Anda di halaman 1dari 13

1.

MANAJEMEN KEUANGAN

Bab XX

Perencanaan dan Pendanaan Keuangan Jangka Pendek

1. KONSEP DASAR DAN TERMINOLOGI

Tujuan utama perencanaan keuangan jangka pendek adalah menyakinkan bahwa perusahaan dapat
memelihara atau mengendalikan likuiditasnya Likuditas disini diarti kan sebagai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban kewajiban tunai yang telah jatuh tempo. Dengan demikian suatu
perusahaan dikatakan likuid jika ia mampu membayar gaji karvawan pada waktunya. tagihan-tagihan
dari suplier tagihan pajak. dsb.

Modal kerja atau working capital, sering pula disebut sebagai gross working capital atau modal kerja
kotor didefinisikan sebagai item-item pada aktiva lancar. yakni: kas (cash), surat berharga (security),
piutang (account receivable) dan persediaan (inventory). Sedangkan modal kerja bersih atau net capital
working adalah aktiva lancar setelah di kurangi dengan hutang lancar. Hutang lancar sendiri terdiri atas
hutang dagang, hutang wesel, hutang jangka pendek berasal dari hutang jangka panjang, gaji terhutang
serta pajak terhutang. Sebagai contoh, jika jumlah aktiva lancar adalah 150 juta dan jumlah hutang
lancar sebesar 100 juta, maka modal kerja bersih berjumlah 150 juia -100 juta =50 juta.

Currest ratin adalah rasio keuangan vang digunakan untuk mengetahui likuiditas suatu perusahaan Rasio
ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio yang rendah
menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan buruk Sebaliknya jika current ratio relatif tinggi, likuiditas
perusahaan relatif baik. Namun harus dicatat bahwa tidak pada semua kasus dimana current ratio tinggi,
likuiditas perusahaan pasti baik. Meskipun aktiva lancar lebih besar dari hutang lancar, perlu di ingat
bahwa item item aktiva lancar seperti persediaan dan piutang terkadang sulit di tagih atau dijual secara
cepat.

Quick ratio atau ucid test adalah rasio likuiditas yang tidak memperhitungkan per sediaan yang
merupakan item aktiva lancar paling tidak likuid. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi aktiva lancar
minus persediaan dengan hutang lancar.

Days liquidity on hand ratio, yakni aktiva lancar dibagi dengan biaya operasi tunai harian (daily cash
operating expenses). Rasio ini digunakan juga untuk mengukur jumlah hari dimana perusahaan dapat
beroperasi dengan semata-mata mengandalkan aktiva lancarnya saja Biaya operasi tunai harian dapat
diperoleh dari (1) proyeksi anggaran kas (cash budget), atau (2) harga pokok produk ditambah biaya
administani pen jualan serta biaya tunai lainnya dibagi M60 atau 365 hari.
Duy cash on hand ratio, vakni kas ditambah sekuritas dibagi dengan biaya operasi tunai harian Idenya
sama dengan days liquidity on hand ratio, hanya saja aktiva lancar cuma terdiri atas kas dan sekuritas
yang merupakan item aktiva lancar paling likuid.

Manajemen aktiva lancar berbeda dari manajemen likuiditas Manajemen aktiva lancar meliputi tugas
mengelola aktiva lancar perusahaan, termasuk bagaimana men dana atau membiayai aktiva lancar
tersebut Manajemen likuiditas meliputi akuisisi terencana serta penggunaan sumber-sumber yang likuid
untuk memenuhi kewajiban tunai perusahaan yang telah jatuh tempo. Manajemen likuiditas memiliki
ruang yang lebih luas daripada manajemen aktiva lancar. Manajemen likuiditas meliputi pula tugas
perencanaan penjualan aktiva tetap, penerbitan sekuritas jangka panjang serta akti vitas aktivitas yang
berdampak jangka panjang lain yang mempengaruhi likuiditas perusahaan.

Tingkat aktiva lancar dan kebutuhan pendanaannya berfluktuasi mengikuti fluk tuasi siklus bisnis dan
trend musiman. Pada siklus puncak, perusahaan harus menang gung aktiva lancar yang maksimum.
Sebaliknya pada resesi. jumlah aktiva lanrar menurun, namun tidak pemah mencapai titik nol.

2. SIKLUS KONVERSI KAS ( CASH CONVERSION CYCLE )

Konsep siklus konversi kas atau cash conversion cycle sangat penting dalam pem bicaraan mengenai
perencanaan keuangan jangka pendek. Cash conversion cycle (CCC adalah wakturata-rata antara
pengeluaran kas untuk sumber daya produktif dengan penerimaan kas dari penjualan produk Dengan
kata lain. cash conversion cycle adalah semakin sedikit modal yang digunakan untuk mendanai aktiva
lancar atau modal kerja.

