Anda di halaman 1dari 7

1.

Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh
suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko
penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada beberapa
teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya
peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak
tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan
kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan
eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran merupakan peristiwa
yang merugikan (peril). Identifikasi semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber
risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan. Pada beberapa situasi, risiko yang
dihadapi oleh perusahaan cukup standar. Sebagai contoh, bank menghadapi risiko terutama
adalah risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga
aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank tersebut akan menghadapi risiko pasar.
Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya.
􏰀 EKMA4262/MODUL 1 1.11
2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan
evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita
memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi
yang lebih sistematis dilakukan untuk ‘mengukur’ risiko tersebut.
Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita
bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. Dengan
probabilitas tersebut kita berusaha ‘mengukur’ risiko. Sebagai contoh, ada risiko perusahaan
terkena jatuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat kecil
(0,000000001). Karena itu risiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah risiko
kebakaran dengan probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka risiko
kebakaran perlu diberi perhatian ekstra. Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritisasi risiko, sehingga kita bisa lebih
memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar untuk terjadi.
Contoh lain adalah membuat matriks dengan sumbu mendatar adalah probabilitas terjadinya
risiko, dan sumbu vertikal adalah tingkat keseriusan konsekuensi risiko tersebut (severity, atau
besarnya kerugian yang timbul akibat risiko tersebut). Setiap risiko bisa dievaluasi kemudian
dimasukkan ke dalam matriks tersebut. Sebagai contoh, risiko kebakaran mempunyai
probabilitas 0,6 (tinggi). Jika kebakaran terjadi, maka kerugian yang diakibatkan akan besar juga
(tinggi). Dengan demikian risiko kebakaran akan ditempatkan pada kuadran probabilitas tinggi
dan severity tinggi. Selanjutnya langkah yang lebih tepat bisa dirumuskan. Sebagai contoh, untuk
risiko kebakaran seperti itu, langkah yang lebih aktif bisa ditujukan untuk menangani risiko
kebakaran tersebut.
Untuk risiko lain, evaluasi dan pengukuran yang berbeda bisa dilakukan. Sebagai contoh, risiko
perubahan tingkat bunga bisa diukur dengan teknik duration (durasi). Modul identifikasi dan
pengukuran risiko spekulatif akan banyak membicarakan pengukuran risiko perubahan tingkat
bunga. Risiko pasar bisa dievaluasi dengan menggunakan teknik VAR (Value At Risk).
Pemahaman kita terhadap beberapa risiko sudah cukup baik sehingga teknik pengukuran risiko
tersebut sudah berkembang. Sementara pemahaman kita terhadap risiko lain belum begitu baik
sehingga teknik pengukuran risiko tersebut belum begitu berkembang.
1.12 Manajemen Risiko 􏰀
Teknik lain untuk mengukur risiko adalah dengan mengevaluasi dampak risiko tersebut terhadap
kinerja perusahaan.

Identifikasi Risiko dan Pengukuran Risiko


Identifikasi Risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko-risiko yang mungkin
timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Kegiatan
pengidentifikasian adalah hal yang sangat penting bagi seorang Manajer Risiko, sebab seorang
Manajer Risiko yang tidak mengidentifikasi semua kerugian potensiil tidak akan dapat
menyusun strategi yang lengkap untuk menanggulangi semua kerugian potensiil tersebut.
Hal – hal yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk perusahaannya :
a)    Mengetahui kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan harus berhati-hati
atas kemungkinan timbulnya setiap kerugian dan hal ini merupakan tugas utama seorang manajer
risiko.
b)    Memperkirakan frekuensi dan besar kecilnya risiko sehingga dapat diperkirakan
kemungkinan kerugian maksimum dari risiko yang berasal dari berbagai sumber.
c)    Memutuskan pemakaian metode pengolahan risiko yang terbaik dan paling ekonomis,
apakah dengan jalan menghapuskan, mengurangi, membatasi, menanggung sendiri,
memindahkan atau mengkombinasikan metode-metode tersebut.
d)    Mengadministrasikan program-program manajemen risiko termasuk mengadakan penilaian
kembali atas program -program, pencatatan-pencatatan dan lain sebagainya.

Klasifikasi kerugian pada perusahaan :


a)    Kerugian harta milik (property Losses)
1.    Kerugian langsung, yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti atau reparasi atas
kehilangan harta.
2.    Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk menghancurkan sisa gedung yang rusak
akibat kerugian langsung.
3.    Kerugian pendapatan (pendapatan bersih), seperti penghentian bisnis karena tidak dapat
digunakannya gedung.

b)    Kewajiban mengganti kerugian orang lain (Liability Losses)


Kerugian karena rusaknya hak milik orang lain atau terlukanya orang lain.
c)    Kerugian Personalia (Personel Losses)
1.    Kerugian bagi perusahaan karena kematian, cacat atau menngundurkan dirinya pegawai,
langganan atau pemilik.
2.    Kerugian bagi keluarga pegawai, yang disebabkan oleh kematian, cacat atau pemberhentian.
Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran resiko adalah sebagai berikut :
1.    Mengidentifikasi resiko dan mempelajari karakteristiknya
2.    Mengukur resiko tersebut, melihat seberapa besar dampaknya terhadap kinerja perusahaan,
dan menentukan prioritas resiko tersebut. Kemudian kita perlu mempelajari karakteristik resiko
tersebut, serta melakukan evaluasi. Pemahaman yang baik terhadap karakteristik tersebut akan
bermanfaat untuk merumuskan metode yang tepat untuk mengelola resiko tersebut. Langkah
berikutnya adalah melakukan prioritisasi resiko, dimana kualifikasi resiko merupakan salah satu
komponen terpenting dalam langkah tersebut. Melalui kualifikasi itu, kita bisa mengukur tinggi
rendahnya resiko dan bagaimana dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya kita bisa
memfokuskan pada resiko yang paling relevan (misal, yang mempunyai dampak yang paling
besar dan probabilitas yang besar) bagi perusahaan. Langkah selanjutnya adalah mengelola
resiko dan kemudian revisit. Revisit adalah mengevaluasi ulang langkah-langkah yang sudah
dilakukan, untuk meningkatkan efektivitas manajemen resiko.
Dalam mengidentifikasi risiko ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
1.    Menggunakan daftar pertanyaan (questionair) untuk menganalisa risiko, yang dari jawaban-
jawaban terhadap pertanyaan tersebut diharapkan dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang
dinamika informasi khusus, yang dapat dirancang secara sistimatis tentang risiko yang
menyangkut kekayaan maupun operasi perusahaan.
2.    Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisa neraca, laporan pengoperasian
dan catatan-catatan pendukung lainnya, akan dapat diketahui / diidentifikasi semua harta
kekayaan, hutang-piutang dan sebagainya. Sehingga dengan merangkaikan laporan-laporan
tersebut dan berdasarkan ramalan-ramalan anggaran keuangan akan dapat menentukan
penanggulangan risiko di masa mendatang.
3.    Membuat flow-chart aliran barang mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang jadiakan
dapat diketahui risiko-risiko yang dihadapi pada masing-masing tahap dari aliran tersebut.
Contoh: Flow-chart mulai dari : supplier (gudang bahan & fabrikasi) /      proses produksi
(gudang barang jadi /penyalur /konsumen)
Dari flow-chart tersebut akan dapat diidentifikasi kemungkinan kerugian pada masing-masing
tahap. Misalnya pada tahap supplier : risiko kenaikan harga, waktu penyerahan, volume dan
sebagainya. Kerugian potensiil yang dapat terjadi antara lain :
·         kerugian berupa harta kekayaan : barang rusak, barang hilang di gudang, barang rusak
karena kesalahan proses dan sebagainya.
·         kerugian yang menyangkut liability : tuntutan konsumen, karena barang tidak sesuai
dengan yang seharusnya dan seterusnya.
·         kerugian personil : kecelakaan kerja yang terjadi dalam pabrik pada saat karyawan bekerja
dan sebagainya.
4.      Dengan inspeksi langsung di tempat, artinya dengan mengadakan pemeriksaan secara
langsung di tempat dimana dilakukan operasi / aktivitas perusahaan. Sehingga dari pemeriksaan /
pengamatan itu Manajer Risiko akan dapat belajar banyak mengenai kenyataan-kenyataan di
lapangan, yang akan sangat bermanfaat bagi upaya penanggulangan risiko.
5.      Mengadakan interaksi dengan departemen / bagian-bagian dalam perusahaan. Adapun cara-
cara yang dapat ditempuh :
·         dengan mengadakan kunjungan ke departemen / bagian-bagian akan dapat meraih /
memupuk saling pengertian antara kedua belah pihak dan akan dapat memberikan pemahaman
yang lengkap tentang aktivitas mereka dan kerugian-kerugian potensiil yang dihadapi bagian
mereka.
·         dengan menerima, mengevaluasi, memonitor dan menanggapi laporan-laporan dari
departemen / bagian-bagian akan dapat meningkatkan pemahaman tentang aktivitas dan risiko
yang mereka hadapi.

6.      Mengadakan interaksi dengan pihak luar : artinya mengadakan hubungan dengan
perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-pihak yang dapat membantu
perusahaan dalam penanggulangan risiko, seperti : akuntan, penasehat hukum, konsultan
manajemen, perusahaan asuransi dan sebagainya. Dimana mereka itu akan dapat banyak
membantu dalam mengembangkan identifikasi tehadap kerugian-kerugian potensiil.
7.      Melakukan analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan pihak lain. Dari
analisa tersebut akan dapat diketahui kemungkinan adanya risiko dari kontrak tersebut; misalnya:
rekanan tidak dapat memenuhi kewajibannya, denda keterlambatan memenuhi kewajiban dan
sebagainya.
8.      Membuat dan menganalisa catatan / statistik mengenai bermacam-macam kerugian yang
telah pernah diderita. Dari catatan-catatan itu akan dapat diperhitungkan kemungkinan
terulangnya suatu jenis risiko tertentu. Di samping itu dari catatan tersebut akan dapat diketahui :
penyebab, lokasi, jumlah dan variabel-variabel risiko lainnya, yang perlu diperhitungkan dalam
upaya penanggulangan risiko.
9.      Mengadakan analisa lingkungan, yang sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi yang
mempengaruhi timbulnya risiko potensiil, seperti : konsumen, supplier, penyalur, pesaing dan
penguasa (pembuat peraturan / perundang-undangan).
Untuk melakukan pekerjaan itu semua seorang Manajer Risiko dapat melakukan sendiri,
menugaskan anak buahnya atau menggunakan jasa pihak ketiga, seperti:
·         konsultan manajemen, broker asuransi, perusahaan-perusahaan asuransi dan
sebagainya.Penggunaan jasa dari pihak ketiga disamping ada kelemahannya, juga ada
untungnya, karena : umumnya pihak ketiga itu sudah profesional di bidangnya, sehingga
hasilnya akan lebih lengkap dan lebih obyektif. Sedang kelemahannya antara lain : biayanya
tidak murah, sedang bila menggunakan jasa broker / perusahaan asuransi : identifikasinya akan
lebih diarahkan pada risiko potensiil yang dapat dialihkan, terutama yang sesuai dengan
bidangnya.

Identifikasi risiko dengan analisis lingkungan yang relevan:


1.    pelanggan
2.    pemasok
3.    saingan
4.    UU dan ketentuan-ketentuan lain.

IDENTIFIKASI SUMBER-SUMBER RISIKO


n  LINGKUNGAN FISIK: bangunan yang dimakan usia sehingga menjadi rapuh, sungai yang
bisa menyebabkan banjir, gempa bumi, badai, topan, vandalism (pengrusakan).
n  LINGKUNGAN SOSIAL: kerusuhan sosial, demonstrasi, konflik dengan masyarakat local,
pemogokan pegawai, pencurian, perampokan.
n  LINGKUNGAN POLITIK: perubahan perundangan, perubahan peraturan, konflik antar
Negara yang mendorong boikot produk perusahaan.
n  LINGKUNGAN LEGAL: gugatan karena gagal mematuhi peraturan dan perundangan yang
berlaku
n  LINGKUNGAN OPERASIONAL: kecelakaan kerja, kerusakan mesin, kegagalan sistem
computer, serangan virus terhadap komputer
n  LINGKUNGAN EKONOMI: kelesuan ekonomi (resesi), inflasi yang tidak terkendali.
n  KONSUMEN : keluhan dari konsumen yang mengakibatkan kekecewaan dan tidak mau lagi
membeli produk perusahaan, konsumen merasa dirugikan kemudian menuntut perusahaan
n  SUPLIER : pasokan dari supplier tidak datang sesuai dengan yang diharapkan (terlambat atau
spesifikasinya berbeda)
n  PESAING : pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing menurunkan harga
yang bisa mengakibatkan persaingan harga yg menurunkan tingkat keuntungan perusahaan
n  REGULATOR : perusahaan gagal mematuhi peraturan atau perundangan yang berlaku,
perubahan perundangan yang berlaku yang mengakibatkan perusahaan merugi (misal upah
minimum naik, aturan pesangon, dsb)

Faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode identifikasi risiko:


1.    Sifat dari bisnis
2.    Besarnya perusahaan
3.    Tersediannya tenaga ahli
Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar kecilnya resiko yang akan terjadi. hal ini
dilakukan untuk tinggi rendahnya resiko yang dihadapi perusahaan, kemudian bisa melihat
dampak dari resiko terhadap kinerja perusahaan sekaligus bisa melihat prioritisasi resiko, resiko
yang mana yang paling relevan.
Dimensi (bagian) pengukuran risiko:
1.    Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi, Besarnya kemungkinan kejadian artinya
berapa besar kemungkinan suatu peril (Suatu peristiwa (event) yang kejadiannya menimbulkan
LOSS atau penyebab langsung kerugian) yang dapat menimbulkan risiko dapat terjadi dalam
suatu periode.
2.    Keparahan dari kerugian itu, Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar
kerugian yang diderita bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity)
atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut,  sampai seberapa besar pengaruhnya terhadap
kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi (bagian) tersebut paling tidak diketahui:
1.    Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
2.    Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain naik-
turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu.
3.    Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama kerugian yang ditanggung
sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.
Evaluasi dan pengukuran  resiko
Tujuan evaluasi risiko adalah memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita
memahami risiko dengan lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan.
1.    Mempelajari karakteristik risiko
2.    Melakukan pengukuran terhadap risiko (mengembangkan ukuran besar kecilnya risiko)
3.    Mengukur dampak risiko tersebut terhadap organisasi
4.    Evaluasi dan pengukuran risiko bisa digunakan untuk melakukan prioritisasi risiko
Teknik Pengukuran Resiko
1.    Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas (kemungkinan)
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian
atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap
jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,
dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau
hasil yang pasti. Konsep probabilitas yaitu dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup
kejadian) dan event suatu kejadian atau peristiwa. Sample Space (Set S) merupakan suatu set
dari kejadian tertentu yang diamati.
Seberapa besar kemungkinan (probabilitas) risiko akan terjadi. Ada 5 (lima) kategori probabilitas
risiko:
a.    Paling kecil kemungkinan terjadinya  (very rare);
b.    Jarang (rare);
c.    Mungkin (possible);
d.    Sangat mungkin (likely); dan
e.    Hampir pasti (almost certain).
2.    Notional Resiko, diukur berdasarkan nilai eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko).
3.    Sensitivitas Resiko, diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur (obyek yang rentan
terhadap resiko) terhadap perubahan faktor penentu.
4.    Volatilitas Resiko, diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur (obyek yang rentan
terhadap resiko) berfluktuasi (tidak tetap). Ukuran yang umum adalah standar deviasi
(penyimpangan). Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi (tidak
tetap) nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin Beresiko eksposur atau aset tersebut.
5.    Pendekatan VaR ( value at risk ), resiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa
terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan (level of
confidence) tertentu. Untuk mengukur resiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar
deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal
6.    Matriks frekuensi dan signifikansi resiko, Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak
terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit) adalah mengelompokkan resiko berdasarkan dua
dimensi yaitu frekuensi (jumlah) dan signifikansi (meyakinkan). Terdapat 2 hal dalam proses
tersebut yaitu :
a.    Mengembangkan standar resiko
b.    Menerapkan standar tersebut untuk resiko yang telah diidentifikasi.
7.    Analisis Skenario, teknik yang penting dalam manajemen risiko, membantu perusahaan dan
lembaga keuangan terutama untuk memastikan bahwa mereka tidak mengambil risiko yang
terlalu banyak. Kegunaannya tentu saja tergantung pada manajer risiko yang dating dengan
scenario yang tepat.

Manfaat Pengukuran Resiko


Adapun manfaat pengukuran resiko yaitu:
a.    Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu resiko yang dihadapi.
b.    Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Resiko dalam upaya
menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/paling baik dalam
penggunaan sarana penanggulangan resiko.

Anda mungkin juga menyukai