MANAJEMEN STRATEGI
“PENGAMATAN DAN ANALISIS INTERNAL”
OLEH
KELOMPOK 5 :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur pada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat begitu
besar pada kita semua, sehingga Alhamdulillah, makalah mengenai “PENGAMATAN DAN
ANALISIS INTERNAL” dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa tersedianya referensi atau sumber dari berbagai penulis
sangan membantu kami dalam menyajikan makalah yang sesuai dengan kaidahnya. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat secara khusus bagi siapapun yang berkenan
menggunakan makalah ini.
Akhir kata , tidak ada karya manusia yang sempurna selain dari karya-Nya. Demikian
pula dengan makalah ini masih jauh dari apa yang kita harapkan bersama. Oleh karena itu
segala kritik dan saran demi kebaikan bersama sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi atau
revisi dari makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
a. Analisis PIMS.................................................................................4
c. Analisis Fungsional.........................................................................6
a. Struktur............................................................................................7
b. Budaya.............................................................................................7
c. Pemasaran........................................................................................8
d. Keuangan.........................................................................................9
f. Operasi..........................................................................................11
h. Sistem Informasi...........................................................................16
ii
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana memandang keunggulan kompetitif perusahaan
berdasarkan sumber dayanya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan terhadap pengamatan analisis internal
3. Untuk mengetahui bagaimana pengamatan lingkungan internal dengan analisis
fungsional
4. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal ( IFAS) bagi
perusahaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Produk pencukur Gillette “sensor” adalah contoh baik untuk suatu produk yang dihasilkan
dari sumber daya berskilus cepat, yaitu sumber daya yang menghadapi tekanan instansi yang
luar biasa karena didasarkan pada satu konsep atau teknologi yang dapat dengan mudah
diduplikasi, seperti produk “walkman” dari Sony. Jika sumber daya perusahaan bersiklus
cepat, cara utama agar dapat bersaing dengan sukses adalah dengan menambah kecepatan
peluncuran dari bersaing dengan sukses adalah dengan menambah kecepatan peluncuran dari
laboratorium sampai pasar. Kalau tidak, perusahaan tidak akan dapat memilki keunggulan
kompetitif.
4
menemukan bahwa perusahaan dengan pengembalian yang tinggi memiliki karakteristik
berikut:
• Intensitas investasi rendah (jumlah modal tetap dan modal kerja yang dibutuhkan
untuk menghasilakn 1 dollar penjualan)
Karakteristik tersebut cukup controversial dengan penelitian PIMS yang lain. Sebagai
contoh, penelitian PIMS secara konsisten telah menunjukkan bahwa pangsa pasar yang besar
menghasilkan profitabilitas yang lebih besar. Alasannya, pangsa pasar yang tinggi membuat
biaya unit menjadi lebih rendah karena adanya skala ekonomi. Akan tetapi, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pangsa pasar yang tinggi belum tentu menghasilakn laba yang
tinggi. Beberapa perusahaan yang menjual prosuk berkualitas tinggi (relatif terhadap
pesaing ), meskipun tidak memiliki pangsa pasar yang tinggi, dapat saja memiliki laba yang
besar. Para peneliti PIMS menyatakan bahwa factor terpenting yang mempengaruhi kinerja
unit bisnis secara relatif terhadap pesaingnya adalah kualitas produk atau jasanya. Mereka
juga menyatakan bahwa pemimpin pasar cenderung menghasilkan produk berkualitas lebih
tinggi daripada pesaing dan pengikut pasarnya.
b. Analisis Rantai Nilai
Analisis rantai nilai, sebagaimana dikemukakan oleh Porter, adalah satu cara untuk
menguji sifat dan tingkat sinergi, apabila ada, diantara kegiatan – kegiatan internal
perusahaan. Pengujian sistematis kegiatan – kegiatan individual dapat mendorong kepada
pemahaman yang lebih baik terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan. Menurut Porter,
“Setiap perusahaan adalah sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang,
membuat, memasarkan, mengantarkan, dan mendukung produknya. Seluruh kegiatan itu
dapat digambarkan dengan menggunakan rantai nilai. Perbedaan – perbedaan diantara rantai
niali para pesaing adalah sumber kunci keunggulan kompetitif. Tahap-tahap analisis rantai
nilai adalah sebagai berikut :
• Pertama, uji rantai nilai produk atau jasa tertentu dari segi berbagai kegiatan yang
terlibat dalam produksi atau provisinya. Porter mengidentifikasi lima kegiatan utama
yang biasanya terjadi di setiap bisnis: (1) inbound logistics bahan mentah, (2) operasi,
(3) outbound logistics barang jadi, (4) pemasaran dan penjualan, dan (5) layanan
konsumen. Porter juga mengidentifikasi empat kegiatan pendukung: (1) proses
mendapatkan (procurement process), (2) perkembangan teknologi, (3) manajemen
sumber daya manusia, dan (4) infrastruktur perencanaan, akuntansi, keuangan,
hukum, hubungan pemerintah, dan manjemen kualitas.
