www.online-pajak.com
https://atpetsi.or.id/mekanisme-pengkreditan-pajak-luar-negeri
https://ortax.org/forums/discussion/pph-pasal-24-8

Anda mungkin juga menyukai