Anda di halaman 1dari 10

UAS MANAJEMEN KEUANGAN

Diajukan untuk memenuhi UAS mata kuliah Manajemen Keuangan yang diampu oleh:

Dr. Dian Masita Dewi S.E., M.M.

Oleh:

Annisa Maulidina (1810312320009)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

2019
1. Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan modal kerja? Sebutkan dan jelaskan
jenis modal kerja yang anda ketahui.
Jawab :
Modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan
supaya usaha berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Modal kerja adalah modal
atau dana yang diperlukan untuk operasi (bukan investasi).
Dalam laporan keuangan Neraca, nilainya modal kerja adalah sama dengan harta
lancar dikurangi dengan kewajiban yang harus segera dibayar. Modal kerja dapat pula
dalam bentuk aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat berharga, piutang, persediaaan
dan aktiva lancar lainnya. Karena nilainya tergantung harta lancar dan kewajiban segera,
maka nilai modal kerja akan berubah ketika harta lancar atau kewajiban segera berubah.
Modal kerja digunakan untuk membiayai kegiatan jangka pendek seperti pembelian
bahan baku, operasi atau produksi lainnya. Secara umum perusahaan hanya membagi
modal kerja menjadi dua jenis saja yaitu modal kerja bersih dan modal kerja kotor.
 Modal kerja bersih merupakan komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh
kewajiban lancar (yaitu utang jangka pendek). Utang lancar terdiri dari utang dagang,
utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang pajak, dan utang lancar
lainnya.
 Modal kerja kotor merupakan semua komponen yang ada dalam bentuk aktiva lancar
secara keseluruhan dan ini biasa disebut modal kerja. Modal ini terdiri dari uang kas,
bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Seluruh
komponen aktiva lancar ini menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki oleh
perusahaan.
Jenis modal kerja :
Menurut WB. Taylor dan Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam
beberapa jenis yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam
perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Modal kerja primer (Primary Working Capital): Modal kerja primer merupakan
jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha.
b) Modal kerja normal (Normal Working Capital): Modal kerja normal adalah
modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang
normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan atau berfluktuasi
berdasarkan volume produksi atau penjualan, modal kerja ini terdiri dari:
a) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital): modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklus (Cyclical Working Capital): modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.
c) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital): modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan
keadaan ekonomi yang mendadak).

2. Coba anda sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi piutang....


Jawab :
 Faktor Eksternal
Besarnya piutang bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya,
dan dari satu industri ke industri lainnya. Industri merupakan salah satu determinan
penting tingkat piutang dan persediaan perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan
retail cenderung mempunyai tingkat piutang dan persediaan yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Kenapa satu industri mempunyai
tingkat piutang dan persediaan yang lebih tinggi? Beberapa kemungkinan
jawabannya adalah :
1) Karakteristik produk dan proses produksi
Contoh, jika suatu produk merupakan pesanan khusus (misal produk
dengan teknologi tinggi), maka penjual barangkali akan meminta pembayaran
di muka, dan dalam hal ini akan mengurangi tingkat piutang perusahaan.
Sebaliknya, jika perusahaan menjual produk yang terstandardisir, maka
penyimpanan dalam persediaaan bisa dengan mudah dilakukan, karena
risiko penyimpanan tersebut lebih kecil dibandingkan produk jenis
sebelumnya (teknologi tinggi).
2) Faktor kompetisi
Faktor kompetisi juga mempengaruhi tingkat piutang dan persediaan.
Sebagai contoh, jika satu perusahaan dalam industri menawarkan penjualan
kredit, maka perusahaan lain, untuk mengimbangi daya saingnya, juga akan
menggunakan penjualan kredit.
3) Faktor musiman
Sebagai contoh, jika penjualan suatu produk bersifat musiman. Pada
waktu musim hujan, penjualan akan meningkat (missal produk jas hujan).
Pada waktu musim kering, penjualan akan menurun drastic. Pada situasi
tersebut, piutang dagang akan meningkat sekitar musim hujan, dan akan
menurun drastic pada waktu musim kemarau.
 Faktor Internal
Disamping faktor eksternal, faktor internal jugaakan menentukan besar
kecilnya persediaan piutang. Sebagai contoh, manajer keuangan mempunyai pilihan
apakah akan melaksanakan kebijakan kredit longgar (meningkatkan piutang) atau
ketat (meminimumkan piutang). Tentunya kebijakan piutang akan menciptakan
trade-off antara keuntungan dan biaya (risiko).
Faktor internal lain juga mempengaruhi piutang, sebagai contoh, misal
perusahaan cukup sukses mengelola promosi sehingga penjualan akan meningkat.
Kebijakan promosi sampai tingkat tertentu akan mempengaruhi piutang.

3. Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen kas? Dan coba anda
sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya atau
berkurangnya kas......
Jawab :
Manajemen Kas adalah  suatu kumpulan kegiatan perkiraan, perencanaan,
pengumpulan, pengeluaran dan investasi kas dari suatu perusahaan agar dapat beroperasi
dengan lancar. Tanpa terdapat manajemen kas yang baik maka suatu perusahaan akan
mengalami kebangkrutan karena kurangnya kas, walaupun perusahaan tersebut
mendapatkan profit. Dapat diisimpulkan bahwa manajemen kas berfungsi untuk
mengoptimalkan penggunaan kas.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Bertambahnya atau Berkurangnya Kas
Perubahan yang efeknya menambah dan mengurangi kas dapat dikatakan sebagai
sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
1) Berkurang dan bertambahnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas,
hal ini dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan tersebut
merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Bertambahnya aktiva lancar
dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian barang membutuhkan dana.
2) Berkurang dan bertambahnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual
dan hasil penjualannya merupakan sumber dana dan menambah kas perusahaan.
Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap
dengan menggunakan kas. Penggunaan kas tersebut mengurangi jumlah kas
perusahaan.
3) Bertambah dan berkurangnya setiap jenis hutang
Bertambahnya utang, baik hutang langcar maupun hutang jangka panjang
berarti adanya tambahan kas yang diterima oleh perusahaan. Berkurangnya hutang,
baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan
telah melunasi atau mengangsur hutangnya dengan menggunakan kas sehingga
mengurangi junlah kas.
4) Bertambahnya modal
Bertambahnya modal dapat menambah kas misalnya disebabkan karena
adanya emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru. Berkurangnya modal
dengan menggunakan kas dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil
kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan sehingga jumlah
kas berkurang.
5) Adanya keuntungan dan kerugian dari operasi perusahaan
Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan dari operasinya berarti terjadi
penambahan kas bagi perusahaan yang bersangkutan sehingga penerimaan kas
perusahaan pun bertambah. Timbulnya kerugian selama periode tertentu dapat
menyebabkan ketersediaan kas berkurang karena perusahaan memerlukan kas
untuk menutup kerugian. Dengan kata lain, pengeluaran kas bertambah sehingga
ketersediaan kas menjadi berkurang.

4. Jelaskan konsep-konsep dalam manajemen keuangan dibawah ini:


a) Break Even Point (BEP)
b) Investment Cost and Capital Cost
c) Fixed Cost and Variable Cost
d) Fixed Asset and Current Asset
e) Operational, Investment, Financing Cash flow
Jawab :
a) Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan
dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun
kerugian dalam suatu perusahaan. Break Even Point ini digunakan untuk
menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau
sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali
modal.
b) Investment Cost and Capital Cost
 Biaya Investasi (Investment Cost)
Biaya investasi adalah modal diperlukan untuk kebanyakan kegiatan-
kegiatan dalam fase akuisisi. Pada kasus-kasus sederhana, seperti pembelian
peralatan tertentu, suatu biaya investasi dapat terjadi dalam bentuk pengeluaran
tunggal. Tetapi, dalam proyek konstruksi yang besar dan kompleks, terjadinya
biaya ini mungkin melalui serangkaian pengeluaran selama periode waktu yang
panjang. Biaya ini disebut juga investasi modal (capital investment).
 Biaya Modal (Capital Cost)
Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana baik yg berasal dari hutang, saham preferen, saham
biasa, dan laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi
perusahaan. Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
memperoleh dana yang diperlukan.
c) Fixed Cost and Variable Cost
 Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya atau pengeluaran bisnis yang jumlahnya tetap,
tidak tergantung pada besar kecilnya kapasitas produksi. Dengan kata lain,
Biaya Tetap ini tidak akan berubah meskipun terjadi perubahan jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan dalam kisaran tertentu. Pengeluaran-pengeluaran
bisnis yang dimaksud ini biasanya berkaitan dengan waktu, contohnya seperti
uang sewa gedung, pajak bangunan, biaya depresiasi mesin, biaya penyusutan,
biaya gaji karyawan dan asuransi yang dibayar setiap bulanan atau tahunan.
Biaya-biaya tersebut tetap ada atau harus dibayar meskipun perusahaan sama
sekali tidak menghasilkan output barang atau jasa.
 Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya produksi atau pengeluaran yang berubah
secara proporsional dengan jumlah barang yang diproduksi. Dengan kata lain,
biaya variabel akan meningkat dengan jumlah yang sama dengan barang yang
diproduksinya. Jika jumlah unit barang yang diproduksi meningkat, maka biaya
variabel juga akan meningkat sebesar perubahan jumlah unit dikalikan dengan
biaya variabel per satuannya.
d) Fixed Asset and Current Asset
 Aktiva Tetap (Fixed Asset)
Aktiva tetap merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
yang pemakaiannya (disebut juga umur ekonomis) lebih dari 1 tahun dan
digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan agar perusahaan dapat
mencapai tujuannya. Aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan tidak untuk
dijual kembali secara langsung atau dijual dalam kegiatan normal perusahaan.
Penjualan dilakukan dalam jangka waktu panjang agar perusahaan memperoleh
laba yang besar atas penjualan tersebut. Aktiva tetap bersifat permanen dan
dapat diukur dengan jelas. Aktiva tetap ini memiliki wujud fisik dan diperoleh
dalam bentuk siap untuk digunakan atau dibangun terlebih dahulu. Contoh,
tanah, gedung atau bangunan, mesin, peralatan kantor, dan alat pengangkut.
 Aktiva Lancar (Current Asset)
Aktiva lancar merupakan jenis aktiva yang dapat dicairkan atau
dikonversikan menjadi kas atau uang tunai dengan jangka waktu yang relatif
singkat (kurang dari 1 tahun atau sama dengan 1 tahun) atau dapat dikatakan
dalam satu periode akuntansi. Contoh, kas/uang tunai, surat berharga, piutang
dagang, piutang wesel, piutang pendapatan/pendapatan yang masih harus
diterima, beban dibayar dimuka/persekot beban, perlengkapan, dan persediaan
barang dagang.
e) Operational, Investment, Financing Cash flow
 Operating Cash Flow (OCF)
Operating Cash Flow adalah kas yang timbul dari kegiatan operasional
perusahaan yang berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan
biaya-biaya. Kas inilah yang menggambarkan bagaimana perusahaan
mendapatkan profit dan mengubahnya menjadi kas. Contoh: penjualan tunai,
uang muka, hutang lancar, pembelian inventori, pembayaran biaya operasional
(listrik, telepon, air), pengiriman barang, gaji pegawai dan lain-lain.
 Investing Cash Flow (ICF)
Investing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan investasi atau
yang berkaitan dengan jual-beli aset. Contoh: jual-beli property perusahaan, jual-
beli saham perusahaan lain, reksadana, deposito, emas dan-lain-lain.
Jika ICF positf (+) artinya uang masuk ke perusahaan. Jika ICF negatif (-)
artinya uang keluar dari perusahaan. ICF yang positif terus-menerus justru
sebetulnya kurang baik sebab itu artinya pemegang saham/owner harus terus
menyetor modal untuk membiayai perusahaan. ICF negatif (-)  terus menerus
justru bagus sebab artinya perusahaan menghasilkan uang untuk para
pemegang saham.
 Financing Cash Flow (FCF)
Financing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan hutang dari
pihak lain. Contohnya pinjaman dari bank, pinjaman dari rentenir, pinjaman dari
koperasi, dan pembayaran pokok hutang-hutang tersebut.
Financing Cash Flow dikatakan positif jika menerima hutang dan negatif
jika membayar hutang. Namun Financing Cash Flow dikatakan baik jika
menimbulkan dampak OCF yang positif, artinya uang yang masuk dari hutang
menimbulkan peningkatan pendapatan. Sehingga perusahaan bisa membayar
hutangnya.

5. Diketahui, PT Rozan mempunyai kebutuhan akan bahan baku dalam 1 tahun sebanyak
4.800 satuan dengan harga Rp. 75.000/ satuan. PT. Rozan melakukan pembelian setiap
bulan sekali. Biaya simpan (termasuk biaya modal) sebesar 20% pertahun. Sedangkan
biaya sekali memesan sebesar Rp. 300.000. Pertanyaan......!! Berapakah biaya
persediaan yang ditanggung perusahaan?
Jawab :
Diketahui :
- bahan baku 1 tahun = 4.800
- Harga satuan = Rp 75.000
- Biaya simpan = 20%
- Biaya sekali memesan = Rp 300.000
Ditanya : berapakah biaya persediaaan yang ditanggung perusahaan?
Jumlah yang dipesan setiap bulan = 4.800/12 = 400 satuan
Nilai rata-rata persediaan = (400 x Rp 75.000)/ 2 = Rp 15.000.000
Biaya simpan dalam satu tahun = Rp 15.000.000 x 0,2 = Rp 3.000.000
Biaya pesan dalam satu tahun = Rp 300.000 x 12 = 3.600.000
Maka, Total biaya persediaan = Rp 3.000.000 + Rp 3.600.000 = Rp 6.600.000

6. Diketahui PT. Nasywa memberikan persyaratan penjualan 2/15 net 45. Apabila
diperkirakan 55% pembeli akan memanfaatkan discount dan sisanya membayar pada
hari ke 45, berapakah rata-rata periode pengumpulan piutang?
Jawab :
Diketahui :
- Persyaratan penjualan = 2/15 net 45
- Discount = 55%
- Sisa membayar hari ke 45
Ditanya : Berapakah rata-rata periode pengumpulan piutang?
Rata-rata periode pembayaran piutang = 0,55 (15) + 0,55 (45)
= 8,25 + 24,75
= 33 Hari

7. Diketahui PT. Teruna mempunyai data sebagai berikut:


- Biaya Total Rp. 2.000.000,-
- Biaya variabel per unit Rp. 60
- Harga jual per unit Rp. 100,-
Pertanyaan
a) Berapa BEP untuk jumlah produk (dalam unit)
b) Berapa BEP untuk tingkat penjualan dalam rupiah (Rp)
c) Berdasarkan data diatas, berapa jumlah produk yang harus diproduksi dan
dijual, juka perusahaan menginginkan perolehan laba sebesar Rp. 200.000,-
Jawab :
Diketahui :
- Biaya Tetap Rp 2.000.000
- Biaya variabel per unit Rp 60
- Harga jual per unit Rp 100
- Margin kontribusi per unit = harga jual per unit – biaya variabel per unit
= 100 – 60 = 40
a) Berapa BEP untuk jumlah produk (dalam unit)

Biaya Tetap
BEP Unit =
harga per unit - biaya variabel per unit
Rp 2.000.000
=
(Rp 100 - Rp 60)
Rp 2.000.000
=
Rp 40
= Rp 50.000
Jadi, BEP per unit adalah Rp 50.000/unit
b) Berapa BEP untuk tingkat penjualan dalam rupiah (Rp)

Biaya Tetap
BEP Rupiah =
kontribusi margin per unit : harga per unit
Rp 2.000.000
=
Rp 40 : Rp 100
Rp 2.000.000
=
Rp 0,4
= Rp 5.000.000

c) Berdasarkan data diatas, berapa jumlah produk yang harus diproduksi dan
dijual, jika perusahaan menginginkan perolehan laba sebesar Rp. 200.000,-

Biaya Tetap + Target Laba


BEP Laba =
harga per unit - biaya variabel per unit
Rp 2.000.000 + Rp 200.000
=
Rp 100 - 60
Rp 2.200.000
=
Rp 40
= 55.000 Unit

Anda mungkin juga menyukai