Dosen Pengampu:
Fatichatur Rachmaniyah, S.E, M.M
2
Faktor Eksternal. Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar.
Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang
dagangan) yang lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur. Barang dagangan
biasanya diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), sehingga aktiva lancar
yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga.
Faktor Internal Kebijakan Manajerten. Manajemen mempunyai pilihan apakah
menggunakan utang lancar yang tinggi atau yang rendah. Jika fleksibilitas manajemen
cukup tinggi, manajemen akan menggunakan utang lancar yang lebih kecil. Jika manajemen
membutuhkan dana dengan cepat, maka manajer masih mempunyai cukup ruang untuk
melakukan hal tersebut.
C. STRATEGI MODAL KERJA
1. Strategi Aktiva Lancar
Secara umum, aktiva lancar mempunyai tingkat keuntungan yang lebih kecil
dibandingkan dengan aktiva tetap. Jika perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih
tinggi, maka perusahaan bisa mengurangi risiko (risiko likuiditas, sebagai contoh), tetapi
konsekuensinya perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang lebih rendah juga.
Bagan di atas menampilkan tiga skenario strategi investasi aktiva lancar, yaitu A
(konservatif), B (moderat), dan C (agresif). Pada kebijakan agresif, proporsi kas, piutang,
dan/atau persediaan akan semakin kecil. Tujuan kebijakan seperti itu adalah meningkatkan
tingkat keuntungan, karena biasanya modal kerja memberikan tingkat keuntungan yang
lebih rendah dibandingkan aktiva tetap.
2. Strategi Pendanaan
Dari segi pendanaan modal kerja dan aktiva tetap, ada beberapa alternatif kebijakan
pendanaan modal kerja. Ada tiga pendekatan dalam pendanaan jangka pendek, yaitu:
1) Matching atau Hedging
2) Agresif, dan
3) Konservatif.
3
Pendekatan matching berusaha menyeimbangkan sisi pendanaan dengan sisi aset.
Dalam pendekatan tersebut, aktiva jangka panjang. dan aktiva lancar yang permanen
dibiayai oleh utang jangka panjang, sedangkan aktiva lancar dibiayai oleh utang jangka
pendek.
Bagan 3 di atas menunjukkan strategi agresif. Dalam strategi tersebut, utang jangka
pendek yang digunakan lebih besar proporsinya dibandingkan pada strategi matching.
Sebagian aktiva lancar permanen menggunakan utang jangka pendek sebagai sumber
pendanaannya.
4
D. SIKLUS KAS (CASH CONVERSION CYCLE)
1. Pengertian Siklus Kas
Siklus kas yaitu lamanya jangka waktu yang dibeli dibayarkan hinggga piutang usaha
dan tertagih.
Apabila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran kas diperlambat, cash availability
akan semakin besar. Perusahaan akan mempunyai kesempatan menggunakan kas yang lebih
besar lagi.
Bagaimana mengukur cash availability? Salah satu caranya adalah dengan melihat
siklus kas. Siklus kas yang semakin pendek berarti kas berputar lebih cepat, atau cash
availability akan meningkat.
Keterangan:
- Periode persediaan adalah 30 hari (barang tersimpan dalam gudang perusahaan sebelum
laku terjual)
- Periode pengumpulan piutang adalah 20 hari (Karena penjualan dilakukan secara kredit,
perusahaan tidak langsung menerima kas)
- Jadi diperoleh total periode 50 hari. Dengan kata lain, kas perusahaan tertanam selama
50 hari
Siklus kas yang semakin pendek akan semakin baik, karena kas yang tertanam akan
semakin sedikit. Terlihat bahwa siklus kas yang pendek membuat investasi modal kerja
menjadi semakin kecil.
Contoh:
- Kas untuk modal kerja perhari Rp1.000.000
- Siklus kas 30 hari
- Modal kerja: 30 hari x Rp1.000.000= Rp30.000.000
6
Berapa modal kerja bersih yang dibutuhkan pada periode selanjutnya jika penjualan
pada periode mendatang sebesar Rp20.000?
Pertama, hitung perputaran komponen modal kerja
Perputaran Kas = Penjualan/Kas = 15.000/200 = 75x
Perputaran Piutang = Penjualan/Piutang = 15.000/300 = 50x
Perputaran Persediaan = Penjualan/Persediaan =15.000/500 = 30x
Perputaran Utang Dagang = Penjualan/Utang Dagang = 15.000/100 = 150x
Perputaran Utang wesel = Penjualan/Utang Wesel = 15.000/300 = 50x
Kedua, hitung jumlah komponen modal kerja
Kas = Penjualan/ Perputaran Kas = 20.000/75 = 267
Piutang = Penjualan/ Perputaran Piutang = 20.000/50 = 400
Persediaan = Penjualan/ Perputaran Persediaan =20.000/30 = 667
Utang Dagang = Penjualan/ Perputaran Utang Dagang =20.000/150 = 133
Utang wesel = Penjualan/ Perputaran Utang Wesel = 20.000/50 = 400
Jadi, modal kerja bersih yang dibutuhkan adalah:
267 + 400 + 667 – 133 – 400 = 801
2. Metode Keterikatan Dana
Metode keterikatan dana adalah pendekatan untuk menghitung kebutuhan modal kerja
dengan memperhitungkan keterikatan dana dalam berbagai aspek operasional perusahaan.
Ini melibatkan perhitungan kebutuhan dana untuk persediaan, piutang, dan kewajiban
jangka pendek.
Misal, keterikatan dana selama 20 hari, rata-rata kas per hari adalah 1juta
- Total dana terikat 20 x 1.000.000 = 20.000.000
Jadi, besar modal kerja tergantung pada periode terikat dana dan rata-rata
pengeluaran harian
F. MEMONITOR MODAL KERJA (POSISI LIKUIDITAS)
Setelah melakukan perencanaan modal kerja, manajer keuangan perlu memonitor kondisi
modal kerja perusahaan secara terus-menerus. Jika kondisi modal kerja memburuk, manajer
keuangan perlu melakukan beberapa tindakan perbaikan atau pencegahan agar kondisi modal
7
kerja tidak semakin memburuk. Kondisi modal kerja yang memburuk menandakan perusahaan
mengalami kesulitan likuiditas. Beberapa indikator yang biss dipakai untuk memonitor kondisi
likuiditas atau modal kerja perusahaan adalah:
1. Periode pelunasan piutang yang semakin melambat (mneningkat)
2. Aliran kas masuk harian (operasional) yang semakin meaurun.
3. Persedizan yang semakin menumpuk.
4. Rasio lancar (aktiva lancar/utang lancar) yang semakin kecil.