Anda di halaman 1dari 11

PERPAJAKAN 2

“Pajak Penghasilan Pasal 24”

Dosen Pengampu: I Made Sudiartana, SE, M.Si

Kelompok 3

 Ni Made Hirtayani ( 2002622010325 ) / (17)


 Ida Ayu Dwi Cahyani Murti ( 2002622010326 ) / (18)
 Ni Kadek Ayu Trisna Dewi ( 2002622010327 ) / (19)
 Gusti Ngurah Nyoman Mariartha ( 2002622010339 ) / (30)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah
Perpajakan 2 tepat pada waktunya. Penulisan paper dengan materi Pajak Penghasilan Pasal
24 ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap paper tentang Pajak
Penghasilan Pasal 24 ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada Ilmu Ekonomi.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru dan
menambah pengetahuan setelah membaca paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
paper ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga
paper ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 9 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................1


2.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
2.3 TUJUAN................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24.................................................................2


2.2 Batasan Jumlah Pajak yang Boleh Dikreditkan.....................................................2
2.3 Perhitungan Batasan Jumlah Pajak yang Boleh Dikreditkan................................3

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri. Ketenuan ini mengatur
tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

Ketentuan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak


Penghasilan untuk mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri. Pengkreditan pajak luar
negeri dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan
penghasilan di Indonesia. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method
dengan menerapkan per country limitation.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian pajak penghasilan pasal 24?
2. Apa saja batasan jumlah pajak yang boleh dikreditkan?
3. Bagaimana perhitungan jumlah pajak yang boleh dikreditkan?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pajak penghasilan pasal 24
2. Mengetahui apa saja batasan jumlah pajak yang boleh dikreditkan
3. Mengetahui bagaimana perhitungan jumlah pajak yang boleh dikreditkan

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24


Pengertian PPh Pasal 24 adalah Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri. Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tersebut boleh dikreditkan
terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan dalam tahun pajak yang sama. Pada dasarnya Wajib Pajak
dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, maka diterbitkan
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan untuk
mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

2.2 Batasan Jumlah Pajak yang Boleh Dikreditkan


Jumlah kredit Pajak Penghasilan Pasal 24 yang boleh dikreditkan hanya atas
pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dari luar negeri. Setinggi-tingginya sama dengan jumlah pajak yag dibayar atau
terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak
dikalikan dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak, atau setinggi-
tingginya sama dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak dalam hal
penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung
dikenakan atau penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari luar negeri
tersebut.
Dalam menghitung batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan sumber penghasilan

2
sebagai berikut:
1. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
2. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
3. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
4. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada;
5. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
6. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
7. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;
8. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur atau perhitungan
berikut ini:
1) Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.

2) (Penghasilan luar negeri: Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh yang
dikenakan tarif Pasal 17
3) Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh Penghasilan Kena Pajak (dalam hal
Penghasilan Kena Pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

2.3 Perhitungan Batasan Jumlah Pajak yang Boleh Dikreditkan


1) PerhitunganBatas Maksimum Kredit Pajak
Contoh:
PT Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:

3
1) Penghasilan dari luar negeri Rp5.000.000.000,00, dengan tariff pajak sebesar
40%.
2) Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00.
Maka jumlah penghasilan neto adalah:
Rp5.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00 = Rp9.000.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan
berikut:
1) PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah:
40% x Rp5.000.000.000 = Rp2.000.000.000,00
2) (Rp5.000.000.000/Rp9.000.000.000) × Rp2.250.000.000,00 =
Rp1.250.000.000,00
3) PPh terutang (menurut tarif pasal 17) = Rp9.000.000.000,00 x 25% =
Rp2.250.000.000,00
Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar
Rp1.250.000.000.
2) Perhitungan Batas Maksimum Kredi Pajak Untuk Setiap Negara (Per
Country Limitation)
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara maka perhitungan
batas maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
Contoh:
PT Diaswati memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:
1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) 2.000.000.000,00 dengan tarif
pajak sebesar 35% (Rp700.000.000,00).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp1.000.000.000,00 dengan
tarif pajak sebesar 20% (Rp200.000.000,00).
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp5.000.000.000,00
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan luar negeri
a. Laba di negara A Rp2.000.000.000,00
b. Laba di negara B Rp1.000.000.000,00 +
Jumlah penghasilan luar negeri Rp3.000.000.000,00
2. Penghasilan dalam negeri Rp5.000.000.000,00
3. Jumlah penghasila neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah:
Rp3.000.000.000,00 + Rp5.000.000.000,00 = Rp8.000.000.000,00

