Hasbullah F. Sjawie
Pendahuluan
lh
iResolution 1105 (XI) of the General Assembly of the UN, 65S . Pleanary Meeting, February
21,1957.
lah berada pada pertanyaan yang bersifat teknis semata. Hal tersebut
banyak tersangkut dengan masalah politis, karena suatu peru bah an
pemahaman pada penegertian Laut Teritorial, meskipun itu hanya sedi-
kit saja, akan membawa konsekwensi yang cukup berarti dalam lapang-
an ekonomi maupun militer.
Deklarasi Djuanda yang dikeluarkan pada tanggal 13 Desember
1957 selanjutnya dipergunakan sebagai basis sikap oleh delegasi Indo-
nesia untuk membela pandangan dan konsepsi Negara Kepulauan yang
telah dicanangkannya. Oleh karena itu sasaran delegasi adalah:'
1. Hal yang terutama ialah untuk berusaha agar konferensi dapat
melahirkan suatu keputusan tentang prinsip Negara Kepulauan,
yang akan memberikan keuntungan pada posisi Indonesia;
2. Sekurang-kurangnya berusaha untuk memperoleh pengertian dari
negara-negara lain terhadap konsepsi Negara Kepulauan, sebagai.
mana yang termaksud dalam Deklarasi Djuanda;
3. Berusaha agar supaya pasal5 dari Rancangan Konvensi yang diaju-
kan oleh International Law Commission (selanjutnya disingkat:
ILC)3 dapat dipertahankan;
4. Menghindari sebisa mungkin adanya pembatasan panjangnya garis
pangkallurus;
5. Berusaha agar dapat dicapai perubahan dari pasal 10 Rancangan
2Lihat Mochtar Kusurna·atmadja, Bunga Rampai Hukum Laul, 1978, hal. 12.
Konvensi ILC;'
6. Mengajukan usulan atau rnendukung usulan negara lain yang
rnenginginkan 12 rnillaut ditetapkan sebagai batas luas Laut Teri-
toria!.
4Pasal 10 Rancangan Konvensi dari ILC berbunyi: Every island has its own territorial sea. An
island is an area of land, surrounded by water, which in normal circumtances is penlUmerztly above higll
water mark, ibid" hal. 63.
5UNCLOS, Offici.l Record, Vol. Ill, hal. 15.
8Mochtar Kusuma-atrnadja: Hukum Lout Internasional, Bandung: Binacipta, 1986, hal. 88.
"UN Doc.A/CONF.!3/C.l/L.S9.
"-UN Doc.A/CONF.13/C.l/L.98.
13Mochtar Kusuma-atmadja: BUrlga Rampai Hukum !.Aut, op.ciL, hal. 13.
14UNCLOS, Official Record, Vol. III, hal. 162. Lihat: BarryHart Dubner: The Law otTerritorial
Walers of Mid-Ocean Archipelagos and Archipelagic Staates, The Hague. 1976, hal. 40. Lihat juga:
Rainers Sturies: Archipelgewaesser; zur Entwicklurlg fines neuen Rechtsbegriffs im Seerecht, Schriften
zurn Voelkerrecht, Band 72. Berlin, 1981, hal. 56. bdg.: Dietrich Rauschnig: Die Durch/ahrt durch
nationale CewaesseT vaT den Kuesfen, dalam: Bernhardt und Rudolf (ed'): Die Schiffarhrtsfreiheit im
gegenwaertigen Vaelkerrecht, Karlsruhe, 1975, hal. 50.
17Alfred Verdross eLan.: Universelles Voelkerrechl: Thearie und Praxis, Berlin: 1984, hal. 678.
18Renate Platzoeder et.all.: Wirtschajtszonrn und Archipeislaaten, Zwei Probleme der Dritten Un-
Seerechtskcnferenz, dalam Verfassung und Recht in Ueber-see, jg. 7, Hamburg: 1974, hal. 297.
19UNCLOS. Official Record, Vol. Ill. hal. 163.
20
UN Doc.A/CONF.13/C.1/L.62/Corr.J.
2 IUNCLOS, Official Record, Vol. III, hal. 160. Lihat juga: Text of the Articles and the Resolution
Adopted by the First Committe; UN Doc.A/CONF.13/C.l/L.168/ Add.1 Annex.
22UNCLOS, Official Record Vol. II , hal. 62.
26Fritz Muench: Die lnternationale Seerechtskonferenz in Gent 1958, dalam: Arcfliv des Voelkerrecht,
Band 8, Tuebingen: 1959/1960, hal. 180·208.
nUN Doc.A/CONF.13/C l /L.4.
31
lebar Laut Teritorial adalah 12 millaut.
Menurut hemat kami kesimpulan yang demikian kurang tepat
sebab antara Laut Teritorial dengan Zona Tambahan harus dibedakan,
karena hak-hak suatu negara yang berada pada kedua rejim hukum laut
itu berbeda satu sarna lain. Pada Laut Teritorial suatu negara mempu-
nyai kekuasaan atau kedaulatan penuh, dengan pengecualian hak lintas
damai kapal asing. Sedangkan pada Zona Tambahan, hak-hak yang
dimiliki suatu negara hanyalah terbatas pada hal yang berhubungan
dengan imigrasi, keseha tan serta bea dan cukai.
Dalam kaitannya dengan hasil dari Konferensi Hukum Laut tahun
1958 ini, Indonesia hanya meratifikasi 3 Konvensi -dari 4 Konvensi yang
ada-, yaitu Konvensi mengenai Laut bebas; mengenai Perikanan dan
Perlindungan Kekayaan Hayati Laut Bebas; dan mengenai Landas Kon-
tinen. Konvensi yang tidak diratifikasi oleh Indonesia adalah Konvensi
mengenai Laut Teritorial dan Zona Tambahan. Ratifikasi tersebut di-
tuangkan dalam Undang-undang No. 19 tahun 1961 tentang Persetujuan
atas Tiga Konvensi Genewa Mengenai Hukum Laut, yang diundangkan
dan mulai berlaku pada tanggal 6 September 1961.
3l Liha t: von Muench, op.cit., hal. 431 . Bdg: Weber und von Wedel: Grundku rs Voelkerrecht.
Frankfurt am Main: 1977, hal. 270. Bdg. Pu1a: Fritz Muench: Seerechtskonferenz von 1958, dalam:
H.J. Schlochaeur (ed.): Woerterbuch des Voelkerrechts, Band 3, Berlin: 1962, hal. 238.
Maret - Apri/1999
Konferensi H ukum Laut 141
Penutup
Daftar Pustaka
Hoog, Guenter: Die Genfer Seerechtskonferenzen von 1958 und 1960: Voges-
chichte, Verhandlung, Dokumente, Frankfurt am Main, Berlin, 1961.
Maret - Apri/1999
Konferensi Hukum Laut
143
Von Muench, Ingo: Voelkerrecht, Berlin/New York: 1982.