Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpah berkat
perkenan-Nya sehingga tugas makalah mengenai “PPh Pasal 24 dan Pasal 25”dapat
diselesaikan dengan waktu yang tepat.
Tugas ini berisi pembahasan materi tentang PPh Pasal 24 dan 25 yang kami
kerjakan sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas mata kuliah “Perpajakan”. Tidak
lupa juga kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Tri
Wahyudi sebagai Dosen pembimbing dalam mata kuliah ini yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sebagai petunjuk pembuatan tugas ini dan semua pihak tanpa terkecuali
yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, baik secara materi maupun moril.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................1
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4
2.1 Pajak Penghasilan Pasal 24 .................................................................................... 4
A. Pengertian PPh 24 .............................................................................................. 4
B. Batas maksimum Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)4.......................................... 4
C. Cara mencari Pajak Penghasilan Pasal 244 .......................................................... 5
D. Penggabungan Penghasilan ................................................................................ 6
A.2 Pajak Penghasilan ................................................................................................. 8
A. Pengertian............................................................................................................ 8
B. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP Baru ............................................................... 8
C. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP Bank ............................................................... 9
D. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP BUMN dan BUMD ........................................ 9
E. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP masuk Bursa dan WP Lain .............................. 10
F. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP OP tertentu ...................................................... 10
G. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 ................................................................... 10
H. Cara Mengitung PPh Pasal 25 .............................................................................. 11
I. PPh Pasal 25 Sebelum Bulan Batas Waktu Penyampaian SPT .............................. 11
J. PPh Pasal 25 Jika Dalam Tahun Berjalan Telah Diterbitkan SKP ......................... 12
K. PPh Pasal 25 Dalam Hal-hal Tertentu ..................................................................12
L. Penentuan Sumber Penghasilan ............................................................................ 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
B. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) diambil yang terendah dari
ketiga unsur berikut
1.Jumlah Pajak yang dibayar / terutang di luar negeri
2.Penghasilan Luar Negeri x PPh Terutang à yang biasa digunakan
Penghasila Kena Pajak
3.Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal penghasilan
kena pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.
Catatan
1.Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata
dikembalikan maka jumlah pajak yang terutang menurut undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.
2.Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara maka jumlah maksimum
KPLN dihitung untuk masing-masing negara.
3.Untuk kerugian yang diderita di luar negeri tidak diperhitungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-tahun berikutnya
dapat dikompensasikan dengan kerugiaan tersebut.
4.Dalam hal pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yang
diperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat :
Diminta Kembali
5
Di Kompensasikan
Sebagai Pengurang Penghasilan.
C. Cara mencari pajak penghasilan pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri
1.Cari Penghasilan Kena Pajak (PKP) à PKP = PNDN(Penghasilan Netto Dalam
Negeri) + PNLN (Penghasilan Netto Luar Negeri)
Catatan :
Jika DN (Dalam Negeri) rugi diperhitungkan sebagai pengurang dalam menghitung
PKP Jika LN (Luar Negeri) rugi tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam
menghitung PKP (diabaikan)
2.Cari Pajak Penghasilan Terutang (PPh Terutang) Dari Penghasilan Kena Pajak (PKP)
3.Cari Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (%Pjk yang dikenakan di Luar Negeri x
Besarnya penghasilan di Luar Negeri)
4.Cari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :
KPLN = Penghasilan Luar Negeri x PPh terutang
Penghasilan Kena Pajak
5.Bandingkan antara Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (poin 3) dengan kredit
Pajak Luar Negeri (poin 4), lalu pilih yang terendah.
6.Jumlahkan poin 5 untuk mencari besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan.
Contoh Kasus
PT. Seventeen yang berlokasi di Jakarta, selama tahun 2009memperoleh penghasilan
baik dari usahanya dari dalam negeri ataupun beberapa cabangnya yang berada di luar
negeri. Penghasilan Netto dari dalam negeri Rp 150.000.000.000 sedangkan usahanya
di luar negeri, seperti Jepang memperoleh penghasilan Rp 300.000.000 dan di Korea
memperoleh penghasilan Rp 400.000.000 sedangkan di China mengalami rugi Rp
100.000.000. Pajak yang telah dibayar diluar negeri sebesar 25% untuk Jepang, 30%
untuk Korea dan 20% untuk China. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk
dikreditkan dengan pajak penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri?
6
Penghasilan Neto Dalan Negeri Rp 150.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Jepang Rp 300.000.000
Korea Rp 400.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Luar Negeri Rp 700.000.000 +
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 850.000.000
5.PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Jepang sebesar
:
Rp 75.000.000 (Pilih yang terendah)
PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Korea sebesar :
Rp 112.000.000 (Pilih yang terendah)
D. PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Untuk menghitung pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak dalam negeri, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri,
maka seluruh penghasilan wajib pajak tersebut digabungkan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :
7
1. Untuk penghasilan dari usaha, yang dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut
2. Untuk penghasilan lainnya yang dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut
3. Untuk penghasilan berupa deviden yang diperoleh wajib pajak dalam negeri atas
penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham yang disetor, atau secara
bersama-sama dengan wajar dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya sebesar 50%
dari jumlah saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
deviden tersebut.