Untuk menghitung CCC digunakan rumus sebagai berikut

Cash Conversion Cycle = ICP + RCP - PDP

dimana

ICP Inventory conversion period

RCP - Receivables collection period

PDP - Payables deferral period


Inventory conversion period adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk meng ubah bahan mentah
menjadi produk jadi dan kemudian dijual Kumus untuk meng hitung ICP adalah:

Inventory Conversion Period

360

HPP/Persediaan -

360 × Persediaan

HPP

HPP = Harga Pokok Produksi

Receivables collection period adalah waktu rata-rata untuk mengubah piutang men jadi kas, Rumus
untuk menghitung RCP adalah :

Receivable Collecttion Period = Piutang Penjualan/360 360 x Piutang HPP

Payable defferal period adalah waktu rata-rata antara pembelian bahan baku dan tenaga kerja dengan
waktu pembayarannya.

Contoh:

Harga pokok produksi = 500 juta

Persediaan = 100 juta

Piutang = 50 juta

Penjualan = 750 juta

Rata-rata waktu pembayaran bahan baku dan tenaga kerja = 30 han.


ICP = (360 x 100)/500 72 hari

RCP = (360 x 50 )/750 = 24 hari

PDP = 30 hari

CCC = ICP + RCP - PDP = (72 + 24) - 30 = 66 hari

Dilihat dari sisi lain:

CCC = Penundaan penerimaan - penundaan pembayaran = Penundaan bersih

CC T2 = (72+24) 30 - 66 hari

Perhatikan model cash conversion cycle berikut ini:

MODEL CASH CONVERSION CYCLE

(24) (72) RCP ICP CCC + ICP - (30) ( 72 + 24 - 30 = 66) Barang jadi dan dijual Mengumpulkan Piutang
Menerima Bahan Mentah Membayar tunai Pembelian Bahan Mentah Gambar 20.1

3. KEBIJAKAN INVESTASI AKTIVA LANCAR

Keputusan keuangan jangka pendek secara konsep adalah sama dengan keputusan keuangan jangka
panjang, seperti keputusan penganggaran modal dan struktur modal, dalam hal keputusan dibuat
berdasarkan kerangka trade-off antara risiko dan keuntungan. Namun demikian, tidak seperti halnya
pada keputusan keuangan jangka panjang, para ahli keuangan belum dapat menunjukkan secara jelas
hubungan antara keputusan keuangan jangka pendek cengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Oleh karena itu belum ada dasar teori yang kuat yang dapat dipakai sebagai acuan oleh manajer
keuangan.

Kebijakan keuangan menyangkut aktiva lancar terdiri atas dua keputusan dasar: (1) tingkat investasi
pada aktiva lancar, dan (2) bagaimana perusahaan mendanai aktiva lancar tersebut.

Ada 3 alternatif kebijakan keuangan perusahaan menyangkut jumlah aktiva lancar yang harus ada pada
perusahaan, yakni (1) kebijakan longgar (reluxed policy), (2) kebi- jakan ketat (restricted policy dan (3)
kebijakan moderat (moderate policy). Relaxed policy adalah kebijakan menetapkan jumlah aktiva lancar
pada tingkat tinggi. Rectricted policy merupakan ke balikan dari relaxed policy. menetapkan aktiva
lancar pada tingkat rendah. Moderate policy berada diantara relaxed dan restricted policy. Misalnya
pada tingkat penjualan sebesar 1 milyar, relaxed policy mempunyai target aktiva lancar 300 juta,
moderate policy menargetkan aktiva lancar 230 juta dan restricted policy mungkin menargetkan aktiva
lancar hanya sebesar 160 juta.
Perhatikan gambar berikut:

ALTERNATIF KEBIJAKAN INVESTASI AKTIVA LANCAR

Reiare AKIIva Lancar Moderate 30 Restricted 23 16 Penjualar. 100 Kebijakan Aktiva nntuk Meunjang
penjurlan 100 30 teinxed Moderate 23 Mesticted

Gambar 20.2.

Jika dikaitkan dengan cash conversion cycle, relaxed investment policy cen-derung meningkatkan
persediaan dan piutang, memperpanjang inventory conversion period dan reccivables conversion
period, yang akhirnya akan memperpanjang cach conversion period. Sebaliknya restricted investment
policy akan membcrikan cash conversion cycle yang lebih pendek.

Pada umumnya, keputusan tentang tingkat investasi pada aktiva lancar meliputi pertimbangan trade-off
antara risiko dan keuntungan. Relaxed policy akan meminimum- kan risiko, tetapi tingkat keuntungan
juga ikut menurun karena dana yang terikat pada aktiva lancar cukup tinggi. Restricted policy
menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi karena jumlah dana yang terikat pada aktiva lancar sedikit,
namun risikonya juga tinggi.

