Anda di halaman 1dari 15

The Effect of Working Capital Management on Corporate Profitability:

Evidence from Nigerian Food Product Firms


1. Latar Belakang
Suksesnya suatu perusahaan hanya mampu di capai dengan manajemen yang baik,
dimana manajemen mampu mempertahankan kinerja perusahaan yaitu dengan memperoleh
laba yang maksimal karena pada dasarnya tujuan perusahaan untuk memperoleh laba yang
maksimal untuk kemakmuran para pemilik dan harga pasar saham.
Agar tujuan dapat dicapai, diperlukan manajemen yang efisien dan mampu menciptakan
rangkaian kerja sama yang teratur diantara masing masing bagian atau divisi dalam
perusahaan tersebut. Modal kerja merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
perusahaan. Dimana modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki keterkaitan waktu dalam jangka
pendek, yaitu kurang dari 1 tahun.
Dengan demikian, manajemen modal kerja merupakan pengelolaan investasi perusahaan
dalam aset jangka pendek dan juga bagaimana cara mendanainya. Modal kerja dapat identik
dengan seluruh aktiva lancar, yang disebut modal kerja bruto, berarti manajemen modal
kerja terkait dengan bagaimana mengelola investasi dalam aktiva lancar perusahaan. Modal
kerja juga diartikan aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar, yang dinamakan modal
kerja bersih. Manajemen modal kerja melibatkan sebagian besar jumlah asset perusahaan.
Bahkan terkadang bagi perusahaan tertentu jumlah aktiva lancer lebih dari setengah jumlah
investasinya yang tertanam di perusahaan.
Sebagai sumber daya yang tersedia untuk organisasi yang langka, diyakini bahwa
manajemen modal kerja organisasi memiliki peran mendasar untuk bermain dalam
pencapaian profitabilitas dan kinerja keseluruhan entitas perusahaan. peminjaman ini bahwa
likuiditas perusahaan melakukan untuk sebagian besar menentukan profitabilitas, efisiensi
penggunaan sumber daya perusahaan menyebabkan peningkatan profitabilitas dan
mengurangi volatilitas yang mengarah ke pengurangan risiko default dan dengan demikian
meningkatkan nilai perusahaan.
Pengaruh manajemen modal kerja terhadap kinerja perusahaan telah menunjukkan bahwa
manajer dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui manajemen yang efisien
modal kerja. modal kerja dikelola memiliki dampak yang signifikan pada kedua arus kas dan
profitabilitas perusahaan, semakin lama rentang waktu antara pengeluaran yang terjadi
1

dalam pembelian bahan baku atau machandise dan pengumpulan hasil penjualan, semakin
besar investasi modal kerja. Sebuah siklus konversi panjang akan menyebabkan volume
penjualan yang lebih tinggi dan karena itu meningkatkan keuntungan tetapi juga akan
menurunkan keuntungan ketika biaya investasi modal kerja meningkat lebih cepat daripada
manfaat dari memegang lebih persediaan dan atau pemberian kredit perdagangan lebih
kepada pembeli.
Dalam hal ini jika ada modal kerja sedikit, itu menghasilkan persediaan, barang jadi dan
kredit pelanggan tidak menjadi tersedia dalam jumlah yang cukup. Di sisi lain, jika ada
tingkat yang berlebihan modal kerja, perusahaan memiliki biaya tambahan yang tidak perlu:
biaya mengikat dana ditambah penyimpanan, pemesanan dan penanganan biaya yang
terbebani dengan saham. Hal ini menciptakan semacam ketidakseimbangan dalam
komponen modal kerja, membuat manajemen mereka sulit yang dalam praktek adalah
situasi bahwa perusahaan dihadapkan dengan. Akibatnya karena itu, tujuan akhir dari
manajemen modal kerja adalah untuk memastikan bahwa perusahaan mampu untuk
melanjutkan operasi mereka dengan arus kas yang cukup yang akan melayani hutang jangka
panjang dan memenuhi kedua jatuh tempo kewajiban jangka pendek (utang) dan biaya
operasional yang akan datang. Oleh karena itu, Organisasi harus mencoba sebisa mungkin
untuk bertemu dengan tujuan ini sehingga untuk menghindari terjebak dalam perangkap
manajemen yang tidak efektif dari komponen modal kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji hubungan antara manajemen modal dan profitabilitas perusahaan bekerja
dengan penekanan pada perusahaan.
2. Landasan Teori
Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan manajemen yang efisien dan efektif dari dana
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga elemen kunci untuk proses
manajemen keuangan:
1. Perencanaan Keuangan (Financial Planning)
Manajemen perlu memastikan bahwa dana cukup tersedia pada waktu yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan bisnis.
2. Pengendalian Keuangan (Financial Control)
Pengendalian keuangan merupakan kegiatan penting untuk membantu bisnis memastikan
bahwa bisnis tersebut memenuhi tujuannya
2

3. Pengambilan Keputusan Keuangan(Financial Decision-making)


Aspek kunci dari pengambilan keputusan keuangan berhubungan dengan investasi,
pembiayaan dan dividen:
a. Investasi harus dibiayai dengan beberapa cara, namun selalu ada pembiayaan
alternatif yang dapat dipertimbangkan
b. Sebuah keputusan pembiayaan utama adalah apakah keuntungan yang diperoleh oleh
bisnis harus dipertahankan daripada dibagikan kepada pemegang saham melalui
dividen.
Reeve, et al. (2009:363) mengatakan pengendalian pembayaran tunai harus memberikan
keyakinan yang memadai bahwa:
1. Pembayaran dilakukan hanya untuk transaksi yang telah diotorisasi atau disetujui
2. Kas digunakan secara efektif dan efisien.
Modal Kerja
Istilah "modal kerja" adalah dana yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan
operasional sehari-hari dalam sebuah bisnis. Seperti untuk pembelian bahan baku, untuk
membayar gaji, upah, sewa atau pengeluaran sehari-hari. Modal kerja bersih, yang
mengukur efisiensi modal kerja ini, merupakan kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar. Indikator ini menjelaskan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek, Brealey & Myers (di Huynh, 2012). Proses penyaringan modal
kerja akan selalu berjalan selama perusahaan tersebut masih beroperasi. modal kerja
berputar terus di perusahaan seperti digunakan untuk membiayai operasional sehari-hari.
Analisis siklus modal kerja dimulai dengan uang tunai. Kas ditanam menjadi saham dan
berbagai aset, selain dari yang didanai dari pinjaman, kemudian kebutuhan dibayarkan
dengan uang tunai.
Menurut Jumingan (2006 : 66), Terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan,
yakni sebagai berikut:
1)
Modal Kerja adalah Kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek..
Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan
jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal kerja sendiri.
Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva
lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat
keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa
mendatang.
3

2)

Modal Kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto
(gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah
dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya
modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva

lancar misalnya kas, surat-surat, berharga, piutang, dan persediaan.


Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah jumlah seluruh aktiva
lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan.
Manajemen Modal Kerja
Menurut Horne dan Wachowicz (1997:214) manajemen modal kerja adalah administrasi
aktiva lancar perusahaan dan pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung aktiva lancar.
Sehingga, manajemen modal kerja berarti mengelola aktiva lancar yang diperlukan
perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasinya, serta pengelolaan terhadap dana yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan aktiva lancar tersebut.
Dari proses di atas, maka pengelolaan terhadap komponen dalam modal kerja secara
otomatis menjadi bagian dari pengelolaan terhadap modal kerja tersebut. Sebab, tidak dapat
dipungkiri bahwa modal kerja terdiri dari beberapa komponen yang terdapat di dalamnya.
Pengaturan terhadap komponen modal kerja (kas, piutang, persediaan) perlu diperhatikan
baik dari segi jangka waktu perputarannya maupun dari segi seberapa banyak porsi yang
terkandung dalam komponen modal kerja tersebut (Husnan, 1998).
Dengan demikian, manajemen modal kerja berarti merupakan proses mengelola tiap
komponen yang terdapat dalam modal kerja guna memberikan dampak positif terhadap
perusahaan. Pengelolaan jangka waktu perputaran modal kerja menjadi penting dalam upaya
agar modal kerja tidak terlalu lama berputar dalam suatu periode sehingga dapat makin
efisien. Penentuan porsi dari komponen modal kerja juga akan menentukan porsi dari aktiva
lancar perusahaan. Keputusan untuk menentukan besarnya modal kerja yang akan
menentukan berapa jumlah aktiva lancar yang akan dimiliki perusahaan.
Efisiensi Modal kerja
Manajemen modal kerja sangat penting agar kelangsungan usaha perusahaan dapat
dipertahankan (Hanafi, 2012: 125). Bentuk dan jumlah komponen modal kerja bervariasi
selama siklus operasi. Hal itu akan sulit untuk mendapatkan jumlah komponen yang
digunakan dalam operasi untuk siklus operasi. Oleh karena itu efisiensi pengelolaan modal
4

kerja diukur dari segi hari modal kerja (DWC). nilai DWC didasarkan pada jumlah dolar di
setiap piutang, persediaan dan hutang berbobot sama. DWC merupakan periode waktu
antara pembelian bahan secara kredit dari pemasok hingga penjualan produk jadi ke
pelanggan, koleksi piutang, dan penerimaan pembayaran. Indikasi manajemen modal kerja
yang baik adalah efisiensi modal kerja seperti yang terlihat dari omset modal kerja (Husnan,
1997: 98) yang dimulai dari aset kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai
kembali ke kas. Semakin pendek periode giliran mereka sekitar, persediaan lebih cepat
bergerak yang perputaran modal kerja yang lebih tinggi dan perusahaan semakin efisien
yang pada akhirnya profitabilitas semakin tinggi.
Profitabilitas
Laba atau profit, telah menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi pemenuhan kebutuhan
perusahaan. Perusahaan yang berorientasi laba akan berupaya sedapat mungkin untuk dapat
menghasilkan profit. Laba diperlukan perusahaan untuk membayar berbagai kewajiban
perusahaan, serta kepentingan investasi untuk perluasan usaha.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, dan ekuitas (Sartono, 1998: 130). Total laba bersih sering
dibandingkan dengan skala operasi atau kondisi keuangan seperti penjualan, aset, ekuitas
pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai persentase dari beberapa tingkat kegiatan
atau investasi. Sebuah bisnis tanpa profitabilitas tidak dapat bertahan hidup sedangkan bisnis
yang sangat menguntungkan sepenuhnya mampu untuk menghargai pemiliknya dengan hasil
investasi yang besar.
Riyanto (1999:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Perusahaan dengan kemampuan menghasilkan
laba yang baik, menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sebab profitabilitas sering
dijadikan sebagai ukuran untuk menilai kinerja perusahaan. Penulis lain, Brigham dan
Houston (2001:89) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian
kebijakan dan keputusan. Meski tidak secara terang mencantumkan profitabilitas sebagai
sebuah laba, namun hasil bersih tersebutlah yang kemudian menentukan untung tidaknya
suatu kegiatan operasi perusahaan. Perusahaan tentunya akan menginginkan mendapatka
laba dari pada kerugian sebagai buah dari kebijakan dan keputusan yang mereka ambil.
Sedangkan Anoraga (2004:300) menyebutkan pengertian dari profitabilitas dengan lebih
5

detail, yang menyebutkan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan


untuk menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan
dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal
sendiri. Nampaknya ini lebih terperinci dari pada pengertian profitabilitas sebelumnya.
Penelitian Sebelumnya
Bhuni (2012) penelitian ini meneliti hubungan antara manajemen modal kerja dan
profitabilitas sektor swasta kecil di India, yaitu perusahaan menengah baja diperoleh dari
database CMIE. Studi ini menunjukkan hubungan kecil antara manajemen modal termasuk
siklus modal kerja dan profitabilitas bekerja.
Malik (2012) manajemen modal kerja melakukan bagian yang sangat penting dalam
kinerja perusahaan dalam industri gula dari Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan penjualan, rasio lancar, tidak ada days inventory dan tidak ada days accounts
payables secara signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan sedangkan penjualan,
gearing ratio dan tidak ada days account receivables yang tidak signifikan dalam penelitian.
Morawakage (2010) peneliti telah mempelajari efek dari variabel yang berbeda dari
manajemen modal dan struktur biaya bekerja pada profitabilitas perusahaan Sri Lanka. Para
peneliti telah memilih sampel dari 65 perusahaan Sri Lanka yang terdaftar di Bursa Efek
Colombo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajer dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan dengan mengurangi jumlah hari perputaran persediaan dan meningkatkan hari
pembayaran kreditur untuk meminimalkan panjang siklus modal kerja.
3. Metodologi Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap aspek yang sangat
penting dari manajemen keuangan yang dikenal sebagai manajemen modal kerja dengan
mengacu ke Nigeria. Di sini kita akan melihat efek dari praktek manajemen modal kerja dan
dampaknya terhadap profitabilitas produk 7 makanan perusahaan Nigeria yang terdaftar di
Bursa saham Nigeria untuk jangka waktu lima tahun dari 2008 - 2012. Perusahaan dan
variabel termasuk dalam penelitian ini, pola distribusi data dan diterapkan teknik statistik
dalam menyelidiki pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas.
Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode non-survei. Hal ini
disebabkan fakta bahwa informasi akuntansi yang diperlukan untuk penelitian ini adalah
6

mudah didapat dari laporan tahunan yang diterbitkan dan rekening. Dengan demikian, neraca
yang relevan dan item dari laba rugi: inventarisasi dan konversi piutang periode, rasio lancar,
periode pembayaran kreditur dari perusahaan sampel adalah variabel yang akan diteliti dalam
pekerjaan ini.
3.1. Populasi dan besar sampel
Populasi penelitian ini terdiri dari semua perusahaan Nigeria yang bergerak di bidang
produk makanan dan dikutip dari Bursa Efek Nigeria, tahun pendirian perusahaan dan tahun
perusahaan terdaftar adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Studi populasi

NO
NAMA PERUSAHAAN
1 FLOUR MILLS OF NIGERIA PLC
2 N. N. F. M. PLC
DANGOTE SUGAR REFINERY
3 PLC
4 NATIONAL SALT COMPANY PLC
5 UNION DICON PLC
6 MULTI-TREX PLC
7 HONEY WELL FLOUR PLC
8 DANGOTE FLOUR MILLS PLC
9 BIG TREAT PLC
10 PS MANDRIES
11 UTC NIGERIA PLC

TAHUN
PENDIRIAN
PERUSAHAAN
1960
1971

TAHUN
PERUSAHAAN
TERDAFTAR
1979
1978

2005
1973
1992
1999
2008
2006
1991
1949
1969

2007
1992
1993
2010
2009
2008
2007
1979
1972

Sumber: Yang dihasilkan oleh peneliti dari NSE 2011/2012 fact book

Tabel I menjelaskan tentang jumlah studi populasi, Kriteria yang digunakan untuk
memilih populasi adalah daftar terbaru tahun 2007 dan ketersediaan data untuk periode studi
yang 2008 ke 2012. Kriteria ini tercantum dalam tabel 2.
Tabel 2: Working Population

NO
1
2
3
4
5
6
7

NAMA PERUSAHAAN
FLOUR MILLS OF NIGERIA PLC
N. N. F. M. PLC
DANGOTE SUGAR REFINERY PLC
NATIONAL SALT COMPANY PLC
UNION DICON PLC
PS MANDRIES
UTC NIGERIA PLC

TAHUN
PENDIRIAN
PERUSAHAAN
1960
1971
2005
1973
1992
1949
1969

TAHUN
PERUSAHAAN
TERDAFTAR
1979
1978
2007
1992
1993
1979
1972

Sumber: Yang dihasilkan oleh peneliti dari tabel 1


Populasi penelitian demikian dapat didefinisikan ulang untuk terdiri produk makanan
pada 7 perusahaan. Seluruh populasi dipelajari, tanpa perlu membuat sampling. Mempelajari
keseluruhan populasi memiliki keuntungan dari menghilangkan masalah pengambilan
sampel dan bias, dan menganugerahkan lebih percaya diri dalam temuan penelitian.
3.2. Variabel
Metode statistik analisis regresi GLS dipekerjakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik
ini analisis data yang digunakan dalam memastikan efek dari variabel independen terhadap
variabel dependen. Pilihan dan seleksi variabel pengaruh dengan penelitian masa lalu dan
studi yang berbeda yang dilakukan oleh para ulama berbeda pada manajemen modal kerja.
3.2.1. Variabel dependen dan pengukurannya
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan ini. Hal ini selaras
dengan hasil karya Afza dan Nazir (2007).
Falope dan ajilore (2009), tingkat pengembalian aset diadopsi sebagai proxy untuk
profitabilitas. Untuk tujuan penelitian ini pengembalian aset didefinisikan sebagai laba
bersih sebelum pajak dengan total aset konsisten dengan karya Dong dan Su (2010).
3.2.2. variabel independen dan pengukurannya

Variabel independen Average period collection, Average Payment Period serta periode
perputaran persediaan sebagai tindakan manajemen modal kerja, yang biasa digunakan pada
penelitian sebelumnya, Padachi (2006), Raheman dan Nasir (2007), dan Falope dan Ajilore
(2009) , dan Current Ratio menjadi ukuran tradisional likuiditas sebagai variabel lain. Ini
adalah variabel kunci yang mempengaruhi manajemen modal kerja.
Variabel independen telah dihitung sebagai berikut:
Inventory Turnover Period

= Average Inventory X 365

Cost of Sales Average Collection Period

= Average Debtors X 365


Sales

Average Payment Period

= Average creditors X 365


Cost of Sales

Current Ratio

Current Assets
Current Liabilities

3.2.3. Pengendali Variabel


Dalam rangka untuk memiliki analisis yang tepat dari pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas perusahaan, studi yang berbeda telah memasukkan penggunaan
variabel lain yang juga memengaruhi profitabilitas perusahaan. Studi ini mempertimbangkan
satu variabel kontrol. Ukuran dari logaritma natural dari total aset perusahaan diadopsi untuk
ukuran sebagai salah satu pengendali variabel. Ini konsisten dengan karya-karya Owolabi
dan Alu (2012), Dong dan Su (2010).
3.3. Spesifikasi Model
Sejalan dengan penelitian sebelumnya peneliti mengadopsi model Hamid dan waqar
(2013) dalam menentukan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan antara perusahaan produk makanan Nigeria sebagai berikut:
ROA = a + 1 (ITP) + 2 (ACP) + 3 (APP) + 4 (CR) + 5 (LOS) +
Dimana:
ROA

: Return on Assets

ITP

: Inventory turnover period

ACP

: Average collection period APP = Average payment period CR = Current ratio

LOS

: log of total assets (size of firm)

: Merupakan unsur fixed intercept element


9

: adalah error term

3.4. Hasil dan Diskusi


Perangkat lunak statistik Stata (versi 11) digunakan untuk menganalisis hubungan antara
variabel penelitian. statistik deskriptif hanya mewakili atribut statistik dari variabel dalam
model penelitian. Tabel 3 di bawah ini menyediakan statistik tersebut. Semua variabel
dihitung dari neraca relevan dan laporan laba rugi dari perusahaan sampel.
Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel
Variable

Min.

Max.

Mean

Std. Dev.

ROA
-1.26882
0.5183019
-0.0171061
0.408411
ITP
0.0
255.43930
45.213090
55.81706
ACP
0.0
132.96630
26.025240
28.57686
APP
5.582518
5193.1310
603.46230
1437.359
CR
0.0041883
2.4395540
1.4060250
0.7731933
LOGSIZE
4.816155
8.2368120
6.5947340
1.078402
Sumber: Dihasilkan oleh peneliti dari Laporan Tahunan dan Akun dari perusahaan

No.
35
35
35
35
35
35
sampel,

menggunakan Stata (versi 11).


Tabel 3, di atas mengungkapkan bahwa pengembalian aset dari tujuh perusahaan produk
makanan selama periode lima tahun berkisar antara negative return dari 127% sampai
maksimal 52%. Ini berarti bahwa untuk setiap satu Naira layak dari investasi bersih, sektor
ini telah terburuk membuat hilangnya N1.27 dan telah di terbaik diperoleh maksimal N0.52.
dan setiap perusahaan di sektor ini bisa membuat kerugian rata-rata 2% pada investasi
dengan tingkat resiko yang tinggi, karena kembali dapat bervariasi di kedua sisi skala
dengan margin besar 41%. Sementara dibutuhkan rata-rata 45 hari untuk mengubah
persediaan menjadi penjualan orang lain tidak bisa mengubah persediaan menjadi penjualan
sampai setelah 255 hari. Jangka waktu kredit perusahaan yang diberikan klien mereka ratarata 26 hari sementara mereka membayar kreditur mereka rata-rata dalam 603 hari,
sedangkan, debitur mereka bisa tetap luar biasa selama maksimal 133 hari. Rasio lancar
mengungkapkan bahwa investasi perusahaan dalam aktiva lancar hanya mencakup 141%
dan saat ini kewajiban dengan berbagai variabilitas 77%.
Dalam upaya untuk membangun sifat korelasi antara variabel dependen dan variabel
independen, dan juga untuk memastikan apakah ada atau tidak multi-collinearity sebagai
10

hasil dari korelasi antara variabel, tabel 4 dimasukkan untuk tujuan analisis. Matriks korelasi
dalam tabel 4 memberikan wawasan dari variabel independen terkait dengan variabel
dependen.
Tabel 4: Korelasi Matrix
Variable
ROA
ITP
ACP
ROA
1.0000
ITP
0.1132
1.0000
ACP
0.2505
0.8754
1.0000
APP
-0.7940
-0.2565
-0.3244
CR
0.7662
0.4806
0.4760
LOGSIZE
0.6797
-0.2673
-0.2307
Sumber: Dihasilkan oleh peneliti dari Laporan Tahunan

APP

CR

LOGSIZE

1.0000
-0.6997
1.0000
-0.6307
0.4244
1.0000
dan Akun dari perusahaan sampel,

menggunakan Stata (Versi 11)


Matriks korelasi sebagai per tabel 4 di atas menunjukkan hubungan antara semua
pasangan variabel independen yang digunakan dalam model regresi. Ini menunjukkan bahwa
semua variabel independen memiliki korelasi positif dengan variabel dependen dengan
pengecualian App, meskipun beberapa komponen modal kerja berkontribusi tidak signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai-nilai yang pada diagonal semua 1.0000 yang
menunjukkan bahwa masing-masing variabel yang sempurna berkorelasi dengan dirinya
sendiri. Padahal, semua variabel independen memiliki sebuah korelasi positif dengan ROA
dengan pengecualian APP, ini menunjukkan bahwa sebagai ITP, ACP, CR, LOGSIZE
meningkatkan profitabilitas perusahaan dan sebaliknya. Di sisi lain, hubungan negatif yang
ada antara APP, dan ROA menunjukkan bahwa ada hubungan terbalik antara APP dan
profitabilitas.
Tabel 5. Uji Multikolinearitas
Variable

VIF
1/VIF (TV)
ITP
4.82
0.207327
ACP
4.77
0.209776
APP
3.10
0.322614
CR
2.88
0.347742
LOGSIZE
2.66
0.375886
Mean VIF
3.65
Sumber: Dihasilkan oleh peneliti dari Laporan Tahunan dan Akun dari perusahaan sampel,
menggunakan Stata (Versi 11)

11

Dari tabel di atas TV berkisar 0.207327 ke 0.375886 yang menunjukkan fitur non
Multikolinearitas. fitur Multikolinearitas ada ketika nilai TV kurang dari 0,20 (seperti
dikutip dalam Kurawa dan Kabara 2014).
VIF yang hanya kebalikan dari berbagai TV 2,66-4,82, ini menunjukkan multikolinearitas.
3.5. Hasil Regresi
model regresi dikembangkan untuk menguji hubungan linear antara variabel dependen
dan independen. Untuk menguji kualitas fit linier untuk model, peneliti menghitung
koefisien beberapa seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 6: Fixed-effects GLS Regression


ROA= -.09862943 - .00358661 + .00585472 - .00007573 + .26973014 - .09787055+
ROA
ITP
ACP
APP
CR
LOGSIZE
Constant
R-square

Coefficients

Std. Errors

P> IZI

-0.0035866
0.0058547
-0.0000757
0.2697301
0.0978705
-0.9862943

0.0012459
0.0024193
0.0000388
0.0667984
0.0497935
0.3565193

-2.88
2.42
-1.95
4.04
1.97
-2.77

0.004
0.016
0.051
0.000
0.049
0.006

Within
Between
Overall

0.0168
0.9861
0.8257
Probability
0.000
Sumber: Dihasilkan oleh peneliti dari Laporan Tahunan dan Akun dari perusahaan sampel,
menggunakan Stata (Versi 11)
Koefisien determinasi "R-Square" menunjukkan 82,57% menunjukkan bahwa variabel
yang dipertimbangkan dalam model menyumbang perubahan sekitar 82,57% dalam variabel
dependen yang ROA, sedangkan sisanya 17,43% adalah sebagai akibat dari variabel lain
yang tidak dibahas oleh ini model. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa hubungan antara
12

ROA dan ITP adalah negatif dan signifikan, ini dapat dibenarkan dengan nilai negatif "z"
dari -2,88 dan p> | z | dari 0,004. Demikian hasil koefisien negatif -0,0035866 membuktikan
bahwa, peningkatan ITP oleh salah satu hari lagi, sementara variabel lainnya yang tersisa
tetap konstan menurunkan profitabilitas perusahaan. Hasil ini konsisten dengan temuan Afza
dan Nazir (2007) dan Debi'e (2011). Juga hubungan antara ROA di satu sisi dan APP di sisi
lain adalah negatif tetapi tidak signifikan; ini dapat dibenarkan melalui nilai negatif "z" dari
-1,95, dan 0.051 telah juga memvalidasi dengan koefisien negatif -,0000757. Ini berarti
bahwa APP memiliki hubungan terbalik dengan ROA. Hasil ini konsisten dengan temuan
Uremadu dan Egbide (2012) dan Padachi (2006).
Namun, hubungan antara ROA di satu sisi dan ACP, CR dan SIZE positif dan signifikan,
hal ini dapat dibuktikan oleh nilai positif "z" 2,42, 4,04 dan 1,97, dan P> | z | dari 0,016,
0,000 dan 0,049, sehingga juga telah dikonfirmasi oleh koefisien positif 0,0058547, masingmasing 0,2697301 dan 0,0978705. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan ACP CR dan
SIZE sementara variabel lainnya tetap konstan ROA akan meningkat dan sebaliknya.
Temuan ini konsisten dengan Padachi (2006) dan Owolabi dan Alu (2012).
4.

Hasil dan Pembahasan

5.

Kesimpulan
Manajemen modal kerja adalah bagian penting dalam keputusan manajemen keuangan

perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk terus beroperasi di periode yang lebih lama
tergantung pada bagaimana mereka menangani investasi dalam modal kerja. Yang optimal dari
manajemen modal kerja dapat dicapai oleh perusahaan yang mengelola tradeoff antara
profitabilitas dan likuiditas. Studi ini menemukan bahwa ada hubungan negatif yang kuat antara
tindakan dari manajemen modal kerja termasuk periode perputaran persediaan, dan hubungan
negatif signifikan dengan periode pembayaran rata-rata dengan profitabilitas perusahaan.
Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi periode yang dibutuhkan perusahaan untuk
mengkonversi persediaan mereka menjadi penjualan yang lebih rendah profitabilitas dari
perusahaan. Juga hubungan negatif yang ada antara periode pembayaran rata-rata dan
profitabilitas menunjukkan bahwa semakin banyak waktu perusahaan untuk membayar kreditur
mereka yang kurang profitabilitas, ini menunjukkan bahwa baik menunda pembayaran yang
13

dibiarkan diam tidak diinvestasikan untuk peningkatan hasil atau keuntungan atau menunda
pembayaran telah dibuat semestinya dari pembelian kredit maka sebagian besar perusahaan tidak
bisa bertemu tuntutan untuk persediaan barang yang dipesan oleh pelanggan karena kekurangan
stok bahan baku sebagai omset seperti mengurangi penjualan atau volume dan keuntungan adadari. Kesimpulan yang di konfirmasi dengan Uremadu dan Egbide (2012), Afza dan Nazir (2007)
dan Debi'e (2011).
Namun, temuan menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara periode pengumpulan
piutang, rasio lancar dan ukuran dengan profitabilitas. Artinya, sebagai rasio lancar dan ukuran
perusahaan 'meningkatkan profitabilitas perusahaan' meningkat ke arah yang sama, maka, lebih
banyak perusahaan yang cukup besar membuat keuntungan lebih dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Tapi hubungan antara periode penagihan rata-rata dan
profitabilitas yang positif juga, menunjukkan bahwa ini tidak seharusnya terjadi. Perusahaan
mengumpulkan piutang mereka dari debitur tanpa re-investasi dana untuk menghasilkan
keuntungan atau laba. Kesimpulan ini sejalan dengan Padachi (2006), Uremadu dan Egbide
(2012) dan Owolabi dan Alu (2012).
Atas dasar temuan penelitian ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan jika
perusahaan mengelola modal kerja mereka dengan cara yang lebih efisien. Hasil ini
menunjukkan bahwa manajer dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham mereka dengan
mengurangi akun hari jumlah piutang untuk waktu yang wajar. Atas dasar temuan penelitian ini
merekomendasikan bahwa; kas yang dikumpulkan harus diinvestasikan kembali ke dalam
investasi jangka pendek untuk menghasilkan keuntungan. Likuiditas yang berlebihan idak
menyebabkan pertumbuhan hasil atau keuntungan menurut Uremadu dan Egbide (2012). Studi
terdistorsi hubungan yang signifikan dari periode pengumpulan debitur (ACP) dengan tingkat
profitabilitas perusahaan antara perusahaan produk makanan di Nigeria. Oleh karena itu, studi ini
merekomendasikan bahwa perusahaan harus sangat tepat dalam mengumpulkan hasil penjualan
kredit dari debitur mereka manajemen modal kerja yang baik mendesak untuk menagih uang
secara cepat dari penjualan kredit untuk reinvestasi cepat dalam efek jangka pendek dalam
rangka untuk meningkatkan profitabilitas.
Oleh karena itu, disarankan agar penelitian lebih lanjut akan dilakukan pada topik yang
sama dengan sektor yang berbeda atau industri, dan memperluas tahun sampel.

14

15

Anda mungkin juga menyukai