4
4. PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp8.000.000.000,00 × 25%
= Rp2.000.000.000,00
5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:
a. Untuk negara A:
(Rp2.000.000.000,00 : Rp8.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000 =
Rp500.000.000,00
Pajak terutang di negara A sebesar Rp700.000.000,00, maka maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp500.000.000,00.
b. Untuk negara B:
(Rp1.000.000.000,00 : Rp8.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000 =
Rp250.000.000,00
Pajak terutang di negara B sebesar Rp200.000.000,00, maka maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp250.000.000,00.
6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar:
Rp500.000.000,00 + Rp250.000.000,00 = Rp750.000.000,00.
3) Perhitungan Rugi Usaha di Luar Negeri
Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, tidak dihitung kerugian yang
diderita di luar negeri.
PT Fiskal memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:
1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) 1.000.000.000,00 dengan tarif
pajak sebesar 35% (Rp350.000.000,00).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp3.000.000.000,00 dengan
tarif pajak sebesar 20% (Rp600.000.000,00).
3. Di negara C, menderia kerugian sebesar Rp2.000.000.000,00
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00
Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan luar negeri
a. Laba di negara A Rp1.000.000.000,00
b. Laba di negara B Rp3.000.000.000,00
c. Rugi di negara C Rp - +
Jumlah penghasilan luar negeri Rp4.000.000.000,00
2. Penghasilan dalam negeri Rp4.000.000.000,00
3. Jumlah penghasila neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah:
Rp4.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00 = Rp8.000.000.000,00

5
4. PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp8.000.000.000,00 × 25%
= Rp2.000.000.000,00
5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:
a. Untuk negara A:
(Rp1.000.000.000,00 : Rp8.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000 =
Rp250.000.000,00
Pajak terutang di negara A sebesar Rp350.000.000,00, maka maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp250.000.000,00.
b. Untuk negara B:
(Rp3.000.000.000,00 : Rp8.000.000.000,00) x Rp2.000.000.000 =
Rp750.000.000,00
Pajak terutang di negara B sebesar Rp600.000.000,00, maka maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp750.000.000,00.
c. Di negara C PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp2.000.000.000,00.
Kerugian ini tidak dapat dimasukkan dalam penghitungan Penghasilan
Kena Pajak. Kerugian ini juga tidak dapat dikompensasikan sebagai
kredit pajak luar negeri.
6. Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar:
Rp250.000.000,00 + Rp750.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00.
Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri,
Wajib Pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan dilampiri:
1. Laporan keuangan dari penghailan yang berasal dari luar negeri.
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Pembayaran permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaa dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

6
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
PPh Pasal 24 adalah Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri.
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri tersebut boleh dikreditkan terhadap
pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan dalam tahun pajak yang sama.
Jumlah kredit Pajak Penghasilan Pasal 24 yang boleh dikreditkan hanya atas
pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dari luar negeri. Untuk melakukan kredit pajak luar negeri, wajib pajak juga
harus melalui berbagai tahap atau persyaratan dalam mengajukan kredit pajak luar
negeri ini sebagai pengurang dari penghasilan dalam negeri. Ini dilakukan agar tidak
merugikan negara, karena bagaimanapun pajak meruoakan penerimaan negara yang
harus selalu diawasi baik penerimaannya maupun penggunaannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Atpetsi.2016. Batas Maksimum Kredit Pajak dalam https://atpetsi.or.id/batas-maksimum-kredit-


pajak diunduh 9 Maret 2022

Shodiq. PPH Pasal 24 dalam https://www.academia.edu/29741909/PPh_Pasal_24 diunduh 9


Maret 2022

Mardiasmo. 2019. Perpajakan Edisi 2019. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai