Anda di halaman 1dari 36

BALANCE SCORECARD (BS) DAN

INTELECTUAL CAPITAL
ACCOUNTING (ICA) - IMPLIKASI
PRAKTEK AKUNTANSI MANAJEMEN
STRATEJIK
Oleh: Kelompok 8
Elisa Fitri Lumban Gaol (207017078)
Abdur Rahman Hakim (207017079)
Syalsabila Abdina (207017080)
DEFINISI DAN LANDASAN
BERFIKIR
DEFINI
SI
Balanced Scorecard adalah metode pengukuran hasil kerja yang digunakan perusahaan
atau biasa disebut dengan strategi menajemen. Balanced Scorecard memberi
perusahaan elemen yang dibutuhkan untuk berpindah dari paradigma ‘selalu tentang
finansial’ menuju model baru yang mana hasil balanced scorecardmenjadi titik awal
untuk review, mempertanyakan, dan belajar tentang strategi yang dimiliki.

Intellectual capital “modal intelektual” ialah asset tidak berwujud berupa sumber
daya informasi serta pengetahuan yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
bersaing serta dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
DEFINISI DAN LANDASAN
BERFIKIR
LANDASAN
BERFIKIR
Balance Scorecard
Balanced Scorecarddikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan dari Harvard Business School
dan David Norton pada awal tahun 1990. Balance Scorecard berasal dari dua suku kata,
Balanced yang artinya berimbang dan scorecard yang artinya katu skor.
Pada awalnya Balanced Scorecard atau disingkat BSC digunakan untuk memperbaiki
sistem pengukuran kinerja eksekutif. Dengan BSC perusahaan jadi lebih tahu sejauh
mana pergerakan dan perkembangan yang telah dicapai. Dengan adanya BSC sangat
membantu perusaan untuk memberikan pandangan menyeluruh mengenai kinerja
perusahaan. Agar kinerja lebih efektif dan efisien, dibutuhkan sebuah informasi akurat
yang mewakili sistem kerja yang dilakukan.
DEFINISI DAN LANDASAN
BERFIKIR
LANDASAN BERFIKIR
Intelectual Capital Accounting
Seiring perkembangan jaman dan yang semakin ketat memacu
perusahaan dan para persaingan pelaku
bisnis untuk dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif agar bertahan dan memenangkan persaingan usaha.
Perusahaan bisa
dan para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan
bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset berwujud, tetapi lebih pada
inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia
yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan
akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan) sebagai salah satu
bentuk aset tak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
penilaian dan pengukuran knowledgeasset (aset pengetahuan) tersebut
adalah Intellectual Capital.
FUNGSI/TUJUAN DAN BEST
PRACTICES
Balance Scorecard

Pada awalnya BSC hanya digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran keuangan.
Kemudian meluas dan digunakan untuk mengukur empat presfektif yaitu keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Lebih jauh balanced scorecard memiliki fungsi sebagai berikut:
 Sebagai alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang dianut telah tercapai.
 Sebagai alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan Anda.
 Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis Anda.
 Alat analisis efektifitas strategi yang telah digunakan.
 Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT yang dimiliki.
 Sebagai alat key performance indicator perusahaan.
 Sebagai feedback terhadap shareholder perusahaan.
Perusahaan tetap harus memiliki
acuan pengukuran
seperti balanced scorecard,
karena di dalamnya terdapat
empat perspektif utama yang
memang menjadi poin penting
d
alam bisnis.
4 Perspektif
Balanced Scorecard
1. Perspektif Keuangan
Dalam Balance Scorecard perspektif keuangan merupakan perspektif yang tidak bisa diabaikan.
Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan
serta strategi memberikan perbaikan mendasar. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang
pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan sebagai
berikut
 Peningkatan kepuasa customer melalui peningkatan revenue
 Peningkatan produktifitas dan komitment karyawan melalui cost effectiveness sehingga
terjad peningkatan laba
 Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returnsdengan
mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang
menghasilkan return yang tinggi
Pengukuran perspektif keuangan bisa dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Misalnya dengan
menganalisis tren keuangan, common size value antara perusahaan dan pesaing, dan rasio
keunagan seperti; rasio liabilitas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio keuntungan, dan rasio
solvabilitas.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen
pasar dan pelanggan yang menjadi target. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat
ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit operasi dalam upaya mencapai
target finansial.
Tolak ukur pelanggan dibedakan dalam dua kelompok yaitu core measurement
group (kelompok inti) dan customer value proposition (kelompok penunjang). Kelompok
inti atau core meansurementterdiri dari:
Pangsa pasar atau market share
Tingkat perolehan pelanggan baru atau customer acqutition
Kemampuan perusahaan mempertahankan para pelanggan lama atau customer retention
Tingkat kepuasan pelanggan atau customer satisfaction
Tingkat profitabilitas pelanggan atau customer profitability
Sedangkan kelompok penunjang ini dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu: Atribut-atribut produk (harga, mutu, fungsi)
Hubungan dengan
pelanggan Citra dan reputasi
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk
memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen
pasar yang diinginkan dan memuaskan para pemegang saham.
Hal tersebut terbagi menjadi 3 prinsip dasar prespektif proses bisnis internal, yaitu:
 Proses inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tapi ada juga
perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Dalam proses inovasi itu sendiri
terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan proses
perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
 Proses operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan. Proses operasi dilihat dari
perencanaan, pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk jadi, proses marketing, hingga
proses transaksi antara perusahaan dan pembeli.
 Pelayanan Purna Jual
Layanan purna jual merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan atau bisnis kepada
konsumen sebagai jaminan mutu produk yang telah dibeli oleh konsumen. Banyak bentuk
layanan purna jual misalnya layanan konsultasi, perbaikan, perawatan, hingga garansi.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya serta
untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Penting bagi suatu badan
usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk atau
jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem
dan prosedur.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang
terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:
Kapabilitas pekerja
Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan.
Kapabilitas sistem informasi
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat
ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan
Iklim Organisasi
Iklim oreganisasi merupakan salah satu mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan
adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur
hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
FUNGSI/TUJUAN DAN BEST
PRACTICES
Intelectual Capital Accounting

Berfungsi sebagai alat untuk menentukan perusahaan telah menarik


nilai sejumlah akademisi dan (Tan et al., 2007;
2001). Peranan
perhatian Intellectual Capital semakin strategis, bahkan akhir-akhir
praktisi ini
Guthrie,
memiliki peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan nilai di
berbagai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa Intellectual
Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh.
Karakteristik Intellectual Capital
Menurut Sangkala, intellectual capital memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Non Rivalrous, artinya sumber daya tersebut dapat digunakan secara


berkelanjutan oleh berbagai macam pemakai, di dalam lokasi yang berbeda
dan pada saat yang bersamaan.
 Increasing Return, artinya mampu menghasilkan peningkatan keuntungan
margin per incremental unit dari setiap investasi yang dilakukan.
 Not Additive, artinya nilai yang tercipta bisa terus-menerus meningkat,
tanpa mengurangi unsur pokok dari sumber daya tersebut, karena sumber
daya ini adalah codependent dalam penciptaan nilai.
Komponen Intellectual Capital
International Federation of Accountan (IFAC) mengklasifikasikan intellectual capital
dalam tiga kategori, yaitu: human capital, Structural Capital atau Organization Capital
dan Relational Capital atau Customer Capital yang secara rinci dijelaskan sebagai
berikut (Sawarjuwono dan Kadir, 2003):
Human capital merupakan lifeblood dalam intellectual capital. Disinilah sumber
innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur.
Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat
berguna, keterampilan dan kompensasi dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam


memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang
karyawan untukmendukung
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis
usaha
secara keseluruhaan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki perusahaan.

Relational Capital atau Customer Capital merupakan komponen intellectual capital yang
memberikan nilai secara nyata. Rational capital merupakan hubungan yang harmonis/
association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang
berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari hubungan
perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar.
Pengukuran Intellectual Capital
Metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) didesain untuk menyajikan informasi tentang
value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible
assets) yang dimiliki perusahaan.
1. Value added of Capital Employed (VACA)
Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit
dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed)
menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan
tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya.
2. Value Added Human Capital (VAHU)
Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan
dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan
kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam
penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA
dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran
yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin besar
kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.
HUBUNGAN DIANTARA BS DAN
IC
Bontis et al. (1999) menyatakan bahwa BSC memiliki hubungan yang jelas
antara kinerja non keuangan dan keuangan, namun kelemahannya adalah
BSC bersifat statis.IC adalah model yang dinamis dan fleksibel pada tahap
awal. BSC didasarkan pada model yang seimbang, sedangkan IC didasarkan
pada alir- an dinamis capital accumulation dalam customer capital, structure
capital dan lainnya.
Penelitian Bukh et al. (2002) menunjuk- kan bahwa BSC dan IC bersifat
saling melengkapi. Kaplan dan Norton (2004) menyatakan bahwa BSC adalah
alat yang penting untuk mengukur dan mengelola IC. Kaplan dan Norton
(2004) menunjukkan bagaimana membuat strategy maps yang
memungkinkan organisasi untuk menyelaraskan investasi dalam sumber daya
manusia, teknologi dan organizational capital. Pengukuran dan pengelolaan
IC memainkan peran penting dalam transformasi kinerja non keuangan
menjadi kinerja keuangan dalam organisasi.BSC mendorong organisasi untuk
menghadapi berbagai tantangan pengukuran (Kaplan dan Norton 2004).
HUBUNGAN DIANTARA BS DAN
ICKinerja IC
Penggunaan BSC untuk Mengukur

Hagood dan Friedman (2002) menggunakan BSC untuk mengukur kinerja Human
resources Information System/HRIS. Mereka mengembangkan sistem pengukuran
kinerja berbasis BSC untuk HRIS dalam upaya men- jamin kelayakan biaya dan
keefektifan sistem. Mereka juga menggunakan kerangka kerja BSC untuk
mengenali dan memperkuat tujuan,
sasaran, dan ukuran organisasi.
Human Resource (HR) scorecard yang didasarkan pada model BSC sebagai
perwujud- an sistem manajemen stratejik telah dirancang dan diimplementasikan
oleh Walker dan Mac- Donal (2001). Human Resource (HR) scorecard ini pada
dasarnya dapat digunakan sebagai metode untuk mengawasi indikator tenaga
kerja, menganalisis statistik tenaga kerja, men- diagnosis masalah tenaga kerja,
menghitung dampak negatif keuangan, menetapkan solusi, dan mencatat
perkembangan sumber daya manusia. Dua penelitian di atas memperlihatkan
bahwa BSC adalah alat yang penting untuk mengukur dan mengelola IC.
HUBUNGAN DIANTARA BS DAN
IC
BSC mengendalikan IC
BSC tidak hanya membantu dalam proses penciptaan maupun pembentukan
IC (termasuk customer capital, process capital, innovation capital, human
capital, IT capital, and organizational capital)), namun juga turut mempengaruhi
isi dari pengukuran, penilaian, manajemen dan pelaporan SIC, dan pada akhir-
nya menciptakan nilai maksimal untuk perusahaan (Wu 2005).

BSC Memperkuat Pengelolaan IC


Kita dapat menggunakan kerangka kerja BSC untuk memperkuat
manajemen IC (Wu 2004).Empat perspektif BSC memperkuat sisi keuangan
dan hubungan dengan pelanggan, manajemen rantai nilai,
perkembangan masa depan, dan menentukan arah IC. BSC dapat
digunakan untuk menyelidiki bagaimana menge- lola IC individu secara
efektif dan efisien guna meningkatkan nilai IC secara menyeluruh.
Tabel Kerangka Kerja BSC untuk Memperkuat Pengelolaan IC
HUBUNGAN DIANTARA BS DAN
IC
Perbandingan Asumsi yangDigunakan
Persamaan dari kedua konsep tersebut cukup jelas. Sistem kedua konsep tersebut menegaskan
bahwa indikator keuangan adalah ukuran yang menarik dan
relevan; bahwa strategi harus menjadi bagian yang eksplisit dari sebuah sistem manajemen kinerja;
dan harus terdapat perhatian pada aset tak berwujud dan
pengetahuan. Namun seperti yang telah dibahas sebelumnya, perbedaan keduanya juga layak
diperhatikan. Keduanya berbeda, misalnya dalam keterlibatannya dengan strategi perusahaan,
organisasi, dan manajemen, yang
meciptakan perbedaan yang radikal tentang bagaimana langkah yang memung- kinkan untuk
menetapkan pengambilan keputusan manajemen.
Perbedaan- perbedaan tersebut dapat diperban- dingkan dengan
mempertimbangkan asumsi tentang:
1. perusahaan
2. strategi
3. manajemen
4. indikator
Tabel Perbandingan Asumsi BS dan IC tentang Perusahaan
Tabel Perbandingan Asumsi BS dan IC tentang Strategi
Tabel Perbandingan Asumsi BS dan IC tentang Organisasi dan Manajemen
Tabel Perbandingan Asumsi BS dan IC tentang Indikator
APLIKASI BS DAN IC
SEBAGAI ALAT/TEKNIK
STRATEJIK AKUNTANSI
MANAJEMEN DALAM
OPERASIONAL
PRODUKSI/LAYANAN DAN/ATAU
PENGUKURAN KINERJA
MANAJEMEN:
STUDI KASUS
BALANCED SCORECARD PT. HADJI
KALLA CABANG COKROAMINOTO
MAKASSAR
BALANCED SCORECARD PT. HADJI
KALLA CABANG COKROAMINOTO
MAKASSAR
BALANCED SCORECARD PT. HADJI
KALLA CABANG COKROAMINOTO
MAKASSAR
Dari tabel sebelumnya, dapat disimpulkan :
INTELLECTUAL CAPITAL PADA PERUSAHAAN
JEPANG
Kasus The death of Samurai, Robohnya perusahaan-perusahaan raksasa Jepang seperti Sony, Panasonic, Sharp,
Toshiba dan Sanyo. Industri elektronika Jepang yang begitu kuat dan berkuasa 20 tahun silam sekarang
perlahan memasuki lorong keruntuhan. Ada 3 faktor fundamental yang menyebabkannya yaitu:

1.Harmony Culture Error, dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci, speed in decision
making. Speed in product development, speed in product launch dan dalam hal ini perusahaan Jepang kini
tertinggal dikarenakan budaya mereka yang sangat mengagungkan harmoni dan consensus.
2.Seniority error, dalam era digital, inovasi adalah oksigen, inovasi adalah nafas yang tetap mempertahankan
keberlangsungan perusahaan, sayangnya budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang
mementingkan seniority .
3.Old nation error, faktor ini berkaitan dengan faktor pertama dan kedua juga dengan aspek demografi. Jepang
adalah negeri yang menua, artinya lebih dari setengah penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun.
Karyawan
yang sudah tua dan bertahun-tahun bekerja pada lingkungan yang sama biasanya kurang peka dengan
perubahan yang berlangsung cepat.

Dari kasus tersebut diatas bias dilihat bahwa inovasi yang merupakan bagian dari intellectual capital
sangat penting bagi suatu perusahaan, baik untuk perusahaan elektronik, inovasi adalah kunci dari
KESIMPUL
AN
REFERE
NSI
https://www.kajianpustaka.com/2017/09/intellectual-capital.html?m=1
http://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jap/article/download/21/20
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jibe/article/download/4785/pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/25487532.pdf
https://www.jurnal.id/id/blog/balanced-scorecard/ https://
www.kajianpustaka.com/2017/09/intellectual-capital.html?m=1
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1648891&val=15096
&title=PERSPEKTIF%20AKUNTANSI%20ATAS%20INTELLECTUAL%20CAPITAL
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai