Anda di halaman 1dari 3

Proses Identifikasi dan Pengukuran Risiko Pasar

Identifikasi Risiko

Proses manajemen risiko dimulai dari identifikasi risiko untuk mengetahui jenis risiko
yang berpotensi terjadi pada aktivitas bank, dilanjutkan dengan pengukuran risiko untuk
mengetahui besar risiko yang dihadapi. Kemudian, bank melakukan penilaian kualitas control
terhadap risiko yang ada. Apabila dipandang perlu, bank melakukan peningkatan kualitas control
dalam bentuk proses mitigasi risiko. Selanjutnya bank melakukan monitoring dan pelaporan atas
upaya pengendalian risiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko
antara lain:1

 Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif;

 Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional);

 Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi yang
tersedia;

 Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensi yang timbul.

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko yang dihadapi oleh suatu
organisasi. Teknik pengidentifikasian ini dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran sumber
risiko sampai terjadinya peristiwa tidak diinginkan.2

Selain itu, dalam identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa
saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi,
mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan
lainnya. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, missal dengan menelusuri sumber
risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan
sumber risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan
1
Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Manajemen Risiko 2, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), hal. 5

R. Ramadiyah, Model Sistem Manajemen Risiko Perbankan Syariah atas Transaksi Usaha Masyarakat,
2

Jurnal Kewirausahaan, 13, (2)


terjadinya kecelakaan, bangunan yang terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan.
Identifikasi semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya
peristiwa yang merugikan. Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup
standar. Sebagai contoh, bank menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan
debitur tidak melunasi utangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas,
maka bank tersebut akan menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang
berbeda-beda karakteristiknya.3

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur profil risiko bank, dan selanjutnya
digunakan untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan manajemen risiko. Prosedur
pengukuran risiko secara umum adalah sebagai berikut.

 Menetapkan eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate);

 Menetapkan factor risiko (risk factors) untuk setiap posisi yang ada pada portofolio
bank;

 Sensitivitas nilai pasar produk/posisi terhadap perubahan satu satuan factor pasar yang
memengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun kondisi stress;

 Kecenderungan perubahan factor-faktor dimaksud berdasarkan volatilitas perubahan


yang terjadi di masa lalu dengan memperhitungkan factor korelasi.

Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perbankan dapat
diintegrasikan dalam system informasi manajemen bank. Proses pengukuran risiko dapat
menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif. Secara umum pendekatan yang paling
sederhana dalam pengukuran risiko adalah yang direkomendasikan oleh BCBS atau pendekatan
standar. Bagi bank yang memiliki kompleksitas usaha yang tinggi dapat mengembangkan dan
menggunakan metode internal (internal model), agar dapat menggunakan alat yang lebih
sensitive untuk mengukur risiko.4

3
Hanafi M. M., Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk Management, (2014), hal. 10

4
IBI, Manajemen Risiko…, hal. 7
Dalam mengukur risiko dan mengevaluasi risiko, terdapat tujuan evaluasi risiko adalah
untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik, maka risiko akan lebih mudah
dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur risiko tersebut. Ada
beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa
memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. Dengan
probabilitas tersebut kita berusaha mengukur risiko. Sebagai contoh, ada risiko perusahaan
terkena jatuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat kecil
(0,000000001). Karena itu, risiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah risiko
kebakaran dengan probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka risiko
kebakaran perlu diberi perhatian ekstra. Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritasi risiko, sehingga kita bisa lebih
memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar untuk terjadi.5

Selain itu, risiko pasar yang timbul dari operasional bank telah diidentifikasi, diukur,
dimonitor dan dikelola terhadap berbagai potensi perubahan kondisi baik normal maupun krisis.
Pengukuran dan pemantauan terhadap eksposur risiko pasar dilakukan terhadap perubahan
benchmark rate risk banking book. Identifikasi risiko benchmark rate dimulai dengan analisa
atas sumber-sumber risiko benchmark rate pada seluruh instrument rate sensitive bank baik pada
posisi asset, kewajiban, maupun off balance sheet yang dapat menimbulkan kerugian bank baik
dari sisi earning maupun economic value. Proses pengukuran dan pemantauan juga dilakukan
terhadap Mark to Market yang dilakukan setiap bulannya sebagai bagian dari pemantauan risiko
pasar bank terhadap nilai surat berharga yang dimiliki bank. Selain itu, dilakukan juga
pemantauan terhadap counterparty limit.6

5
Hanafi, Risiko, Proses Manajemen…, hal. 11

6
BTPN Syariah, hal. 5

Anda mungkin juga menyukai