Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN RESIKO PADA AGRIBISNIS

Pengertian

Menurut Smith : 1990, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi,

pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari

sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada

perusahaan tersebut. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir

suatu risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang

tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko,

mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko

tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola

ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman.

Agribisnis tidak terlepas dari faktor risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Risiko

merupakan kejadaian yang telah diketahui probabilitasnya, misalnya kematian pada budidaya

tanaman obat-obatan sekitar 4%, kematian pada pengangkutan buah ke pasar sekitar 2%,

penyusutan pada pengangkutan ternak potong ke luar daerah mencapai 10-20% dan sebagainya.

Probabilitas kejadian pada ketidakpastian tidak diketahui sebelumnya, seperti wabah penyakit

dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi

risiko produksi (production risk), risiko pemasaran (marketing risk), risiko keuangan (financial

risk ), risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya manusia (human resources risk). Untuk

menghadapi kelima risiko tersebut terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu dipertahankan

(retain), digeser (shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure), dan dihindari (avoid) (Sutawi,

1999). Aktivitas pada manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, pengukuran risiko, dan
penanganan risiko. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang akan menghasilkan output

daftar risiko.

Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegangan saham,

kreditur, pemasok, karyawam, pemain industri yang sama, pemerintah, manajemen itu sendiri,

masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan. Metode dalam identifikasi

risiko meliputi analisis data historis, pengamatan dan survei, dan pendapat ahli. Analisis kontrak

dalam manajemen risiko bertujuan untuk melihat risiko yang muncul karena kontak tertentu.

Pengukuran risiko dapat dilihat dengan besar kecilnya risiko yang akan berdampak bagi

perusahaan dan dengan melakukan prioritas risiko dapat mempermudah serta dapat

menghasilkan output berupa peta risiko. Terdapat 4 cara dalam penanganan risiko yaitu

penghindaran risiko (risk avoidance), pengukuran risiko yang dapat dilakukan dengan metode

pencegahan, diversifikasi atau lindung nilai alamiah (natural heging), pemindahan risiko (risk

transfer) dan penahanan risiko (risk retention).

Macam- Macam Manajemen Risiko dalam Agribisnis

Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3 kelompok,

yaitu:

1. Risiko berdasarkan sifatnya

a. Risiko Spekulatif

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat

memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang

dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan

dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya

menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti adalah risiko
spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan

keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.

Jenis risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan,

agar terjadinya ketidakpastian memberikan peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak bisa

diasuransikan. Contoh dari risiko ini adalah : kita menggunakan modal untuk membuka usaha

rumah makan, atau digunakan untuk investasi membangun pembangkit baru. Dalam membuka

usaha baru ini pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada peluang untuk memperoleh

keuntungan.

b. Risiko Murni

Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak

terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contohnya adalah kebakaran,

apabila perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan tersebut akan mengalami kerugian.

Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya

menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk

membakar dengan maksud-maksud tertentu. Salah satu cara menghindari risiko murni adalah

dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. Itu sebabnya risiko

murni dapat dikenal dengan istilah risiko yang dapat diansuransikan (insurable risk).

Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untuk

ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung, sedangkan untuk

risiko murni tidak dapat keuntungan. Maka kita sebagai masyarakat, terlebuh pengusaha harus

mempelajari manajemen resiko karenasasarandari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk

mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada

tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.


2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan

a. Risiko yang dapat dialihkan

Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek

yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan

demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi.

b. Risiko yang tidak dapat dialihkan

Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko

spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

3. Risiko berdasarkan asal timbulnya

a. Risiko Internal

Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya

risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja,

risiko mismanagement, dan sebagainya.

b. Risiko Eksternal

Risiko Eksternalyaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar

perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan

sebagainya.