4. KEBIJAKAN PENDANAAN AKTIVA LANCAR

Pada umumnya bisnis akan mengalami fluktuasi musiman maupun secara siklus. Sebagai contoh,
perusahaan percetakan mengalami masa puncak pada saat menjelang tahun ajaran baru, bisnis pakaian
mengalami masa puncak menjelang Lebaran dan atal, Contoh lain, jika perekonomian niemburuk,
kebanyakan perusahaan akan mengurangi persediaan, memperketat piutang, Saat perekonomian
membaik. kebutuhan an aktiva iancar meningkat kembali. Meskipun demikian, pada kondisi terburuk,
ke- lutuhan akan aktiva lancar tidak pernah jatuh pada titik nol (kecuali kalau perusa- baannya
bangkrut). Kenyataan ini menimbulkan pemikiran tentang adanya aktiva lancar vang permanen
(permanent current assets). Lawan dari aktiva lancar permanen adalah k tva lancar musiman atau
temporer (seasonal/temporary permanent assets). yutu aktiva lancar yang berfluktuasi akibat musim.
Misalnva PT. AJAK memiliki total aktiva berkisar antara 700 hingga 740 juta. Aktiva tetap PT. AJAK ini
terdiri atas 500.juta aktiva tetap dan 200 juta aktiva lancar permanen ditambah aktiva lancar musiman
atau temporer berkisar dari O hingga 40 juta.

Bagaimana perusahaan mendanai aktiva lancar permanen dan aktiva lancar temporer inilah vang
membedakan kebijakan pendanaan aktiva lancar. Pada dasarnya ada 3 alternatif kebijakan pendanaan
aktiva lancar: (1) pendekatan penyelarasan usia (mai- is matching approaci. (2) pendekatan agrest
taggresne approach dan (3) pendekatan konservatif (conservative approach).

Maturity matching approach

Adalah kebijakan untuk menvelaraskan usia aktiva dan pasiva perusahaan. Strategi ini meminimumkan
kemungkinan perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban-kewa- jiban keuangannya. Sebagai contoh.
PT. ACDC berhutang dengan pengembalian setahun untuk membangun pabrik. Arus kas vang dihasilkan
pabrik tersebut mungkin tidak cukup untuk mermbavar bunga dan pokok pinjaman pada akhir tahun
depan sehingga hutang harus diperbaharui. Misalnya terjadi sesuatu schingga krecitur tidak ingin
memperpanjang hutang. PT. ACDC akan mengalauni kesulitan likuiditas Jika pembangunan pabrik
didanai dengan hutang jangka panjang. kesulitan tersebut bisa dilhindari. Intinya. pabrik dengan usia 30
tahun mestinya didanai dengan hutang yang berusia 30 tahun pula. Persediaan dengan usia 30 hari
didanai dengan pinjaman bank berusia 30 hari. demikian seterusnya. Namun demikian ada 2 kendala
dalam menyelaraskan usia aktiva iengan pasiva : (1) usia aktiva kadang kala tidak menentu. dan (2)
timbul masalah jika ienggunakan pendanaan dari modal sendiri karena modal sendiri tidak memiliki
waktu Ihtuh tempo (usia tak terhingga)

Menurut Maturity matching approach. aktiva tetap dan akiiva lancar permanen harus didanai dengan
hutang jangka panjang dan modal sendiri ditambah pasiva lancar spontan (spontaneous current
liabilities). Pasiva lancar spontan terdiri atas hutang dagang (account payable) dan accruals (gaji atau
upah dan pajak yang belum dibayar) yang tidak membutuhkan biaya bunga. Sedangkan aktiva lancar
temporer yang ber- Quktuasi didanai dengan hutang jangka penclek yang tidak spontan (short term
nonpontaneous debt), Perhatikan Gambar 20.3.

MATURITY MACTHING APPROACH

Rp Hutang jangka pendek Aktiva lancar temporer Hutang Jangka Panjang + ekuitas Aktiva iancar
permanen Aktiva Tetap

Gambar 20.3

Aggresive approach

Adalah kebijakan dimana perusahaan mendanai seluruh aktiva tetapnya serta se- bagian dari aktiva
lancarnya dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri di- tambah pasiva lancar spontan. Sebagian
dari aktiva lancar permanen serta aktiva lancar temporer didanai dengan hutang jangka pendek tidak
spontan. Sebagai contoh, PT. ACDC memiliki aktiva tetap sebesar 500 juta dan aktiva lancar permanen
sebesar 200 juta yang didanai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri sebesar hanya 590 juta
serta pasiva lancar spontan 60 juta. Kekurangan sebesar 50 juta didanai dengan hutang jangka pendek
dari hutang wesel (notes pablrs) Kebijakan ini disebut agresif karena penggunaan hutang jangka pendek
untuk mendanai sebagian aktiva lancar per- manen relatif berisiko. Risiko timbul jika suku bunga naik
atau masalah-masalah yang mungkin timbul dalam memperbaharui hutang. Risiko ini dikompensasi
dengan keun- tungan karena hutang jangka pendek biasanya lebih murah dari hutang jangka panjang.
Semakin agresif kebijakan ini, semakin besar bagian dari aktiva lancar permanen yang didanai dengan
hutang jangka pendek. Jika kebijakan sangat agresif dilakukan, se- bagian dari aktiva tetap dibiayai
dengan hutang jangka pendek. Perhatikan Gambar 20.4.

AGGRESIVE APPROACH

Rp Aktive lancar temporer Hutang jangka pendek Hutang Jangka Panjang + Aktiva lancar permanen
ekuitas Aktiva Tetap

Gambar 20.4

Conservative approach

Adalah kebijakan dimana perusahaan menggunakan hutang jangka panjang dan modal sendiri ditambah
pasiva lancar spontan untulk mendanai aktiva tetap, aktiva Luncar permanen serta sebagian dari aktiva
lancar temporer. Sebagian lain dari aktiva lancar temporer jika diperlukan, dibiayai dengan
menggunakan hutang jangka pendek tidak spontan. Saat aktiva lancar temporer mencapai titik
terendah, dana yang meng- nganggur dibelikan sekuritas (surat berharga) yang likuid. Kebijakan ini
relatif aman (ingat bahwa konservatif berarti hati-hati) karena hampir seluruh aktiva tetap dan lancar
idanai dengan hutang jangka panjang dan modal sendii. Nemun demikian, sesual hukum low risk, low
retum, kebijakan ini mahal karena pada umnumnya hutang jangka Hiang lebih mahal dari hutang jangka
pendek. Perhatikan Gambar 20.5.

CONSERVATIVE APPROACH.
Rp Hutang jangka pendek Aktiva lancar temporer Hutang Jangka Panjang + ekuitas Aktiva lancar
permanen Aktiva Tetap

Gambar 20,5 5.

5. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENDANAAN JANGKA PENDEK

Dari pembahasan sebelumnya dapat dilihat bahwa ketiga kebijakan pendanaan aktiva lancar dibedakan
dari tingka: penggunaan hutang jangka pendek. Pendekatan agresif menggunakan banyak hutang jangka
pendek, sedangkan pendekataun konservauf edikit menggunakan hutang jangka pendek. Meskipun
menggunakan hutang jangka pendek lebih berisiko daripada menggunakan hutang jangka panjang.
hutang jangka pendek memberikan beberapa keuntungen. Pro dan kontra penggunaan hutang jangka
pendek dibahas befikut ini.

 Kecepatan. Lebin cepat untuk memperoleh kredit jangka pendek dari pada kredit jangka
panjang. Kreditor akan melakukan analisis vang lebih mendalam untuk kredit berjangka panjang
karena dana akan terikat dalam waktu yang lama, Jika perusahaan membutuhkan dana segera,
ia lebih suka memilih hutang jangka pendek.
 Fleksibilitas, Untuk mendanai aktiva lancar temporer atau musiman, perusahaan cenderung
kurang menyukai hutang jangka panjang. Alasannya: (1) flotation.cost (hiaya untuk memperoleh
hutang) untuk hutang jangka panjang biasanya lebih besar dari flotation cost untuk hutang
jangka pendek, (2) meskipun hutang jangka panjang dapat dibayar sebelum waktunya, untuk
melakukan ini diperlukan biaya, (3) hutang jangka panjang biasanya disertai dengan "covenant"
atau aturan-aturan dari kreditur yang dapat menghambat efisiensi pengambilan keputusan
manajemen.
 Biaya Hutang. Pada umumnya hutang jangka panjang lebih mahal biayanya (suku bunganya
lebih tinggi) dari pada hutang jangka pendek. Hak ini ditunjuk- kan dengan yield curve! yang
naik. Hutang jangka panjang lebih mahal karena perkiraan bahwa tingkat inflasi di masa
mendatang akan naik serta risiko yang lebih besar untuk masa peminjaman yang lebih panjang.
 Risiko Hutang. Risiko hutang jangka pendek lebih besar karena: (1) jika peru- sahaan
menggunakan hutang jangka panjang, biaya bunga relatif stabil untuk waktu yang lama, tapi jika
ia menggunakan hutang jangka pendek, suku bunga relatif berfluktuasi, (2) jika perusahaan
menggunakan terlalu banyak hutang jangka pendek, ia dapat mengalami kesulitan likuiditas.
Tidak jarang hal ini menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

6. SUMBER PENDANAAN JANGKA PENDEK

Pernyataan tentang fleksibilitas, biaya dan risiko hutang jangka pendek melawan hutang jangka panjang
sebagian besar tergantung pada tipe hutang jangka pendek yang digunakan. Ada 4 jenis sumber hutang
jangka pendek yang utama: (1) accruals, (2) hutang dagang, (3) hutang bank, dan (4) commercial paper.
Accruals. Perusahaan biasanya membayar upah atau gaji karyawan secara ming- guan atau bulanan,
sehingga pada neracanya memperlihatkan sejumlah gaji terhutang (accrued wages). Demikian pula
dengan pajak penghasilan yang dibayar secara periodik juga akan menimbulkan pajak terhutang
(accrued taxest. Accruals meningkat secara otomatis atau spontan jika operasi peruaahaan menngkat
bebas biaya, artinya tidak ada bunga secara eksplisit yiung dibayarkan. Namun demikian, perusahaan
sulit untuk mengontrol tingkat accruals-nya, Waktu pembayaran upah/gaji ditentukan oleh dorongan
ekonomi dan kebiasaan industri, sedangkan pem- bayaran pajak ditentukan oleh hukum.

Hutang Dagang (trade credit atau account payable). Jika perusahaan membeli barang dari perusahaan
lain, biasanya diberi tenggang waktu pembayaran. Pembelian secara kredit ini dicatat sebagai hutang
dagang. Hutang dagang ini merupakan bagian yang terbesar dari hutang lancar (rata-rata 40% dari
hutang lancar pada perusahaan bukan lembaga keuangan di AS). Proporsi hutang dagang ini semakin
besar untuk perusahaan kecil: karena perusahaan kecil relatif sulit untuk memperoleh hutang dari
lembaga keuangan sehingga terpaksa bergantung pada hutang dagang. Hutang dagang semakin besar
jika pembelian meningkat atau jika waktu pembayaran diperpanjang. Misalnya perusahnan mela!ukan
pembelian barang rata-rata 2 juta per hari dengan kredit 30 hari. Maka secara rata-rata ia berhutang 2
juta dikalikan 30 hari atau 60 juta. Jika pem- belian meningkat menjadi dua kali, hutang dagang
meningkat menjadi 120 juta. Jika kredit diperpanjang menjadi 40 hari, hutang dagang meningkat
menjadi 2 juta dikalikan 40 atau sebesar 80 juta.

Hutang Bank. Hutang jangka pendek dari bank biasanya muncul di neraca peru- sahaan sebagai hutang
wesel (notes payable). Hutang bank merupakan sumber penda- naan jangka pendek terpenting kedua
setelah hutang dagang. Saat kebutuhan dana jangka pendek perusahaan meningkat, bank merupakan
supliier dana yang banyak di- andalkan, Jika permintaan kredit jangka pendek ditolak, sering perusahaan
terpaksa kehilangan kesempatan investasi yang menarik. Kebanyakan kredit dari bank berbentuk kredit
jangka pendek (sekitar 2/3 dari kredit bank jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun). Sisi
negatifnya, jika bank menolak memperpanjang kredit jangka pendek, nerusahaan bisa mengalami
kesulitan likuiditas.

Commercial paper adalah surat hutang jangka pendek yang diterbitkan suatu per- usahaan yang
biasanya dibeli oleh perusahaan lain, lembaga pensiun, lembagnva uangan, perusahaan asuransi, dll.
Surat ini biasanya tanpa jaminan sehingga aa dapat diterbitkan oleh perusahaan besar, kuat dan
bonafid.

7. BIAYA HUTANG DAGANG

Perusahaan pada umumnya membeli barang dari suplier secara kredit, kemudian dicatat sebagai hutang
dagang (account payable) atau trade credit. Perusahaan menjuar secara kredit biasanya dengan
menggunakan terminologi kredit sebagai berikut: djuar pada 2/10, net 30 yang berarti pembayaran
harus dilakukan 30 hari setelah penerimaan barang, jika dalam 10 hari sudah dibayar, pembeli akan
mendapat potongan 2%, Arti- nya jika pembeli membayar lebih cepat, ia dapat memanfaatkan discount
yang ada. Jika membayar setelah 10 hari. tidak memanfaatkan discount.
Untuk memilih memanfaatkan discount atau tidak, kita harus menghitung biava tidak memanfaatkan
discount. Biava ini kemudian dibandingkan dengan biaya penda- naan untuk memperoleh discount
(ingat bahwa memperoleh discount berarti membayar lebih awal, dan ini harus dibiayai misalnya melalui
hutang jangka pendek).

Rumus untuk menghitung biaya tidak memanfaatkan discount adalah:

". discount 100-". discounnil x 60/ thari kredit - periode discount

Contoh:

Suatu perusahaan membeli bahan baku dari suplier rata-rata Rp 120 juta per tahun dengan terminologi
2/10, net 30. Jika perusahaan memanfaatkan discount 2%, maka rata-rata per hari ia membeli bahan
baku sebanyak (120 juta x 0,98)/360 = Rp 326.666,67.. Pada akhir hari kesepuluh. Hutang dagang
menjadi 10 x 326.666,67 - Rp 3.266.666,67.-. Pada hari kesebelas, hutang dagang bertambah Rp
326.666,67,- tetapi sebelumnya telah terjadi pelunasan hutang dagang sejumlah yang sama sehingga
hutang dagang secara rata-rata adalah Rp 3.266.666.67.-.

