Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN MODAL KERJA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

SARDIANTI (ES1221010)

KHAERUN NIZA (ES1221019)

A.PUTRI NABILA (ES1221035)

NILLA MILANDARI (ES1221049)

DIKA SARI (ES1221030)

MANAJEMEN III.A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ICHSAN SIDENRENG RAPPANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. KONSEP DAN PENGERTIAN MODAL KERJA

Ada 3 konsep modal kerja yang umum digunakan dalam suatu perusahaan, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja merupakan dana yang dibutuhkan
untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin, beberapa contoh modal kerja
kuantitatif adalah kas, puitang, persediaan, surat berharga, dan persekot asuransi.

2. Konsep kualitatif

Dalam konsep kualitatif, modal kerja didefinisikan sebagai kelebihan aktiva lancar
terhadap hutang jangka pendek, dimana aktiva lancar merupakan kekayaan yang dimiliki
perusahaan dan diharapkan dapat diuangkan tidak lebih dari 1 tahun, aktiva lancar terdiri
dari kas, surat berharga, piutang dagang, piutang wesel, piutang pendapatan, beban
dibayar dimuka, perlengkapan , serta persediaan barang dagang.

3. Konsep fungsional

Konsep fungsional ini juga menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan
dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan
untuk meningkatkan laba perusahaan. Makin banyak dana yang digunakan sebagai
modal-kerja seharusnya dapat meningkatakan perolehan laba, demikian pula sebaliknya,
jika dana yang digunakan sedikit, maka laba pun akan menurun.

PENGERTIAN MODAL KERJA

Menurut Kasmir (2017: 250), modal kerja adalah Modal yang digunakan untuk
melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai
investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek.Contohnya
seperti kas, surat berharga, piutang,sediaan, dan aktiva lancar lainnya.

Menurut Harahap (2007:288) modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar,
modal kerja dapat juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam
aktiva lancar atau untuk membayar hutang lancar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian modal kerja, maka dapat
disimpulkan bahwa modal kerja adalah kelebihan dari aktiva lancar diatas hutang
lancarnya yang benar-benar digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari, seperti pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dimana
uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk kedalam
perusahaan dalam jangka waktu jangka pendek.

B. MODEL KERJA BERSIH

Secara teoritis,terdapat 2 konsep dasar kerja,yaotu kerja kotor (gross working capital) dan
model kerja (net working capital).

1. Model kerja kotor ( Gross working capital )

Model kerja kotor adalah jumlah keseluruhan aktiva lancer perusahaan. Jadi jika
ditanyakan berapa model kerja kotor suatu perusahaan? Maka kita tinggal melihat pada
neraca,berapa total aktiva lancer perusahaan,ilah model kerja kotor perusahaan. Aktiva
lancer perusahaan umumnya terdiri dari kas,surat-surat berharga,biaya dibayar
dimuka,piutang dagang dan persediaan, akun umum model kerja kotor adalah piutang
dagang dan persediaan.

2. Model kerja bersih ( net working capital)

Adapun model kerja bersih adalah jumlah atau total aktiva lamcar dikurangi dengan total
utang lancarnya. Jadi jika ditanyakan berapa model kerja bersih suatu perusahaan? Kita
dapat menghitungnya dengan menyelisihkan aktiva lancer dengan utang lancarnya.
Utang lancer perusahaan umumunya terdiri dari : utang dagang,biaya-biaya yang masih
harus dibayar,utang jangka pendek dan utang pajak. Akun utama tang lancer adalah
utang dagang.

C. TRADE-OFF ANTARA PROFITABILITY DAN RISK

Dalam melihat berapa modal kerja bersih yang akan ditentukan dan dipertahankan
oleh perusahaan, kita dapat mengenal ada dua kemungkinan kondisi modal kerja bersih
yaitu : Positive Net Working Capital dan Negative Net Working Capital.

Perusahaan dapat menerapkan salah satu dari kedua alternatif kondisi di atas tetapi
perusahaan akan menghadapi Trade-off (untung-rugi) atas pilihan yang diambilnya.
Keputusan akhir berada di tangan Financial Manager (manajer/direktur keuangan)
perusahaan karena dialah yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil perusahaan dalam bidang keuangan.

1. Positive Net Working Capital

Positive Net Working Capital terjadi pada saat Total Aktiva Lancar lebih besar
daripada Total Utang Lancar (TAL > THL). Trade-off yang terjadi dengan penerapan
Positif Net Working Capital ini sebagai Berikut :

Kelebihannya, adalah perusahan akan memiliki likuiditas yang tinggi karena total
kewajiban lancarnya (total current liabities) dapat ditutupi oleh angka total aktiva
lancarnya (total current assets) yang lebih besar, sehingga dapat dikatakan bahwa risiko
likuiditas perusahaan rendah (low risk). Perusahaan berada pada kondisi high liquidity.

Kekurangannya, adalah perusahaan akan memiliki tingkat keberuntungan yang rendah


(low return) karena dana lebih banyak tertanam pada aktiva lancar yang cenderung
memiliki tingkat kemampuan menghasilkan keuntungan yang rendah/ low return. Aktiva
yang memiliki tingkat kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi adalah
aktiva tetap (fixed assets).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan Positive Net Working Capital ini
perusahaan memiliki tingkat keuntungan yang rendah (low return). Perusahaaan berada
pada kondisi low profitability.

2. Negative Net Working Capital

Negative Net Working Capital terjadi pada saat Total Aktiva Lancar lebih kecil
daripada Total Utang Lancar (TAL < THL). Trade-off yang terjadi dengan penerapan
Negative Net Working Capital sebagai berikut:

Kelebihannya, adalah perusahaan akan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi karena
total aktiva lancarnya (total current assets) lebih kecil dibandingkan dana yang tertanam
pada total aktiva tetap (total Fixed assets)-nya. Aktiva tetap dikenal sebagai aktiva yang
bersifat high return atau aktiva yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan yang tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan
tinggi (high return).
Kekurangannya, adalah perusahaan akan memiliki tingkat likuiditas yang rendah (low
likuidity) karena dana pada aktiva lancarnya lebih sedikit dibandingkan dengan total utang
lancarnya (current liabilities).

Dengan demikian perusahaan memiliki resiko tidak mampu memenuhi atau membayar
kewajiban jangka pendeknya ketika jatuh tempo atau dengan kata lain perusahaan
memiliki risiko likuiditas yang tinggi (high risk).

D. MENGHITUNG KEBUTUHAN MODAL KERJA PERUSAHAAN

Manajemen modal kerja identik dengan manajemen aktiva lancar dan utang lancar.
Kedua pos tersebut merupakan pos-pos utama dalam transaksi perusahaan sehari-hari.
Pada sebuah perusahaan yang dinamis, tentu akan terjadi perubahan saldo kas, saldo
piutang, saldo persediaan setiap hari. Tingkat perputaran yang tinggi pada beberapa akun
tersebut menunjukkan bahwa operasional perusahaan berjalan dinamis. Begitu juga
dengan utang dagang (accounts payable), makin banyak pembelian bahan atau barang
dagangan, maka tingkat perputarannya kan makin tinggi.

Sasaran penting dari pengelolaan modal kerja adalah membuat formulasi akun-akun
pada aktiva lancar dan utang lancar sehingga dengan formulasi tersebut akan dicapai titik
keseimbangan antara profitabilitas dan risiko yang pada akhirnya akan meningkat nilai
perusahaan. pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita menghitung
kebutuhan modal kerja sebagai perusahaan di mana dengan perhitungan tersebut akan
diperoleh angka modal kerja yang sesuai kebutuhan atau modal kerja yang optimal.

Perhitungan modal kerja yang sesuai kebutuhan atau modal kerja optimal menjadi
penting, agar perusahaan dapat menentukan sumber dananya disertai perhitungan biaya
dananya. Tentu diharapkan dengan modal kerja yang optimal biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan menjadi lebih kecil.

Dalam menghitung kebutuhan modal kerja perusahaan, ilmu manajemen keuangan


membekali kita dengan suatu konsep yang dikenal dengan Cash Conversion Cycle.
Konsep ini digunakan di banyak perusahaan, termasuk di lembaga pembiayaan atau
perbankan. Dalam menentukan kebutuhan modal kerja calon debiturnya, bank biasanya
menghitung dengan konsep Cash Conversion Cycle.
1. Cash Convension Cycle (CCC)

Cash Conversion Cycle (CCC) atau Siklus Perputaran Kas adalah siklus atau periode
yang terjadi dari mulai perusahaan mengeluarkan kas (uang tunai) hingga perusahaan
memperoleh kembali kas (uang tunai) karena periode CCC berlangsung dari mulai kas dan
nanti kembali lagi menjadi kas, maka CCC ini dikenal juga dengan istilah cash to cash
period (periode dari kas ke kas lagi).

Berapa lama Cash Conversion Cycle setiap perusahaan berbeda-beda tergantung sifat
operasi dari perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan dagang tentu akan memiliki cash
conversion cycle yang berbeda dengan sebuah perusahaan manufaktur. Berikut
ilustrasinya:

Cash Conversion Cycle perusahaan dagang:

Kas → Barang Dagangan → Kas (penjualam tunai)

atau

Kas → Barang Dagangan → Piutang → Kas (penjualan kredit)

Kita lihat siklus perputaran khas sebuah perusahaan dagang dimulai dari kas, yang
artinya perusahaan mengeluarkan uang tunai untuk membeli barang dagangan, kemudian
menjualnya kembali sehingga menghasilkan khas langsung jika dijual secara tunai, atau
melalui piutang dan menjadi kas jika perusahaan menjual secara kredit.

Sementara Cash Conversion Cycle perusahaan manufaktur:

Kas → Bahan Baku → Barang Setengah Jadi → Barang Jadi → Piutang → Kas

Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, siklus perputaran kas dimulai dari


perusahaan mengeluarkan uang tunai untuk membeli bahan baku, kemudian bahan baku
diolah menjadi barang setengah jadi, kemudian diolah lagi menjadi barang jadi dan dijual.
Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka akan timbul akun piutang, dan setengah
tertagih, akan menjadi kas.

Cash Conversion Cycle diukur dalam satuan waktu misalnya satu hari, lima hari, dan
seterusnya. Kalau kita lihat kembali ilustrasi di atas, misalnya cash conversion cycle
perusahaan dagang adalah 10 hari, artinya dari mulai perusahaan mengeluarkan uang tunai
untuk membeli barang dagangan hingga barang dagangan tersebut rata-rata terjual
memakan waktu 10 hari. Tentu untuk perusahaan manufaktur rata-rata cash conversion
cycle-nya akan lebih lama karena membutuhkan waktu lebih lama pada saat mengolah
bahan baku.

E. JENIS-JENIS KEBUTUHAN MODAL KERJA CASE STUDY

Secara umum kebutuhan modal kerja perusahaan terbagi 2 yaitu:

1. Kebutuhan modal kerja permanen

Kebutuhan modal kerja permanen adalah kebutuhan modal kerja minimal secara periodik
yang berlangsung untuk jangka waktu sekitar satu tahun. kebutuhan minimal per bulan
diproyeksikan untuk suatu periode tertentu adalah kebutuhan modal kerja permanen.

Untuk menentukan kebutuhan modal kerja permanen ini kita bisa melihat data proyeksi
kebutuhan modal kerja terkecil per bulan selama periode perkiraaan .

Contoh : Perusahaan A memiliki kebutuhan modal kerja per bulan yang bervariasi dari Rp
100 juta hingga Rp 750 juta . Maka kebutuhan modal kerja permanen adalah Rp 100 juta .

2. Kebutuhan Modal Kerja Musiman

Kebutuhan modal kerja musiman adalah kebutuhan mo dal kerja yang bervariasi di atas
kebutuhan modal kerja musiman . Kebutuhan modal kerja musiman ini umumnya meng
kuti variasi penjualan dengan titik puncak ( peak time ) terjadi pada saat penjualan
mencapai angka tertinggi .

Contoh : Perusahaan A memiliki kebutuhan modal kerja per bulan yang bervariasi dari Rp
100 juta hingga Rp 750juta dengan rata-rata di atas kebutuhan modal kerja di atas
permanen (>RP 100juta hingga Rp 750juta) sebesR Rp 300 juta per bulan. Berdasarkan
data tersebut, maka kebtuhan modal kerja musiman adalah sebesar Rp 300 juta.

Anda mungkin juga menyukai