5
• Kedua,menguji keterkaitan anatar semua kegiatan. Keterkaitan adalah hubungan
antara cara satu kegiatan dilakukan dan biaya untuk melakukan kegiatan lain. Dalam
usaha untuk mencari cara mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar, perusahaan
dapat menjalankan fungsi yang sama dengan cara dan hasil yang berbeda. Sebagai
contoh, inspeksi kualitas terhadap 100 persen keluaran yang dilakukan oleh karyawan
sendiri daripada terhadap 10 persen yang dilakukan oleh petugas pengawas kualitas,
akan meningkatkan biaya produksi. Namun, tambahan biaya – biaya tersebut mungkin
lebih berharga dengan penghematan yanhg diperoleh dari dari pengurangan jumlah
pekerja yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk rusak, dan menambah jumlah
waktu yang diperlukan oleh tenaga penjual untuk menjual barang daripada mengganti
barang yang sudah terjual tapi rusak.
• Ketiga, menguji sinergi potensial di antara produk atau unit bisnis. Tidak saja tiap
elemen berharga (seperti periklanan atau pemanufakturan) memiliki skala ekonomi,
tetapi juga lingkup ekonomis seperti dari keseluruhan elemen. Lingkup ekonomis
semacam itu dapat dihasilkan apabila rantai nilai dari dua produk atau jasa yang
terpisah berbagi kegiatan, seperti saluran distribusi yang sama atau fasilitas
pemanufakturan yang sama, dan dapat dikombinasikan untuk mengurangi biaya –
biaya. Sebagai contoh, baiay produksi gabungan untuk berbagai jenis produk pada
pabrik yang sama dapat lebih sedikit dari biaya produksi pada pabrik yang terpisah.
Demikian juga halnya dengan pemasaran.
a. Struktur
Pemahaman terhadap bagaimana perusahaan tertentu tersusun sangat berguna dalam
perumusan strategi. Apabila struktur perusahaan cocok dengan perubahan strategi
yangdiusulkan, maka struktur tersebut merupakan kekuatan perusahaan. Apabila sebaliknya
6
merupakan kelemahan perusahaan dan akan membuat strategi tidak dapat dilaksanakan
dengan benar. Beberapa tipe dasar struktur yang mendominasi dalam organisasi
yaitu:Struktur sederhana : Tidak ada kategori fungsional maupun produk; tepat untuk
perusahaan kecil yang didominasi oleh pengusaha dengan satu atau dua lini produk yang
beroperasi pada ceruk pasar yang mudah diidentifikasi. Para karyawan cenderung kaum
generalis dan orang yang serba tahu.
• Struktur fungsional : Untuk perusahaan ukuran sedang dengan beberapa lini produk
dalam satu industri. Para karyawan cenderung ahli dalam fungsi bisnis yang penting
bagi industri tersebut, seperti pemanufakturan, pemasaran, keuangan, dan sumber
daya manusia.
• Struktur divisional : Tepat untuk perusahaan besar dengan banyak lini produk dalam
beberapa industri yang berhubungan. Para karyawan biasanya spesialis fungsional
yang diatur sesuai dengan pembedaan produk ataupun pasarnya.
• Struktur Konglomerat : Tepat untuk perusahaan besar dengan banyak lini produk
dalam industri yang tidak berhubungan. Struktur ini adalah variasi dari struktur
divisonal.
b. Budaya
Budaya perusahaan adalah sekumpulan keyakinan, harapan, dan nilai yang dipelajari
dandibagikan oleh anggota-anggota organisasi dan disampaikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya, yang mencerminkan nilai-nilai pendiri perusahaan dan misi perusahaan. Budaya
memberikan cita rasa identitas perusahaan.