Aplikasi Manajemen Risiko Di Industri

Sangat banyak pengaplikasian manajemen risiko di Industri, salah satunya yaitu pada

industri galangan kapal PT. Dok dan Perkapalan Surabaya. Tujuan utama dari manajemen risiko

ini adalah menyusun dan mengembangkan model manajemen risiko usaha bangunan baru pada

industri galangan kapal dengan langkah mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menganalisis

pengaruh tingkat risiko usaha terhadap cost yang harus ditanggung oleh industri galangan kapal
untuk bangunan baru. Industri galangan kapal adalah industri yang padat modal dan tingkat

pengembaliannya yang cukup lama (slow yielding),sehingga dalam operasionalnya harus

menggunakan prinsip kehati-hatian.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi beberapa permasalahan manajemen risiko pada industri galangan kapal dan

yang berpotensi merugikan perusahaan, antara lain:

 Bagaimana implementasi manajemen risiko pada industri galangan kapal untuk bangunan baru

(PT. Dok dan Perkapalan Surabaya), kondisi ini dilihat pada keadaan sebelum penerapan

manajemen risiko dan sesudah penerapan manajemen risiko.

 Pengaruh manajemen risiko terhadap operasional perusahaan galangan kapal untuk bangunan

baru (PT. Dok dan Perkapalan Surabaya).

 Assessment value at risk manajemen risiko pada industri galangan kapal untuk bangunan baru

(PT. Dok dan Perkapalan Surabaya), bagaimana menilai risiko melalui penerapan manajemen

risiko pada perusahaan, penerapan konsep Value at Risk untuk menilai risiko dan potensi losess

yang akan ditimbulkan.

 Model pengembangan manajemen risiko usaha pada industri galangan kapal untuk bangunan

baru.

2. Inventaris Data Lapangan

Data lapangan dengan menggunakan sampel pada proses pembangunan kapal baru yang

telah dibangun di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya pada lima tahun sebelumnya. Data-data

tersebut meliputi: data pembangunan kapal, jumlah, macam-macam risiko yang dihadapi, bobot

tiap risiko, frekuensi kejadian selama lima tahun sebelumnya. Proses pencarian data dilakukan
dengan metode wawancara dengan menggunakan checklist, wawancara dilakukan terhadap

sekurang-kurangnya 30 senior manager yang berkecimpung dalam proses bisnis bangunan baru.

3. Assessment Value at Risk

Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi hazard (list semua skenario kejadian yang relevan dengan faktor penyebab dan

dampak yang potensial) pada proses pembangunan kapal baru, mulai tahap tender sampai kapal

jadi (delivery).

b. Penilaian risiko (evaluasi faktor-faktor risiko);

 Fokus pada skenario yang penting, didasarkan pada identifikasi risiko pada tahap sebelumnya.

Kemudian di masukan pada tool database manajemen sistim.

 Ukur risiko pada setiap skenario, dengan metode statistik menggunakan asas perkalian, data hasil

wawancara kemudian dimasukan dalam tool database manajemen sistim pada masing-masing

kelompok risiko.

 Analisa darimana risiko datang, fokus perhatian pada penyebab, menganalisis dari mana

penyebab masing-masing risiko, siapa pemilik risiko, cari akar masalah dengan validasi

wawancara lebih mendalam, dengan audit risiko.

 Identifikasi faktor yang berhubungan yang mempengaruhi tingkatan risiko, bobot risiko dan

frekeunsi sering tidaknya terjadi risiko dari hasil wawancara dengan menggunakan isian

checklist menjadi tolok ukur nilai indeks risiko atau nilai risiko yang pada akhirnya akan

menentukan tingkatan risiko.

Analisa Hasil

1. Menyusun dan memverifikasi hasil penelitian lapangan kemudian dilakukan assessment

value at risk, membandingkan hasil pengolahan data untuk menentukan nilai risiko,
peringkat risiko, proses mitigasi dan pembiayaan, kemudian dilakukan dengan validasi

dengan wawancara dan proses audit oleh pemilik risiko.

2. Menghitung risiko, tingkat risiko dan pengaruhnya pada operasional usaha industri

galangan kapal baru, membandingkan pembiayaan risiko terhadap operasional

perusahaan secara keseluruhan (diambil studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan

Surabaya).

3. Menyusun dan mengembangkan model manajemen risiko usaha pada industri galangan

kapal baru. Berdasarkan hasil pengolahan data dan validasi, kemudian disusun model

yang cocok untuk pengembangan manajemen risiko di perusahaan industri galangan

kapal (diambil studi kasus di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai