Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 24

DISUSUN OLEH :

ADINDA AMALIA (205030200111069)

REZKYAN KRESNA D. (205030200111072)

CHANDRA FAJAR. A.W (205030200111054)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2022
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikna makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan
PPH Pasal 24” tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Latifah Hanum, M.S.A, A.K. yang telah
memberikan bimbingan dan teman-teman yang telah memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini. Berkat bantuan tersebut kami dapat menyelasaikan tugas
makalah ini dengan lancar dan optimal.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Penulis

19 April Malang

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
2.1. Definisi PPh Pasal 24...........................................................................................................2
2.2. Penggabungan Penghasilan PPh Pasal 24.....................................................................2
2.3. Rumus Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)........................................................................4
2.4. KPLN yang Diperoleh Saat Kredit Pajak..........................................................................5
2.5. Kasus-Kasus Penghitungan PPh pasal 24.....................................................................7
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
KESIMPULAN...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan berkembangnya kondisi bisnis internasional, makapenghasilan yang diterima
wajib pajak dalam negeri juga beragam baikpenghasilan yang berasal dari dalam negeri
maupun penghasilan yangberasal dari luar negeri. Dalam kegiatan ini tentunya terjadi
tambahankemampuan ekonomis atau penghasilan yang didapat oleh wajib pajakdalam
negeri dan juga merupakan objek dari pajak khususnya PPh pasal24. Disini peran
pemerintah sangatlah berpengaruh karena agar tidakterjadinya pengenaan pajak berganda
antara negara dimana tempatpenghasilan ini bersumber dan negara Indonesia selaku
pemungut pajakpenghasilan dari wajib pajak dalam negeri.

Oleh karena itu muncullah pajak penghasilan pasal 24 yangmengatur agar wajib pajak
tidak dikenakan pajak berganda yang memberatkan. Namun masih masyarakat yang ragu
untuk melaporkan laba usahanya secara jujur

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi pph pasal 24?
2. Bagaimana langkah dalam penggabungan penghasilan pada Pph pasal 24?
3. Apa rumus Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)?
4. Apa Kredit pajak luar negeri yang diperoleh saat kredit pajak?
5. Apa Contoh kasus perhitungan PPh pasal 24?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang definisi pph pasal 24?
2. Mengetahui dan memahami tentang langkah dalam penggabungan penghasilan
pada PPh pasal 24?
3. Mengetahui dan memahami rumus kredit pajak luar negeri (KPLN)?
4. Mengetahui dan memahami tentang kredit pajak luar ngeri yang diperoleh saat kredit
pajak?
5. Mengetahui dan memahami contoh kasus perhitungan PPh pasal 24

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi PPh Pasal 24
Pajak Penghasilan Pasal 24 merupakan peraturan yang mengatur pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri.

Wajib Pajak dalam negeri dapat memiliki kewajiban membayar pajak baik
penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri maupun diluar negeri. Jika negara
lain tempat Wajib Pajak dalam negeri memiliki tanggung jawab membayar pajak
penghasilan, maka Wajib Pajak tersebut akan membayar pajak penghasilan di negara yang
bersangkutan.

2.2. Penggabungan Penghasilan PPh Pasal 24


Langka yang dilakukan dalam menghitung total Pajak Penghasilan Pasal 24 dalam suatu
tahun pajak adalah menentukan jumlah penghasilan baik penghasilan dari dalam negeri
maupun dari luar negeri yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung PPh tersebut.
Untuk penghasilan yang berasal dari luar negeri, berikut ini ketentuan-ketentuan atas
penggabungan penghasilan tersebut:

1. Penghasilan yang berasal dari usaha. Penggabungan penghasilan dilakukan dalam


tahun diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis)
2. Penghasilan lainya, seperti sewa, bunga, royalty, da lain-lain. Penggabungan
penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash
basis)
3. Penghasilan berupadividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dari penyertaan
modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham yang disetor atau secara
bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya 50%
darijumlah saham yang disetor pada badan usaha di luar negeri yang sahamnya
tidak diperdagangkan di bursa efek.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan saat perolehan dividen dalam rangka


penggabungan penghasilan tersebut ditetapkan sebagai berikut:

1. Pada bulan keempat setelah akhir batas waktu kewajiban untuk menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) badan usaha
di luar negeri untuk tahun pajak yang bersangkutan, atau;

2
2. Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, atau tidak ada
kewajiban penyampaian SPT PPh, saat diperolehnya dividen adalah pada bulan
ketujuh setelah tahun pajak berakhir.

Penentuan besarnya dividen yang digabungkan dengan penghasilan lainnya dihitung


berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha di luar negeri atas laba
setelah pajak. Laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai dengan laporan keuangan
yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim berlaku di negara yang
bersangkutan dan telah diaudit oleh akuntan publik, setelah dikurangi dengan PPh terutang
di negara tersebut.
Apabila kemudian terjadi pembagian dividen dalam jumlah yang melebihi dividen
berdasarkan penghitungan Wajib Pajak dalam negeri tersebut atau terjadi pembagian
dividen maka kelebihan jumlah tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada
tahun pajak dibagikannya dividen tersebut. Namun, jika sebelum jangka waktu tersebut
ternyata badan usaha di luar negeri yang dimaksud sudah membagikan dividen yang
menjadi hak Wajib Pajak maka dividen yang digabungkan menjadi sebesar dividen yang
dibagikan tersebut
Dividen yang menjadi hak Wajib Pajak adalah dividen yang sekurang-kurangnya sama
besarnya dengan dividen yang dihitung sebanding dengan penyertaan Wajib Pajak pada
badan usaha di luar negeri.
Apabila kemudian terjadi pembagian dividen selain dividen yang telah dibagikan di
atas maka dividen tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada tahun pajak
dibagikannya dividen tersebut. Badan usaha sebagaimana dimaksud adalah badan usaha
yang berkedudukan di negara atau tempat berikut ini.
a. Argentina
b. Bahama
c. Bahrani
d. Belize
e. Bermuda
f. British Isle
g. Kepulauan Virgin Inggris
h. Cayman Island
i. Channel Island Greensey
j. Channel Island Jersey
k. Cook Island
l. El Salvador
m. Estonia

3
n. Hong Kong
o. Liechtenstein
p. Lituania
q. Makau
r. Mauritius
s. Meksiko
t. Antilla Belanda
u. Nikaragua
v. Panama
w. Paraguay
x. Peru
y. Qatar
z. St.Lusia
aa. Arab Saudi
bb. Venezuela
cc. Vanuatu
dd. Yunani
ee. Zambia

2.3. Rumus Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)


Berikut ini merupakan ketetapan mengenai jumlah kredit pajak luar negeri (KPLN) yang
diperbolehkan, yakni :

1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri (LN) yang dapat
dikreditkan atas total PPh terutang di Indonesia “hanya pajak yang langsung
dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak dari luar negeri tersebut”.
Pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri merupakan jumlah pajak atas
penghasilan yang berkenaan dengan pekerjaan di luar negeri. Sedangkan untuk
pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri merupakan pajak atas
pendapatan dari sejumlah modal dan penghasilan lainnya, seperti bunga, deviden,
royalti, sewa, dan lainnya.

2. Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan yakni setinggi-tingginya sama dengan


jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. Namun, terdapat ketetapan
bahwa jumlah pajaknya tidak melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan
antara penghasilan dari luar negeri dan PKP, atau setinggi-tingginya sama dengan

4
pajak yang terutang atas PKP, jika PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri
(menganut Ordinary Credit Method).
Singkatnya, jumlah besaran kredit pajak luar negeri (KPLN) yang
diperbolehkan sesuai dengan PPh pasal 24 adalah nilai terendah antara tiga
perhitungan berikut ini :
a.) Total PPh terutang ;
b.) (Penghasilan neto LN : PKP) x Total PPh terutang ; dan
c.) PPh yang terutang atai dibayar di luar negeri (LN).

Catatan :

- Total PKP = Jumlah penghasilan dari dalam dan luar negeri (DN +
LN).
- Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 x Total PKP.
- Penghasilan terutang atau dibayar di luar negeri
= Tarif pajak LN x Penghasilan di LN.
- Besarnya PKP sebagai dasar perhitungan total PPh terutang tidak
memasukkan penghasilan dengan PPh yang bersifat final.
Jika jumlah PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri melebihi jumlah kredit
pajak yang diperbolehkan, kelebihan tersebut tidak boleh diperhitungkan atau
dibebankan kepada PPh ditahun yang akan datang.

2.4. KPLN yang Diperoleh Saat Kredit Pajak


Wajib pajak terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal dari seluruh
penghasilan yang diterima atau diperoleh baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri
yang dikenal dengan istilah word wide income. Untuk menghindari pengenaan pajak
berganda dan memberikan perlakukan pemajakan yang sama, maka atas penghasilan yang
dibayar atau terutang dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri dapat
dikreditkan dengan pajak yang terutang pada tahun yang sama. Untuk penghasilan berupa
deviden dilakukan dalam tahun pajak pada saat diperolehnya deviden tersebut.

Mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar diluar negeri (PERMENKEU No.


192/PMK.03/2018)

1. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang dari penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang
di Indonesia ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit antara:

5
 Hasil dari pajak penghasilan yang pada seharusnya terutang, dipotong, atau dibayar di
luar negeri dengan cara memperhatikan ketentuan yang ada di dalam P3B, dalam hal
terdapat P3B yang telah berlaku secara efektif
 Jumlah PPh Luar Negeri
 Jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan sebagai berikut:

2. Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberpa negara, maka perhitungan PPh
pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara.

3. Dalam hal pasangan suami-istri sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN)
menghendaki dengan secara tertulis perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, atau istri
mengambil pilihan untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri dengan
dasar kehendaknya sendiri, besarnya jumlah dari PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan
oleh masing-masing suami atau istri ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit di
antara:

 Jumlah pajak penghasilan yang seharusnya terutang, dibayar, atau dipotong di luar
negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar
negeri untuk masing-masing suami atau istri dengan memperhatikan ketentuan
dalam P3B, dalam hal terdapat P3B yang telah berlaku efektif;
 Jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber
penghasilan di luar negeri untuk masing-masing suami atau istri; dan
 Jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar negeri oleh masing-masing
suami atau istri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan Pajak
Penghasilan yang keadaannya terutang atas Penghasilan Kena Pajak, paling tinggi
sebesar Pajak Penghasilan yang terutang yang ditanggung secara individual untuk
masing – masing suami atau istri.

4. Dalam hal penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar
negeri berasal dari Trust, besarnya PPh Luar Negeri ditentukan sebagai berikut:

6
 Sebesar pajak penghasilan atau bagian pajak penghasilan atas penghasilan
yang diperoleh WPDN, dalam hal Trust di luar negeri dikenai pajak penghasilan
di tingkat Trust; dan
 Sejumlah pajak penghasilan atas penerimaan penghasilan yang diterima oleh
WPDN, dalam hal Trust di luar negeri tidak dikenai pajak penghasilan di tingkat
Trust.

5. Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang dikenakan PPh Final (UU PPh Pasal 4 ayat 2)
dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri (UU PPh Pasal 8 ayat (1 dan 4)) tidak
bisa digabungkan Bersama dengan penghasilan yang lain, baik penghasilan diperoleh dari
Dalam Negeri, maupun penghasilan yang telah diperoleh dari Luar Negeri.

6. Untuk melaksanakan pengkreditan PPh Luar Negeri, wajib pajak wajib menyampaikan
Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri bagi WPDN yang mengkreditkan PPh Luar
Negeri berupa;

 Salinan bukti pembayaran atau bukti pemotongan PPh Luar Negeri; atau
 Salinan bukti lainnya yang dapat menunjukkan adanya pembayaran atau
pemotongan PPh Luar negeri.
 Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri sekurang-kurangnya memuat data
atau informasi berupa nama WPDN dan jumlah PPh Luar Negeri.

7. Dalam hal terjadinya perubahan jumlah dari pemasukan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak diwajibkan untuk melakukan pembetulan SPT Tahunan yang bersangkutan
dengan cara melakukan pelampiran dokumen-dokumen yang berkenaan dengan perubahan
yang terjadi.

2.5. Kasus-Kasus Penghitungan PPh pasal 24


A. Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Dalam Negeri

PT Selera rakyat berkedudukan di Indonesia Memperoleh penghasilan Neto dalam tahun


2015 sebagai berikut:
Di belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp.600.000.000 (Tarif
pajak yang berlaku 30%) Didalam negeri menderita kerugian sebesar Rp. 200.000.000
Hitunglah Pph pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?

7
Jawaban

1 Menghitung Total Penghasilan Kena Pajak


Penghasilan dari Belanda Rp.600.000.000
Penghasilan dari dalam negeri (Rp.200.000.000)
Jumlah Penghasilan Neto Rp.400.000.000
2 Menghitung Total PPh Terutang :
Pajak Terhutang 25% x 400.000.000 Rp. 100.000.000
3. Menghitung PP Maksimum yang dapat
dikreditkan :
(Penghasilan luar negeri : Total Penghasilan) x
total PPh Tetutang
(600.000.000 : 400.000.000) x 100.000.000 Rp.150.000.000
4. Menghitung PPH yang terutang atau dipotong
diluar neger
30% x Rp.600.000.000 180.000.000

Kredit pajak ang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp.150.000.000. Jumlah ini diperoleh
dengan membandingkan perhitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh
yang terutang atau dibayar luar negeri. Kemudian pilih yang jumlah terendah.

B. Perhitungan PPh Pasal 24 Jika terjadi kerugian usaha luar negeri


Amalia (TK/0) berdomisil di Surabaya memperoleh dan menerima penghasilan neto
tahun 2016 sebagai berikut :

- Di negara A, ia menerima penghasilan berupa sewa sebesar 200.000.000 (Tarif


pajak yang berlaku adalah 40%)
- Di negara B, ia mengalami kerugian usaha sebesar Rp. 100.000.000 (Tarif
pajakyang berlaku adalah 25%)
- Di dalam negeri, ia memperoleh laba usaha sebesar 200.000.000

Berikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal 24)

1. Mengitung total PKP


Penghasilan dari Negara A berupa Sewa Rp. 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp. 200.000.000 (+)

8
Jumlah penghasilan neto Rp. 400.000.000
PTKP (TK/0) Rp. 54.000.000 (-)
PKP Rp. 346.000.000

Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensansi
kerugian atau pengurangan yang lain

2. Mengitung total PPh yang terutang


PPh terutang
- 5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
- 15% x Rp. 200.000.000 = Rp. 30.000.000
- 25% x Rp. 96.000.000 = Rp. 24.000.000 (+)
Rp. 56.500.000

3. Menghitunga PPh maksimum dikreditkan di negara A sesuaiperbandingan


penghasilan
Penghasilan luar negeri( Negara A)
x Total PPh terutang
Penghasilan Kena Pajak

Rp . 200.000 .000
x Rp. 56.500.000 = Rp. 32.658.960
Rp . 346.000 .000

4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Negara A


40% x Rp. 200.000.000 = Rp.80.000.000

Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (Pph pasal 24) adalh Rp. 32.658.960 Atau
sebesar Pph Maksimum sesuai perbandingan penghasilan.Jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan penghitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan sesuai
perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri. Kemudian dipilih
nilai terendah di antara ketiganya

C. Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Negeri Berasal dari Beberapa


Negara

PT Yogananta, yang berkantor di Jakarta, memperoleh dan menerima penghasilan neto


pada tahun 2016 sebagai berikut:

9
 Di Negara P, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp 300.000.000
(tarif yang berlaku adalah 20%)
 Di Negara Q, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebsar Rp 400.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 25%)
 Di Negara R, menerima penghasilan berupa bunga sebesar Rp 100.000.000 (tarif
pajak yang berlaku adalah 35%)
 Di dalam negeri, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
200.000.000

Peredaran bruto dari kegiatan usaha di dalam dan luar negeri tersebut sebesar
Rp 50.000.000.000

Penyelesaian:

1. Menghitung Total PKP


Penghasilan dari Negara P berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari Negara Q berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari Negara R berupa bunga Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah Penghasilan neto Rp 1.000.000.000

Jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak karena tidak
terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.

2. Menghitung Total PPh Terutang


PPh Terutang:
25% x Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000

3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan masing-


masing negara
a. PPh Maksimum untuk Negara P
Penghasilan Negara P
x Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak

Rp 300.000 .000
x Rp 250.000.000 = Rp 75.000.000
Rp 1.000 .000 .000

10
b. PPh Maksimum untuk Negara Q
Penghasilan NegaraQ
x Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak

Rp 400.000 .000
x Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
Rp 1.000 .000 .000

c. PPh Maksimum untuk Negara R


Penghasilan NegaraQ
x Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak

Rp 100.000 .000
x Rp 250.000.000 = Rp 25.000.000
Rp 1.000 .000 .000

4. Menghitung PPh yang Dipotong atau DIbayar di Luar Negeri untuk Masing-Masing
Negara
a. PPh Terutang atau Dibayar di Negara P
Tarif Pajak Negara P x Penghasilan Negara P
20% x Rp 300.000.000 = Rp 60.000.000
b. PPh Terutang atau Dibayar di Negara Q
Tarif Pajak Negara Q x Penghasilan Negara Q
25% x Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
c. PPh Terutang atau Dibayar di Negara R
Tarif Pajak Negara R x Penghasilan Negara R
35% x Rp 100.000.000 = Rp 35.000.000

Negara Total PPh PPh Maksimum PPh PPh Pasal 24


Terutang Dikreditkan Terutang/Dibaya Terendah Kolom
Sesuai r di Luar Negeri (1), (2), (3)
Perbandingan
Penghasilan
(1) (2) (3) (4)
P Rp 250.000.000 Rp 75.000.000 Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Q Rp 250.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
E Rp 250.000.000 Rp 25.000.000 Rp 35.000.000 Rp 25.000.000
Total Kredit Pajak Luar Negeri diperbolehkan Rp 185.000.000

11
Total Kredit Pajak Luar Negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24)Rp. 185.000.000 karena
jumlah ini masih lebih rendah dibanding total PPh terutang (Rp.250.000.000)

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pajak Penghasilan Pasal 24 merupakan peraturan yang mengatur pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri. Langka yang dilakukan dalam menghitung total
Pajak Penghasilan Pasal 24 dalam suatu tahun pajak adalah menentukan jumlah
penghasilan baik penghasilan dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang digunakan
sebagai dasar untuk menghitung PPh tersebut.

Pada proses perhitungan ataupun pencatatan kredit pajak luar negeri (KPLN) yang
tertuang pada PPh pasal 24, terdapat ketentuan atau rumusan yang perlu diperhatikan
ketika menentukan besarnya kredit pajak luar negeri, yakni : (1) Pajak atas penghasilan
yang terutang atau dibayar di luar negeri (LN) yang dapat dikreditkan atas total PPh terutang
di Indonesia “hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib
Pajak dari luar negeri tersebut”. (2) Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan yakni setinggi-
tingginya sama dengan jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri. Namun,
terdapat ketetapan bahwa jumlah pajaknya tidak melebihi jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan PKP

Untuk Pajak luar negeri yang diperoleh saat kredit pajak diatur dalam PERMENKEU no
192/PMK.03/2018. Jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan ialah sebagai
berikut : (penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang

13
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Resmi, S. (2017). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai