DOSEN PENGAMPU :
Dr. WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M,Si., CIQnR
DISUSUN OLEH :
NAMA : MUTIARA KINANTI
NIM : C1C020117
KELAS : R-010
2022
KATA PENGANTAR
Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah mengenai “PPh Pasal 24 dan Pasal 25” disusun guna memenuhi Tugas
Perpajakan 2 yang diberikan oleh Dosen Pengampu bapak Dr. Wirmie Eka Putra,S.E., M,Si.,
CIQnR Semoga makalah ini dapat memenuhi kriteria penilaian tugas dan dapat menjadi
acuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh
dari kata sempurna. Penulis berusaha mencari informasi sebanyak mungkin dari lingkungan
sekitar sehingga dapat menyusun makalah ini seperti ada yang terlampir. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan makalah ini.
MUTIARA KINANTI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 1
2.1 PPh PASAL 24 ......................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian PPh Pasal 24 ........................................................................................ 2
2.1.2Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri ................................................................... 2
2.1.3 Penggabungan Penghasilan.................................................................................... 3
2.1.4 Batas Maksimum Kredit Pajak ............................................................................. 3
2.1.5 Batas Maksimum Kredit Pajak untuk Setiap Negara (Per Country Limitation)...... 5
2.1.6 Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri ....................................................... 6
2.2 PPh Pasal 25 ............................................................................................................... 6
2.2.1 Pendahuluan ......................................................................................................... 6
2.2.2 Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25 .............................................................. 6
2.2.3 Beberapa Masalah / Kasus untuk Menghitung Besarnya PPh Pasal 25 ................... 7
2.2.4 Hal-Hal Tertentu untuk Perhitunngan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 ................ 8
2.2.5 Sifat Pemotongan .................................................................................................. 8
BAB III ............................................................................................................................... 11
PENUTUP .......................................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Maju nya perekonomian Indonesia di tambah mudah nya akses ke luar negeri. maka
dewasa ini penghasilan dari luar negeri kian banyak ini mmenjadi suatu peluang bagi
Negara untuk mendapatkan pemasukan. Objek pajak ini akan di atur pemerintah dalam
PPh pasal 24
Pajak penghasilan pasal 25 (PPh 25) memuat aturan tentang bagaimana Wajib Pajak
mengangsur kewajiban pajak di muka, sehingga Wajib Pajak tidak mempunyai beban
utang pajak yang besar yang harus dibayar ketika batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Kewajiban angsuran pajak ini akan timbul
ketika Wajib Pajak mempunyai utang pajak penghasilan kurang bayar di Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1 PPh PASAL 24
Pada dasarnya, Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri
maupun penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Jika negara lain
tempat Wajib Pajak dalam negeri tersebut mengenakan pajak penghasilan maka
Wajib Pajak tersebut akan membayar atau terutang pajak atas penghasilannya itu di
negara yang bersangkutan (di luar negeri).
Jumlah pajak atas penghasilan Wajib Pajak dalam negeri yang dibayar atau
terutang di luar negeri tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku di
negara yang bersangkutan dikalikan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh di negara yang bersangkutan. Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri tersebut mungkin tidak semuanya dapat dikreditkan dari total pajak
terutang di Indonesia.
2
2.1.3 Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai
berikut:
Contoh :
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri
dalam tahun 2016 sebagai berikut:
3
dibebani bunga, royalti, sta sewa tersebut bertempat kedudukan atau
berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta t negara
tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani
imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu
bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Contoh :
PT Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:
4
Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar
Rp1.250.000.000,00.
2.1.5 Batas Maksimum Kredit Pajak untuk Setiap Negara (Per Country Limitation)
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara maka
penghitungan batas maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
Contoh :
5
Rp500.000.000,00 + Rp250.000.000,00=Rp 750.000.000,00.
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.
2.2.1 Pendahuluan
Ketentun Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang
penghitung saya angsuran bulanan yang barus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam
tahun berjalan
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian Tahun Pajak
6
Contoh 1:
Pengurangan:
Rp18.000.000,00/12 = Rp1.500.000,00
Jadi, Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada
tahun 2019 mulai masa Maret sebesar Rp1.500.000,00.
7
2.2.4 Hal-Hal Tertentu untuk Perhitunngan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25
Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, apabila:
a. Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
b. Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak
Penghasilan.
2. Wajib Pajak Lainnya dan Wajib Pajak Masuk Bursa Selain Wajib Pajak
Bank Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan
membuat laporan keuangan berkala yang selanjutnya disebut Wajib Pajak
Lainnya adalah Wajib Pajak yang melaksanakan kegiatan di sektor
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa
keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8
Dasar untuk penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak
lainnya dan Wajib Pajak masuk bursa selain bank adalah laporan keuangan
yang disampaikan setiap 3 (tiga) bulan kepada bursa dan/atau Otoritas Jasa
Keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
sejak awal Tahun Pajak sampai dengan periode yang dilaporkan. Angsuran
PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan penerapan tarif Pasal 17 Undang-
Undang PPh atas penghasilan neto berdasarkan laporan keuangan
triwulanan dikurangi dengan:
a. PPh Pasal 22 dan Pasal 23 yang dipotong dan/atau dipungut sejak awal
Tahun Pajak sampai dengan Masa Pajak periode yang dilaporkan
b. PPh Pasal 25 yang seharusnya dibayar sejak awal Tahun Pajak sampai
dengan Masa Pajak periode yang dilaporkan.
a. Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
b. Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek
Pajak Penghasilan.
9
ditetapkan sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha yang berbeda
dengan tempat tinggal Wajib Pajak. Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25
dari masing masing tempat usaha merupakan kredit pajak atas Pajak
Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.
5. WP Baru
a. Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru
terdaftar pada suatu Tahun Pajak, termasuk Wajib Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pengambilalihan usaha dan/atau
perubahan bentuk badan usaha. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak
Baru pada Tahun Pajak berjalan ditetapkan nihil.
b. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru dalam rangka
penggabungan, peleburan, dan/atau pengambilalihan usaha pada sisa
Tahun Pajak berjalan ditetapkan sebesar penjumlahan Angsuran PPh Pasal
25 dari seluruh Wajib Pajak yang terkait sebelum penggabungan,
peleburan, dan/atau pengambilalihan usaha.
6. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak dalam rangka pemekaran usaha.
Jumlah Angsuran PPh Pasal 25 untuk seluruh Wajib Pajak hasil pemekaran
usaha ditetapkan sebesar Angsuran PPh Pasal 25 sebelum pemekaran usaha.
Angsuran PPh Pasal 25 untuk masing-masing Wajib Pajak hasil pemekaran
usaha dihitung berdasarkan persentase nilai harta yang dialihkan.
7. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru yang merupakan hasil
perubahan bentuk badan usaha pada tahun pajak berjalan ditetapkan sebesar
Angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir sebelum terjadinya perubahan bentuk
badan usaha.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Pajak penghasilan 24, merupakan
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri. PPh Pasal 24 ini boleh dikreditkan
terhadap total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak. Pada dasarnya,
Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, baik penghasilan
yang diterima atau diperoleh di dalam negeri maupun penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri. Jika negara lain tempat Wajib Pajak dalam negeri tersebut
mengenakan pajak penghasilan maka Wajib Pajak tersebut akan membayar atau
terutang pajak atas penghasilannya itu di negara yang bersangkutan (di luar negeri).
11
DAFTAR PUSTAKA
12