OLEH
2110020049
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya yang
berlimpah penulis dapat menyelesaikan makalah Pajak Penghasilan pasal 15 dengan baik .
Penulis menyadari dan mengakui bahwa dalam mengemban tugas ini penulis masih banyak
melakukan kesalahan dan kekurangan yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Tapi penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan dan menjadikan tugas ini sebaik mungkin. Demikian pengantar
dari penulis, atas perhatian dan kerjasamanya, penulis ucapkan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER
2.3 Subjek Pajak dan Objek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 ................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu jenis pajak yang paling banyak memiliki objek pajak
sehingga Pajak Penghasilan adalah kontributor utama dalam penerimaan perpajakan. Tentu saja
objek pajaknya berbeda-beda tergantung pada pasal dan perundang-undangan yang diberlakukan
terhadap pajak tersebut. Sebagai sumber penerimaan negara yang utama, peningkatan penerimaan
pajak merupakan target yang setiap tahun dicanangkan oleh pemerintah.
PPh pasal 15 menggunakan norma perhitungan khusus untuk menghitung penghasilan neto dan
bersifat final. Tarif yang dikenakan juga berbeda-beda, tergantung dari jenis industri bisnisnya.
3. Subjek Pajak dan Objek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15?
1.3 Tujuan
3. Menjelaskan Subjek Pajak dan Objek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal15
-1-
BAB II
PEMBAHASAN
PPh pasal 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib pajak yang
bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan perusahaan asuransi asing.
Bisnis lain yang juga terkena PPh pasal 15 adalah perusahaan pengeboran minyak dan
biasanya terkait dengan proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, kereta bawah
Berikut ini merupakan yang termasuk ke dalam jenis-jenis Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
15 sesuai dengan kebijakan yang berlaku, yaitu:
A. Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah orang yang bertempat tinggal
atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran
dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak
lain. Nah Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dikenakan Pajak Penghasilan atas
seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia. Oleh karena itu penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang
bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter.
Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan
atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di
luar negeri. Dalam hal ini penghasilan neto ditetapkan sebesar 6% dari peredaran bruto . Untuk
besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang bagi Wajib
Pajak adalah sebesar 1,8% dari peredaran bruto .Pembayaran Pajak Penghasilan merupakan kredit
pajak yang dapat diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Pemotongan dilakukan oleh pencharter sepanjang pencharter tersebut adalah badan pemerintah,
-3-
Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya. Pemotongan dilakukan pada saat pembayaran atau saat
terutangnya imbalan atau nilai pengganti
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas pelayaran atau penerbangan luar negeri
1. Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan yang bertempat kedudukan di luar
negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. Peredaran bruto
Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri adalah semua nilai pengganti
atau imbalan berupa uang atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat
dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/ atau dari pelabuhan di Indonesia ke
Pelabuhan di luar negeri. Dengan demikian tidak termasuk penggantian atau imbalan yang
diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri tersebut dari
pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di Indonesia.
Untuk Besarnya Norma Penghasilan Neto adalah sebesar 6% dari peredaran bruto. Kemudian
besarnya PPh yang wajib dilunasi Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar
negeri adalah sebesar 2,64 dari peredaran bruto dan bersifat final.
a. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian/charter, maka pihak yang membayar
atau pihak yang mencharter wajib memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau
terutangnya imbalan/nilai pengganti;
b. Dalam hal penghasilan diperoleh selain berdasarkan perjanjian charter, maka Wajib Pajak
Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri wajib menyetor PPh terutang ke bank
persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan
diterima atau diperolehnya penghasilan dan melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor
Pelayanan Pajak selambatlambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas kantor wilayah dagang asing di Indonesia
-4-
Penghasilan neto dari Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia ditetapkan sebesar 1% dari nilai ekspor bruto. Pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib
Pajak adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final. 4. Nilai ekspor bruto adalah
semua nilai pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada Orang Pribadi
atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
5. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa
maklon internasional di bidang produksi mainan anak-anak.
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa makloninternasional adalah Wajib Pajak badan
dalam negeri yang melakukan jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk mainan anakanak,
dengan bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak pemesan yang
berkedudukan di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak. Norma
penghitungan khusus untuk menghitung penghasilan neto berupa imbalan jasa maklon internasional
yang diterima/diperoleh Wajib Pajak ditetapkan sebesar 7% dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau
perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials)
Atas penghasilan neto dikenakan Pajak Penghasilan dengan menerapkan tarif pajak tertinggi Pasal
17 ayat (1) huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan yakni sebesar 30% yang bersifat final
2.3 Subjek Pajak dan Objek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15
Berikut ini merupakan beberapa subjek dan objek pajak yang termasuk ke dalam jenis
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15, yaitu:
Objek Pajak
Yang merupakan objek pajak atas charter penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan
atau nilai pengganti berupa nilai uang yang diperoleh atau diterima oleh Wajib Pajak sesuai
-5-
dengan perjanjian charter dari hasil pengangkutan orang atau barang yang dikirim dari satu
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari pelabuhan yang berada di Indonesia ke
pelabuhan luar negeri.
Perjanjian charter ini merupakan perjanjian yang meliputi semua bentuk charter, termasuk
kedalamnya adalah sewa ruangan pada pesawat udara, baik untuk orang maupun barang
(space charter).
Subjek Pajak
Biasanya, untuk Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri harus berkedudukan di
Indonesia [Subjek Pajak Dalam Negeri Badan (SPDN Badan)].
Tarif
Sehingga menghasilkan tarif efektif untuk PPh terutang = 1,8% x Peredaran Bruto (1,8%
berasal dari 6% x 30%).
Pelunasan untuk PPh sebesar 1,8% ini merupakan pembayaran dari PPh Pasal 23 ya ng
dapat dikreditkan terhadap PPh yang terutang dalam SPT Tahunan PPh untuk pajak yang
bersangkutan.
Objek Pajak
-6-
Penghasilan yang menjadi objek dari pengenaan PPh adalah meliputi penghasilan yang
diperoleh atau diterima Wajib Pajak yang berasal dari pengangkutan orang atau barang dan
termasuk kedalamnya adalah penyewaan kapal:
Subjek Pajak
Tarif
Sehingga menghasilkan tarif efektif untuk PPh terutang = 30% x 4% x Peredaran Bruto =
1,2% x Peredaran Bruto dan bersifat final.
Objek Pajak
Yang merupakan objek pajak atas pelayaran atau penerbangan luar negeri adalah semua
imbalan atau nilai pengganti berupa nilai uang yang diperoleh atau diterima oleh Wajib
Pajak dari hasil pengangkutan orang atau barang yang dikirim dari satu pelabuhan ke
-7-
pelabuhan lain di Indonesia atau dari pelabuhan yang berada di Indonesia ke pelabuhan luar
negeri.
Sedangkan untuk imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran atau
penerbangan luar negeri atas pengangkutan orang atau barang dari pelabuhan di luar negeri
ke pelabuhan di Indonesia tidak termasuk ke dalam objek PPh Pasal 15 atas pelayaran atau
penerbangan luar negeri.
Subjek pajak
Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak sebesar 2,64% dari peredaran bruto dan
bersifat final.
Objek Pajak
Wajib Pajak akan dikenakan pajak apabila terdapat nilai ekspor atas penghasilan bruto
yang diterima Wajib Pajak luar negeri dan memiliki kantor di Indonesia.
Nilai ekspor bruto merupakan semua nilai pengganti atau imbalan yang diperoleh atau
diterima oleh Wajib Pajak luar negeri yang memiliki kantor perwakilan dagang di
Indonesia atas penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berkedudukan di
Indonesia.
Subjek Pajak
-8-
Merupakan Wajib Pajak luar negeri yang memiliki Kantor Perwakilan Dagang (KPD) di
Indonesia yang berasal dari negara yang belum memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dengan Indonesia.
Tarif
Pajak Penghasilan Terutang ditetapkan sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat
final.
Bagi Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang berasal dari negara mitra P3B dengan
Indonesia, maka besarnya tarif pajak yang terutang akan disesuaikan dengan tarif Branch
Proftit Tax (BPT) dari suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) tersebut sesuai dengan P3B yang
terkait.
5. PPh Pasal 15 atas Wajib Pajak yang Melakukan Kegiatan Usaha Jasa Maklon
Internasional di Bidang Produksi Mainan Anak-anak
Objek Pajak
Yang merupakan objek pajak adalah jumlah dari seluruh biaya atas pembuatan dan juga
perakitan barang, tidak termasuk ke dalamnya adalah biaya atas pemakaian bahan baku.
Jadi objek pajak dalam jenis PPh Pasal 15 ini lebih kepada biaya pabrikan langsung dan
tidak langsung, serta terkait biaya umum dan juga administrasi sesuai dengan pembukuan
komersial dari Wajib Pajak, selain biaya yang merupakan bahan baku miliki prinsipal.
Subjek Pajak
Merupakan Wajib Pajak yang melaksanakan kegiatan usaha maklon internasional, yaitu
Wajib Pajak dalam negeri yang melaksanakan kegiatan jasa berupa pembuatan atau
perakitan barang yang terkait dengan produk mainan anak-anak, dengan menggunakan
-9-
bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk teknis, dan juga penentuan imbalan jasa yang berasal
dari pihak pemesan yang berkedudukan di luar negeri dan memiliki hubungan yang
istimewa dengan Wajib Pajak.
Tarif (Final)
Penghasilan netto dikenakan sebesar 7% dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau
perakitan barang, biaya yang tidak termasuk adalah biaya atas pemakaian bahan baku. Hal
ini berlaku selama Wajib Pajak tidak mengadakan Perjanjian Penentuan H arga Transfer
bersama dengan DJP.
PPh terutang dikenakan sebesar 2,1% yang didapat dari seluruh biaya pembuatan atau
perakitan barang, biaya yang tidak termasuk adalah biaya atas pemakaian bahan baku.
Laporan harus diserahkan pada tanggal 20, di bulan di mana pembayaran pajak dilakukan.
Namun, tanggal jatuh tempo pembayaran pajak itu sendiri bervariasi.
Perusahaan pelayaran
Dibayar paling lambat pada tanggal 10, di bulan setelah faktur dibuat.
Perusahaan pelayaran dalam negeri; dan pengiriman asing dan / atau perusahaan
penerbangan
Dibayar pemungut cukai paling lambat pada tanggal 10, di bulan setelah faktur dibuat; atau
Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15, di bulan setelah faktur dibuat.
- 10 -
(P3B)Untuk pembayarannya dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15, di bulan
setelah wajib pajak telah menerima pendapatan.
Jawaban:
PPh Pasal 15 = 1,8% x Rp250.000.000 = Rp4.500.000.
Kewajiban PT Terbang Tinggi sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:
1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa pesawat sebesar Rp4.500.000 dan
memberikan bukti potong tersebut kepada PT Nusantara;
2. Menyetorkan PPh yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang
ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Feburari 2015;
3. Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Januari 2015 paling lama tanggal 20
Februari 2015.
- 11 -
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PPh pasal 15 adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib pajak yang
bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan perusahaan asuransi asing. Untuk
Tarif PPh Pasal 15 perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri ditetapkan sebesar: Laba
bersih = 6% dari Peredaran Bruto. Pajak Penghasilan Pasal 15 = 2,64% dari Peredaran Bruto dan
bersifat final.
3.2 Saran
Karena wajib pajak 15 ini bergerak pada industri pelayaran, penerbangan international dan
perusahaan asuransi asing maka saran saya setiap kualitas dan kuantitas pada bidang industri di
Indonesia harus lebih maju serta memperhatikan masyrakat khusus yang bersangkutan dalam pajak
ini.
- 12 -
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajakku.com/read/60f532c558d6727b1651ad87/Mengulik-Pajak-Penghasilan-
(PPh)-Pasal-15-
- 13 -