Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKTIVA LANCAR DAN STRUKTUR HUTANG

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Manajemen Keuangan I yang diampuh oleh
Ibu Dr. Intihanah, SE., M.Si

Oleh:
Kelompok 4
KELAS C

Jamia Nugrah (B1C119115) Pinky Astuti (B1C119149)


Lin Wisly Jipu (B1C119121) Rifal Hayan Sosi (B1C119154)
Muh. Assegaf Arifin P (B1C119127) Riska Aulia F.Z (B1C119158)
Muh. Aidil (B1C119134) Siska (B1C119163)
Nur Azizah (B1C119142)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aktiva Lancar
dan Struktur Hutang”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Manajemen Keuangan.
Dalam kesempatan ini, kami tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing ibu Dr Intihanah, SE., M.Si. serta semua pihak yng telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat berdasarkan pengetahuan dari referensi buku dan informasi dari internet.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu demi
kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan adanya saran, kritik dan masukan
yang sangat bersifat membangun.

Kendari, 18 Desember 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. Struktur Jangka Waktu Pendanaan..............................................................................2
2.2. Jumlah Aktiva Lancar..................................................................................................5
2.3. Kombinasi Keputusan Struktur Hutang dan Aktiva Lancar........................................6
2.4. Menaksir Jumlah Modal Kerja....................................................................................7
2.5. Efisiensi Modal Kerja................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1. Ringkasan..................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Aktiva lancar didefinisikan sebagai aktiva yang secara normal berubah menjadi kas
dalam waktu satu tahun atau kurang. Manajemen modal kerja biasanya menyangkut
pengelolaan aktiva-aktiva ini dan pengelolaan kewajiban lancar. Sedangkan pengelolaan
aktiva tetap, yaitu aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih dari satu tahun,
biasanya sebagai capital budgeting.
Penentuan tingkat yang layak dari aktiva lancar dan kewajiban lancar, menyangkut
keputusan- keputusan mendasar dalam likuiditas perusahaan dan komposisi umur (maturity)
hutang- hutangnya. Keputusan-keputusan tersebut akan dipengaruhi oleh trade-off antara
profitabilitas dan risiko. Keputusan yang menyangkut likuiditas aktiva perusahaan
menyangkut manajemen kas dan investasi pada sekuritas, kebijakan dan prosedur penjualan
kredit, manajemen persediaan dan manajemen aktiva tetap.
Dalam pembahasan ini diasumsikan bahwa kebijakan yang terbaik telah diambil
dalam pengelolaan piutang, persediaan. dan aktiva Juga diasumsikan bahwa aktiva likuid,
yaitu kas dan sekuritas yang dimiliki perusahaan memberikan profitabilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan aktiva-aktiva lain.
Kalau strategi tersebut dilakukan maka perusahaan akan mempunyai modal k (dalam
artian selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, disebut juga sebja modal kerja
neto) yang rendah, bahkan negatif. Yang menjadi kompensasi stratedi risikonya, yaitu risiko
mengalami kesulitan likuiditas (technical insolvency). Technie insolvency menunjukkan
kejadian apabila perusahaan tidak mampu membayar kewaihan tunainya’. Menjadi perhatian
kita dalam bab ini untuk mempelajari bagaimana penyimpangan yang tidak menguntungkan
dari arus kas masuk bersih yang diharapkan (yaitu selisih antara kas masuk dan kas keluar)
dilindungi dengan aktiva likuid perusahaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Struktur Jangka Waktu Pendanaan


Apabila diasumsikan bahwa perusahaan telah mempunyai kebijaksanaan tentang
pembayaran pembelian (tunai ataukah kredit, kalau kredit berapa lama akan dilunasi),
pembayaran upah dan gaji, serta pembayaran pajak dan biaya-biaya lain, maka jumlah hutang
dagang dan rekening accruals (seperti pajak yang harus dibayar, hutang upah dan
sebagainya), akan berubah dengan sendirinya apabila aktivitas perusahaan berubah. Dengan
kata lain, rekening-rekening tersebut merupakan pendanaan yang spontan, yang tidak perlu
dicarikan sumbernya. Yang menjadi perhatian kita adalah bagaimana aktiva yang tidak
didukung oleh pendanaan spontan tersebut.
Pendekatan hedging. Strategi pendanaan ini membiayai setiap aktiva dengan dana
yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut
menjadi kas. Dengan demikian, variasi jangka pendek aktiva lancar akan dibiayai dengan
hutang jangka pendek; komposisi aktiva lancar permanen akan dibiayai dengan hutang
jangka panjang atau modal sendiri, demikian pula untuk aktiva tetap. Keadaan ini
ditunjukkan dalam Gambar 11.1.
Strategi pendanaan hedging mendasarkan diri atas matching principle, yang
menyatakan bahwa sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa lama dana tersebut
diperlukan. Kalau dana tersebut hanya untuk keperluan jangka pendek, maka sumber dana
jangka pendek bisa dipergunakan. Sebaliknya penggunaan untuk jangka panjang seharusnya
dibiayai dengan sumber dana jangka panjang pula. Dengan menyelaraskan antara struktur
aktiva dan struktur hutang perusahaan, maka risiko yang dihadapi adalah penyimpangan
aliran kas dari yang diharapkan.

Kesulitan penggunaan strategi hedging adalah memperkirakan jangka waktu skedul


arus kas bersih dan skedul pembayaran hutang. Selalu terdapat unsur kotidakpastian. Karena

2
itu selalu muncul trade-off antara profitabilitas dan risiko. Semakin besar margin of safety
yang disediakan dalam penentuan jangka waktu pinjaman untuk menutup kemungkinan
penyimpangan arus kas bersih, semakin aman bagi perusahaan. Tetapi akibatnya perusahaan
akan cenderung mencari dana yang melobihi jangka waktu dana tersebut akan dipergunakan
dalam perusahaan. Dengan kata lain akan terjadi kecenderungan dana menganggur, yang
berarti penurunan profitabilitas juga rendah Dengan kata lain, risiko rendah profitabilitas
rendah.
Bagaimana kalau perusahaan selalu menggunakan hutang jangka pendek, dengan
pertimbangan nanti akan diporpanjang? Kalau cara ini ditempuh, ada dua hal yang pertu
diperhatikan. Pertama, apakah benar perusahaan nanti bisa memperpanjang kredit tersebut?
Kedua, apakah suku bunga tetap akan seperti kredit sebelum diperpanjang? Inilah risiko yang
perlu diperhatikan, meskipun mungkin kredit jangka pendek momberikan bunga yang lebih
rendah.
Pendanaan Konservatif. Pendekatan ini memberikan margin of safety yang cukup
besar. Yaitu sebacian aktiva lancar bukan permanen, didanai dengan pendanaan jangka
panjang (yaitu dengan hutang jangka panjang, modai sendiri, dan pendanaan spontan).
Dengan kata lain, kalau diperkirakan dana tersebut akan diperlukan untuk bulan, perusahaan
mungkin mencari pinjaman dengan jangka waktu dua belas bulan. Semakin besar margin of
safety ini, semakin konservatif kebijakan pendanaan yang dianut. Strategi pendanaan
konservaif bisa digambarkan seperti pada Gambar 11.2

Pendanaan agresif. Kalau pada cara pendanaan konservatif perusahaan lebih


mementingkan faktor keamanan, maka cara pendanaan agresif perusahaan berani
menanggung risiko. Trade-off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih
tinggi. Strategi ini berarti mendanai sebagian kebutuhan jangka panjang dengan pendanaan
jangka pendek, Apabila suku bunga kredit jangka pendek memang lebih rendah dari jangka
panjang, maka strategi ini akan dikompensir dengan profitabilitas yang lebih tinggi. Strategi
ini bisa digambarkan seperti pada Gambar 11.3.

3
Tabel 11.1 menyimpulkan diskusi kita tentang pendanaan jangka pendek melawan
jangka panjang, sewaktu kita menghubungkan keputusan tersebut dengan trade-off antara
risiko dan profitabilitas. Perhatikan bahwa mempertahankan kebijakan pendanaan jangka
pendek untuk membiayai aktiva yang berusia pendek (kotak #1) dan pendanaan jangka
panjang untuk membiayai aktiva berjangka panjang (kotak #3) akan menghasilkan strategi
risiko profitabilitas yang moderat suatu pendekatan yang kita sebut sebagai pendanaan
hedging.
Strategi-strategi yang lain juga mungkin dilakukan, dan tidak mesti kita bisa
menyalahkan strategi-strategi tersebut (seperti untuk kotak #2 dan #4). Yang perlu kita
lakukan adalah kita harus membandingkan manfaat yang kita peroloh dengan biaya yang kita
tanggung. Sebagai misal kita memilih pendanaan jangka panjang untuk aktiva yang berjangka
pendek. Pertanyaannya adalah, seberapa besar keuntungan yang hilang karena kita memilih
strategi pendanaan yang berisiko rendah? Hal-hal tersebut dicantumkan pada pertanyaan-
pertanyaan yang berada di bawah tabel tersebut.
Pertanyaan tentang risiko hutang jangka pendek dan jangka panjang.
PERENCANAAN : Apakah kita memerlukan waktu yang lebih lama untuk memenuhi
kewajiban membayar pokok pinjaman dan bunga? Dengan kata lain, apakah kita memerlukan
jangka waktu hutang yang lebih lama?

4
REFINANCING : Apakah kita dapat memperpanjang hutang jangka pendek apabila
diperlukan?
BIAYA: Apakah biaya hutang jangka pendek saat ini ditambah dengan kemungkinan biaya
karena porpanjangannya masih lebih kecil dari biaya penggunaan hutang jangka panjang?

2.2. Jumlah Aktiva Lancar


Sekarang kita beralih ke aktiva lancar. Seandainya perusahaan telah meneta kebijakan
tentang piutang dan persediaan, maka jumlah aktiva lancar, disean dipengaruhi oleh tingkat
operasi perusahaan (atau penjualan yang diharapkan dicapai) juga akan dipengaruhi oleh
besar kecilnya perusahaan menyediakan kas aktiva likuid). Untuk tingkat operasi yang sama,
semakin besar aktiva likuid ag disediakan, semakin besar jumlah aktiva lancar yang dimiliki.
Hubungan antara tingkat operasi perusahaan dengan jumlah aktiva lancar (dan aktiva tetap)
yang dimil ditunjukkan pada Gambar 11.4

Meskipun hubungan antara jumlah aktiva lancar dengan tingkat kegiatan tidaklah
linear, tetapi dapat dilihat bahwa semakin besar tingkat kegiatan, semakin besar pula jumlah
aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya aktiva lancar tersebut juga
dipengaruhi oleh besar kecilnya aktiva likuid yang dipertahankan oleh perusahaan.
Semakin besar aktiva likuid yang disediakan, semakin besar jumlah aktiva lancar
yang dimiliki. Semakin besar saldo kas yang disediakan, semakin besar kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban kasnya. Sebaliknya dengan semakin banyaknya kas vang
dimiliki, semakin rendah profitabilitas porusahaan (karena kas diasumsikan memberikan
profitabilitas yang paling rendah). Marlah kita perhatikan contoh berikut ini.

5
Perusahaan berpendapat bahwa perputaran piutang sebanyak 6x dalam satu tahun, dan
rasio persediaan sebesar 20% dari penjualan merupakan kebijakan baik. Perusahaan
menganut tiga kebijakan tentang penyediaan aktiva likuid (yaitu kas dan sekuritas yang
dimilik), yaitu kebijakan I, II, dan I. Kebijakan I merupakan kebijakan yang paling
konservatif, sedangkan kebijakan III, merupakan kebijakan yang paling agresif. Perbandingan
ketiga kebijakan tersebut disajikan pada Tabel 11.2.

Nampak bahwa kebijakan yang paling konservatif (kebijakan I) memberikan


profitabilitas (yaitu rentabilitas ekonomi) yang paling rendah. Sedangkan kebijakan yang
agresif (kebijakan III) memberikan rentabilitas ekonomi yang paling tinggi. Contoh yang
sangat disederhanakan tersebut menunjukkan adanya trade-off antara risiko (yaitu likuiditas)
dengan profitabilitas. Kalau manajemen mengutamakan likuiditas, mereka terpaksa
mengorbankan profitabilitas, dan sebaliknya. Masalah ini yang sering disebut sebagai
manager's dilemma.

2.3. Kombinasi Keputusan Struktur Hutang dan Aktiva Lancar


Apabila keputusan struktur hutang dan aktiva lancar dikombinasikan, maka kita bisa
menjumpai berbagai situasi. Sebagai misal, perusahaan mungkin memilih pendanaan agresif.
Ini berarti sebagian kebutuhan dana jangka panjang dibiayai dengan dana jangka pendek.
Disamping itu perusahaan juga memilih untuk menyediakan jumlah kas yang sangat sedikit.
Kebijakan ini, tentu saja, akan sangat meninggikan risiko menghadapi technical insolvency
meskipur diharapkan akan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan
bisa memilih pendanaan yang agresif, tetapi dibarengi dengar penyediaan aktiva likuid yang
relatif besar, Dengan demikian risiko technical insolvency bisa dikurangi dengan adanya
aktiva likuid yang cukup besar.
Seandainya perusahaan bisa memperkirakan secara akurat pola arus kasnya, maka
jumlah aktiva likuid tidak perlu besar, demikian pula jangka waktu pinjaman akan sesuai
dengan pola kebutuhan akan kas. Sayangnya masa depan selalu penuh ketis pastian. Risiko
inilah yang harus ditanggung perusahaan. Dengan demikian perusah harus memutuskan
berapa margin of safety yang dianggap aman, dan berapa aks likuid yang harus disediakan.

6
Masalah dalam analisis adalah bahwa biaya karena technical insolvency kadang s
diukur. Kalau suatu perusahaan sering tidak mampu memenuhi kewajiban finansial hanya
karena pada saat kewajiban tersebut jatuh tempo tidak memiliki kas, maka mungkin saja para
suppliers, bank, dan pihak-pihak lain, berkurang kepercayaan mereka terhadap perusahaan
tersebut. Masalahnya adalah; berapa biaya yang ditanggung oleh perusahaan oleh karena
berkurangnya kepercayaan tersebut? Mungkin para suppliers sekarang tidak lagi selalu
memprioritaskan perusahaan tersobut, mungkin pula harga dinaikkan. Tetapi bagaimana
menaksir biaya ini?
Karena itulah sering perusahaan hanya menentukan probabilitas bahwa perusahaan
akan mengalami kesulitan likuiditas. Misal 5%. Berdasarkan pengalaman, perusahaan
kemudian menentukan berapa aktiva likuid yang pantas dimiliki, bagaimana struktur
pendanaan, dan sebagainya.

2.4. Menaksir Jumlah Modal Kerja


Masalah ini nampaknya merupakan masalah yang sering membingungkan mahasiswa.
Kebingungan yang timbul adalah karena perhitungan jumlah modal kerja ternyata
menghasilkan angka yang berbeda antara suatu metode dengan metode yang lain.
Masalahnya tentu saja adalah, mengapa bisa demikian?
Perbedaan pengertian modal kerja
Masalah tersebut sebenarnya berasal dari perbedaan pengertian tentang modal kerja.
Semua pihak sepakat bahwa modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk operasi sehari-
hari. Karena itu dana untuk investasi jangPka panjang (membeli aktiva tetap) tidak
dimasukkan ke dalam pengertian ini. Sayangnya pengertian ini kemudian menjadi berbeda
sewaktu dikaitkan dengan masalah pendanaannya.
Pengertian yang dipergunakan oleh berbagai bank di Indonesia adalah bahwa modal
kerja diartikan sebagai aktiva lancar untuk operasi perusahaan. Karena itu, misalnya, tidak
termasuk di dalamnya piutang kepada manajemen, investasi pada sekuritas, dan sebagainya.
Untuk menghitung kebutuhan modal kerja, bank akan memproyeksikan berapa aktiva lancar
tersebut, kemudian 70%-nya akan disediakan dananya dalam bentuk kredit modal kerja.
Untuk memperjelas uraian tersebut, perhatikan contoh numerikal berikut ini.
Metode perputaran modal kerja
Perusahaan SENTOSA pada tahun 20X1 mencapai penjualan sebesar Rp2.000 juta.
Jumlah aktiva lancar pada akhir tahun 20X1 adalah sebagai berikut.
Kas Rp. 50 Juta
Piutang Rp. 300 Juta
Persediaan Rp. 150 Juta
Jumlah Aktiva Lancar Rp. 500 Juta

Untuk tahun 20X2 perusahaan memperkirakan akan bisa menciptakan penjusian


senilai U E00 juta. Perusahaan kemudian mengajukan kredit modal kerje kepada bank.

7
Untuk menaksir modal kerja (dalam artian aktiva lancar) dipergunakan metode
perputaran modal kerja. Perputaran komponen-komponen aktiva lancar tersebut dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Kas = Penjualan/Rata-rata kas = Rp2.000/50 = 40,00x
Piutang = Penjualan/Rata-rata = Rp2.000/300 = 6,67x
Persediaan = Penjualan/Rata-rata pers=Rp2.000/150 = 13,33x

Periode keterikatan dana,


Kas= 360/40 = 9,00 hari
Piutang= 360/6,67= 54,00 hari
Persediaan = 360/13,33 = = 27,00 hari

Dengan demikian maka periode terikatnya dana dalam modal kerja (well, aktiva
lancar) =9+54+27 = 90 hari. Ini berarti perputaran modal kerja adalah 360/90 = 4x dalam satu
tahun.
Karena itu apabila diperkirakan pada tahun 20X2 penjualan akan mencapal Rp.2.500
maka jumlah modal kerja (dalam artian aktiva lancar) pada tahun 20x2 = Rp2.500 / 4=
Rp.625 juta, Kalau jumlah aktiva lancar pada tahun 20X1 sudah sebesar Rp500 maka
tarmbahan aktiva lancar adalah Rp125 juta. Inilah jumteh yang ekan intakan kredit kepada
bank. Kalau bank menetapken bahwa hanya 70%-nya diberi Kredit, maka kredit modal
kerjanya adalah,
Rp125 juta x 70% = Rp87,5 juta
Perhatikan bahwa 20X1 jumlah aktiva lancar tahun tersebut. Dengan menggunakan
metode ini maka jumlah aktiva lancar juga diproyeksikan akan mencapai 25% dari penjualan
tahun 20X2, yaitu 0,25 x Rp2.500 = Rp625 juta. Karena itulah metode ini sebenarnya sama
dengan metode persentase Penijualan. Perhatikan juga bahwa dalam menghitung kebutuhan
dana untuk modal kerja perhitungan dana untuk membiayai piutang adalah sejumlah
(taksiran) jumlah piutang di Neraca. Hal ini berbeda dengan analisis yang telah kita lakukan
pada P 8 yang menjelaskan bahwa jumlah dana untuk membiayai piutang bukan
keseluruhannya, tetapi hanya komponen biayanya. Profit margin tidak perlu disedie dananya.
Jadi, apabila profit margin-nya adalah 10%, maka dana untuk membiaval piutang adalah 90%
x jumlah piutang. Hal ini disebabkan karena piutang akan dicate pada harga jual, sedangkan
dana yang diperlukan sesuai dengan harga pokoknya. Modal kerja dalam artian aktiva lancar
disebut juga modal kerja bruto.
Satu catatan perlu kita berikan untuk istilah perputaran modal kerja. Beberapa buku
teks dari Amerika Serikat menggunakan istilah cash cycle untuk pengertian ini. Dengan
demikian istilah tersebut menunjukkan berapa lama kas akan terikat pada modal kerja
sebelum kembali lagi menjadi kas. Kalau periode terikatnya dana pada persediaan adalah 27
hari, maka hal ini berarti bahwa rata-rata barang tersebut berada di gudang selama 27 hari,
kemudian laku terjual. Sayangnya penjualan dilakukan secara kredi, yang dalam contoh kita
memerlukan waktu 54 hari untuk dibayar. Dengan demikian maka seandainya pembelian
barang tersebut dilakukan secara tunai, maka setelah jangka waktu 27 hari + 54 hari = 81
hari, kas akan diterima kembali. Dalam pengertian inilah sebenarnya yang menunjukkan

8
bahwa cash cycle adalah selama 81 hari atau 360/ 81 = 4,44x dalam satu tahun Kalau dalam
perhitungan di atas dipergunakan periode hari, maka hal tersebut disebabkan oleh karena kita
memasukkan faktor aktiva likuid (untuk keperluan mempertahankan likuiditas) dalam
perhitungan modal kerja. Dengan kata lain, perhitungan cash cycle (dalam pengertian periode
sejak pengeluaran kas sampai menjadi kas kembali) sebenarnya adalah 81 hari, tetapi
pemasukan faktor aktiva likuid mengakibatkan periode cash cycle dihitung 90 hari.
Perhatikan juga bahwa istilah terikatnya dana pada kas sebenarnya hanya menunjukkan
berapa lama kas tersebut tertahan di perusahaan.
Metode keterikatan dana pada modal kerja
Metode ini mengakui dua hal penting, yaitu:
(1) Untuk mendanai kebutuhan akan modal kerja mungkin saja telah disediakan (sebagian)
oleh pihak lain dalam bentuk pendanaan spontan.
(2) Dana vang diperlukan untuk membiayai plutang seharusnya tidak memasukkan unsur
laba.
Karena itu pengertian modal kerja di sini adalah selisih antara aktiva Jancar (tidak
termasuk laba dalam rekening piutang) dengan pendanaan spontan. Untuk memperielas
pembahasán marilah kita perhatikan contoh-contoh berikut ini. Misalkan seseorang membuka
usaha warung makan. Setiap hari pemilik warung tersebut berbelanja bahan makanan senilal
Rp50.000 dan menyediakan uang Rp5.000 uang kecil untuk pengembalian. Karena
perusahaan gurem, ia tidak mungkin menggunakan hutang, dan karenanya 100% modal
sendiri. Pada pagi hari setelah pemilik warung tersebut membeli bahan makanan, bagaimana
bentuk neracanya? Kemungkinan sekali neracanya akan berbentuk sebagai berikut:
Kas Rp. 5.000 Modal Sendiri ....................
Persediaan Rp. 50.000
Aktiva Tetap ...................

Kalau dalam satu hari ia mampu memperoleh laba bersih sebesar Rp10.000.
bagaimana bentuk neracanya setelah malam hari warung tersebut tutup?
Mungkin sekali bentuk neracanya akan nampak sebagai berikut:
Kas Rp. 65.000 Modal Sendiri .................
Aktiva Tetap ..................

Mengapa kasnya menjadi Rp65.000? Karena ditambah dengan keuntungan Rp10.000


dan semua aktiva lancarnya telah menjadi kas. Kalau keadaan ini berlangsung terus berapa
modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan? Sederhana sekali, yaitu Rp55 000
Sekarang misalkan semua makanan warung tersebut diborong oleh suatu perusahaar
totapi baru akan dibayar minggu depan (7 hari lagi). Apa yang terjadi?
Kalau warung tersebut tetap hanya memiliki Rp55.000, keesokan nannya warung
tersebut akan berhenti beroporasi karena kehabisan dana. Dana tersebut akar tertanan dalam

9
bentuk piutang. Apabila plutang tersebut baru dibayar setelah 7 han maka cost: piutang
tersebut, adalah,
7 x Rp50.000 = Rp350.000.
Dengan demikian perusahaan akan memerlukan tambahan dana sebesar Rp350.000
agar bisa beroperasi dengan lancar. Neraca perusahaan mungkin akan nampak sebagai
berikut:
Kas Rp. 5.000 Modal Sendiri
Persediaan Rp. 50.000
Piutang Rp. 350.000
Aktiva Tetap ....................

Persoalan tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut. Saldo kas minimal yang
dipertahankan adalah Rp5.000. Pengeluaran kas per hari adalah Rp5.000. Sedangkan periode
terikatnga dana pada
Proses produksi 1 hari
Piutang 7 hari
Periode terikatnya dana pada modal kerja 8 hari

Karena itu dana yang diperlukan untuk modai kerja adalah,


(18 x Rp50.000) + Rp5.000 = Rp405.000
Sekarang misalkan pemilik warung tersebut dapat membeli bahan-bahan secara kredit
dengan angka waktu juga satu minggu. Apa yang terjadi? Bagaimana bentuk neracanya?
Kas Rp. 5.000 Modal Sendiri ....................
Persediaan Rp. 50.000 Hutang Dagang Rp. 350.000
Piutang Rp. 350.000
Aktiva Tetap ....................

Modal kerja yang diperlukan sekarang adalah hanya Rp55.000. Mengapa? Karena
meskipun diperlukan tambahan dana untuk membiayai piutang, tambahan dana tersebut
sebenarnya disediakan oleh supplier bahan-bahan makanan. Karena itu kebutuhan nodal
kerjanya hanya Rp55.000
Persoalan tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:
Proses produksi 1 hari
Piutang 7 hari
Hutang dagang (7 hari)
Periode terikalnya dana adalah, 1 hari
Karena itu dana yang diperiukan untuk modal kerja adalah
(1 x Rp50.000) + Rp5.000 = Rp55.000
Metode arus kas

10
Metode ini pada dasarnya sama dengan penyusunan anggaran kas. Bedanya adalah
pahwa arus kas yang dipertimbangkan adalah hanya arus kas yang menyengkut pengeluaran
atau penerimaan dari operasi sehari-hari. Tidak termasuk dirdalamnya, misalnya, pembellan
aktiva tetap, pelunasan hutang jangka panjang, dan sebagainya. Besarnya modal kerja yang
diperlukan pada suatu periode ditunjukkan dari defisit kas masuk dibandingkan dengan kas
keluar. Untuk memberikan ilustrasi penggunaan metode Ini. kita gunakan contoh rumah
makan di atas.
Proyeksi arus kas apabila warung makan tersebut akan menjual secara kredit, tetapi membeli
bahan baku secara tunai akan nampak sebagaimana pada Tabel 11.2. Kalau memperhatikan
baris "kas yang perlu disediakan" selama 8 (delapan) hari tersebut, tampak bahwa jumlahnya
adalah Rp405.000. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang diperlukan agar
warung makan tersebut dapat beroperasi dengan lancar. yang sama dapat dipergunakan
apabila warung makan akan menggunakan kebijakan pembelian bahan baku secara kredit.
Cara ini lebih baik karena memungkinkan fluktuasi kebutuhan kas. Perhatikan bahwa
perusahaan dapat dideteksi kegiatan musiman (KUD akan memerlukan modal kerja lebih
banyak pada waktu sim panen), dan tidak selalu sama aktivitasnya sepanjang tahun. Metode
ini memungkinkan perusahaan menaksir modal kerja yang permanen (yaitu modal kerja yang
selalu ada dan diperlukan) dan modal kerja variabel (yaitu modal kerja yang mungkin
mempunyai berfluktuasi).

2.5. Efisiensi Modal Kerja


Rasio apa yang bisa dipergunakan sebagai indikator efisiensi modal kerja Pemilihan rasio
yang tepat sungguh sangat sulit. Meskipun demikian, apabila diasumsikan bahwa kebijakan
piutang dan persediaan efisien, rasio antara laba operasi dengan aktiva operasi bisa
dipergunakan sebagai indikator. Rasio yang disebut sebagai return un working capital ini
dinyatakan sebagai
Return on working capital = Operating Income /Current Assets
Rasio ini menggunakan dasar pemikiran yang sama dengan pengukuran rentabilita ekonomi.

11
Perhatikan bahwa rasio tersebut menggunakan modal kerja bruto dan bukan modal
kerja neto. Hal ini disebabkan karena ukuran laba yang dipergunakan adalah laba operasi.
Kalau dipergunakan pengertian modal kerja neto, maka efisiensi modal berubah kalau
perusahaan merubah kebijakan sisi pasiva (pendanaan modai kerja Dengan kata lain, apabila
perusahaan merubah pembelian bahan baku dari tunai ke kredit, maka jumlah modal kerja
neto akan menurun. Dengan demikian, apabila dipergunakan modal kerja neto, efisiensi
modal kerja dinilai membaik hanya karena peruşahaen merubah kebiasaan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Ringkasan
Pengelolaan aktiva lancar dan struktur hutang akan mempengaruhi besarnya modal
kerja, baik dalam artian neto maupun bruto. Pemilihan jangka waktu pendanaan akan
menentukan trade-off antara profitabilitas dan risiko mengalami technical insolvency Dalam
penentuan besarnya aktiva lancar, dan juga modal kerja neto, titik tolak yang perlu kita
perhatikan adalah apakah kebijaksanaan dalam hal likuiditas (yang mempengaruhi saldo kas),
penjualan (yang mempengaruhi besarnya piutang). persediaan, dan pembelian (yang
mempengaruhi pendanaan spontan), sudah merupakan kebijakan yang optimal. Sekali
kebijakan ini dipilih, dengan telah mempertimbangkan trade-aff antara risiko dan
profitabilitas, besarnya modal kerja akan mengikuti tingkat operasi perusahaan
Dengan asumsi bahwa kebijakan-kebijakan tersebut telah optimal, maka
dipergunakan berbagai metode untuk menaksir jumlah modal kerja. Metode-metode tersebut
ada yang hanya menaksir jumiah aktiva lancar (yaitu metode perputaran modal kerja), ada
pula yang telah memasukkan komponen pendanaan spontan, sehingga sesuai dengan
pengertian modal kerja neto (yaitu metode keterikatan dana), maupun dengan memperhatikan
fluktuasi modal kerja (yaitu metode berdasar atas arus kas).
Efisiensi modal kerja ditaksir dengan membandingkan antara laba operasi dengan
aktiva lancar. Konsep modal kerja bruto dipergunakan dengan maksud agar pengukuran
efisiensi tidak dipengaruhi oleh kebijakan pendanaan spontan, dan/atau pendanaan jangka
pendek lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad & Enny Pudjiastuti. 2015. Dasar-dasar manajemen keuangan Ed. 7 cet. 1.
Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan ( UUP STIM YKPN)
Musthafa. 2017. Manajemen keuangan – ed.1. Yogyakarta: CV. Andi Offset
Arifin, Agus Zainul. 2018. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Zahir Publishing
Wadiyo, SE. 2020. Pengertian Aktiva Lancar dan Struktur Utang.
https://manajemenkeuangan.net/aktiva-lancar-dan-utang/. Diakses pada 18 Desember 2020
jam 13.23 WITA
Chelpee’s blog. 2012. Aktiva lancar dan Struktur Hutang. http://celphee-
surf.blogspot.com/2012/03/aktiva-lancar-dan-struktur-hutang.html. Diakses pada 18
Desember 2020 jam 14.33

14

Anda mungkin juga menyukai