Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PPH PASAL 24

Di Susun oleh

Nama :
Ainun Nafisah 1900312320055
Jihan Nabila Sari 1900312320057
Nur Yusna Sari 1900312320041
Reva Mahdiani 1900312320102
Prodi : D3 Perpajakan

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
D3 PERPAJAKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
rahmat, karunia, hidayah dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Makalah “PPH Pasal 24 Teori” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan sebaik mungkin, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari. Penyusun
berharap agar makalah ini dapat berguna di kemudian hari sebagai bahan pembelajaran dan
menambah wawasan untuk pembaca.

Banjarmasin, 1 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian PPH Pasal 24....................................................................................................4
2.2 Sumber Penghasilan Kena
Pajak.......................................................................................5
2.3 Koreksi PPh Pasal 24....................................................................................................6
2.4 Persyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negri...........................................7
2.5 Mekanisme Pengkreditan Pph yang Dibayarkan di Luar Negri...................................8
2.6 Pengkreditan Pajak Penghasilan Yang Telah Dipotong Atas Dividen.........................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai sesuatu kewajiban warga negara
berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat
untuk membiayai berbagai keperluaan negara dalampembangunan nasional, tanpa
adanya imbalan secara langsung yang pelaksanaannya diatur dalam undang-
undang perpajakan untuk tujuankesejahteraan bangsa dan negara. Dengan
demikian berkembangnya kondisi usaha bisnis baik ditingkat nasional maupun
internasional, makapenghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negri juga
meningkat.Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dipungut diluar negeri
atas penghasilan wajib pajak luar negeri . pajak yang dibayar diluarnegeri atas
penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalamnegeri ( WPDN)
boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama,
sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeritersebut tapi tidak boleh
melebihi penghitungan pajak yang terutang b e r d a s a r k a n U U n o 1 0 T a h u n
1 9 9 4 . U n t u k i t u h a r u s d i c a r i b a t a s maksimum kredit pajak luar negeri
(KPLN).D engan berkembangnya kondis i bis nis internas ional,
maka penghasilan yang diterima wajib pajak dalam negeri juga beragam
baikpenghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan
yangberasal dari luar negeri. Dalam kegiatan ini tentunya terjadi
tambahankemampuan ekonomis atau penghasilan yang didapat oleh wajib
pajakdalam negeri dan juga merupakan objek dari pajak khususnya PPh pasal24.
Disini peran pemerintah sangatlah berpengaruh karena agar tidak terjadinya
pengenaan pajak berganda antara negara dimana tempat penghasilan ini
bersumber dan negara Indonesia selaku pemungut pajak penghasilan dari wajib pajak
dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalh


1. Apa yang dimaksud PPH Pasal 24?
2. Jelaskan sumber penghasilan kena pajak!
3. Jelaskan koreksi PPH pasal 24!
4. Apa saja persyaratan administratif pengkreditan pajak Luar Negri?
5. Bagaimana Mekanisme Pengkreditan PPH yang di bayarkan diluar negri?
6. Bagaimana Pengkreditan Pajak Penghasilan Yang Telah Dipotong Atas Dividen?
BAB II. Pembahasan

2.1 Pengertian PPH 24

PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur hak wajib
pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terhutang yang dimiliki di Indonesia.

Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak
yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi
hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia. Pemanfaatan kredit pajak di luar negeri ini
dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena pajak ganda

2.2 Sumber Penghasilan Kena Pajak

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak


Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha
tetap (BUT).

2.3 Koreksi PPh Pasal 24


Adanya koreksi di luar negeri, yang menyebabkan pajak atas penghasilan terutang di luar
negeri dilaporkan lebih besar dalam SPT Tahunan, dan menyebabkan pajak di luar negeri
tertera kurang bayar, maka akan berakibat kemungkinan PPh yang di Indonesia menjadi
kurang bayar.

Nah, untuk yang satu ini, wajib pajak bisa melakukan koreksi sendiri dengan melakukan
pembetulan atas SPT. Jika pembetulan sudah dilakukan, maka bunga terutang atas pajak yang
kurang dibayar tidak akan ditagih.

Jika koreksi yang terjadi menyebabkan penghasilan terutang luar negeri lebih kecil daripada
yang dilaporkan dalam SPT, maka akan menyebabkan laporan pajak luar negeri lebih bayar.
Adanya koreksi ini mengakibatkan PPh terutang di Indonesia juga menjadi lebih kecil.
Akibatnya PPh kelebihan bayar. Kelebihan ini bisa dikembalikan setelah dilakukan
perhitungan dengan utang pajak yang lain.

2.4 Persyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negri

Seperti yang dikatakan pada poin sebelumnya, wajib pajak yang telah membayarkan
pajaknya di luar negeri, kemudian ingin mengkreditkannya di Indonesia, terlebih dahulu
harus menyampaikan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Permohonan kemudian dilaporkan bersamaan pada saat pelaporan SPT Tahunan dengan
melampirkan sejumlah dokumen yakni:

 Laporan keuangan dari luar negeri.


 Fotokopi SPT (Tax Return) yang dilaporkan di luar negeri.
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Demi meringankan beban pajak penghasilan yang diperoleh di luar negeri, maka penghasilan
yang diterima di luar negeri bisa dikreditkan terhadap pajak terutang atas seluruh penghasilan
wajib pajak dalam negeri.

Lalu, apakah PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia?
Jawabannya, bisa. Akan tetapi pengenaan pajaknya harus dalam tahun yang sama. Selain itu,
besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan sama dengan pajak penghasilan yang dibayar
atau terutang di luar negeri.

2.5 Mekanisme Pengkreditan Pph yang Dibayarkan di Luar Negri

Berikut ini poin-poin yang perlu Anda ketahui tentang mekanisme pengkreditan PPh yang
dibayarkan di luar negeri:

1. Pajak Penghasilan yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang di Indonesia.

2. Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun
pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia

3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih
rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang
dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh
Penghasilan Kena Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh
Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan
dari luar negeri lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak)

4. Apabila m=penghasilan dari luar negeri dari beberapa negara, maka penghitungan
PPh pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara
5. Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) dan/atau
penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan
penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri

6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi PPh
Pasal 24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di
tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi

7. Dalam melaksanakan pengkreditan PPh luar negeri, wajib pajak wajib menyampaikan
permohonan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri
dengan:

o Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri,

o Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri,

o Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.

8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas karena alasan-alasan
yang ada di luar kekuasaan wajib pajak

9. Dalam hal terjadinya perubahan besaran penghasilan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak perlu bahkan wajib melakukan pembetulan SPT Tahunan yang
bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
perubahan tersebut

10. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas kekurangan
bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga

11. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut
dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.

2.6 Pengkreditan Pajak Penghasilan Yang Telah Dipotong Atas Dividen

Proses pengkreditan pajak penghasilan yang telah dipotong atas dividen yang diterima dari
BULN Non-bursa terkendali langsung pada Tahun pajak dibayarkan/dipotong pajak
penghasilan tersebut.

Hal ini diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.03/2017 tentang
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen dan Dasar Penghitungannya oleh Wajib Pajak Dalam
Negeri Atas Penyetaraan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri Selain Badan Usaha yang
Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

Kemudian, wajib pajak dalam negeri yang mengkreditkan pajak penghasilannya harus
menyampaikan penghitungan pengkreditan pajak penghasilan yang telah dibayar atau
dipotong atas dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan beberapa dokumen sebagai berikut:

 Laporan keuangan.
 Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan, dalam hal terdapat
kewajiban untuk menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
 Penghitungan atau rincian laba dalam 5 tahunan terakhir.
 Bukti pembayaran pajak penghasilan atau bukti pemotongan pajak penghasilan atas
dividen yang diterima.
Penyampaian penghitungan tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT
Tahunan PPh.

Daftar Pustaka

https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-pasal-24

https://www.coursehero.com/file/21116813/Makalah-PPH-Pasal-24-Kelompok-6/

Anda mungkin juga menyukai