Contoh :
PT. LOLA di Madiun dalam tahun pajak 1997 menerima dan memperoleh
penghasilan netto dari sumber luar negeri sebagai berikut :
1. Hasil usaha di Singapura dalam tahun pajak 1995 sebesar Rp. 800.000.000
2. Deviden atas pemilikan saham pada "IJB Ltd" di Australia sebesar Rp.
200.000.000 yaitu sebesar dari keuntungan tahun 1992 yang ditetapkan
dalam rapat pemegang saham tahun 1996 dan baru dibayar pada tahun 1997
4. Bunga kwartal IV tahun 1995 sebesar Rp. 100.000.000 dari "Iqbal Corpal" di
Kuala Lumpur yang baru akan diterima pada bulan mei tahun 1997.
8
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan dalam
negeri dalam tahun pajak 1996 adalah penghasilan pada huruf a, b, dan c,
sedangkan penghasilan pada huruf d, digabungkan dengan penghasilan dalam
negeri tahun pajak 1997.
1. Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama
kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak
berjalan.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan yang mempunyai tempat
usaha lebih dari satu, atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan
domisili.
9
1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah
sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas
penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
2. dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netoatau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak
dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netoatas peredaran atau
penerimaan bruto.
3. Untuk Wajib Pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang
disetahunkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikurangi terlebih dahulu
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
4. Dalam hal Wajib Pajak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Wajib
Pajak badan yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya
angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan
berkala pertama yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).
C. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP Bank dan sewa guna usa dengan hak opsi
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak bank dan sewa
guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan
keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24
yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua
belas).
1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
10
kecuali Wajib Pajak bank dan Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal
menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang
bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi
dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta
Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang
lalu, dibagi 12 (dua belas).
2. Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) belum disahkan, maka besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25
untuk bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
E. Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP masuk Bursa dan Wajib Pajak lainnya yang
berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan
Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan
di kurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23
serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeriuntuk tahun pajak yang lalu, dibagi
12 (dua belas).
1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari
jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.
2. Ketentuan pelaksanaan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang
pribadi pengusaha tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
11
Tatacara :
Permohonan dapat diajukan sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak
denga melampirkan besarnya perhitungan Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya PPh
Ps 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak bersangkutan
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan. Pada umumnya,
cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan tahun sebelumnya.
Artinya, kita mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan penghasilan
tahun sebelumnya. Tentu saja nanti akan ada perbedaan dengan kondisi sebenarnya ketika
tahun pajak sekarang sudah berakhir. Selisih tersebutlah yang kita bayar sebagai
kekurangan pajak akhir tahun. Kekurangan bayar akhir tahun ini biasa dinamakan PPh
Pasal 29. Apabila selisihnya menunjukkan lebih bayar, maka kondisi ini dinamakan
restitusi atau Wajib Pajak meminta kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukan.
Pada umumnya angsuran pajak ini adalah sebesar Pajak Penghasilan terutang menurut
SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun lalu dikuranggi dengan kredit pajak Pajak
Penghasilan Pasal 21, 22, 23 dan Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.
Misal, SPT Tahunan 2007 menunjukkan data sebagai berikut :
Pajak Penghasilan terutang50.000.000
Kredit Pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 2435.000.000
Maka, PPh Pasal 25 tahun 2008 yang harus dibayar tiap bulan adalah sebagai berikut :
Pajak Penghasilan terutang50.000.000
Kredit Pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 2435.000.000
Selisih15.000.000
PPh Pasal 25 = 15.000.000 : 12 =1.250.000
I. PPh Pasal 25 Untuk Bulan-bulan Sebelum Bulan Batas Waktu Penyampaian SPT
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan adalah sama besarnya dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun
pajak yang lalu. Apabila tahun pajaknya adalah tahun kalender (Januari-Desember),
12
maka yang dimaksud dengan bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan adalah bulan Januari dan Pebruari. Dengan demikian PPh Pasal 25 bulan Januari
dan Pebruari 2008 adalah sama dengan PPh Pasal 25 bulan Desember 2007.
J. PPh Pasal 25 Jika Dalam Tahun Berjalan Telah Diterbitkan SKP Untuk Tahun
Pajak Yang Lalu
Apabila dalam tahun berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk tahun pajak
yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan
berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP
3. ST tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas
waktu yang ditentukan;
Dalam menghitung batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber penghasilan
sebagai berikut :
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat berkedudukan.
13
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harga gerak adalah tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan berada
4. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 24 Adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak di luar negeri.Pajak yang dibayar di luar negeri atas penghasilan luar negeri
yang diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang
terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut
tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun
1994. Untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) dan PPh Pasal
25adalahPajak Penghasilan (disingkat PPh) dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam satu
periode tertentu yang dinamakan tahun pajak. Berdasarkan hal ini, maka perhitungan dan
penghitungan PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan dalam SPT Tahunan. Nah,
karena penghitungan PPh dilakukan setahun sekali, maka penghitungan ini harus dilakukan
setelah satu tahun tersebut berakhir agar semua data penghasilan dalam satu tahun sudah
diketahui. Untuk perusahaan, tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporan
keuangan selesai dibuat.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=10&q=&hlm=1
http://www.pandupajak.org/content/pph25-untuk-wajib-pajak-baru/
http://www.pandupajak.org/content/pph-pasal-24/
http://erwinbpph24.blogspot.com/
16