Jika discount tidak dimanfaatkan, perusahaan membayar pada hari ketigapuluh, sehingga hutang dagang
rata-rata adalah 30 x Rp 326.666,67,- Rp 9.8 juta?, Selisit rata-rata hutang dagang dengan
memanfaatkan discount dan tidak adalah Rn 6.533.333.33,-. Dengan kata lain, penyalur memberi kredit
lebih banyak sebesar Rp. 6.533.333,33.- kepada perusahaan. Dengan adanya penundaan pembayaran ini
perusa haan dapat memanfaatkan dana yang ada untuk hal-hal lain seperti membayar hutang mendanai
piutang, dsh. Perusahaan memperoleh tambahan hutang dagang sebesar itu tidak gratis, tetapi dengan
pengorbanan tidak memperoleh discount 2% dari Rp 120 juta Rp 2,4 juta. Maka biaya kredit dagang atau
hutang dagang adalah:

2,4 juta / 6.533.333,33 36,7% atau menggunakan rumus di atas: [2/(100-2)] x [360/(30-10)] 36,7%
Dengan membayar 30 hari, perusahaan menambah hutang dagang sebesar Rp 6.533.333,33,-. Dana
dapat dihemat dan dapat digunakan untuk mendanai piutang perusahaan, investasi, membayar kembali
hutang bank, dsb. Mana yang harus dipilih: memanfaatkan discount atau tidak? Jika perusahaan dapat
memperoleh hutang jangka pendek dengan biaya lebih murah dari 36,7% guna mendanai pembayaran
hutang dagang lebih awal, seharusnya perusahaan memanfaat- kan discount tersebut. Rumus biaya
tidak menggunakan hutang di atas mengasumsikan bahwa bunga dibayar setahun sekali. Yang lebih
tepat adalah bunga dibayar setiap 30 - 10 = 20 hari atau 360/20 = 18 kali setahun, Karena bunga dibayar
lebih cepat, bunga tahunannya menjadi lebih besar. Oleh sebab itu kita harus mencari bunga efektif
tahunan atau Effective Annual Rate (EAR) dengan rumus: EAR = [ 1+ %discount/(100 - % discount) - 1
dimana m = berapa kali dalam setahun bunga dilav Contoh perhitungan EAR menggunakan data
sebelumnya adalah: EAR = [ 1+(0,02/0,98) J18 - 1 = 43,8%/tahun. Biaya tidak memanfaatkan discount
tergantung pada besarnya discout maupun lamanya waktu pembayaran. Misalnya penjualan 2%, net 60
hari akan memiliki biaya tidak memanfaatkan discount sebesar: [2/98] x [360/(60-10)] = 14,7% atau EAR
= (1 + (0,02/0,98)]7 - 1 = 15,7% dimana m = 360/50 = 7,2. Perlu dicatat bahwa rumus-rumus di atas
mengasumsikan bahwa pembayaran untuk periode discount maupun periode tanpa discount selalu
dilakukan pada hari ter- akhir pembayaran. Dengan kata lain, perusahaan tidak terlalu sosial untuk
mem-bayar pada hari kelima jika ia dapat membayar pada hari kesepuluh. Beberapa contoh hasil
perhitungan biaya hutang dagang jika discount tidak di- manfaatkan:

Kredit Perkiraan Biaya Blaya Efektif 1/10, net 20 36% 44% 1/10, net 30 18% 20% 2/10, net 20 73% 107%
3/15, net 45 37% 44% Nampak bahwa semakin lama waktu pembayaran tanpa memanfaatkan discount,
ieva tidak memanfaatkan discount akan turun, Sebaliknya, semakin besar discount Diydiberikan, biaya
tidak memanfaatkan discount semakin besar. . EFEK HUTANG DAGANG PADA LAPORAN KEUANGAN
Untuk menjelaskan permasalahan ini, kita sajikan kembali contoh sebelumnya: se- buah perusahaan
melakukan pembelian bahan baku sejumlah Rp 120 juta setahun dengan terminologi 2/10, net 30. Jika
discount dimanfaatkan, rata-rata hutang dagang harian adalah (120 juta x 0,98)/360 Rp 326.666,67,-.
Pada hari pertama beroperasi, jumlah ini akan muncul di sisi pasiva neraca sebagai hutang dagang (di sisi
aktiva, persediaan bertambah sejumlah yang sama). Pada hari kedua, perusahaan mem- beli bahan baku
sejumlah Rp 326.666,67,- lagi, sedangkan hutang dagang hari pertama belum dibayar sehingga jumlah
hutang dagang menjadi Rp 653.333,34,-. Setelah 10 hari, hutang dagang menjadi Rp 3.266.666,67,-.
Pada hari ke 11. perusahaan akan membayar hutang dagang hari pertama karena mereka ingin
memanfaatkan discount. namun pada hari itu hutang dagang masih bertambah sejumlah yang sama
(karena perusahaan tetap membeli bahan baku). Akibatnva saldo hutang dagag perusahaa akan stabu
sebesar Rp 653.333.34,- dengan asumsi perusahaan memanfaatkan dis- count. perusahaan Bagaimana
jika perusahaan tidak memanfaatkan discount? Pada situasi ini, pada hari ke 11 tidak ada pelunasan
hutang dagang sehingga saldo hutang dagang bertambah Rp 326.666,67,- akibat pembelian bahan baku
pada hari tersebut. Pada hari ke 30 saldo hutang dagang akan menjadi 30 x Rp 326.666,67,- Rp 9,8 juta.
Pada hari ke 31 peru- sahaan akan melunasi hutang dagang dari pembelian bahan baku hari 1 dan
sekaligus membeli bahan baku (menambah hutang dagang) dengan jumlah yang sama. Akibatnya saldo
hutang dagang setelah hari ke 30 adalah tetap pada angka Rp 9,8 juta dengan asumsi perusahaan tidak
memanfaatkan discount. Pengaruh memanfaatkan discount atau tidak pada neraca adalah sebagai
berikut: jika discount diambil, saldo hutang dagang sebesar Rp 3.266.666.67,- dan saldo hutang Wesel
sebesar Rp 9,8 juta - Rp 3.266.666,67,- = Rp 6.533.333,34,- (ini adalah jumla lang untuk mendanai
pembayaran lebih wal). Jika discouni tidak dinanfaatkan, sald nutang dagang adalah Rp 9,8 juta dan
saldo hutang wesel sebesar 0. Pengaruh memanfaatkan discount atau tidak pada laporan rugi-laba
adalah: üka uiscount diambil, ada kebutuhan dana untuk membiayai pembayaran awal yang biasa ya
diperoleh dari hutang wesel. Artinya perusahaan harus membayar bunga. Namun ka discount tidak
diambil, perusahaan dapat menghemat dana tersebut (tidak perl membayar bunga) tetapi menanggung
biaya tidak memanfaatkan discount atau discount

lost. Untuk memilih memanfaatkan discount atau tidak, kita tinggal membandingka biaya bunga dengan
discount lost. Jika biaya bunga lebih besar dari discount lost, se-. baiknya tidak memanfaatkan discount,
demikian sebaliknya. 9. KARAKTERISTIK HUTANG BANK Sebagai sumber dana jangka pendek, hutang dari
bank menduduki ranking kedua setelah hutang dagang. Hutang jangka pendek dari bank biasanya
dicatat di neraca bagian pasiva sebagai hutang wesel (notes payable). Beberapa karakteristik hutang
bank yang perlu dilkuasai dibahas berikut ini. Jatuh tempo (maturity) Meskipun bank juga menyediakan
hutang jangka panjang, sebagian besar dari kredit yang diberikan adalah berjangka pendek (jatuh tempo
kurang dari setahun). Promissory Note Jika kredit disetujui, perjanjian dilakukan dengan menandatangi
promissory note yang menyatakan : (1) jumlah kredit, (2) persentase suku bunga, (3) skedul pengem-
balian, (4) jaminan, dan (5) terminologi dan kondisi lain yang disepakati oleh kre- ditur dan debitur.
Compensating Balances Kadang kala bank mengharuskan debitur untuk memelihara suatu rata-rata
saldo checking account (demand deposit) sekian persen dari jumlah hutang. Saldo ini di- sebut
compensating balance yang mengakibatkan biaya hutang naik. Misalnya, jika perusahaan meminjam Rp
10 juta, ia hanya dapat menggunakan Rp 8 juta saja karena adanya compensating balance 20% dari total
hutang. Jika bunga hutang adalah 8", bunga hutang yang sebenarnya atau efektif adalah (8"o x 10
jutai/8 juta Line of Credit Line of credit adalah suatu persetujuan informal atau formal antara bank dan
peminjam tentang jumlah maksimum hutang yang disediakan bank. Misalnya, line of credit sebesar Rp
80 juta berarti peminjam dapat meminjam hingga sejumlah ter- sebut. Revolving Credit Agreement
Revolving credit agreemeni adalah suatu line of credit yang formal yang sering di- manfaatkan oleh
perusahaan besar. Bank berkewajiban menyediakan kredit hingga jumlah maksimal yang dijanjikan.
Untuk kewajiban formalnya ini (legal obligation). bank biasanya memungut commitment fee sebesar
sekian persen daui kredit yang tidak digunakan. Misalnya, line of credit sebesar Rp 100 juta hanya
dimanfaatkan sebesar Rp 60 juta. Maka peminjam harus membayar fee untuk Rp 40 juta yang tidak
digunakan. 10.BIAYA HUTANG BANK Biaya hutang bank bervariasi tergantung peminjamnya serta besar
kecilnya hutang Peminjam yang berisiko tinggi akan dikenai bunga yang lebih tinggi, sedangkan hutang
berjumlah kecil akan menanggung bunga yang lebih tinggi karena adanya fixed cost untuk memperoleh
hutang dan membayar jasa. Jika suatu perusahaan tergolong "prime risk" karena kinerjanya yang bagus
dan jumlah pinjaman cukup besar, bank dapat memberikan bunga yang terbaik yang disebut prime rate.
Ada 3 cara menghitung biaya hutang bank: (1) regular atau simple interest, (2) discount interest, dan (3)
add-on interest,

Regular atau Simple Interest,. Pada metoda ini, debitur meminjam sejumlah uang dan akan
mengembalikannya berikut bunga pada waktu yang akan datang. Misalnya, pada hutang Rp 10 juta
dengan bunga 12% per tahun, debitur akan membayar kembali Rp 10 juta plus bunga 12% x Rp 10 juta =
Rp 1,2 juta setahun kemudian. Rumus menghitung Dunga bank dengan pendekatan ini adalah: Untuk
hutang satu atau lebih dari satu tahun: Effective Annual Rate = Bunga/Jumlah hutang Untuk hutang
kurang dari setahun: Effective Annual Rate = [1 + (k/m)]m - 1 dimana: k = suku bunga nomimal tahunan
m = berapa kali dalam setahun bunga dibayar Contoh: kredit 3 bulan dengan bunga nominal 12%/th
menanggung biaya sebesar: EAR = [1+(12%/4)]* - 1 = 12,55%/th dimana m = 12 bulan / 3 bulan = 4 kali
harena debitur membayar bunga lebih cepat dari 1 tahun, maka bunga yang di- tanggung sebenarnya
lebih besar dari 12% (bunga nominal tahunan). Jika hutang- nya setahun atau lebih dari setahun, bunga
nominal sama dengan bunga efektif. Discount Interest. Pada pendekatan ini bank mengambil
pembayaran bunga di depan. Misalnya. pada kredit Rp 100 juta dengan bunga 12% per tahun, bank
hanya memberikan uang sebesar Rp 100 juta - (12% x Rp 100 juta) = Rp 88 juta. Maka biaya bunga
adalah 12 juta/ 88 juta = 13,64%. Rumus untuk menghitung bunga bank dengan pendekatan ini adalah:
Cntuk hutang satu atau lebih dari satu tahun: Effective Annual Rate = Bunga/(jumlah hutang - bunga)
atau: Effective Annual Rate = Persentase bunga /(100%- persentase bungal Untuk hutang kurang dari
setahun: Effective Annual Rate = [1+(bunga/(hutang - bunga)]m - 1 Sebagai contoh, hutang Rp 100 juta
selama 3 bulan dengan bunga nominal 12% / th (atau 3% per 3 bulan) memiliki bunga efektif :

EAR = (1+(3/(100-3)]* - 1 = 12,96% Add-On Interest Pendekatan ini biasanya digunakan pada kredit
mobil atau sepeda motor yang di- kenal dengan istilah di kalangan praktisi bunga flat yang artinya bunga
dihitung dari saldo hutang awal. Cara menghitung bunga secara Add-On adalah: bunga nominal per
tahun dikalikan jumlah hutang. Bunga ini kemudian ditambahkan pada hutang untuk memperoleh total
hutang. Misalnya kita membeli mobil seharga Rp 100 juta secara kredit dengan bunga Add-On atau
bunga flat 12%/th, pembayaran dilakukan setiap bulan dengan jumlah yang sama selama 12 bulan.
Setiap bulan kita harus membayar (Rp 100 juta + Rp 12 juta)/12 bulan = Rp 9,33 juta. Jelas kita dirugikan
karena harus membayar bunga yang dihitung dari jumlah hutang awal, bukan saldo hutang (ingat bahwa
jumlah hutang kita berkurang dari bulan ke bulan, sehingga bunga yang dibayar seharusnya berkurang
juga). Artinya bunga Add-On ini jika di- hitung secara efektif (yang benar-benar dirasakan peminjam)
akan lebih tinggi. Di kalangan praktisi, bunga efektif sering disebut bunga menurun. Bunga menurun
akan lebih besar dari bunga flat. Bagaimana menghitung bunga efektif atau bunga yang sebenarnya
ditanggung peminjam yang dikenai bunga Add-On? %3! Bunga efektif dari bunga Add-On (pendekatan):
Effective Annual Rate (Bunga/(Jumlah Hutang Diterima / 2)] Contoh: Add-On = 12/th, jumlah hutang Rp
100 juta. EAR [12 juta/(100 juta/2)] = 24".. Secara tepat bunga efektif dari bunga Add-On dapat dicari
dengan menghitung IRR (internal rate of return). Contoh: bunga Add-On 12%, pinjaman Rp 100 juta,
pembayaran per bulan selama 12 bulan. Jumlah cicilan (Rp 100 juta + Rp 12 juta)/12 Rp 9,33 juta per
bulan. Mem- peroleh Rp 100 juta hari ini dan harus membayar Rp 9,33 juta selama 12 bulan. Arus
kasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai