Anda di halaman 1dari 5

Nama : Romie giri g

NIM : 101121120077
Prodi : Manajemen_

Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan sesi 1

“Resume Materi Sesi 1”

 Pengertian Manajemen Modal Kerja


Manajemen modal kerja adalah salah satu cabang manajemen keuangan yang mengelol
modal kerja dari suatu perusahaan hingga mencapai nilai yang optimal. Manajemen modal kerja
(working capital management) menurut Harjito dan Martono (2014: 74-75) merupakan
manajemen dan elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar.

a. Tujuan Manajemen Modal Kerja

Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga
diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan dan
tercapainya keseimbangan antara laba dan resiko sehingga kelak dapat memberikan kontribusi
positif terhadap nilai perusahaan, yaitu peningkatan laba dan penurunan resiko.

b. Contoh Manajemen Modal Kerja

Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang, manajemen
persediaa.

c. sumber- sumber modal kerja berasal:


1) Hasil operasi perusahaan.
2) Keuntungan investasi jangka pendek.
3) Penjualan aset tidak lancar.
4) Penjualan saham atau obligasi.

Beberapa hal yang terkait modal kerja dijelaskan sebagai berikut :

• Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar
(current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross
working capital) dan modal kerja bersih (net working capital).

• Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar.

• Modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current
liabilities).
• Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu lebih
besar daripada utang lancar.

• Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti transaksi bisnis,
khususnya tingkat penjualan

• Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja agresif, moderat, konservatif,
tergantung keberaniannya mengambil resiko bisnis.

• Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya kepercayaan internal dan
eksternal.

• Kepercayaan internal adalah kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang disebabkan karena gaji
dan upah tidak dibayar tepat waktu.

• Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner bisnis khususnya kreditur,
yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo tidak dibayar tepat waktu.

• Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut dapat dipastikan akan bangkrut.

 Manfaat Manajemen Modal Kerja


1. Mengingat investasi dlm Modal kerja cukup besar, maka perlu dikelola dengan
baik.
2. Kegiatan manajemen keuangan, lebih separuh waktu dialokasikan untuk
mengelola Aset Lancar.
3. Modal kerja penting untuk kelancaran kegiatan perusahaan.
4. Perusahaan kecil, keputusan modal kerja lebih penting daripada keputusan
investasi jangka panjang.
5. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aset
lancar.
6. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya.
7. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
8. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen.
9. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya.
10. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
11. Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan
pengawasan terhadap modal kerja.
 Konsep Manajemen Modal Kerja

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsurunsur aktiva
lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula
atau aktiva di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek atau bisa disebut juga keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja ini disebut
modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kualitatif

Konsep kualitatif merupakan modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang
lancar atau utang yang harus segera dibayar. Modal kerja ini disebut modal kerja neto (net
working capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income).
Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting
tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income)
dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya
digunakan untuk menghasilkan “current income”.
Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode
berikutnya (future income).

 Konsep Modal Kerja W. B. Taylor


1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen (permanent working capital) adalah modal kerja yang harus tetap
ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau disebut juga modal kerja yang
secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dibedakan
menjadi 2 yaitu : Modal Kerja Primer dan Modal Kerja Normal.

2. Modal Kerja Variabel

Modal kerja variabel (variable working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dibedakan menjadi: Modal Kerja Musiman,
Modal Kerja Siklis, Modal Kerja, Modal Kerja Darurat.
 Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan modal kerja

1. Volume Penjualan
Perusahaan yang bekerja dengan penjualan yang yang konstan akan bekerja dengan
modal kerja yang relatif konstan pula, sedangkan perusahaan yang sedang mengalami
pertumbuhan akan membutuhkan modal kerja yang meningkat.

1. Faktor-faktor Musiman

Beberapa perusahaan akan mengalami fluktuasi musiman dalam permintaan akan barang
dan jasa yang dihasilkan (pengalengan ikan, buah-buahan, perusahan penjual makanan, pakaian).

2. Kemajuan Teknologi

Bilamana perusahaan membeli mesin yang dapat mengolah bahan-bahan dengan tingkat
kecepatan yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan mengolah bahan-bahan lebih banyak,
persediaan permanen cenderung naik.

3. Kebijaksanaan Perusahaan

Politik penjualan kredit dan penentuan persediaan.

 Penentuan Jumlah Modal Kerja


Besar kebutuhan modal kerja untuk suatu periode perlu dihitung oleh manajer keuangan.
Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekurangan atau kelebihan modal kerja yang tidak perlu.
Lebih dari itu dengan diketahuinya besarnya kebutuhan modal kerja memudahkan manajer
keuangan untuk menjalankan kegiatannya. Dalam praktiknya besar kecilnya kebutuhan modal
kerja suatu perusahaan sangat tergantung dari dua hal, yaitu:

1. Besar kecilnya operasi pokok/penjualan, artinya makin besar operasi pokok atau
penjualan, maka kebutuhan modal juga makin besar, demikian pula sebaliknya
apabila operasi pokok kecil, maka modal kerja juga besar.
2. Kecepatan perputaran modal kerja, artinya makin cepat berputar modal kerja
maka kebutuhan modal kerja juga relatif besar, demikian pula sebaliknya.
 Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka
memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana . Kebijaksanaan modal
kerja yang bisa diambil oleh perusahaan adalah:

1. Kebijakan Konservatif

Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana


modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber
dana jangka pendek. Dalam kebijakan ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja
variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel
lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.

2. Kebijakan Moderat atau hedging

Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya didanai dengan
sumber dana jangka pendek, demikian pula kalau dana tersebut diperlukan untuk jangka panjang
maka sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka panjang sehingga risiko yang dihadapi
hanyak berupa terjadinya penyimpangan aliran kas yang diharapkan.

3. Kebijakan Agresif

Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan


sehingga margin of safety nya sangat besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat
profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan
dana jangka panjang akan dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai