Anda di halaman 1dari 29

MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN MODAL KERJA

OLEH:
KELOMPOK 3
NI KADEK RANINGSIH

(1590662002)

NI PUTU DEVI ANGGARINI

(1590662005)

NI WAYAN DIAN IRMAYANI

(1590662006)

NI WAYAN LINDA NALURITHA SARI

(1590662012)

KOMANG MELASTRI

(1590662018)

RENI AGUSTINA

(1590662020)

CATUR PERMADA

(1590662031)

I NYOMAN ANDIKA INDRANATA

(1590662030)

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas segala berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas Manajemen Keuangan yang berjudul Manajemen Modal
Kerjaguna memenuhi salah satu tugas mata Manajemen Keuangan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan paper ini hingga selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 26 Mei 2016

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Isi

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
PETA KONSEP ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 7
1.1

Latar Belakang ................................................................................ 7

1.2

Ruang Lingkup Pembahasan .......................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 8


2.1

Capital Budgeting ........................................................................... 8

2.2

Cash Flow dan Metode Investasi .................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 22


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 25
3.2 Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27

iv

PETA KONSEP
MANAJEMEN MODAL KERJA

Pengertian
Manajemen
Modal Kerja

Gross
Working
Capital

Konsep
Modal Kerja

Net Working
Capital

Modal kerja
dalam
pengertian ini
mengacu pada
konsep
kuantitatif,
yang
mendasar
pada kuantitas

Modal kerja
didasarkan
atas konsep
kualitatif

Konsep
Kuantitatif

Konsep
Kualitatif

Konsep
Fungsional

Klasifikasi
Modal Kerja

Modal Kerja
Permanen

Unsur-Unsur
Modal Kerja

Modal Kerja
Variabel

Faktor
Faktor Yang Bagaimana
Sumber
Mempengaru Modal Kerja
Modal Kerja
hi Besarnya
Dipenuhi
Modal Kerja

Kas (Cash)

Modal Primer

Modal Kerja
Musiman

Surat-surat
Berharga
(Marketable
Securities)

Modal Normal

Modal Kerja
Siklis

Piutang
(Account
Receivable)

Modal Kerja
Darurat

Persediaan
(Inventory)

Hasil operasi
perusahaan

Jenis produk
yang dibuat

Keuntungan
dari penjualan Jangka waktu
surat-surat
siklus operasi
berharga
(investasi
jangka
pendek)
Tingkat
penjualan
Penjualan
aktiva tetap,
investasi
jangka
Kebijakan
panjang dan
persediaan
aktiva tidak
lancar

Dana
pinjaman dari
Hutang Lancar
bank dan
pinjaman
jangka pendek
lainnya

Kredit dari
supplier

Kebijakan
penjualan
kredit

Efisiensi
manajemen
aktiva lancar

Matching
Approach

Conservatif
Approach

Agresiv
Approach

Manajemen Modal Kas

Pengertian
Kas

Anggaran
Kas (Cash
Budget )

Penentuan
Jumlah kas
Optimal

Menyusun
Kas adalah
seluruh uang anggran kas yang
bersifat
tunai yang ada
operasional.
ditangan (cash
on hand) dan
yang disimpan
dibank dalam
berbagai
Penyusunan
bentuk seperti anggaran finansial
deposito, dan yaitu anggran kas
rekening
untuk
Koran.
menanggulangi
keadaan deficit
serta pembayaran
utang apabila
terjadi surplus.

Peyusunan
anggran kas
keseluruhan yaitu
merupakan
penggabungan
Antara anggaran
kas oprasional
dengan anggran
kas finansial.

Model
Persediaan
(Model
Boumel)
Model
Stokhastik
(Millier-Orr)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh
perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional
sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang
digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal
kerja.
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk
membiayai aktifitas perusahaan sehari-hari misalnya, untuk membeli bahan baku,
membayar upah buruh, membayar utang dan lain-lain. Kekurangan uang tunai (kas)
akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban dalam jangka
pendek sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak dapat
memperoleh keuntungan karena calon pembeli tidak jadi membeli pada perusahaan.
Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal kerja dengan pinjaman, jika tidak
dilakukan dengan perencanaan yang matang selain akan mengurangi laba yang
seharusnya diperoleh, juga akan memberikan beban berat pada perusahaan di waktu
yang akan datang.
Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung jawab setiap manajer atau
pimpinan perusahaan. Manajer harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja
agar sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang.
Manajer juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar dapat menyusun
rencana yang lebih baik untuk periode yang akan datang. Selain manajer, kreditor
jangka pendek juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja suatu
perusahaan. Dengan begitu, kreditor jangka pendek akan memperoleh kepastian
kapan hutang perusahaan akan segera dibayar.
Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan diperlukan untuk mengetahui
jumlah modal kerja optimal yang dibutuhkan perusahaan tersebut. Manajemen modal

kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar
dan kewajiban jangka pendek perusahaan (Esra dan Apriweni, 2002). Adapun
sasaran

yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah untuk

memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat


pengelolaan investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang
digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut, meminimalkan dalam jangka
panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva dan pengawasan
terhadap arus dana dalam aktiva lancar.
Manajemen modal kerja menjadi penting karena aktiva lancar dari perusahaan
manufaktur jumlahnya lebih dan setengah dari jumlah total aktiva. Untuk perusahan
distribusi, jumlahnya lebih besar lagi. Untuk menjalankan perusahaan secara lebih
efisien, piutang dan persediaan harus dimonitor dan dikendalikan secara seksama.
Hal ini penting untuk perusahaan yang berkembang cepat, karena investasi pada
kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan. Kelebihan jumlah
aktiva lancar bisa berakibat pada realisasi pengembalian investasi di bawah standar
yang telah ditentukan. Namun, perusahaan dengan aktiva lancar yang terlalu sedikit
dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam kelancaran operasi.
Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi
pembiayaan eksternal. Perusahaan ini tidal memiliki akses bagi pasar modal untuk
jangka yang lebih panjang, selain memperoleh jaminan hipotik

dari bangunan.

Perusahaan yang tumbuh dengan cepat tetapi lebih besar juga menggunakan hutang
jangka pendek untuk pembiayaan.

Untuk alasan ini, manajer keuangan dan

anggotanya memberikan porsi waktu yang sesuai dengan hal-hal yang berkaitan
dengan modal kerja.

Manajemen kas, sekuritas, piutang, hutang, beban dan

pendapatan di muka dan hal-hal dari pembiayaan dari jangka pendek merupakan
tanggungjawab

langsung dari

manajer

keuangan,

hanya

persediaan

yang

dikecualikan. Tanggung jawab manajemen dalam hal ini membutuhkan pengawasan


dari hari ke hari secara terus-menerus. Tidak seperti keputusan deviden dan struktur
modal, hal ini dapat dipelajari, diputuskan dan ditentukan untuk periode yang akan
datang. Oleh karena itu, manajemen modal kerja sangat penting, sehingga proporsi
waktu dari seorang manajer keuangan seharusnya dialokasikan untuk hal ini. Namun

yang lebih penting adalah dampak dari keputusan modal kerja pada tingkat resiko,
laba dan harga saham perusahaan.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Adapun ruang lingkup pembahasan terkait Manajemen Modal Kerja khususnya
mengenai konsep modal kerja hingga penentuan modal kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Modal Kerja


Manajemen modal kerja berkaitan dengan investasi pada aktiva lancar dan
hutang lancar, terutama mengenai bagaimana menggunakan komposisi keduanya
akan mempengaruhi resiko. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk
meningkatkan volumen penjualan dan volumen produksinya, maka kemungkinan
peruahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan. Bambang Riyanto
(2007 : 20) menyatakan bahwa pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah
keseluruhan aktiva lancar. Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal kerja
yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006 :89) bahwa modal kerja merupakan
investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.
Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas
penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan akan kehilangan
pendapatan dan keuntungan. Ada dua pengertian modal kerja yaitu:
1) Gross Working Capital
Modal kerja dalam pengertian ini mengacu pada konsep kuantitatif, yang
mendasar pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur aktiva aktiva
lancar dan aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam
bentuk semula dalam waktu yang pendek.
2) Net Working Capital
Modal kerja didasarkan atas konsep kualitatif, yaitu dikaitkan dengan besarnya
jumlah hutang lancar atau hutang yang harus dibayar.

2.2 Konsep Modal Kerja


Bambang Riyanto (2006) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3
konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional. Berikut penjelasan lebih
lanjut :
1) Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau
jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan
atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali
berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi
dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal
kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut
hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak
mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik
hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar
belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik
atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi.
2) Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian
dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal
kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang
lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang
dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan
jaminan aktiva lancar.
3) Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana
dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap

10

dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan


pendapatan. Adasebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi
tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada
pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periodeperiode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesinmesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income.
Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud utama
didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang sebesar harga
pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada periode tersebut.

2.3 Klasifikasi Modal Kerja


Menurut W.B. Taylor, mengklasfikasikan modal kerja menjadi dua yaitu :
1) Modal Kerja Permanen
Modal kerja yang harus tetap ada pada peruahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, modal kerja diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat
dibagi 2 menjadi :
a) Modal Primer
Jumlah modal kerja yang diperlukan adalah jumlah modal kerja minimum untuk
menjamin kontinuitas usahanya.
b) Modal Normal
Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
dinamis.
2) Modal Kerja Variabel
Modal kerja yang jumlahnya berubah ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal kerja ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Modal Kerja Musiman
Modal kerja yang jumlahnya berubah ubah yang disebabkan oleh fluktuasi
musiman.
b) Modal Kerja Siklis
Modal kerja yang jumlahnya berubah ubah yang dipengaruhi oleh fluktuasi
konjungtur.

11

c) Modal Kerja Darurat


Modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya

2.4 Unsur-Unsur Modal Kerja


Berdasarkan pengertian modal kerja tersebut di atas, bahwa modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yang dapat segera
dijadikan uang kas. Modal kerja tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1) Kas (Cash)
Menurut S. Munawir (2006 : 158), kas merupakan salah satu modal kerja yang
paling tinggi likuiditasnya, suatu perusahaan dengan kas dalam jumlah yang besar
berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over
investment dalam kas berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola
kas. Sedangkan jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas
yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan
yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas
akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada
tagihan. Karena kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan maka kas itu harus direncanakan dan diawasi dengan baik.Jadi kas sangat
diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk
mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. J. Fred Weston dan Thomas E
Copeland (2006 : 248) mengemukakan ada 4 motif yang menyebabkan perusahaan
menahan kas yaitu:
a) Motif Transaksi
Motif ini adalah motif utama menahan kas agar perusahaan mampu menjalankan
usahanya sehari-hari yaitu membeli dan menjual. Pada bidang usaha tertentu
dimana saat pemasukan tagihan bisa diramalkan (seperti PLN, PAM), arus kas
masuk bisa dijadwalkan dan diselaraskan dengan kebutuhan arus kas keluar.
Biasanya rasio kas terhadap penghasilan dan kas terhadap total aktiva pada
perusahaan-perusahaan semacam ini relatif rendah. Sebaliknya yang terjadi pada
perusahaan dagang hasil penjualan tidak menentu dan sejumlah transaksi bisa
langsung disertai dengan perpindahan kas secara fisik. Sejumlah besar transaksi

12

bisa saja terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya, sehingga berakibat besar pada
arus kas. Hal ini menyebabkan perusahaan dagang memerlukan rasio kas
terhadap penjualan dan rasio kas terhadap total aktiva yang lebih besar.
b) Motif berjaga-jaga
Motif berjaga-jaga (precautionary) untuk menahan kas terutama berkaitan dengan
bisa tidaknya arus kas masuk dan keluar diperkirakan. Makin mudah estimasi
arus kas, makin sedikit jumlah kas yang ditahan untuk menghadapi keadaan tak
terduga. Faktor lain yang sangat berpengaruh pada motif berjaga-jaga adalah
kemampuan meminjam tambahan kas secara mendadak. Fleksibilitas meminjam
sangat tergantung pada kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam berhubungan
dengan instansi Perbankan atau sumber-sumber dana lainnya. Kebutuhan
menahan kas bisa terpenuhi sebagian besar dengan memiliki aktiva yang dapat
segera dicairkan atau ditunaikan, seperti surat berharga jangka pendek, promes
(promissory notes) dan sebagainya.
c) Kebutuhan masa depan
Saldo kas dan surat berharga perusahaan suatu saat bisa melonjak tinggi karena
dana dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dimasa yang akan datang.
Kas dan surat berharga juga mencerminkan himpunan dana dari mana perusahaan
dapat cepat melakukan penarikan untuk mengisi peluang jangka pendek,
termasuk akuisisi. Ini adakalanya disebut sebagai motif spekulatif untuk
menyimpan kas.
d) Kebutuhan saldo kompensasi
Sistem Perbankan memberikan banyak sekali jenis pelayanan pada dunia usaha.
Perusahaan membayar jasa pelayanan ini sebagian dengan cara membayar
langsung, dan terkadang sebagian lagi dengan mempertahankan sejumlah dana
minimum di bank yang disebut saldo kompensasi. Saldo kompensasi ini berupa
sejumlah saldo minimum yang diputuskan untuk tetap berada di bank dalam
rekening gironya. Dan untuk itu perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan
tertentu pada bank. Dengan adanya saldo ini bank dapat meminjamkan dana-dana
tersebut pada pihak lain dengan janga waktu yang lebih lama. Bank akan
memperoleh penghasilan bunga, yang merupakan biaya jasa tidak langsung yang
harus dibayar oleh perusahaan pertama.

