Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEBIJIKAN MODAL KERJA


Mata Kuliah: Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu:
Fatichatur Rachmaniyah, S.E, M.M

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Faiqotul Himma (21041009)
2. Lailatus Saniyah (21041016)
3. Lailatul Hidayah (21041026)

PROGRAM STUDI AKUNTASI PAGI 5A


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2023
KEBIJAKAN MODAL KERJA
A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MODAL KERJA
Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional perusahaan sehari-hari seperti gaji karyawan, pembelian bahan baku, dan
menanggung biaya operasional lainnya.
Sedangkan, kebijakan modal kerja adalah keputusan mendasar sehubungan dengan jumlah
setiap kategori aktiva lancar yang ditargetkan dan bagaimana aktiva lancar tersebut akan
dibiayai.
Kenapa perusahaan mempunyai modal kerja? Karena ketidaksempurnaan pasar. Berikut
adalah beberapa kondisi ketidaksempurnaan pasar.
1. Biaya Transaksi. Biaya transaksi mencakup biaya eksplisit dan juga biaya implisit. Contoh
biaya implisit yaitu biaya kesempatan sedangkan biaya eksplisit yaitu gaji karyawan, sewa,
biaya bahan baku dll.
2. Kelambatan/Ketidaksinkronan Aktivitas. Situasi yang normal adalah: ada kemungkinan
kelambatan kedatangan bahan mentah, atau produk yang sudah jadi tidak bisa langsung
dikirim langsung ke distributor, atau permintaan produk tidak diketahui dengan pasti.
Dalam situasi tersebut, persediaan bahan mentah dan produk diperlukan untuk
mengantisipasi kelambatan kedatangan bahan mentah atau permintaan yang lebih tinggi dari
yang diantisipasi.
3. Kemungkinan Kebangkrutan/Kesulitan Pembayaran. Biaya kebangkrutan cukup
signifikan. Kebangkrutan bisa disebabkan oleh kondisi perusahaan (prospek) yang
memburuk, tetapi juga bisa dikarenakan, ketidakmampuan memenuhi kewajibannya.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT MODAL KERJA
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktiva Lancar
Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif terhadap total aktiva.
Berikut ini faktor-faktor tersebut.
a) Karakteristik Bisnis. Sektor usaha (industri) mempunyai karakteristik yang berbeda
satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung
mempunyai persediaan barang dagangan yang lebih besar dibandingkan perusahaan
manufaktur.
b) Ukuran Perusahaan. Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Komposisi aktiva lancar dan kewajiban
lancar untuk perusahaan besar dan kecil bisa terdiri dari 65,5% aktiva lancar dan 32,8%
utang lancar untuk perusahaan kecil. Sedangkan komposisi untuk perusahaan besar
adalah 31% aktiva lancar dan 24,4% kewajiban lancar.
c) Aktivitas Perusahaan. Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat),
aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin
tinggi penjualan dengan demikian akan semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan.
d) Stabilitas Penjualan Perusahaan. Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung
semakin kecil. Sebaliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung
semakin besar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Utang Lancar
Faktor yang mempengaruhi utang lancar bisa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor
eksternal dan internal kebijakan perusahaan.

2
Faktor Eksternal. Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar.
Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lancar (biasanya dalam bentuk barang
dagangan) yang lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur. Barang dagangan
biasanya diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), sehingga aktiva lancar
yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga.
Faktor Internal Kebijakan Manajerten. Manajemen mempunyai pilihan apakah
menggunakan utang lancar yang tinggi atau yang rendah. Jika fleksibilitas manajemen
cukup tinggi, manajemen akan menggunakan utang lancar yang lebih kecil. Jika manajemen
membutuhkan dana dengan cepat, maka manajer masih mempunyai cukup ruang untuk
melakukan hal tersebut.
C. STRATEGI MODAL KERJA
1. Strategi Aktiva Lancar
Secara umum, aktiva lancar mempunyai tingkat keuntungan yang lebih kecil
dibandingkan dengan aktiva tetap. Jika perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih
tinggi, maka perusahaan bisa mengurangi risiko (risiko likuiditas, sebagai contoh), tetapi
konsekuensinya perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang lebih rendah juga.
Bagan di atas menampilkan tiga skenario strategi investasi aktiva lancar, yaitu A
(konservatif), B (moderat), dan C (agresif). Pada kebijakan agresif, proporsi kas, piutang,
dan/atau persediaan akan semakin kecil. Tujuan kebijakan seperti itu adalah meningkatkan
tingkat keuntungan, karena biasanya modal kerja memberikan tingkat keuntungan yang
lebih rendah dibandingkan aktiva tetap.

2. Strategi Pendanaan
Dari segi pendanaan modal kerja dan aktiva tetap, ada beberapa alternatif kebijakan
pendanaan modal kerja. Ada tiga pendekatan dalam pendanaan jangka pendek, yaitu:
1) Matching atau Hedging
2) Agresif, dan
3) Konservatif.

3
Pendekatan matching berusaha menyeimbangkan sisi pendanaan dengan sisi aset.
Dalam pendekatan tersebut, aktiva jangka panjang. dan aktiva lancar yang permanen
dibiayai oleh utang jangka panjang, sedangkan aktiva lancar dibiayai oleh utang jangka
pendek.

Bagan 3 di atas menunjukkan strategi agresif. Dalam strategi tersebut, utang jangka
pendek yang digunakan lebih besar proporsinya dibandingkan pada strategi matching.
Sebagian aktiva lancar permanen menggunakan utang jangka pendek sebagai sumber
pendanaannya.

Bagan 4 berikut menunjukkan strategi konservatif. Dalam strategi tersebut, utang


jangka panjang lebih besar proporsinya. Sebagian aktiva lancar dibiayai oleh utang jangka
panjang.

4
D. SIKLUS KAS (CASH CONVERSION CYCLE)
1. Pengertian Siklus Kas
Siklus kas yaitu lamanya jangka waktu yang dibeli dibayarkan hinggga piutang usaha
dan tertagih.
Apabila pemasukan kas dipercepat dan pengeluaran kas diperlambat, cash availability
akan semakin besar. Perusahaan akan mempunyai kesempatan menggunakan kas yang lebih
besar lagi.
Bagaimana mengukur cash availability? Salah satu caranya adalah dengan melihat
siklus kas. Siklus kas yang semakin pendek berarti kas berputar lebih cepat, atau cash
availability akan meningkat.

Keterangan:
- Periode persediaan adalah 30 hari (barang tersimpan dalam gudang perusahaan sebelum
laku terjual)
- Periode pengumpulan piutang adalah 20 hari (Karena penjualan dilakukan secara kredit,
perusahaan tidak langsung menerima kas)
- Jadi diperoleh total periode 50 hari. Dengan kata lain, kas perusahaan tertanam selama
50 hari
Siklus kas yang semakin pendek akan semakin baik, karena kas yang tertanam akan
semakin sedikit. Terlihat bahwa siklus kas yang pendek membuat investasi modal kerja
menjadi semakin kecil.
Contoh:
- Kas untuk modal kerja perhari Rp1.000.000
- Siklus kas 30 hari
- Modal kerja: 30 hari x Rp1.000.000= Rp30.000.000

Siklus kas bisa dihitung sabagai berikut:


Siklus kas = periode pengumpulan piutang + periode persediaan - periode pembayaran
utang dan rekening akrual
5
2. Menggunakann neraca untuk menghitung siklus kas
Misalkan kita sebagai tidak mempunyai data yang lengkap mengenai proses produksi
perusahaan (seberapa lama periode persediaan) dan seberapa lama periode piutang. Tetapi
misalkan aktiva dan utang lancar dalam neraca perusahaan adalah sebagai berikut. Tigkat
penjualan adalah 500.000. harga pokok penjualan (HPP) adalah 80% dari penjualan.
Aktiva Pasiva
Kas 10.000 Utang Dagang 10.000
Piutang 75.000 Utang Gaji 10.000
Persediaan 100.000 Utang Pajak 10.000
Berapa siklus kas perusahaan tersebut? Pertama, kita akan menghitung perputaran
untuk setiap komponen modal kerja (aktiva lancar dan utang lancar). Untuk aktiva lancar,
perputaran piutang dan persediaan saja yang akan dihitung, sedangkan untuk utang lancar,
semuanya akan dihitung.
 Perputaran Piutang = Penjualan/Piutang = 500.000/75.000 = 6,7x
 Perputaran Persediaan = HPP/Persediaan =400.000/100.000 =4x
 Perputaran Utang Dagang = HPP/Utang Dagang = 400.000/10.000 = 40x
 Perputaran Utang Gaji = HPP/Utang Gaji =400.000/10.000 = 40×
 Perputaran Utang Pajak = HPP/Utang Pajak = 400.000/10.000 = 40x
Kedua, kita akan menghitung periode siklus kas.
 Periode pengumpulan piutang = 360/6.7 = 54 hari
 Periode Persediaan = 360/4 = 90 hari
 Periode Utang Dagang = 360/40 = 9 hari
 Periode Utang Gaji = 360/40 = 9 hari
 Periode Utang Pajak = 360/40 = 9 hari
Setelah periode tertanamnya kas untuk setiap aset/utang bisa dihitung, langkah
berikutnya adalah menghitung siklus kas sebagai berikut ini.
Siklus kas = 54 hari +90 hari - [9 hari + 9 hari + 9 hari] = 117 hari
E. MENGHITUNG KEBUTUHAN MODAL KERJA
1. Menghitung Modal Kerja dengan Metode Perputaran Aset
Metode ini menghitung besarnya kebutuhan modal kerja melalui perputaran aset.
Metode ini mengasumsikan perputaran aset yang konstan.

6
Berapa modal kerja bersih yang dibutuhkan pada periode selanjutnya jika penjualan
pada periode mendatang sebesar Rp20.000?
Pertama, hitung perputaran komponen modal kerja
Perputaran Kas = Penjualan/Kas = 15.000/200 = 75x
Perputaran Piutang = Penjualan/Piutang = 15.000/300 = 50x
Perputaran Persediaan = Penjualan/Persediaan =15.000/500 = 30x
Perputaran Utang Dagang = Penjualan/Utang Dagang = 15.000/100 = 150x
Perputaran Utang wesel = Penjualan/Utang Wesel = 15.000/300 = 50x
Kedua, hitung jumlah komponen modal kerja
Kas = Penjualan/ Perputaran Kas = 20.000/75 = 267
Piutang = Penjualan/ Perputaran Piutang = 20.000/50 = 400
Persediaan = Penjualan/ Perputaran Persediaan =20.000/30 = 667
Utang Dagang = Penjualan/ Perputaran Utang Dagang =20.000/150 = 133
Utang wesel = Penjualan/ Perputaran Utang Wesel = 20.000/50 = 400
Jadi, modal kerja bersih yang dibutuhkan adalah:
267 + 400 + 667 – 133 – 400 = 801
2. Metode Keterikatan Dana
Metode keterikatan dana adalah pendekatan untuk menghitung kebutuhan modal kerja
dengan memperhitungkan keterikatan dana dalam berbagai aspek operasional perusahaan.
Ini melibatkan perhitungan kebutuhan dana untuk persediaan, piutang, dan kewajiban
jangka pendek.
Misal, keterikatan dana selama 20 hari, rata-rata kas per hari adalah 1juta
- Total dana terikat 20 x 1.000.000 = 20.000.000
Jadi, besar modal kerja tergantung pada periode terikat dana dan rata-rata
pengeluaran harian
F. MEMONITOR MODAL KERJA (POSISI LIKUIDITAS)
Setelah melakukan perencanaan modal kerja, manajer keuangan perlu memonitor kondisi
modal kerja perusahaan secara terus-menerus. Jika kondisi modal kerja memburuk, manajer
keuangan perlu melakukan beberapa tindakan perbaikan atau pencegahan agar kondisi modal

7
kerja tidak semakin memburuk. Kondisi modal kerja yang memburuk menandakan perusahaan
mengalami kesulitan likuiditas. Beberapa indikator yang biss dipakai untuk memonitor kondisi
likuiditas atau modal kerja perusahaan adalah:
1. Periode pelunasan piutang yang semakin melambat (mneningkat)
2. Aliran kas masuk harian (operasional) yang semakin meaurun.
3. Persedizan yang semakin menumpuk.
4. Rasio lancar (aktiva lancar/utang lancar) yang semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai