OLEH KELOMPOK 2 :
1. Hilarius Ignas Pau (1810020033)
2. Dinda Y. A. Pratiwi (1810020012)
3. Aryani E. Natonis (1810020044)
4. Yuldiyansi I. Wike (1810020011
5. Maria M. Cardoso (1810020035)
6. Desi R. Fangidae (1810020032)
Puji syukur yang berlimpah dan tak terhingga kami haturkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena segala berkat dan kasih sayang-Nya makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik.Dalam makalah ini kami membahas tentang “PAJAK PENGHASILAN PASAL
26” yang sering kali belum dan tidak di mengerti oleh beberapa orang.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, tetapi kami bertujuan untuk
menjelaskan point-point dari makalah ini sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh,
maupun sumber-sumber yang lain. Bila ada kesalahan dalam tulisan maupun kata-kata di
Demikianlah makalah ini kami buat, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Menambah pengetahuan kepada pembaca tentang Tarif dan Penghitungan PPH Pasal
26
Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26 serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26
2
BAB II
PEMBAHASAN
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia. Dua sistem
pengenaan pajak tersebut adalah :
Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetapdi
Indonesia.
Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:
1. Badan pemerintah
2. Subjek Pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentukusaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran
kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 (objek PPh
Pasal 26) adalah :
a. Deviden
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan
jaminan pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
3
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang
Tarif
Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh
Pasal 26 atau sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antar Negara
atau tax treaty.
Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut:
3. Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi pajak penghasilan.
Perhitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk:
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
4
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007, pengenaan Pajak Penghasilan atas
dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen),
atau tarif yang lebih rendah menurut Penghindaran Pajak Berganda yang kberlaku dalam hal
terdapat penanaman modal di bidang – bidang usaha tertntu dan/ atau di daerah – daerah
tertentu.
Contoh 1.1
PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak – anak. Pada bulan Maret 2016, perusahaan
membayarkan royalti sebesar Rp 100.000.000 kepada Akira Toriyama sebagai pengarang
buku cerita anak-anak DRAGON BALL. Akira Toriyama adalah wajib pajak luar negeri. PPh
Pasal 26 yang dipotong oleh PT Perdana adalah:
Contoh 1.2
Jane adalah atlit dari Singapura. Dalam bulan Mei 2016, ia mengikuti perlombaan lari
marathon di Indonesia dan merebut hadiah uang sebesar US$20.000. Kurs untuk US$1 pada
saat itu adalah Rp 13.000.
Contoh 1.3
Richard Mark ( menikah dengan 2 orang anak ) bekerja sebagai konsultan pada Hotel Melia
di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar US$10.000. Richard Mark mulai bekerja pada tanggal
5 september 2016 dan berakhir pada awal juli 2017 ( berada di Indonesia kurang dari 183 hari
dalam 12 bulan berturut – turut ). Kurs yang berlaku pada bulan Maret 2016 menurut
Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp 13.000 untuk US$1.
PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Hotel Melia untuk Richard Mark pada bulan maret 2007
adalah:
5
2.
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto
b. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri
• Untuk premi yang dibayar tertanggung kepada peruahaan suransi di luar negeri, baik secara
lamgsung maupun melalui pialang, besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50% ( lima
puluh persen ) dari jumlah premi yang dibayarkan ( penghasilan bruto ) sehingga:
• Untuk premi yang harus dibayar perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang
adalah 10% ( sepuluh persen ) dari jumlah premi yang dibayar ( penghasilan bruto ) sehingga:
= 2% x Penghasilan bruto
6
• Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui pialang adalah 5% (
lima persen ) dari jumlah premi yang dibayar ( penghasilan bruto ) sehingga :
= 1 % x Penghasilan bruto
Contoh 2.1
PT Ananda merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun 2016, perusahaan
mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri Building Life
Inc. Premi yang dibayar oleh PTA Ananda kepada Building Life Inc. Sebesar Rp.
1.000.000.000
Contoh 2.2
7
PPh Pasal 26 = 20% x (Penghasilan Kena Pajak - PPh terutang)
3.
Penghitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di Indonesia yang penghasilan
atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali ke Indonesia.jika penghasilan setelah
dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, atas penghasilan tersebut tidak
dipotong pph pasal 26.
Contoh 3.1
Suatu bentuk usaha tetap di Indonesia memperoleh penghasilan kena pajak sebesar
Rp.17.500.000.000.
Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di Indonesia atas
penghasilan sebesar Rp 13.125.000 tidak dipotong pph pasal 26
8
2.5 SIFAT PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN PENYETORAN DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Pada prinsipnya pemotomgan pajak atas penghasilan wajib pajak luar negeri adalah bersifat
final tetapi atas penghasilan berikut ini pemotongannya tidak bersifat final sehingga potongan
pajak tersebut dapat dikreditkan dalam surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan.Berikut ini penghasilan-penghasilan yang dimaksud (pemotomgannya tidak
bersifat final).
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 adalah :
9
a) Pajak penghasilan pasal 26 yang telah di potong harus disetorkan selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setalah bulan saat terutangnya
pajak.
b) Pemotong PPhpasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan surat pemberitahuan
masa selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setalah masa pajak berakhir
c) Pemotong PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh pasal
26 kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar pajak
penghasilan yang di potong.
d) Pemotongan PPhPasal 26 atas penghasialan berupa Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi pajak dari semua bentuk usaha tetap di Indonesia, terutang
dan harus dibayar lunas selambat-lambatnya 25(dua puluh lima) bulan ketiga
setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir, sebelum Surat
Pemberitahuan Tahunan disampaikan. Namun, apabila bentuk usaha tetap
tersebut meminta perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan,
pemotongan PPh Pasal 26 di dasarkan pada penghitungan sementara, terutang
dan harus dibayar lunas pada saat surat permohonan perpanjangan
disampaikan, tetap tidak melampaui tanggal dua puluh lima bulan ketiga
setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetapdi
Indonesia.
Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri lainnya.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 26 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 26 tersebut dan bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran
dari pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
12