13

2) Surat-surat Berharga (Marketable Securities)


Menurut S. Munawir (2006 : 122) Surat berharga yang dimiliki perusahaan
untuk jangka pendek (Marketable Securities atau Efek) adalah salah satu elemen
aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya
perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi
uang kas. Jadi surat berharga merupakan kekayaan, aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan. J. Fred. Weston dan Thomas E
Copeland (2006:262) mengemukakan ada 6 kriteria yang diterapkan untuk memilih
surat-surat berharga tersebut yaitu :
a) Risiko Keuangan
b) Risiko Suku Bunga
c) Risiko Daya Beli
d) Risiko Likuiditas (Kemudahan pencairan atau kemudahan untuk dijual kembali)
e) Beban Pajak
f) Hasil Pengembalian dari surat berharga

3) Piutang (Account Receivable)


Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1989:105) : Piutang adalah aktiva yang
menunjukkan tagihan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan
barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya. Jadi piutang adalah kekayaan
yang dimiliki perusahaan dari kegiatan operasional perusahaan yang berupa tagihan
atas hasil penjualan barang dan jasa. Menurut Bambang Riyanto (2006:85):
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan
piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk
(cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut Bambang
Riyanto (2006:85) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam
piutang adalah sebagai berikut :
a) Volume Penjualan Kredit
b) Syarat Pembayaran Penjualan Kredit.
c) Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
d) Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang

14

e) Kebiasaan membayar dari Para Langganan.

4) Persediaan (Inventory)
Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (2000 : 91) : Persediaan adalah barangbarang yang disimpan untuk dijual lagi oleh perusahaan. Persediaan sebagai salah
satu elemen penting di dalam usaha-usaha perusahaan untuk memperoleh tingkat
penjualan yang diinginkan. Pengertian persediaan lebih luas dari sekedar barang
dagangan. Dalam perusahaan manufaktur tidak hanya barang yang akan dijual saja,
tetapi juga persediaan barang yang sedang diproses di pabrik dan yang belum
diproses, yakni masih berupa bahan mentah. Jadi persediaan adalah bahan baku
yang disimpan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi untuk memperoleh tingkat
penjualan yang diinginkan. J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (2006 : 305)
mengemukakan ada 3 faktor utama yang menentukan besarnya investasi dalam
persediaan yaitu : Tingkat penjualan, Sifat teknis dan lamanya tingkat produksi,
Daya tahan produk akhir (faktor mode). Jadi berbagai model persediaan yang
dikembangkan sebagai alat bantu dalam proses pengendalian terbukti sangat
bermanfaat dalam meminimumkan biaya-biaya persediaan. Setiap produksi
menekankan investasi dalam rangka menghasilkan volume penjualan tertentu akan
mempunyai pengaruh positif pada tingkat hasil pengembalian atas investasi, dengan
demikian akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.
5) Hutang Lancar
Mengelola modal kerja berarti mengelola aktiva lancar. Aktiva lancar biasanya
dikaitkan dengan hutang lancar. Menurut S. Munawir (2006 : 18) : Hutang lancar
atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun
sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain:
a) Hutang Dagang
b) Hutang yang timbul karena adanya pembelian barang secara kredit.
c) Hutang Wesel
d) Hutang yang disertai dengan janji tertulis
e) Hutang Pajak.

15

f) Biaya yang Masih Harus Dibayar.


g) Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo.
h) Penghasilan yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue).

2.5 Sumber Modal Kerja


Menurut Munawir (2004), pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian
pokok, yaitu:
1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus
tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman
dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja
yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik
bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Di samping
dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat
pula dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi
dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka
panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Djarwanto (2001) mengemukakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu
perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1) Hasil operasi perusahaan
Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung
dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya
keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak
diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal
perusahaan yang bersangkutan.

16

2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)


Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera
dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya
penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur
modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang
diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber
bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja
akan berkurang.
3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
4) Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula
mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan
untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.
5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan
merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan
modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja
musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
6) Kredit dari supplier
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material,
barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian
dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum
waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang
kecil.

17

2.6 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Modal Kerja


Pada dasarnya modal kerja berbeda dengan aktiva tetap, hanya pada waktu yang
diperlukan untuk memperbaharui aktiva tetap tersebut. Sedangkan investasi modal
kerja biasanya akan berputar kurang dari satu tahun periode normal operasi
perusahaan. Besar kecilnya modal kerja merupakan fungsi dari beberapa faktor
seperti :
1) Jenis produk yang dibuat
2) Jangka waktu siklus operasi
3) Tingkat penjualan
4) Kebijakan persediaan
5) Kebijakan penjualan kredit
6) Efisiensi manajemen aktiva lancar

2.7 Bagaimana Modal Kerja Dipenuhi


Kebutuhan dana perusahaan meliputi investasi aktiva lancar dan aktiva tetap.
Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis beberapa besar kebutuhan
aktiva lancar yang bersifat permanen dan fluktuasi, untuk kemudian memilih sumber
dana untuk membiayai investasi itu baik aktiva lancar maupun tetap. Terdapat 3
alternatif pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar, yaitu :
1) Matching Approach
Alternatif ini akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
dengan sumber jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal
sendiri.
2) Conservatif Approach
Alternatif ini akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
serta sebagian aktiva lancar yang fluktuasi dengan hutang jangka panjang atau
modal sendiri
3) Agresiv Approach
Pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan proporsi
hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan
lain.

18

2.8 Penentuan Modal Kerja


Untuk memberi gambaran metode ini akan lebih mudah dengan suatu contoh
yang sederhana ini:
Misalnya anda bermaksud untuk mendirikan usaha pembuatan roti di kota anda.
Setiap harinya diperlukan uang tunai untuk membeli bahan baku, membayar tenaga
kerja dan pengeluaran tunai lainnya sebesar Rp 1.000.000,00. Roti hasil perusahaan
dijual secara tunai dan dapat dijual seluruhnya pada hari itu juga dengan pendapatan
Rp 1.100.000,00. Kemudian malam harinya ia belanja lagi untuk membuat roti yang
akan dijual esok harinya dengan pengeluaran yang sama sebesar Rp 1.000.000,00
sedangkan selebihnya sebesar Rp 100.000,00 dikonsumsi untuk biaya hidup keluarga
anda. Apabial hal semacam ini berlangsung terus maka dengan mudah dapat
dikatakan bahwa kebutuhan modal kerja anda adalah sebesar RP 1.000.000,00.
Sekarang misalnya penjualan dilakukan secara kredit selama 5 hari artinya
penjualan tanggal 1 Januari baru akan diterima pembayarannya pada tanggal 6
Januari kemudian penjualan tanggal 2 Januari baru akan diterima pembayarannya
pada tanggal 7 Januari dan seterusnya. Pertanyaannya adalah berapa kebutuhan
modal kerja anda saat ini? Apakah anda dapat menjaga kelangsungan usaha anda
hanya dengan dana sebesar Rp 1.000.000,00 seperti semula?
Dengan demikian anda dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 6 januari
anda menerima pembayaran atas penjualan tanggal 1 Januari. Penerimaan akhir
tanggal 6 Januari dapat dipergunakan untuk membiayai usaha untuk tanggal 7
Januari. Demikian proses itu berlangsung seterusnya. Dalam keadaan seperti ini
maka kebutuhan modal kerja anda adalah sebesar 6 X Rp 1.000.000,00 = Rp
6.000.000,00 tersebut akan tertanam dalam kas atau persediaan sebesar Rp
1.000.000,00 dan tertanam dalam piutang sebesar Rp 5.000.000,00. Berikut ini
contoh lain penentuan kebutuhan modal kerja yang lebih kompleks.
Perusahaan Wisri memproduksi produk X setiap harinya sebanyak 20 unit.
Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur-unsur biaya yang
dibebankan untuk setiap unit produk tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bahan mentah A seharga

Rp 100.00,00

2) Bahan mentah B seharga

Rp 25.000,00

3) Tenaga kerja langsung

Rp 75.000,00

19

Biaya administrasi setiap bulannya sebanyak Rp 12.500.000,00. Gaji pimpinan


perusahaan dan staf setiap bulannya Rp 25.000.000,00. Untuk membeli bahan
mentah A perusahaan memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah
tersebut rata-rata 5 hari sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan
untuk membuat barang tersebut adalah 3 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan
kualitas barang masih harus disimpan dulu selama 2 hari. Penjualan produk
dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 5 hari sesudah barang diambil.
Untuk

menghadapi

pengeluaran-pengeluaran

yang tidak

terduga

pimpinan

perusahaan menetapkan adanya persediaan minimal sebesar Rp 25.000.000,00.


Berapa besarnya modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan tersebut untuk
membiayai secara kontinu?
Pertama-tama perlu diketahui periode perputaran atau waktu terikatnya dana
dalam masing-masing unsur kerja tersebut yaitu:
Bahan Mentah A
Dana terikat dalam persekot bahan

5 hari

Proses produksi

3 hari

Barang jadi

2 hari

Piutang

5 hari

Total

15 hari

Bahan Mentah B, Tenaga kerja langsung, biaya administrasi dan gaji


pimpinan
Proses produksi

3 hari

Barang jadi

2 hari

Piutang dagang

5 hari

Total

10 hari

20

Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam masing-masing unsur modal kerja
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bahan mentah A (20 x Rp 100.000 x 15)

Rp 30.000.000,00

2) Bahan mentah B (20 x Rp 25.000 x 10)

Rp 5.000.000,00

3) Tenaga kerja langsung (20x Rp 75.000 x 10) =

Rp 15.000.000,00

4) Biaya administrasi (Rp 12.500.000/25 x 10) =

Rp 5.000.000,00

5) Gaji pimpinan & staff (Rp 25.000/25 x 10)

Rp 10.000.000,00

6) Persediaan kas minimal

Rp 25.000.000,00

Jumlah Modal kerja yang diperlukan

Rp 90.000.000,00

Berdasarkan hal tersebut, besar kecilnya kebutuhan modal kerja akan bergantung
pada dua hal atau dua faktor, yaitu :
1) Periode perputaran atau terikatnya modal kerja
2) Pengeluaran kas rata rata setiap hari
Dengan jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, tetapi dengan makin
lamanya periode terkaitnya dana, maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin
besar. Demikian pula dengan halnya, dengan periode terikatnya dana yang tetap,
maka jumlah pengeluaran kas setiap harinya, kebutuhan modal kerjapun makin
besar. Periode perputaran atau terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan
dari periode periode yang meliputi jangka waktu pembelian kredit beli, lama
penyimpanan barang mentah di gudang, lama proses produksi, jangka waktu
penerimaan piutang.

2.9 Manajemen Modal Kas


2.9.1

Pengertian Kas
Kas merupakan elemen modal kerja Kas merupakan elemen modal kerja

yang mempunyai tingkat likuiditas yang paling tinggi. Kas adalah seluruh uang
tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan yang disimpan dibank dalam berbagai
bentuk seperti deposito, dan rekening Koran. Kas merupakan alat tukar yang
memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya.Tujuan
manajemen kas adalah untuk meminimalkan jumlah kas yang seharusnya ditahan
untuk aktivitas normal perusahaan.

21

Keynes telah mengidentifikasi tiga motif untuk mempertahankan kas baik


uang tunai maupun uang yang ada di bank :
1) Kebutuhan untuk transaksi karena aliran kas masuk tidak sama dengan kas
keluar maka di perlukan adanya kas melakukan transaksi usaha, seperti untuk
membayar upah tenaga kerja , pajak dividend dan pengadaan persediaan.
2) Kebutuhan untuk berjaga-jaga . karena adannya ketidakpastiian aliran kas pada
masa yang akan datang dan kemampuan untuk meminjam dana untuk
menambah kebutuhan dana perusahaan .
3) Kebutuhan untuk spekulasi. Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan
karena perubahan harga surat berharga.

2.9.2

Resiko dan Keuntungan Mempertahankan Kas


Mempertahankan jumlah kas yang besar bagi suatu perusahan bisa

mendatangkan

keuntungan,

terutama

berkaitan

dengan

tingkat

likuiditas

perusahaan. Pada sisi lain jumlah kas yang dimiliki terlalu kecil akan
mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti
tergantungnya pembayaran hutang jangka pendek, pembayaran gaji karyawan dan
lain sebagainnya yang berhubungan dengan pembayaran jangka pendek.
Keuntungan yang diharapkan perusahaan memiliki jumlah kas yang cukup adalah :
1) Perusahan dapat memperoleh potongan pembelian yang diberikan oleh supplier
bahan mentah sehingga menurunkan harga belinya.
2) Perusahaan seringkali memperoleh kesempatan pembelian lebih baik dengan
memiliki kas yang cukup.
3) Perusahaan akan mendapat kepercayaan dari bank, atau pihak lain sebagai
penyedia dana karena dapat membayar kewajiban tepat waktunya.
4) Perusahan memperoleh rangking yang lebih baik dengan mempertahankan
aktiva lancar yang cukup.

22

2.9.3

Motif Perusahaan Memiliki Kas


Pengelolaan kas merupakan fungsi keuangan yang vital dan mendasar

dalam sebuah perusahaan. Hal ini berperan dalam perencanaan dan pengendaliaan
kas, karena di dalam aktivitasnya manajer keuangan harus mengetahui besarnya
jumlah kas yang diperlukan setiap saat.
Menurut Syahyunan ( 2004: 50 ) ada beberapa motif ( dorongan ) yang
menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas. Dorongan- dorongan inilah
yang menentukan berapa jumlah kas yang harus dimiliki perusahaan. Motif- motif
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Motif Transaksi
Motif transaksi yang dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah
uang tunai membiayai kegiatannya sehari- hari, seperti untuk membayar gaji
dan upah, membeli barang, membayar tagihan, dan pembayaran hutang kepada
kreditur apabila jatuh tempo.
2) Motif Berjaga Jaga
Motif berjaga- jaga dimaksudkan untuk berjaga- jaga terhadap kebutuhan yang
mungkin terjadi tetapi tadak jelas kapan terjadinya, (misalnya kebakaran,
kecelakaan).
3) Motif Spekulatif
Motif Spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan
itu ada, seperti perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk
diinvestasika pada sekuritas ( saham dan obligasi ) dengan harapan setelah
membeli sekuritas tersebut harganya akan naik.
4) Motif Compensating Balance
Motif ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan meminjam
sejumlah uang di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank, biasanya
bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang di
rekeningnya.

23

2.9.4

Anggaran Kas (Cash Budget )


Salah satu untuk menjaga agar perusahaan tidak kekurangan kas adalah

dengan membuat perencanaan tentang penerimaan dan pengeluaran kas. Anggaran


kas adalah salah satu aspek penting bagi manajer keuangan sebagai alay utama
peramalan keuangan jangka pendek. Anggran kas dapat disususn per bula, per
minggu ataupun perhari. Pada umumnya anggran kas disusun berdasarkan waktu
per bulan, baik untuk setiap 6 bulan ataupun 12 bulan. Dalam penyusunan anggran
kas ada 3 tahap, antara lain :
1) Menyusun anggran kas yang bersifat operasional.
2) Penyusunan anggaran finansial yaitu anggran kas untuk menanggulangi
keadaan defisit serta pembayaran utang apabila terjadi surplus.
3) Peyusunan anggran kas keseluruhan yaitu merupakan penggabungan Antara
anggaran kas operasional dengan anggran kas finansial.
Anggaran Penerimaan Piutang (dalam jutaan rupiah)
Keterangan
Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Penjualan
50
50 100 150 200 100 100
50
0.2 Discount
10
10
20
30
40
20
20
10
0.7 Penjualan
35
35
70 105 140
70
70
0.1 Penjualan
5
5
10
15
20
10
Total
10
45
60 105 155 175 110
90

24

Anggaran Kas Finansiil (dalam jutaan rupiah )


Keterngan
juli agst sep okt no
Saldo kas awal
30
25
25
25 25
Surplus(defisit)
(21) (14) (22)
44 29
Pinjaman
(16) (14)
22
Pemb. Pinjaman
(44) (8)
Saldo kas akhir
25
25
25
25 46
Utang kumulatif
(16) (30) (52)
(8)
0
Surplus kas*
0
0
0
0 21
Anggaran Kas Oprasional (dalam jutaan rupiah)
Keterangan
juli agst sept Okt nov
60 105 155 175 110
Penerimaan :
Peneluaran :
Pemebelian bahan
70 105 140 70
70
Upah/gaji
7.5 10 12.5 7.5 7.5
Sewa
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Peneluaran Lain
1
1.5
2
1
1
Pemb Pajak
20
Investasi Baru
50
Jumlah
81 119 177 131 81
Surplus(definisi)
(21) (14) (22) 44
29
*Surplus kas = saldo kas akhir - saldo kas minimal
Anggaran Kas Keseluruhan (dalam jutaan rupiah )
Keterangan
juli agst sep Okt no
Saldo Awal
30
25 25
25 25
Penerimaan
60 105 115 175 110
Pinjaman
16
14 22
Jumlah
106 144 202 200 135
Pengeluaran:
Pembelianbahan
70 105 140
70 70
Upah/gaji
7.5
10 13 7.5 7.5
Sewa
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Peneluaran Lain
1 1.5
2
1
1
Pemb. Pajak
20
Investasi baru
50
Pemb pinjaman
44
8
Jumlah
81 119 177 175 89
Saldo Kas
25
25 25
25 46
Jumlah
pinjaman
16
30 52
8
0
Kelebihan Kas
0
0
0
0 21

25

des
46
27

73
0
48
des
90
35
5
2.5
0.5
20
63
27

des
46
90
136
35
5
2.5
0.5
20

63
73
0
48

2.9.5

Penentuan Jumlah Kas Optimal


Kas dan surat berharga yang optimal sangat tergantung atas trade-off antara

tingat bunga dengan biaya transaksi, jika kondisi yang akan datang diketahui
dengan pasti maka akan sangat mudah menentukan nilai minimal. Apabila
diperkirakan perusahaan kelebihan kas akan segera diinvestasikan kedalam surat
berharga sepanjang tidak mempersulit perusahan untuk melakukan pembayaran.
Jika tidak ada biaya transaksi dan surat berharga dapat diubah menjadi kas seketika
makan perusahan sebenarnya tidak memerlukan persediaan kas yang banyak.
Model persediaan kas yang optimal meliputi Model Boumel dan model miller-Orr
1) Model Persediaan (Model Boumel)
Model boumel adalah model penentuan kas optimal yang paling sederhana,
dimana kebutuhan ka data diketahui dengan pasti. Konsep dasar manajemen
kas dalam model ini bahwa opportunity cost atas bunga yang hilang karena
menahan uag tunai sama dengan biaya tetap untuk mengubah surat berharga
menjadi uang tunai (kas) asumsi model ini adalah bahwa konstan setiap
periode.
Model persediaan tersebut adalah :
B(T/C)+ i (C/2)
Dimana :
B

= Biaya tetap transaksi yang diasumsikan independen terhadap


banyaknya transper.
T = Total perminaan kas selama periode tertentu .
I
= Tingat bunga atas surat berharha yang diasumsikan konstan selama
periode tersebut.
T/C = Menunjukkan banyaknya transaksi yang jika dikaitkan dengan biaya
tetap setiap kali transaksi akan sama dengan total biaya tetap selama
satu periode.
C/2 = Menunjukkan rata-rata kas dan jika dikaiykan dengan tingkat bunga
maka sama dengan laba yang hilang karena menahan kas, semakin
besar C maka rata-rata kas juga besar berarti investasi surat berharga
menjadi semakin kecil.

26

Kas Optimal :

C*

Misalkan suatu perusahan memerlukam bebutuhan akan kas setiap tahunnya


Rp. 1.200 juta dengan pemakian perharian konstan. Biaya transaksi setiap kali
dari surat berharga menjadi kas sebesar Rp. 50.000,- tingat bunga yang
diperoleh karena memiliki surt berharga 12% . berapa besar kas optimal ?

C*

= Rp 31,623 juta

Ini berarti perusahan perlu menjual surat berharga senilai Rp. 31,623 juta
setiap kali saldo kasnya mencapai nol. Dengan cara tersebut perusahaan akan
meminimumkan biaya karena kehilangan kesempatan untuk menanamkan
dana pada surat berharga dan biaya transaksi.
Biaya- biaya tersebut adalah :
a) Biaya kehilangan kesempatan
(Rp. 31.623 juta /2 ) x 0.12

Rp. 1.897 juta

b) Biaya transaksi
(Rp 1.200/Rp 31,623) x Rp 50.000

Rp 1.897 juta

Total Biaya

Rp. 3.794 juta

2) Model Stokhastik (Millier-Orr)


Dalam pengeluaran dan pemasukan kas perusahaan yang berfluktuasi dari
waktu-ke waktu. seacara random perusahaan perlu menetapkan batas atas dan
batas bawah dari saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas perusahaan
perlu merubah sejumlah kas menjdai surat berharga agar saldo kas kembali
pada saldo kas yang diinginkan sebaliknya apabila aldo kas menurun sampai

27

batas bawah perusahaan perlu menjual surat berharga agar saldo kas naik
kembali kejumlah yang diinginkan.
Rumus Kas Optimal :
=

Dimana :
Z = Kas optimal
B = Biaya tetap untuk transaksi surat berharga
r2 = Variance kas masuk bersih
i

= Bunga harian transaksi surat berharga

= Bilai kas optimal

L = Batas bawah
Nilai Optimal h adalah 3z
Rata rata kas kira-kira (z =h)- L
Contoh :
Misalkan biaya tetap untuk transaksi besar Rp. 500,- dan variance kasnya
Rp. 1000 ,- sedangkan bunga i sebesar 18% (satu tahun 360 hari) maka
besarnya Z adalah :
Z

= Rp 908,56

= 3z=3 x Rp 908,56 = Rp 2.725,68

28

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi tersebut, adapun simpulan dalam penulisan ini yaitu:
1) Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar. Modal
kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif,
dan fungsional. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang
berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan
tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh
kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek.
2) Di samping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang
permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka
panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh
tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan
beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Terdapat 3 alternatif
pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar, yaitu :
Matching Approach, Conservatif Approach dan Agresiv Approach.

3.2 Saran
Adapun saran yang dalam penulisan ini, dimana perusahaan perlu untuk selalu
merencanakan, mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan modal kerja agar
senantiasa selalu berputar secara efektif dan efisien.

29

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, EF., and J.F. Houston. 2010. Intermediate Financial Management. Eight
Edition. USA : Thomson Learning, Inc.

Harmono. 2011. Manajemen Keuangan. Bumi Aksara: Jakarta

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.


UPP STIM YKPN: Yogyakarata.

Wiagustini. Ni Luh Putu. 2010. Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Bali :


Penerbit Udayana University Press

30

Anda mungkin juga menyukai