Budaya perusahaan memenuhi beberapa fungsi penting dalam organisasi yaitu sebagai
berikut :
• Budaya memberikan nuansa identitas bagi karyawan
• Budaya membantu menimbulkan komitmen karyawan terhadap sesuatu yang lebih
besar daripada diri mereka sendiri
• Budaya menambah stabilitas perusahaan sebagai suatu sistem sosial
• Budaya adalah kerangka referensi bagi karyawan agar digunakan untuk menerima
berbagai kegiatan organisasional dan juga sebagai pedoman bagi perilaku yang tepat
Budaya perusahaan membentuk perilaku manusia di dalam perusahaan karena budaya
sangat kuat pengaruhnya terhadap perilaku manajer di tiap tingkat organisasi, maka budaya
juga sangat mempengaruhi stabilitas perusahaan untuk mengubah arah strateginya.
Jadi, pemahaman manajer terhadap budaya perusahaan (atau divisi) adalah suatu
keharusan apabila perusahaan dikelola secara strategis. Budaya organisasi dapat
menimbulkanmiopia strategis, yaitu manajer strategis tidak dapat menerima pentingnya
mengubah kondisi eksternal karena mereka dibutakan oleh keyakinan yang mereka pegang
dengan kuat. Dalam keadaan semacam ini, budaya perusahaan yang dipegang erat justru
dapat menjadi pengahalang utama untuk mencapai sukses ketika perusahaan sangat perlu
mengubah arah strategisnya.
Perubahan pada misi, tujuan, strategi, dan kebijakan, tidak mungkin sukses apabila
melawan budaya perusahaan yang sudah diterima. Keengganan bahkan sabotase mungkin
saja terjadi karena karyawan beusaha menolak perubahan radikal pada filosofi dan arah
perusahaan. Demikian halnya dengan struktur, apabila budaya organisasi cocok dengan
7
strategi yang baru, maka hal itu merupakan kekuatan internal. Dan apabila sebaliknya, maka
itu merupakan kelemahan internal yang sangat serius.
c. Pemasaran
Tugas utama manajer pemasaran adalah mempengaruhi tingkat, waktu, dan
karakterpermintaan dalam suatu cara yang akan membantu perusahaan mencapai tujuan-
tujuannya. Manajer pemasaran merupakan penghubung utama perusahaan kepada konsumen
dan pada pesaingnya karena itu manajer pemasaran harus peduli terutama pada posisi pasar
perusahaan dan bauran pemasarannya. Terdapat beberapa isu yang berkembang dalam bidang
pemasaran antara lain :
1. Posisi dan Segmentasi Pasar
Posisi dan segmetasi pasar menjawab pertanyaan “siapakah pelanggan kita?”. Posisi
pasar menunjukpada pilihan bidang-bidang khusus bagi konsentrasi pemasaran dan dapat
diekspresikan dalam bentuk pasar, produkdan lokasi geografis.melalui penelitian pasar,
perusahaan mempraktikan segmentasi pasar dengan beragam produk atau jasa untuk
membantu menejer untuk menemukan posisi mana yang akan dikejar, jenis produk baru
apa untuk dikembangkan, dan bagaimana memastkan bahwa produk-produk perusahaan
tidak bersaing secara langsung satu sama lain. Penggunaan pemasaran segementasi untuk
mengidentifikasi pelanggan potensial jelas-jelas meningkatkan kinerja finansial
perusahaan.
2. Bauran Pemasaran 4P
Bauran pemasaran menunjukkan kombinasi tertentu variabel-variabel kunci dibawah
pengawasan perusahaan yang dapat dipakaiuntuk memengaruhipermintaan dan
memperoleh keunggulan kompetitif. Variabel-variabel tersebut adalah produk, harga,
promosi, dan distribusi.
Tiap variabel dapat dibagi kedalam beberapa subvariabel yang tertera pada tabel
dibawah yang harus dianalisis pengaruhnya terhadap kinerja divisional dan perusahaan.
Variabel-Variabel Baruan Pemasaran
Produk Distribusi Promosi Harga
Kualitas Saluran Periklanan Harga
Fasilitas Cakupan Penjualan personal Potongan harga
Pilihan Lokasi Promosi penjualan Allowances
Model Persediaan Publisitas Periode
Nama merek Pembayaran Transportasi Syarat kredit
Kemasan
Ukuran
Layanan
Jaminan
Pengembalian
8
penjualan, sejak produk pada tahap perkenalan, melalui tahap pertumbuhan, kedewasaan
dan akhirnya mencapai penurunan. Konsep ini memungkinkan seorang menejer
pemasaran menguji bauran pemasaran suatu produk tertentu atau sekumpulan produk
yang berbeda memiliki bentuk daur hidupnya. Meskipun orang-orang pemasaran setuju
bahwa produk yang berbeda memiliki bentuk daur hidup yang berbeda pula,
pertimbangan mengenai daur hidup produk merupakan faktor penting dalam perumusan
strategi.
Daur hidup produk
9
apabila perusahaan didanai secara internal (tidak dengan hutang). Oleh karena itu,
pengungkit yang tinggi dipandang sebagai kekuatan perusahaan pada masa-masa
kemakmuran dan peningkatan penjualan, dan dipandang sebagai kelemahan pada masa
resesi dan penurunan penjualan. Alasannnya adalah bahwa pengungkit memperbesar efek
naik turunnya penjualan dalam dollar pada pendapatan per lembar saham (EPS)
2. Capital budgeting
Capital Budgeting merupakan menganalisis dan membuat peringkat investasi-
investasi seperti tanah, bangunan, dan peralatan, ditinjau dari sudut pandang pengeluaran
tambahan yang dibutuhkan dan pengeluaran tambahan yang dihasilkan. Setelah itu
barulah disusun suatu peringkat proposal investasi dengan beberapa kriteria atau hurdle
rate, yang termaksud didalamnya waktu yang diperlukan untuk menerima hasl investasi
(payback period), tingkat kembalian ( rete of return) atau periode untuk mencapai titik
impas yang berguna sebagai strategi dalam pengambilan keputusan. Untuk memilih
proyek investasi yang akan diakuisisi dan untuk menganalisis jumlah risiko yang ada
pada portofolio unit usaha perusahaan, analisis keuangan harus mampu menggunakan
teknik analitikal seperti capittal assets pricing model (CAPM) dan arbitrage pricing
model (APM).
3. Menyebarluaskan sumber daya-sumber daya yang ada sehingga teknologi baru itu
dapat dilaksanakan dengan sukses.
1. Baurab R&D
Dalam beberapa perusahaan, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan
dasar pada sebuah laboratorium , dan berkonsentrasi pada bidang masalah teoritis.
Indikator terbaik perusahaan dibidang ini adalah hak paten dan publikasi penelitiannya.
Dibeberpa perusahaan lain para ahli yang melakukan R&D produk, berkonsentrasi pada
peningkatan produk atau kemasan produk. Pengukuran terbaik dibidang ini adalah
jumlah produk baru yang berhasil diperkenalkan ke pasar, dan persentase total penjualan
dan laba yang dihasilkan dar produk-produk yang diperkenalkan dalam lima tahun
terakhir. Kemudian diperusahaan yang lain lagi para insinyur melakukan rekayasa atau
R&D proses yang berkonsentrasi pada peningkatan pengawasan kualitas, spesifikasi
1
rancangan, dan peralatan produksi. Perusahaan dalam bidang ini diukur dengan
pengurangan konsisten pada biaya produk per unit dan jumlah produk rusak.
Kebanyakan perusahaan besar mempunyai bauran R&D dasar, produk, dan proses yang
bervariasi sesuai dengan industri perusahaan dan lini produknya. Keseimbangan
penelitian semacam ini dikenal dengan istilah baurau penelitian da pengembangan dan
harus sesuai dengan strategi dan daur hidup setiap produk.
2. Kompetensi teknologi
Unit R&D suatu perusahaan harus dievaluasi kompetensi teknologisnya dalam
pengembangan dan penggunaan teknologi inovatif. Tidak saja penelitian konsisten yang
harus dilakukan tetapi perusahaan juga harus ahli dalam mengelola tenaga peneliti dan
mengintegrasikan inovasi mereka kedalam operasi sehari-hari. Apabila perusahaan tidak
ahli dalam alih teknolog( technologi Transfer ), yaitu proses memindahkan teknologi dari
raboratorium ke pasar, maka perusahaan tidak mendapatkan banyak manfaat dari
kemajuan teknologi . Contohnya pada kasus AT&T dan Xerox
1. Operating leverage
Sistem berkelanjutan memungkinkan untuk perusahaan mengambil manfaat daru
Operating Leverage. Menurut J.F Weston dan T.E Copeland, operating leverage adalah
pengaruh perubahan tertentu dalam volume penjualan pada pendapatan operasional bersih
(Net Operating Income). Sebagai contoh sebuah perusahaan padat tenaga kerja
mempunyai sedikit mesin-mesin otomatis sehingga biaya tetap pun menjadi kecil.
Perusahaan semacam itu memiliki titik impas yang rendah, tetapi kemiringan garis biaya
variabelnya cukup suram. Karena sebagian besar biaya yang berkaitan dengan produk
bersifat variabel maka biaya variabel perusahaan pada tenaga kerja akan lebih tinggi
1
daripada perusahaan padat mesin otomatis. Keunggulan perusahaan semacam itu dari
perusahaan yang lain adalah padatnya untuk beroperasi pada tingkat rendah dan tetap
menghasilkan laba. Namun demikian, saat penjualan mencapai dan bahkan melebihi titik
impas , biaya variabel yang tinggi sebagai persentase dari biaya total menyebabkan laba
per unit menjadi rendah. Operating leverage yang rendah ini kemudian menghambat
perusahaan untuk memperoleh kemungkinan laba yang besar dari volume penjualan yang
tinggi. Dari segi strategi, perusahaan harus mencari posisi pasar yang memungkinkan ia
memproduksi dan menjual barang-barang dalam kuantitas kecil.
Sebaliknya perusahaan padat modal memilki dana dalam jumlah yang besar dalam
bentuk investasi tetap. Tenaga kerja yang jumlahnya relatif sedikit dengan keterampilan
yang tinggi dibayar dalam bentuk gaji bukan upah per unit. Konsekuensinya, biaya tetap
perusahaan menjadi tinggi. Selain biaya tetap, titik impas juga relatif Tinggi tetapi garis
biaya variable naik secara perlahan. Ketika biaya variable mencapai dan melewati titik
impas, laba perusahaan akan naik lebih cepat daripada perusahaan yang kurang
memanfaatkan otomatisasi produksi karena operating leverage yang itnggi
menguntungkan dan menjadikan perusahaan lebih berdaya saing. Dari segi strategi,
perusahaan semacam itu perlu mencari ceruk pasar dengan permintaan tinggi untuk dapat
memproduksi dan menjual barang-barang dalam kuantitas besar. Perubahan pada tingkat
penjualan akan memperbesar laba. Namun demikian, perusahaan semacam ini sangat
mungkin mengalami kerugian pada masa resesi. Selama ekonomi menurun, perushaan
dengan tingkat otomatisasi dan, tentunya, leverage yang rendah, akan lebih mungkin
bertahan. Hal ini karena penurunanpenjualan mempengaruhi terutama biaya-biaya
variable. Pemberhentian tenaga kerja seringkali menjadi pilihan karena hal itu lebih
mudaah daripada menjual pabrik-pabrik dan mesin-mesin untuk kepentingan khusus.
Operasi sebuah usaha jasa dapat juga bersifat terputus-putus atau berkelanjutan.
Operasi berkelanjutan menunjukkan syarat-syarat atau ketentuan dari jasa-jasa yang sama
(seperti tes darah yang disediakan rumah sakit), sementara operasi yang terputus-putus
menunjukkan layanan-layanan variable (seperti transplantasi organ dirumah sakit
tertentu). Agar dapat mengambil manfaat dari operating leverage, perusahaan-perushaan
jasa yang menggunakan operasi berkelanjutan dapat saja menggantikan mesin diagnostic,
video, ataupun tenaga kerja pendukung dengan personalia professional yang dibayar
mahal.
1
produk dan proses, penurunan biaya bahan mentah, dll. Sebagai contoh, dalam sebuah
industri dengan 85 persen kurva pengalaman, perusahaan mengharapkan 15 persen
penurunan biaya untuk setiap penggandaan volume. Oleh karena itu, total biaya perunit
(disesuaikan dengan inflasi) diharapkan turun dari US$100 saat produksi total sebanyak
10 unit, menjadi US$85 (US$100 x 85%) saat produksi total naik menjadi 20 unit,
kemudian turun lagi sampai US$72.25 (US$185 x 85%) saat produksi total naik lagi
menjadi 40 unit. Mencapai hasil semacam ini seringkali berarti juga menanam investasi
pada R&D dan aktiva tetap, dengan operating leverage yang lebih tinggi dan fleksibilitas
rendah. Walaupun demikian, untuk mencapai biaya per unit yang lebih rendah, strategi
pemanufakturannya adalah membangun kapasitas jauh mendahului permintaan.
Kemudian, berdasarkan titik tertentu di masa depan pada kurva pengalaman tersebut,
perusahaan dapat menetapkan harga yang yang rendah untuk produk atau jasanya utuk
menduduki lebih dulu persaingan yang ada dan menaikkan permintaan pasar. Tingginya
jumlah unit terjual dan pangsa pasar, sebagai hasilnya, harus berakibat dalam bentuk laba
yang tinggi pula, didasarkan pada biaya per unit yang rendah. Gagasan untuk
menggunakan kurva pengalaman agar dapat menetapkan harga rendah – untuk
memperoleh pangsa pasar dan selanjutnya laba yang tinggi – inilah yang mendasari
matriks portofolio Boston Consulting Group (yang akan dibahas pada Bab 6).
Manajemen biasanya menggunakan kurva pengalaman untuk melakukan estimasi
terhadap iaya-biaya produksi : (1) produk yang belum pernah dibuat dengan peralatan dan
proses yang ada sebelumnya, atau (2) produk yang sudah ada yang dibuat dengan
peralatan dan proses baru. Meskipun banyak perusahaan telah menggunakan kurva
pengalaman dengan ekstensif, penerimaan terhadap norma industri (seperti 80 persen
pada industri airframe dan 70 persen pada sirkuit terintegrasi) adalah suatu hal yang
berisiko. Kurva pengalaman suatu industri belum tentu benar untuk suatu perusahaan
tertentu karena beberapa alasan.
3. Pemanufakturan Fleksibel
Akhir-akhir ini, penggunaan fasilitas produksi massal untuk mengambil keuntungan
dari kurva pengalamanekonomi banyak dikritik. Digunakannya proses perancangan dan
pemanufakturan yang dibantu computer (computer assisted design dan computer-assisted
manufacturing atau CAD/CAM) dan teknologi robot, memberikan arti bahwa waktu
pembelajaran menjadi lebih singkat dan produk-produk dapat dibuat secara ekonomis
dalam kumpulan-kumpulan yang lebih kecil dan berdasar pesanan. Lingkup ekonomis
(bagian biasa dari rantai nilai beragam produk dikombinasikan untuk memperoleh
penghematan manufaktur sekalipun kuantitas produksi masing-masing produk kecil)
menggantikan skala ekonomis (dimana biaya per unit berkurang dengan cara
menghasilkan produk yang sama dalam jumlah besar) dalam pemanufakturan yang
fleksibel. Pabrik-pabrik baru yang fleksibel membolehkan output dalam volume rendah
pada produk yang dibuat sesuai pesanan, untuk memperoleh laba. Jadi, sangatlah
mungkin untuk memiliki keunggulan biaya dari sistem berkelanjutan dan keunggulan
berorientasi pelanggan dari system terputus-putus, pada saat yang bersamaan.
1
Tugas utama manajer SDM adalah meningkatkan kesesuaian antara individu dengan
pekerjaan-pekerjaan yang ada. Kualitas kesesuaian ini berpengaruh terhadap kinerja,
kepuasan karyawan, dan perputaran tenaga kerja. Departemen SDM yang baik seharusnya
paham cara menggunakan survai sikap dan alat-alat umpan balik yang lain untuk menilai
kepuasan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat mereka bekerja. Departemen
SDM juga seharusnya menggunakan job analysis (analisis jabatan). Analisis jabatan adalah
alat untuk mendapatkan informasi deskripsi pekerjaan mengenai apa yang harus dicapai oleh
setiap pekerjaan dari segi kualitas dan kuantitas. Deskripsi pekerjaan yang terbaru, yang
didasarkan pada analisis jabatan yang logis sangatlah penting bagi proses seleksi, penilaian,
pelatihan dan pengembangan karyawan yang tepat; administrasi upah dan gaji; negosiasi
tenaga kerja; dan peringkasan sumber daya manusia perusahaan dari segi kategori
keterampilan karyawan. Sebagaimana perusahaan harus mengetahui jumlah, jenis, dan
kualitas fasilitas pemanufakturannya, perusahaan juga harus mengetahui jenis manusia yang
dipekerjakannya dan keterampilan yang mereka miliki. Strategi yang terbaik sekalipun
menjadi tidak berarti apabila manusia yang dipekerjakannya tidak memiliki keterampilan
yang memadai untuk melakukan tugas-tugas tersebut, atau apabila pekerjaan-pekerjaan
tersebut tidak dapat dirancang untuk mengakomodasi pekerja yang ada. Hewlett-Packard,
misalnya, menggunakan profil karyawan untuk memastikan bahwa perusahaan mempunyai
perpaduan bakat-bakat yang tepat untuk menjalankan strategi-strategi perusahaan yang sudah
direncanakan.
1. Kegunaan Tim
Manajer-manajer strategis mulai menyadari bahwa perusahaan harus fleksibel dalam
memanfaatkan karyawannya. Oleh karena itu, manajer SDM perlu benar-benar
memahami pilihan-pilihan seperti kerja peruh-waktu, job sharing, waktu kerja yang
fleksibel, kerja kontrak, dan khususnya kegunaan tepat dari tim. Satu dari lima
perusahaan Amerika cukup sukses menggunakan tim kerja otonomi (self-directed temas),
yaitu sekelompok orang yang bekerja Bersama tanpa adanya pengawas (supervisor)
untuk merencanakan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri.
Produktivitas dan kualitas meningkat sampai pada taraf tertentu di perusahaan Northern
Telecom sehingga perusahaan tersebut mampu mengurangi jumlah pengawas kualitas
sebanyak 40 persen.
Satu cara agar produk bergerak lebih cepat adalah melalui tahap pengembangannya.
Perusahaan seperti Motorola, Chrysler, NCR, Boeing, dan General Electric, telah
memulai menggunakan tim kerja lintas-fungsional (cross-functional work teams).
Daripada mengembangkan suatu produk melalui cara yang berurutan – dimulai dari
permintaan penjualan dan berlanjut berurutan melalui perancangan, pembelian bahan,
dan akhirnya sampai pada tahap produksi – perusahaan-perusahaan tersebut menghapus
Batasan-batasan antara departemen sehingga orang-orang dari beragam disiplin ilmu
dapat teribat dalam proyek sejak awal. Dalam sebuah proses yang dikenal dengan
concurrent engineering, seorang spesialis yang semula terisolasi kini dapat bekerja
Bersama dan membandingkan agenda secara konstan, untuk merancang produk-produk
yang berbiaya efektif, dengan fasilitas yang diinginkan pelanggan. Bagian “Strategi
1
Dalam Tindakan” pada halaman 180 menunjukkan bagaimana Boeing memanfaatkan
tim.
h. Sistem Informasi
Tugas utama manajer sistem informasi adalah merancang dan mengelola aliran
informasi dalam organisasi dengan cara-cara yang dapat meningkatkan produktivitas dan
pengambilan keputusan. Informasi harus dikumpulkan, disimpan, dan digabungkan dalam
1
suatu metode tertentu sehingga nantinya dapat menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
operasional dan strategis.
Sistem informasi perusahaan dapat berupa kekuatan ataupun kelemahan dalam ketiga
aspek manajemen strategis. Sistem informasi tidak saja dapat membantu dalam pengamatan
lingkungan dan pengendalian berbagai kegiatan perusahaan, tetapi juga dapat berfungsi
sebagai senjata strategis dalam upaya mendapatkan keunggulan kompetitif.
1
sistem Sabre ke kantor-kantor agen perjalanan. Karena tindakan tersebut
mempermudah pemesanan bagi agen-agen perjalanan, maka penjualan tiket
American Airlines pun meningkat.
• Dalam Tahap Ketiga, perusahaan mencoba menjual produk dan jasa berbasis
informasi kepada pelanggan baru. Pada tahap ini, American Airlines membuka
sistem Sabre untuk perusahaan penerbangan pesaing. Tidak saja American Airlines
memperoleh pemasukan dari memproses tiket perusahaan penerbangan lainnya,
tetapi penjualan tiket juga semakin naik.
• Dalam Tahap Keempat, perusahaan mengembangkan produk-produk dan jasa-jasa
berbasis informasi yang baru dan inovatif secara berkelanjutan. Pada tahap ini,
American Airlines mulai menjual informasi yang dikumpulkannya melalui agen-
agen penjualan. American Airlines menggunakan database pelanggan untuk
menyusun suatu program bonus, dengan cara mengakumulasi jumlah mil (jarak
terbang) pelanggan-pelanggannya untuk kemudian memberi penerbangan gratis
bagi pelanggan yang sudah mencapai jumlah mil tertentu.
5 4 3 2 1
1
• Keempat, kalikan bobot setiap factor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
mendapatkan skor terbobot pada kolom 4.
• Kelima, gunakan kolom 5 (keterangan) untuk menunjukkan bagaimana pembobotan
dan peringkat dilakukan.
• Keenam, jumlahkan seluruh skor terbobot pada kolom 4 untuk memperoleh skor
terbobot total untuk perusahaan tersebut. Skor terbobot total menunjukkan seberapa
baik perusahaan merespon factor-faktor strategis internal perusahaan yang ada
sekarang dan yang diharapkan. Skor terbobot total dapat merentang dari 5.0 (sangat
baik) sampai 1.0 (sangat buruk) dengan 3.0 sebagai rata-rata. Manajemen dapat
menggunakan skor tersebut untuk membandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain dalam industrinya. Pada dasarnya, IFAS adalah analisis manajemen perusahaan
terhadap factor-faktor strategis internalnya berdasarkan daftar berprioritas
(menggunakan bobot)
Tabel 5.2 menunjukkan beberapa factor strategis internal Maytag Corporation, dengan
bobot, rating, dan skor terbobot totalnya.
Tabel 5.2
Catatan:
1
1. Daftarkan kekuatan dan kelemahan (masing-masing 5-10) pada kolom 1.
2. Bobot masing-masing factor dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting) pada
kolom 2 berdasarkan pengaruh yang mungkin dari factor tersebut terhadap posisi
strategis perusahaan. Bobot total harus berjumlah 1.0.
3. Rating masing-masing factor dari 5 (sangat baik) sampai 1 (sangat buruk) pada kolom
3 berdasarkan respon perusahaan terhadap factor tersebut.
4. Kalikan bobot masing-masing factor dengan ratingnya untuk mendapatkan skor
terbobot dari masing-masing factor pada kolom 4.
5. Gunakan kolom 5 (keterangan) untuk pemakaian yang masuk akal terhadap setiap
factor.
6. Tambahkan skor terbobot untuk mendapatkan skor terbobot total untuk perusahaan
pada kolom 4. Hal ini menginformasikan bagaimana perusahaan merespon factor-
faktor strategis di dalam lingkungan internalnya.
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen tidak lepas pada masalah lingkungan yang dihadapi oleh seorang manajer.
Perbedaan dan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap konsep dan teknik serta
keputusan yang akan diambil. Sebagai seorang manajer tidak harus hanya memperhatikan
lingkungan usahanya atau internal saja, tapi juga harus bisa mengantisipasi lingkungan di luar
perusahaan atau eksternal.Untuk mencapai tujuan organisasi tidak lepas dari lingkungan yang
terjadi, apalagi bagi organisasi atau perusahaan yang mengahasilkan barang-barang yang
dibutuhkan oleh konsumen. Oleh karena itu manajer harus memperhatikan dan
mempertimbangkan unsur-unsur serta kekuatan-kekuatan lingkungan dalam setiap kegiatan
manajemen
Dengan mengetahui beberapa analisis lingkungan umum perusahaan tersebut
perusahaan dapat mengetahui bagaimana keadaan dilingkungan sekitar baik dari lingkungan
internal maupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Maka dari itu perusahaan bisa
menentukan strategi apa yang harus dilakukan perusahaan guna menghadapi berbagai
keadaan yang terjadi disekitar perusahaan, seperti mengelola peluang danancaman dengan
menggunakan analisis lingkungan internal yang sesuai, yang paling utama dari analisis
lingkungan perusahaan tersebut bagaimana perusahaan bisa memberikan yang terbaik dan
tidak membuat kebijakan yang bisa merugikan baik perusahaan maupun lingkungan sekitar
2
DAFTAR PUSTAKA