Anda di halaman 1dari 42

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan


Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i

KATA SAMBUTAN………………………………………………………………………. ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv


DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan .................................................................................. 1
II. KEADAAN ....................................................................................................... 2
A. Perikanan Tangkap ................................................................................... 2
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 10
C. Pengelolaan Ruang Laut .......................................................................... 13
D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 18
E. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan ................................................ 20
III. MASALAH ....................................................................................................... 24
A. Perikanan Tangkap ................................................................................... 24
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 24
C. Pengelolaan Ruang laut ............................................................................ 24
D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 24
E. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan .................................................. 25
IV. TUJUAN ........................................................................................................... 26
A. Perikanan Tangkap .................................................................................... 26
B. Perikanan Budidaya .................................................................................. 26
C. Pengelolaan Ruang Laut .......................................................................... 26
D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan ......................... 26
E. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan .................................................. 27
V. CARA MENCAPAI TUJUAN............................................................................. 28

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lokasi Kantor Kelembagaan Pengelola WPPNRI………………. 3


Tabel 2. Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) Tahun Anggaran
2016 – 2019…………………………………………………………… 7
Tabel 3. Program Prioritas Tahun 2018………………………………………. 12
Tabel 4. Program Prioritas Tahun 2019………………………………………. 13
Tabel 5. Perlindungan Pantai………………………………………………….. 15
Tabel 6. Jumlah Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi…………… 15
Tabel 7. Bantuan Usaha Garam Rakyat Tahun 2017……………………….. 16
Tabel 8. Lokasi Integrasi Lahan 2017………………………………………… 17
Tabel 9. Bantuan Pengolahan dan Pemasar Ikan Tahun 2017……………. 19
Tabel 10. Program Prioritas PDSPKP Tahun 2018………………………….. 20
Tabel 11. Keragaan Penyuluh Perikanan PNS dan PPB…………………… 21

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanahkan bahwa penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional merupakan
kewenangan Pemerintah Pusat. Penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional
sebagaimana Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, dilaksanakan dengan berpedoman pada
Programa Penyuluhan Perikanan Nasional yang dimaknai sebagai rencana tertulis yang
disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.

Programa Penyuluhan Perikanan Nasional mempertimbangkan kebutuhan dan


kondisi pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan memperhatikan
keterpaduan dan kesinergian program Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan
Pemerintah Daerah serta stakeholder lainnya. Substansi programa penyuluhan
perikanan harus terukur, realistis, bermanfaat, dan dapat dilaksanakan secara
partisipatif, terpadu, transparan, demokratis, dan bertanggung gugat. Substansi
programa penyuluhan perikanan nasional meliputi aspek kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan, sarana prasarana dan pembiayaan penyuluhan perikanan.

Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Badan Riset dan
Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2018 menyusun Programa
Penyuluhan Perikanan Nasional Tahun 2019 untuk menjadi acuan dan pedoman
Penyuluh Perikanan dalam menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan Tahun
2019.

B. Maksud dan Tujuan


Programa Penyuluhan Perikanan Nasional disusun dengan maksud:
1. Menyatukan kesepahaman Penyuluh Perikanan, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha,
lembaga/instansi terkait yang menangani penyuluhan perikanan untuk mengetahui
keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan penyuluhan perikanan nasional;
2. Memberikan informasi kepada Penyuluh Perikanan, Pelaku Utama dan Pelaku
Usaha untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
penyuluhan perikanan; dan
3. Menumbuhkan tanggungjawab bersama Penyuluh Perikanan antara Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dalam
penyelenggaraan penyuluhan perikanan tingkat nasional.
Tujuan penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan Nasional adalah:
1. Memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan
penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dan
2. Memberikan pedoman bagi Penyuluh Perikanan dalam menyusun rencana kerja
penyuluhan perikanan pada tahun 2019.

1

II. KEADAAN

Gambaran keadaan umum dalam Programa Penyuluhan Perikanan Nasional


mencakup informasi atau data tentang kondisi dan potensi sumberdaya kelautan dan
perikanan baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Secara umum data
dan informasi untuk sektor kelautan dan perikanan ini adalah sebagai berikut:
A. Perikanan Tangkap
1. Operasionalisasi Lembaga Pengelola Perikanan Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI)
Dalam rangka mengoptimalkan pengelolaan perikanan di wilayah perairan
Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Kepmen KP No.
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia telah menetapkan 11 (sebelas) WPPNRI, yang merupakan wilayah
pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi,
penelitian dan pengembangan perikanan. Agar pengelolaan perikanan dilaksanakan
secara terencana, maka sesuai dengan amanat dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a
Undang-Undang No.45/2009 tentang Perubahan atas UU No 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, telah disusun Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) di masing-masing
WPPNRI. RPP ini adalah dokumen resmi yang memuat analisis situasi perikanan
dan rencana aksi strategis yang merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan
stakeholder sebagai arah dan pedoman pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan.
Karakteristik perikanan Indonesia sebagai negara tropis dicirikan dengan
perikanan multi-spesies, multi-gear, multi-habitat dan multi-stakeholders, sehingga
pengelolaan perikanan di masing-masing WPPNRI memiliki tingkat kompleksitas
yang tinggi. Selain itu, luasnya bentang geografis WPPNRI, serta terbatasnya
rentang kendali Pusat dalam pengelolaan perikanan, terutama pasca ditetapkannya
UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah yang memberikan kewenangan kepada
Provinsi untuk pengelolaan wilayah perairan laut <12 mil menyebabkan perlunya
koordinasi dan kerjasama yang baik sehingga implementasi RPP dapat dilakukan
secara bersinergi antara para pemangku kepentingan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan suatu wadah kelembagaan bagi
para pemangku kepentingan untuk berkoordinasi dan bersinergi dalam perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi serta untuk menyampaikan aspirasi terkait
kebijakan pengelolaan perikanan. Hal ini sebagaimana telah diamanatkan melalui
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019, yang
menyebutkan perlunya dibentuk lembaga pengelola perikanan di WPPNRI. Hal yang
sama juga dinyatakan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
45/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana Stategis Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tahun 2015-2019 yang mengamanatkan pembentukan dan
operasionalisasi lembaga pengelola WPPNRI sebagai strategi dalam mengelola
Sumberdaya Ikan di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPPNRI).
Lembaga Pengelola Perikanan (LPP) WPPNRI adalah Lembaga nonstruktural
untuk melakukan efektivitas pengelolaan wilayah pengelolaan perikanan Negara
Republik Indonesia. Tujuan lembaga ini adalah untuk: 1) Mengopimalkan koordinasi
dan sinergi dalam pengelolaan perikanan; dan 2) Mengoptimalkan pengelolaan
perikanan di WPPNRI. Adapun fungsi dari lembaga pengelola perikanan WPPNRI itu
sendiri adalah: Perpanjangan tangan Pemerintah Pusat di WPPNRI tapi bersifat
otonom; Implementasi dan evaluasi Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP);

2

Memberikan masukan kebijakan pengelolaan perikanan di WPPNRI; Sebagai wadah
koordinasi pemangku kepentingan dalam pengelolaan perikanan di WPPNRI.
KKP telah membuat rencana kerja operasional LPP WPPNRI tersebut. Peta
jalan LPP WPPNRI ini dimulai dengan melaksanakan kajian pembentukan
kelembagaan pengelolaan perikanan WPPNRI pada tahun 2015. Selanjutnya pada
tahun 2016, dilakukan inisiasi pembentukan kelembagaan WPPNRI 718. Pada tahun
2017, Ditjen Perikanan Tangkap menyiapkan beberapa komponen untuk
pembentukan dan persiapan operasionalisasi sekretariat regional lembaga pengelola
perikanan 11 WPPNRI. Diharapkan pada tahun 2018 dan selanjutnya LPP WPPNRI
dapat beroperasi. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
a. Penyiapan landasan hukum diantara adalah penyusunan draft Permen KP
tentang Organisasi dan Tata Kerja LPP WPPNRI; draft Kepmen KP tentang
Keanggotaan Lembaga Pengelola Perikanan WPPNRI; penyusunan Petunjuk
Teknis operasional Lembaga Pengelola Perikanan WPPNRI;
b. Penyiapan sekretariat regional LPP WPPNRI, dengan membangun kantor
sekretariat, pelaratan kantor dan perlengkapan komunikasi di 11 lokasi;
c. Penyiapan Sumber Daya Manusia yang meliputi coaching clinic pengelola LPP
WPPNRI, pemantapan mekanisme dan peran stakeholder lembaga pengelola
WPPNRI;
d. Penyiapan tata kelola melalui penyusunan karakteristik WPPNRI.

Tabel 1. Lokasi Kantor Kelembagaan Pengelola WPPNRI


NO PELABUHAN WPP
1 PPS Belawan 571
2 PPS Bungus 572
3 PPS Cilacap 573
4 PPS Nizam Zachman 712
5 PPS Bitung 716
6 PPS Kendari 714
7 PPN Pemangkat 711
8 PPN Ambon 715
9 PPN Ternate 717
10 PPN Tual 718
11 PP Untia 713

2. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan pada Perikanan Perairan Darat


Kegiatan penangkapan ikan perairan darat mempunyai karakteristik berbeda
dengan penangkapan di laut yang lebih mapan dan teratur, dimana sebagian besar
nelayan cenderung beraktivitas dan mendaratkan ikan dekat dengan
pemukimannya. Hal tersebut juga diakibatkan oleh kurangnya tempat pendaratan
ikan permanen di perairan darat. Akibatnya pada perikanan perairan darat, hal-hal
yang menjadi keuntungan dari keberadaan pelabuhan perikanan seperti kemudahan
pemasaran, pendataan, fasilitas dll cenderung tidak terjadi.
Dalam rangka meningkatkan upaya pengelolaan perikanan darat dan bentuk
perhatian pemerintah terhadap sektor perikanan tangkap di perairan darat, maka
pemerintah mengembangkan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di perairan darat. TPI
merupakan salah satu bentuk pelabuhan perikanan, dengan kewenangan
pengelolaan oleh Kabupaten/Kota (berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah). Lokasi pembangunan TPI Perairan Darat sesuai dengan lokasi

3

kegiatan optimasi pengelolaan perikanan perairan darat. Untuk tahun 2017 lokasi
pembangunan TPI Perairan Darat adalah :
a. Wilayah Sungai Musi di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan;
b. Wilayah Sungai Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat;
c. Wilayah Sungai Kampar di Kabupaten Kampar Provinsi Riau;
d. Wilayah Sungai Mahakam di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan
Timur.

Fasilitas yang dibangun di TPI Perairan Darat tersebut adalah :


a. Bangunan TPI Perairan Darat;
b. Kantor Pengelola TPI Perairan Darat;
c. Toilet;
d. Area Parkir;
e. Fasilitas Penunjang lainnya.

TPI Perairan Darat diharapkan dapat berperan dalam hal :


a. Memperbaiki pencatatan produksi hasil tangkapan dan pusat informasi perikanan
sungai
b. Menjadi pusat pembinaan nelayan sungai pada lokasi terpilih.
c. Menjadi lokasi tambat/labuh nelayan perairan darat.
d. Menjadi lokasi pemasaran ikan tangkapan nelayan sungai.
Pembangunan TPI Perairan Darat yang dilaksanakan pada Tahun 2017 yang
berlokasi di Wilayah Sungai Kapuas Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat yang tepatnya berada di Kecamatan Jongkong sudah mulai digunakan sebagai
sarana jual beli masyarakat nelayan yang berada di sekitar Sungai Kapuas.
Sedangkan untuk dua lokasi lainnya yaitu TPI Perairan Darat untuk Wilayah Sungai
Kampar dan Musi masih dilakukan penambahan fasilitas pendukung lainnya dalam
rangka menunjang fungsi TPI Perairan Darat. Khusus untuk TPI Perairan Darat
dibangun pada Wilayah Sungai Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur dikarenakan pada tahun 2017 terjadi banjir (kondisi kahar)
sehingga sisa pembangunannya dilanjutkan pada tahun 2018.

3. Pelaksanaan Logbook Penangkapan Ikan


Penerapan Logbook Penangkapan Ikan merupakan implementasi dari
peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 48/2014 tentang Logbook
Penangkapan Ikan. Penerapan Logbook penangkapan ikan bagi seluruh kapal
perikanan berukuran >5 GT diharapkan agar seluruh kegiatan operasional
penangkapan ikan dapat diperoleh data dan informasinya untuk selanjutnya
dianalisis untuk digunakan dalam kegiatan perencanaan hingga menghasilkan
rekomendasi kebijakan pengelolaan sumber daya ikan.

Data Logbook penangkapan ikan yang meliputi jenis ikan dan volume ikan
target yang ditangkap per setting, lokasi penangkapan, data ikan hasil tangkapan
sampingan (By catch), data ikan yang tertangkap namun masuk dalam daftar
spesies yang dilindungi (ETP/ERS), jumlah mata pancing yang digunakan (khusus
untuk kelompok pancing seperti longline, handline, pole and line), serta waktu dan
lama setting diharapkan dapat diolah untuk mengevaluasi status pemanfaatan
sumber daya ikan disuatu wilayah pengelolaan perikanan.

Kepatuhan dalam penerapan Logbook penangkapan ikan akan berdampak


pada meningkatnya akurasi data dan hasil analisis kegiatan penangkapan ikan yang
akan berdampak pada kesesuaian kebijakan pemerintah dalam pengelolaan
perikanan sehingga dapat menjamin kelestarian sumber daya ikan dan keberlanjutan
usaha penangkapan ikan. Namun sebaliknya, bila pelaku usaha tidak patuh dalam

4

penerapan Logbook penangkapan ikan, rekomendasi kebijakan pengelolaan
penangkapan ikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Oleh
karenanya, pelabuhan perikanan sebagai perpanjangan tangan pemerintah di
lapangan yang berhadapan langsung dengan kegiatan usaha penangkapan ikan
harus memastikan penerapan Logbook penangkapan ikan berjalan dengan baik.
Pelaku usaha yang tidak patuh akan mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pelaksanaan Logbook penangkapan ikan hingga tahun 2018 sudah
dilaksanakan di 34 Pelabuhan Perikanan baik Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
mapun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Daerah namun belum semua kapal perikanan
di pelabuhan perikanan tersebut melaksanakan pencatatan data hasil tangkapan
melalui logbook penangkapan ikan.

4. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Perintis dan Tempat Pelelangan Ikan


Higienis
Dengan panjang garis pantai yang mencapai 95.181 km dan besarnya sumber
daya ikan yang dimiliki, idealnya Indonesia membutuhkan tidak kurang dari 3.000
pelabuhan perikanan, atau 30 km terdapat satu pelabuhan perikanan atau pangkalan
pendaratan ikan. Saat ini terdapat 816 pelabuhan perikanan yang ada di Indonesia
yang terdiri dari 7 Pelabuhan Perikanan Samudera, 17 Pelabuhan Perikanan
Nusantara, 32 Pelabuhan Perikanan Pantai, 12 Pangkalan Pendaratan Ikan, 2
Pelabuhan Perikanan Swasta dan 746 pelabuhan yang belum terklasifikasi kelasnya.
Dari ke-816 pelabuhan tersebut, 483 diantaranya layak guna, dan 333 tidak layak.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka KKP pada tahun 2017 telah melakukan
revitalisasi pelabuhan perikanan dalam rangka mendukung meningkatkan kualitas
mutu produk kelautan dan perikanan.
Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan
kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdaya guna
tinggi serta mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai
dengan pemasaran.
Untuk mendukung dan membuat industri perikanan lebih menguntungkan,
kegiatan hulu dan hilir harus dipadukan dan diperlukan pengembangan pelabuhan
perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mendorong untuk peningkatan
perekonomian masyarakat pesisir dan untuk menjaga kedaulatan NKRI dengan
mengembangkan 9 lokasi pelabuhan perintis dimana terdapat Pelabuhan Perikanan
di kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), yaitu : PP. Simeulue,
PP. Dagho, PP. Merauke (SKPT), PP. Natuna (SKPT), PP. Sebatik (SKPT), PP.
Teluk Awang, PP. Untia, PP. Saumlaki (SKPT) dan PP. Cikidang.
Pengembangan pelabuhan perintis tersebut dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan sumber daya ikan dan menciptakan pertumbuhan baru di wilayah
lingkar luar Indonesia. Pengembangan tersebut termasuk didalamnya pembangunan
dan rehabilitasi fasilitas yang ada pada pelabuhan perikanan tersebut, seperti
pembangunan dermaga, rehabilitasi kantor pelayanan, perbaikan jalan, pengadaan
ice flake machine dan salah satunya pembangunan TPI Higienis.
Kondisi pelabuhan perikanan harus saniter sesuai dengan standar TPI higienis
yang tertuang dalam regulasi FAO tahun 2009 tentang Code of Practice for Fish and
Fisheries Product.
Aturan tersebut telah diratifikasi dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No.57 tahun 2015 tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

5

Perikanan dan Keputusan Menteri Kelautan No. 52A tahun 2013. Selain itu, Uni
Eropa juga telah menerapkan standar mutu produk perikanan yang harus dipenuhi
oleh eksportirnya. Aturan ini tercatat dalam Regulation EC No. 854/2004.
Pelaksanaan revitalisasi dilakukan di 36 pelabuhan seluruh Indonesia.
Revitalisasi ini dilaksanakan karena pelabuhan perikanan memiliki peranan strategis
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi perikanan. Melalui revitalisasi diharapkan
pelabuhan perikanan akan sehat, bersih, tidak bau ikan dan tidak menjadi sumber
kontaminasi terhadap ikan yang didaratkan.
Revitalisasi yang dilakukan berupa perbaikan lantai, penambahan selasar,
penambahan dinding TPI, fasilitas penunjang lainnya dan pengadaan ice flake
machine. Di samping itu, melalui revitalisasi pelabuhan perikanan, dapat mendorong
nelayan dan stakeholder perikanan untuk menerapkan sistem jaminan mutu dalam
penanganan hasil perikanan sejak dari proses penangkapan, penanganan di atas
kapal, pembongkaran dan sampai pemasaran ikan.
Melalui revitalisasi ini diharapkan dapat mengurangi tingkat losses ikan,
meningkatnya mutu serta harga jual. Hal ini dapat mendorong produk hasil perikanan
Indonesia mempunyai daya saing yang kuat di pasar internasional.
Lokasi pelabuhan prioritas yang masuk dalam revitalisasi ini adalah PPN
Pengambengan, PPN Palabuhanratu, PPN Ternate, PPN Pemangkat, PPP Pondok
Dadap, PP Untia, PP Cikidang, PP Jayanti.
Untuk lokasi pembangunan TPI Higinies dilaksanakan di 4 (empat) UPT
Daerah dan 16 (enam belas) UPT Pusat. Keempat UPT Daerah tersebut adalah PP
Paotere, PP Sodohoa, PP Bajomulyo, PP Lempasing, PP Klidanglor, PP
Banjarmasin dan PP Wameoa. Sedangkan UPT Pusat terdiri dari PPS Bitung, PPS
Cilacap, PPS Kendari, PPN Brondong, PPN Karangantu, PPN Kejawanan, PPN
Kwandang, PPN Palabuhanratu, PPN Pemangkat, PPN Prigi, PPN Sibolga, PPN
Sungailiat, PPN Tanjung Pandan, PPN ternate dan PPP Teluk batang.

5. Bantuan Sarana Penangkapan Ikan


Selaras dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor
47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang
Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia bahwa estimasi potensi perikanan tahun 2017
sebesar 12.5 juta ton dimana jumlah stok ikan nasional meningkat dari tahun tahun
sebelumnya, sehingga menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan produksi
perikanan tangkap khususnya perikanan laut. Untuk mendukung hal tersebut perlu
adanya kebijakan strategis dengan melaksanakan penguatan armada nasional yang
mampu beroperasi secara efisien dan dilengkapi alat penangkapan ikan yang ramah
lingkungan serta memenuhi standar ketentuan yang berlaku.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2018, telah mengalokasikan pengadaan Bantuan Sarana
Penangkapan Ikan untuk memenuhi kebutuhan nelayan nasional akan sarana
penangkapan ikan yang efisien, sesuai ketentuan dan kompetitif. Bantuan Sarana
Penangkapan Ikan sebagaimana dimaksud berupa kapal perikanan, mesin kapal,
dan alat penangkapan ikan yang akan diperuntukan bagi kelompok masyarakat
perikanan yang memenuhi persyaratan sebagai penerima bantuan.
Bantuan sarana penangkapan ikan merupakan kegiatan strategis Kementerian
Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap untuk
memperkuat armada perikanan nasional, sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya nelayan.

6

Dari tahun 2016 – 2018 Ditjen Perikanan Tangkap telah menyalurkan bantuan
kapal perikanan sebanyak 1569 unit dengan ukuran kapal < 30 GT baik kapal
penangkap ikan maupun kapal pengangkut. Bantuan alat penangkapan ikan yang
telah disalurkan dari tahun 2016 – 2018 sebanyak 13591 paket API yang terdiri dari
alat tangkap Gillnet, bubu lipat, rawai, handline, pancing tonda, dan pole and line.
Sedangkan untuk bantuan mesin perikanan tahun 2016 – 2018 telah disalurkan
sebanyak 2071 unit yang terdiri dari mesin ketinting, stasioner dan mesin tempel.

6. Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN)


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak
Garam mengamanatkan kepada Pemerintah untuk memberikan perlindungan
kepada Nelayan. Undang-Undang tersebut juga sekaligus menjadi dasar dan payung
hukum bagi Kementerian dalam pelaksanaan tugas terkait perlindungan kepada
Nelayan sehingga dituangkan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.18/PERMEN-KP/2016 tentang Jaminan Perlindungan Atas Risiko Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam. Dalam rangka pelaksanaan amanat
Undang-Undang dan Permen KP tersebut, maka Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap menyelenggarakan kegiatan Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN).
BPAN bertujuan untuk memberikan jaminan perlindungan untuk
menghindarkan risiko yang dialami nelayan dalam kegiatan usaha penangkapannya.
Sasaran BPAN bagi nelayan meliputi nelayan kecil dan nelayan tradisional dengan
risiko yang dijamin yaitu kematian, cacat tetap dan biaya pengobatan.

Tabel 2. Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) Tahun Anggaran 2016-2019


Tahun
No. Rincian
2016 2017 2018 2019

1 Target 600.000 500.000 500.000 170.000

2 Realisasi 409.498 500.000 4.838 -

3 Capaian (%) 68% 100% 0,9% -

4 Lokasi (Provinsi) 34 34 34 34

5 Premi/nelayan/th. Rp.175.000 Rp.175.000 Rp.175.000

Jumlah klaim di tahun 2016 Rp.275.967.551.439 terhadap 2003 nelayan, tahun


2017 Rp. Rp.44.020.054.467 terhadap 721 nelayan.

7. Kelompok Usaha Bersama yang Meningkat Kapasitas Kelembagaannya


Pengembangan usaha perikanan tangkap tidak hanya berorientasi pada
skala usaha besar namun juga harus berorientasi pada skala usaha kecil atau
menengah. Bahkan saat ini, unit usaha perikanan tangkap skala kecil masih
mendominasi struktur usaha perikanan tangkap nasional dan unit ini sebagian besar
bersifat individu yaitu berbasis pada rumah tangga perikanan (RTP).

Beberapa ciri unit usaha perikanan tangkap skala kecil adalah masih
banyaknya keterbatasan kemampuan nelayan dalam mengakses sumber daya ikan,
kurangnya akses terhadap modal usaha, kurangnya penguasaan teknologi
penangkapan ikan yang efisien, kurangnya informasi tentang dinamika harga dan

7

pasar hasil tangkapan ikan dan lain-lain. Keadaan tersebut menyebabkan rendahnya
tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Oleh karena itu salah satu upaya
yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan usaha nelayan tersebut adalah
dengan meningkatkan skala usaha perikanan tangkap dari pendekatan individu ke
dalam sebuah wadah unit usaha kelompok yang disebut Kelompok Usaha Bersama
(KUB).

KUB sebagai wadah nelayan untuk mengembangkan skala usaha dan


sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan, menjadi embrio dalam penumbuhan
sebuah entitas bisnis yang lebih besar guna meningkatkan daya saing usaha
perikanan skala kecil. Selanjutnya pembentukan KUB akan lebih memudahkan
dalam pembinaan dan sasaran berbagai program Pemerintah terkait pemberdayaan
masyarakat nelayan adalah kepada nelayan yang tergabung dalam KUB.

KUB sebagai salah satu unit usaha perikanan yang dibentuk secara
pasrtisipatif oleh sekelompok nelayan atau pelaku perikanan lainnya diharapkan
dapat menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam menjalankan usaha
perikanannya. KUB memiliki peranan sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran kepada seluruh anggotanya akan pentingnya sumber
daya ikan sebagai aset ketahanan pangan masyarakat;
b. Melakukan kegiatan penangkapan yang lebih selektif sesuai dengan tuntutan
pasar dengan mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya ikan;
c. Mendorong anggota KUB dan nelayan sekitar menggunakan teknologi
penangkapan ramah lingkungan, selektif, efektif dan efisien;
d. Mempertahankan kualitas hasil tangkapan melalui Cara Penanganan Ikan yang
Baik (CPIB) di atas kapal yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan nilai
hasil tangkapan;
e. Menjaga habitat ikan dan lingkungan ekosistemnya secara langsung dalam upaya
keberlanjutan usaha penangkapan ikan.

KUB yang sudah mendapatkan pembinaan dari Ditjen Perikanan Tangkap


hingga meningkat kapasitasnya tahun 2016 (2.050 KUB), tahun 2017 (2.109 KUB),
tahun 2018 (2.109 KUB). Diharapkan di tahun 2019 ada 2.120 KUB yang dapat
meningkatkan kapasitas kelembagaannya.

8. Fasilitasi Sertifikasi Hak Atas Tanah (SeHAT) Nelayan


Dalam rangka legalisasi aset nelayan serta meningkatkan jaminan akses
permodalan bagi nelayan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menjalin
kerjasama dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dalam bentuk kegiatan pemberdayaan nelayan melalui kegiatan fasilitasi
sertifikasi hak atas tanah.

Kegiatan fasilitasi sertifikasi hak atas tanah dimaksudkan untuk memberikan


kepastian hukum hak atas tanah nelayan, mengubah predikat modal pasif menjadi
modal aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit dari
lembaga keuangan bank maupun non-bank. Melalui upaya tersebut diharapkan
nelayan dapat memperoleh modal usaha untuk peningkatan usaha dan
pengembangan ekonomi produktif lainnya.

Kegiatan fasilitasi sertifikasi hak atas tanah nelayan bertujuan untuk


memberikan kepastian hukum atas status tanah nelayan, memfasilitasi penyediaan
aset yang dapat dimanfaatkan sebagai jaminan modal usaha dan menjamin
keberlangsungan usaha nelayan melalui pengembangan usaha nelayan.

8

Bentuk fasilitasi pelaksanaan kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan terdiri dari
kegiatan Pra dan Pasca Sertifikasi yang berupa :
a. Koordinasi dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional (Kementerian ATR/BPN), Kantor Wilayah BPN Provinsi dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota;
b. Sosialisasi, Indentifikasi calon peserta calon lokasi (CPCL) dan dokumen alas hak
kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan;
c. Penyampaian daftar nominatif CPCL kegiatan fasilitasi SeHAT Nelayan secara
berjenjang;
d. Penyampaian daftar penerima SeHAT Nelayan secara berjenjang;
e. Pembinaan, pendampingan dan fasilitasi akses permodalan, akses produksi dan
akses pasar bagi penerima SeHAT Nelayan pasca sertifikasi dalam rangka
pengembangan kapasitas nelayan.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sudah memfasilitasi identifikasi


sertifikasi hak atas tanah nelayan dari tahun 2016 sampai dengan 2018, dengan
rincian tahun 2016 sebanyak 10.284 bidang tanah, tahun 2017 sebanyak 14.572
bidang tanah, tahun 2018 sebanyak 4.139 bidang tanah dan diharapkan pada tahun
2019 teridentifikasi sebanyak 15.000 bidang tanah.

9. Penataan Kampung Nelayan Padat Karya Tunai


Kampung nelayan merupakan suatu lingkungan permukiman masyarakat
yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan baik di perairan laut atau di
perairan umum daratan. Kawasan kampung nelayan umumnya dekat dengan sentra
perikanan (pelabuhan perikanan/tempat pendaratan ikan) yang menjadi aktifitas
nelayan.

Pada perkembangannya kampung nelayan semakin padat dengan


bertambahnya penduduk alami ataupun migrasi dari daerah lainnya. Namun
peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana/prasarana umum. Seiring dengan hal
tersebut minimnya kesadaran masyarakat nelayan terhadap pentingnya menjaga
kebersihan dan kesehatan, menjadikan semakin buruknya kualitas lingkungan
kampung nelayan.

Kondisi ini tentunya memerlukan perbaikan melalui penyedia


sarana/prasarana umum yang lebih memadai, agar tercipta kawasan/lingkungan
kampung nelayan yang bersih, sehat dan nyaman. Sehingga dapat memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan kualitas hidup dikawasan
kampung nelayan.

Pada tahun 2018 pemerintah berupaya melaksanakan berbagai


kebijakan/program pembangunan dalam rangka menanggulangi kemiskinan, salah
satunya melalui pelaksanaan padat karya tunai di desa. Berdasarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan
Percepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada
Desember 2017 (SKB-4 Menteri) ditetapkan Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa
melalui program Kementerian/Lembaga, dimana untuk Kementerian Kelautan dan
Perikanan melalui kegiatan Penataan Kampung Nelayan.

Mengacu hal tersebut diatas, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap


melaksanakan kegiatan Penataan Kampung Nelayan Padat Karya Tunai. Kegiatan
dalam Penataan Kampung Nelayan meliputi: rehabilitasi/pembangunan jalan
lingkungan, rehabilitasi/pembangunan saluran air pembuangan/drainase, rehabilitasi/

9

pembangunan tempat pembuangan sampah, rehabilitasi/pembangunan sumber
penyediaan air bersih/MCK umum, renovasi balai penguatan kelembagaan nelayan.
Penataan Kampung Nelayan hingga tahun 2018 sudah 10 lokasi kampung nelayan,
yaitu: Kampung Nelayan Karang Mulya (Banten), Kampung Nelayan Penjajap
(Kalimantan Barat), Kampung Nelayan Sungsang II (Sumatera Selatan), Kampung
Nelayan Lohguna (Jawa Timur), Kampung Nelayan Cikahuripan (Jawa Barat),
Kampung Nelayan Tegalsari (Jawa Tengah), Kampung Nelayan Gegunung (Jawa
Tengah), Kampung Nelayan Pasar Terandam (Sumatera Utara), Kampung Nelayan
Kampung Biduk (Kota Banda Aceh), dan Kampung Nelayan Mola (Sulawesi
Tenggara).

B. Perikanan Budidaya
Sub sektor perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan
peluang usaha dan menyerap tenaga kerja. Perikanan budidaya memiliki beberapa
karakteristik, yakni: (i) dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari
pedesaan sampai dengan perkotaan, (ii) mempunyai karakteristik usaha yang cepat
menghasilkan (quick yielding) dengan margin keuntungan yang cukup besar, (iii)
mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas, sehingga dapat memacu
pembangunan industri hulu maupun hilir (seperti pabrik pakan, tumbuhnya hatchery,
industri jaring, industri pengolahan, cold storage, pabrik es dan lain sebagainya), (iv)
dapat mengatasi kemiskinan penduduk, dan (v) teknologi terapan yang tersedia cukup
banyak.
Karakteristik perikanan budidaya juga menunjukan bahwa sebagian besar usaha
perikanan budidaya termasuk dalam kategori usaha skala kecil, jenis usahanya sangat
beragam sesuai dengan kondisi daerah atau paket teknologi, dan memiliki basis lokasi
usaha di pedesaan, sehingga maju mundurnya aktivitas perikanan budidaya memiliki
kaitan erat dengan ekonomi rakyat di pedesaan. Sementara itu, perikanan budidaya
juga merupakan aktivitas usaha yang penuh dengan teknologi, maka keberhasilan
pengaplikasian teknologi perikanan budidaya di suatu daerah dapat dereplikasi/
digandakan untuk pengembangannya di daerah lain.

1. Bantuan Benih
Salah satu program KKP untuk mendorong peningkatan produksi perikanan
budidaya yaitu program bantuan benih ikan. Sasaran bantuan benih adalah
kelompok/lembaga penerima bantuan, serta kegiatan penebaran kembali ikan pada
perairan umum (restocking). Pada tahun 2017, KKP telah menyalurkan 177,56 juta
ekor benih ikan yang terdiri dari komoditas budidaya air tawar, air payau dan air laut.
Bantuan benih yang disalurkan oleh UPT lingkup DJPB sebesar 147.398.578 ekor,
sedangkan bantuan benih yang disalurkan UPTD lingkup DJPB sebesar 30.009.970
ekor benih. Jumlah bantuan benih ikan yang didistribusikan sesuai kebutuhan dari
usulan masyarakat serta untuk kegiatan restocking. (LKj DJPB, 2017).

2. Bantuan Pakan Mandiri


Pengembangan pakan ikan mandiri merupakan salah satu upaya Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya untuk meningkatkan keuntungan pembudidaya ikan.
Pembudidaya ikan dalam maksud ini didominasi oleh pembudidaya ikan air tawar.
Hal ini bertujuan untuk menekan biaya produksi dari penggunaan pakan ikan yang
memakan biaya produksi hingga mencapai 60-70%. Bantuan gerakan pakan ikan
mandiri berupa barang, yakni bahan baku pakan ikan, mesin pembuat pakan ikan.
Pada tahun 2017, jumlah bantuan mesin pakan mandiri memiliki target sebanyak 200
paket dan sudah teralisasi sebanyak 200 paket. 200 paket bantuan mesin pakan
mandiri ini diberikan kepada 200 kelompok dan lembaga yang tersebar di 24 provinsi
dan 84 kabupaten/kota.

10

Sedangkan Jumlah kelompok masyarakat yang menerima paket bantuan
budidaya pakan alami ditetapkan sebanyak 40 kelompok dengan realisasi 100%.
Paket bantuan pakan alami ini terdiri dari 35 paket paket budidaya Tubifex sp. Dan 5
Paket budidaya artemia (Lemna sp.) Adapun kelompok penerima bantuan pakan
alami Tubifex ini adalah kelompok pembudidaya di provinsi Lampung (Pringsewu,
Lampung Tengah dan Lampung Selatan), Provinsi Jawa Barat (Bogor, Kota
Bandung, Kabupate Bandung, Kab. Bekasi) dan Provinsi Jawa Tengah (Boyolali).
Sedangkan kelompok Artemia berada di Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten
Rembang). (LKj DJPB, 2017).

3. Bantuan Sarana Prasarana Produksi


Pemberian bantuan sarana dan prasarana budidaya ikan yang dilakukan oleh
KKP kepada kelompok pembudi daya ikan dan kelembagaan sebagai upaya
stimulasi pengembangan usaha pembudidayaan ikan. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya, mendorong
peningkatan kapasitas kelembagaan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), dan
mendorong peningkatan kapasitas skala usaha pembudidaya ikan anggota
Pokdakan. Pada tahun 2017 KKP telah memberikan bantuan sarana dan prasarana
budidaya terdiri dari 80 paket bansapras kelembagaan dan 722 paket bansparas
kelompok (LKj DJPB, 2017)

4. Bantuan Sarana Minapadi


Budidaya minapadi adalah budidaya ikan dan padi dalam satu hamparan
sawah. Kegiatan ini dimaksudkan agar budidaya minapadi terus berkembang dalam
rangka meningkatkan produksi dan produktivitas ikan dan padi sekaligus untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kelompok pembudidaya minapadi.
Pada Tahun 2017 jumlah bantuan sarana minapadi mencapai 195 Ha yang tersebar
pada 8 Kabupaten/Kota. Adapun kelompok penerima bantuan sarana minapadi
tersebar di Serdang Bedagai, Pasaman Barat, Tanjung Jabung Barat, Pangandaran,
Sukabumi, Temanggung, Surakarta dan Banjarnegara.

5. Bantuan Sarana Bioflok


Bioflok adalah suatu sistem budidaya dengan memanfaatkan bakteri
pembentuk floc (Flocs Forming Bacteria) dalam pengolahan limbah. Manfaat
penggunaan teknologi biofloc adalah minimnya pergantian air sehingga teknologi ini
ramah lingkungan. Pada Tahun 2017 bantuan sarana budidaya teknologi bioflok
mencapai 206 Paket yang tersebar di 103 Kabupaten/ Kota di 27 Provinsi. (LKj
DJPB, 2017)

6. Bantuan Excavator
Dalam upaya mendukung percepatan peningkatan infrastruktur tambak/kolam
budidaya, maka Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyediakan bantuan
prasarana pendukung berupa alat berat/Excavator. Penyediaan alat berat ini
diharapkan dapat mendorong kegiatan pengembangan sentra produksi perikanan
terutama kawasan yang memiliki potensi unggulan di kawasan budidaya air payau
dengan komoditas udang dan bandeng, serta kawasan budidaya air tawar dengan
komoditas patin, nila, mas dan lele sehingga diharapkan dengan tersedianya
peralatan ini kegiatan pembangunan infrastruktur untuk pencetakan kolam dan
tambak dapat menjadi lebih mudah. Pada Tahun 2017 bantuan excavator
didistribusikan sebesar 72 unit ke 56 Kabupaten/ Kota dan 6 UPT Pusat.

11

7. Revitalisasi KJA
Kegiatan bantuan revitalisasi Keramba Jaring Apung (KJA) tahun 2017 lebih
difokuskan untuk mengoptimalkan/menggiatkan kembali usaha budidaya ikan laut
khususnya memanfaatkan KJA yang terbengkalai/mangkrak. Total bantuan paket
revitalisasi yang disalurkan kepada masyarakat sebanyak 1.050 unit yang terdiri dari
250 paket melalui APBN dan 800 paket melalui APBN-Perubahan (LJK DJPB, 2017)

8. Asuransi Lahan Usaha Budidaya


Tujuan bantuan premi Asuransi Perikanan bagi Pembudi Daya Ikan Kecil
(APPIK) antara lain adalah tersalurkannya premi asuransi perikanan bagi pembudi
daya ikan kecil untuk usaha pembesaran udang atau polikultur udang di tambak
dengan teknologi sederhana serta memberikan jaminan perlindungan atas risiko
yang dialami oleh pembudi daya ikan kecil dalam usaha pembudidayaan ikan. APPIK
juga diharapkan mampu melindungi pembudi daya dari risiko kerugian nilai ekonomi
usaha akibat gagal panen, sehingga pembudi daya tetap memiliki modal kerja untuk
penebaran siklus berikutnya. Pada tahun 2017, premi Asuransi perikanan budidaya
yang didistibusikan oleh KKP mencapai 3.300 (tiga ribu tiga ratus) hektar yang
tersebar di 14 Provinsi, 37 Kabupaten/Kota.

9. Bantuan Sarana dan Prasarana Budidaya untuk Alih Usaha Penangkap Benih
Lobster
Tujuan kegiatan ini adalah penyediaan usaha budidaya sebagai mata
pencaharian alternatif (MPA) bagi penangkap benih lobster. Sasaran bantuan ini
adalah para penangkap benih lobster di Nusa Tenggara Barat, dimana
perkembangan industri penangkapan benih lobster ini muncul sebagai produk
sampingan dari usaha penangkapan ikan, namun kemudian benih lobster tersebut
menjadi target utama penangkapan dengan menggunakan alat dan teknik khusus
guna memaksimalkan hasil tangkapan tersebut. Pada tahun 2017, rumah tangga
perikanan (RTP) yang diberikan bantuan sarana budidaya untuk alih usaha
penangkap benih lobster sebesar 728 RTP (Rumput Laut), 655 RTP (Bawal Bintang),
580 RTP (Kerapu), 40 RTP (Bandeng), 20 RTP (Vaname), 209 RTP (Lele), 14 RTP
(NIla), dan 70 RTP (Perahu Rumput Laut). (Laporan Tahunan DJPB, 2017).

Berdasarkan Dokumen Penyesuaian Rencana Kerja Perikanan Budidaya


Tahun 2018 hasil Trilateral Meeting tanggal 5 April 2018, kegiatan prioritas perikanan
budidaya tahun 2018 meliputi :

Tabel 3. Program Prioritas Tahun 2018


NO JENIS KEGIATAN VOLUME
1 Bantuan benih ikan air tawar, air payau, dan laut 200 juta ekor;

2 Produksi induk unggul 1,2 juta ekor


3 Asuransi pembudidaya ikan 5000 Ha

4 Bantuan bahan baku dan mesin pakan 250 kelompok


5 Bantuan sapras budidaya 750 kelompok
6 Bantuan minapadi 500 Ha
7 Bantuan bioflok 300 unit
8 Bantuan excavator 40 unit
9 Produksi bibit rumput laut kultur jaringan 20 paket
10 Pembangunan pabrik pakan 1 lokasi
11 Rehabilitasi saluran irigasi tambak 16 paket
12 Pembangunan embung 1 kawasan

12

13 Pembangunan SKPT 3 lokasi (Sumba Timur,
Rote Ndao, dan Sabang)

Berdasarkan Dokumen Rencana Kerja Perikanan Budidaya Tahun 2019 hasil


Trilateral Meeting tanggal 31 Oktober 2018, kegiatan prioritas perikanan budidaya
tahun 2019 meliputi :

Tabel 4. Program Prioritas Tahun 2019


NO JENIS KEGIATAN VOLUME
1 Bantuan benih ikan air tawar, air payau, dan laut 213,9 juta ekor
2 Produksi induk unggul 1,1 juta ekor
3 Asuransi pembudidaya ik 5000 Ha
4 Bantuan bahan baku dan mesin pakan 55 paket
5 Bantuan minapadi 400 Ha
6 Bantuan bioflok 250 unit
7 Bantuan excavator 20 unit
8 Kebun bibit rumput laut kultur jaringan 80 paket
9 Bantuan pakan mandiri 1250 ton
10 Pengelolaan irigasi perikanan partisipatif 10 paket
11 Pembangunan sarpras pembenihan di lokasi 18 unit
bioflok
12 Pembangunan SKPT 3 lokasi

C. Pengelolaan Ruang Laut


Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai keunggulan secara
geopolitik dan geografis. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang sangat strategis
yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia. Selain itu, Indonesia sangat kaya akan potensi sumberdaya kelautan
dan perikanan karena 8,3 juta km2 luas wilayahnya, 6,4 juta km2 merupakan perairan
laut (terdiri dari luas laut territorial 0,29 juta km2, luas perairan kepulauan 3,11 juta km2,
dan luas ZEE Indonesia 3,0 juta km2), dengan garis pantai terpanjang ke-2 di dunia
(108 km). Indonesia juga sangat kaya akan sumberdaya wilayah pesisir, karena
memiliki 17.504 pulau (16.056 pulau diantaranya telah terdaftar di PBB)
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut menetapkan program yang bertujuan
mewujudkan tertatanya dan termanfaatkannya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau
kecil secara lestari, dengan sasaran peningkatan persentase pendayagunaan sumber
daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Kegiatan yang dilaksanakan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut adalah perlindungan dan pemanfaatan
kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, penataan dan pemanfaatan jasa
kelautan, pendayagunaan pesisir dan pulau-pulau kecil, dan perencanaan ruang laut.

1. Pembakuan Nama Pulau


Tahun 2017, KKP membakukan nama-nama pulau yang belum memiliki nama.
Kegiatan pembakuan nama-nama pulau bertujuan untuk mengetahui nama pulau,
sejarah pulau, sebaran pulau, titik koordinat, lokasi pulau dan jumlah pulau di
Indonesia.
Target pembakuan nama-nama pulau pada tahun 2017 mencapai 550 pulau
dan berhasil direalisasikan sebanyak 1.370 pulau di 14 provinsi yakni Jambi,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua
dan Papua Barat. Disamping itu, jumlah pulau kecil yang telah didaftarkan ke PBB

13

sebanyak 16.056 pulau. Pembakuan nama-nama pulau akan terus dilakukan karena
saat ini masih terdapat 1.288 pulau yang perlu divalidasi yang terdiri dari 775 pulau
masih berstatus telah diverifikasi dan 513 pulau yang belum diverifikasi.

2. Sertifikasi Pulau Kecil


Persoalan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia, khususnya pulau-
pulau kecil terluar adalah belum jelasnya status kepemilikan pulau-pulau tersebut.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1980 tentang Pokok Agraria
menegaskan bahwa warga negara asing (WNA) ataupun badan hukum asing tidak
dapat memperoleh hak untuk memiliki tanah di Indonesia, termasuk hak milik atas
pulau mana pun. KKP selaku pemerintah akan segera mendaftarkan hak
pengelolaan lahan di pulau kecil dan terluar atas nama negara di ementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) berdasarkan UU No 1/2004
tentang Perbendaharaan Negara.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa kedaulatan negara terjaga dan
aset negara bertambah. Untuk itu KKP bekerjasama dengan Kementerian ATR/BPN
akan melakukan pendataan, penataan, penertiban, dan pendaftaran pulau. Melalui
langkah tersebut keabsahan kepemilikan tanah menjadi jelas, terutama pemohon izin
pemanfaatan pulau-pulau tersebut.
Pada tahun 2017 sudah disusun dokumen prasertifikasi sebanyak 37 pulau,
yakni: Pulau Tokongmalangbiru, Pulau Mangkai, Pulau Damar, Pulau Tokong nanas
dan Pulau Tokongbelayar di Kab. Kep. Anambas; Pulau Simeulue Cut dan Pulau
Salaut Besar di Kab. Simeulue; Pulau Malangberdaun dan Pulau Berakit di Kab.
Bintan; Pulau Lingayan dan Pulau Salando di Kab. Tolitoli; Pulau Kei Besar (Nuhu
Yut) di Kab. Maluku Tenggara; Pulau Mangudu di Kab. Sumba Timur; Pulau Manuk
dan Pulau Batukolotok (Nusamanuk) di Kab. Tasikmalaya; Pulau Sambit di Kab.
Berau; Pulau Marampit dan Pulau Intata di Kab. Kep. Talaud; Pulau Yiew Besar di
Kab. Halmahera Tengah; Pulau Lumpur Sidoarjo (LUSI) di Kab. Sidoarjo; Pulau Moff
(Budd) di Kab. Raja Ampat; Pulau Raya di Kab Aceh Jaya, Pulau Rusa di Kab Aceh
Besar, Pulau Rondo di Kota Sabang; Pulau Berhala di Kab Serdang Bedagai; Pulau
Pelampong, Pulau Batuberantai dan Pulau Putri di Kota Batam; Pulau Fani di Kab
Raja Ampat; Pulau Bras di Kab Supiori; Pulau Batek di Kab Kupang; Pulau Dana di
Kab Sabu Raijua; Pulau Sekatung, Pulau Sebetul, Pulau Tokongboro dan Pulau
Kumbik di Kab Natuna dan Pulau Bongkil di Kab Bolaang Mongondow Utara.

3. Perlindungan Pantai
Garis pantai Indonesia sebagai negara kepulauan terbentang sepanjang
108.000 km dan merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Persoalan pokok
dalam mengelola pantai di Indonesia adalah menjaga keseimbangan antara aktivitas
usaha manusia dan keberlanjutan sumber daya. Berbagai ancaman dalam
pengelolaan SDA di pantai, seperti bencana alam ataupun kerusakan lingkungan
banyak dirasakan di daerah pesisir seperti tsunami, abrasi, alih fungsi lahan, dan
pencemaran limbah industri.
Salah satu tantangan dalam kegiatan perikanan adalah abrasi pantai yang
ditimbulkan oleh aktivitas manusia seperti penambangan pasir dan gejala alam
seperti ketidakseimbangan ekosistem laut dan pemanasan global atau yang umum
disebut global warming.
Dampak yang ditimbulkan oleh abrasi pantai diantaranya penyusutan areal
pantai, kerusakan hutan bakau dan hilangnya habitat ikan-ikan pantai yang menjadi
bagian mata rantai ekosistem di laut. Beberapa upaya yang dilakukan KKP untuk
melakukan rehabilitasi wilayah pesisir di antaranya penanaman mangrove dan
vegetasi pantai sebagai pelindung alami.

14

Pada tahun 2017, KKP telah membangun perlindungan pantai yang mengalami
ancaman abrasi perlindungan pantai tersebut sebagai berikut:
Tabel 5. Perlindungan Pantai
NO KAB/KOTA JENIS PERLINDUNGAN PANJANG (M)
PANTAI
1 Kab. Aceh Barat Strukture Concrete 145
2 Kab. Padang Pariaman Strukture Concrete 120
3 Kab. Pangandaran Strukture Concrete 180
4 Kab. Pati Strukture Concrete 240
5 Kab. Mempawah Strukture Concrete 30
6 Kab. Kerawang Sabuk Pantai 3.300
7 Kab. Kotawaringin Timur Sabuk Pantai 420
8 Kab. Serang Struktur Hybrid 2.240
9 Kab. Cirebon Struktur Hybrid 1.850
10 Kab. Demak Struktur Hybrid 3.500
11 Kab. Rembang Struktur Hybrid 1.100
12 Kab. Gresik Struktur Hybrid 1.200

4. Bantuan Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi


Usaha untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan
pada tahun 2017 dilaksanakan dengan mendorong keterlibatan aktif masyarakat
khususnya sebagai penggerak konservasi. KKP memperkarsai pembentukan
kelompok masyarakat penggerak konservasi yang disingkat KOMPAK. Untuk
mendukung aktivitas KOMPAK, KKP memberikan bantuan sarana pendukung
KOMPAK yang terdiri dari: perahu dan mesin, alat selam, alat pemantau, pondok
informasi, pondok wisata, kios portabel, bak penangkaran, genset, papan informasi
dan sarana kebersihan.
Berdasarkan lokasi dan jumlah kelompok masyarakat penggerak konservasi
(KOMPAK) yang diberi bantuan adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi


NO KAB/KOTA JUMLAH
KELOMPOK
1 Kota Sabang 5
2 Kota Padang 1
3 Kab. Buleleng 1
4 Kab. Pangkajene Kepulauan 1
5 Kab. Polewali Mandar 1
6 Kab. Maluku Tenggara 2
7 Kab. Raja Ampat 3
8 Kab. Anambas 4
9 Kab. Banggai Laut 5
10 Kab. Banggai Kepulauan 5
11 Kota Manado 1
12 Kab. Padang Pariaman 1

15

5. Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove
Mangrove merupakan hutan yang tumbuh di air payau dan dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Mangrove tumbuh di lokasi pelumpuran dan akumulasi bahan
organik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar
muara sungai dan di daerah pengendapan lumpur.
Ekosistem mangrove bersifat khas dan dapat abrasi tanah, sehingga mangrove
berperan penting sebagai pelindung pantai, habitat berbagai satwa dan tempat
pembesaran beberapa jenis ikan laut. Di samping itu, secara ekonomi mangrove
menghasilkan beberapa jenis kayu yang berkualitas baik, dan juga hasil-hasil non-
kayu berupa arang kayu, tanin, bahan pewarna dan kosmetik; serta bahan pangan
dan minuman.
Berdasarkan manfaat mangrove yang sangat penting tersebut, maka KKP
membangun pusat restorasi dan pembelajaran mangrove yang bertujuan menjaga
kelestarian hutan mangrove. Pembanguan tersebut dilaksanakan di daerah yang
rawan abrasi pantai dan daerah yang berpotensi tsunami karena mangrove juga
berfungsi sebagai green belt atau sabuk hijau yang mampu menahan gelombang
tsunami. Indonesia sebagai Negara Kepulauan memiliki 28 wilayah yang berpotensi
terkena tsunami. Untuk itu menjaga dan melestarikan mangrove menjadi agenda
penting dalam pembangunan kelautan dan perikanan.
Pada tahun 2016, KKP telah membangun dua lokasi pembangunan Pusat
Restorasi dan Pembelajaran Magrove (PRPM) di Kab. Pangandaran, Jawa Barat dan
Kab. Sinjai, Sulawesi Selatan. Untuk memperluas cakupan PRPM, pada tahun 2017
dibangun PRPM di Pulau Lusi Kab. Sidoarjo, Jawa Timur. PRPM akan berfungsi
sebagai lokasi pemulihan ekosistem mangrove yang dikembangkan menjadi sarana
edukasi, penelitian, dan wisata melalui pembangunan sarana/prasarana pendukung
lainnya, seperti tracking mangrove, gardu pandang, pusat bibit, dan sebagainya.

6. Bantuan Usaha Garam Rakyat


KKP telah melakukan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) pada
tahun 2017 di 15 Kabupaten yaitu Cirebon, Indramayu, Brebes, Demak, Rembang,
Pati, Tuban, Lamongan, Pamekasan, Sampang, Sumenep, Bima, Kupang,
Jeneponto, dan Pangkep. Gudang Garam Nasional di Brebes, Rembang, Sampang,
Demak, Tuban dan Kupang.
Program PUGAR pada tahun 2017 sama seperti tahun sebelumnya yang lebih
menekankan pada pengembangan produksi garam berupa peralatan dan
infrastruktur pendukung produksi garam rakyat.
Tabel 7. Bantuan Usaha Garam Rakyat Tahun 2017
NO JENIS BANTUAN JUMLAH
1 Gudang Garam Nasional 6 Unit
2 Resi Gudang 3 Lokasi
3 Integrasi Lahan 268 Ha
4 Excavator Mini 15 Unit
5 Truk Pengangkut Garam 12 Unit
6 Kendaraan Roda 3 46 Unit
7 Alat Uji Mutu Garam 6 Unit
Untuk mengatasi penurunan produksi akibat musim kemarau maka kegiatan
produksi garam didukung dengan manajemen sistem integrasi lahan. Manajemen
tersebut dilaksanakan melalui konsolidasi atau penggabungan lahan dalam satu
kesatuan proses produksi. Prinsip utama dalam konsep lahan integrasi adalah untuk
mensinergikan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam

16

satu rangkaian kegiatan besar dalam satu kawasan guna mendapatkan peningkatan
nilai tambah produk garam.
Pada tahun 2017 jumlah integrasi lahan pergaraman telah mencapai luasan
sebesar 258,55 ha. Luasan lahan penggaraman terintegrasi tersebut mencakup 15
desa di 15 kabupaten penghasil garam nasional. Tabel dibawan ini menunjukan
lokasi integrasi lahan penggaraman dan luasan lahan yang terintegrasi.

Tabel 8. Lokasi Integrasi Lahan 2017


NO KABUPATEN/KOTA REALISASI LUAS LAHAN
(HA)
1 Cirebon 18,53
2 Indramayu 18,64
3 Rembang 17,99
4 Demak 15,33
5 Brebes 18,54
6 Pati 15,12
7 Lamongan 16,82
8 Sampang 19,61
9 Pamekasan 15,69
10 Sumenep 16,51
11 Tuban 17,16
12 Jeneponto 15,71
13 Pangkep 18,09
14 Bima 18,28
15 Kupang 16,53
Total 258,55

7. Bantuan Masyarakat Pesisir


Bantuan Pemerintah untuk masyarakat pesisir berupa sarana dermaga apung
(jetty apung), sarana usaha ekonomi produktif di Wilayah P3K, bantuan untuk
kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak), dan pengembangan wisata
bahari.
Tahun 2017, KKP membangun 4 dermaga apung di Pulau Cawan, Indragiri
Hilir; Pulau Tangah, Pariaman; PPI Nusawiru, Pangandaran; dan Pulau Wangi-
wangi, Wakatobi. Dermaga apung di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil guna
memenuhi kebutuhan transportasi bagi masyarakat. Dermaga apung diperuntukkan
sebagai tempat untuk menambatkan kapal pada suatu platform yang mengapung di
atas air dan berfungsi sebagai penghubung antara kapal dengan dermaga atau
daratan agar perpindahan/mobilisasi barang dan penumpang dari dan ke arah
keduanya menjadi lebih mudah.
Pemberian bantuan sarana usaha ekonomi sebagai stimulan untuk
menggerakkan dinamika perekonomian yang berbasis kebutuhan serta
meningkatkan partisipasi dan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir dan
pulau-pulau kecil. Bantuan Sarana Usaha Ekonomi Produktif diberikan kepada 28
paket di Indragiri Hilir, Wakatobi (2 paket), Cilacap, Lampung Selatan, Kota Sabang,
Malang, Sorong (2 paket), Buton Selatan (2 paket), Kota Tanjungpinang, Lombok
Barat (2 paket), Pesisir Selatan, Kota Tidore, Manggarai Barat, Belitung Timur, Bone
Bolango, dan Selayar, Kep. Anambas, Natuna, Pulau Morotai (2 paket), Maluku
Tenggara, Pangandaran, Maluku Tengah, dan Kota Tual
Bantuan untuk kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) tahun
2017 ditujukan kepada 30 kelompok masyarakat konservasi: kelompok masyarakat

17

pengawas (Pokmaswas) konservasi, pelestari biota laut dilindungi, wisata
konservasi, pelestari terumbu karang, dan kelompok masyarakat pemanfaat
kawasan konservasi. Bantuan berupa jungkung, multipurpose floating shelter, mesin
tempel, peralatan selam, pondok wisata, pos jaga, peralatan pemantau, mooring
bouy, rehabilitasi homestay, kios portable, alat tangkap ramah lingkungan, sarpras
budidaya ramah lingkungan, sarpras transplantasi karang dan sarpras penangkaran
biota yang dilindungi.
Bantuan Sarana dan Prasarana Wisata Bahari pada tahun 2017 terdiri dari 5
paket di 4 kabupaten yaitu di Kulonprogo, Bintan, Bima dan Lombok Barat. Selain itu,
untuk mendukung pengembangan wisata bahari KKP juga membangun Sarana
Terpadu Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) di Pulau Lusi,
Sidoarjo dan menyusun Masterplan pengembangan wisata bahari di 2 lokasi yaitu
Pulau Lusi, Sidoarjo dan Pulau Cemara Besar, Kepulauan Karimunjawa.
Program kegiatan prioritas Pengelolaan Ruang Laut pada tahun 2018 meliputi :
(a) Bantuan Pugar seluas 1200 Ha; (b) Gudang garam Ber-SNI sebanyak 6 unit; (c)
bantuan sarpras wisata bahari sebanyak 4 kawasan; (d) pusat restorasi dan
pembelajaran mangrove sebanyak 4 lokasi; (e) bantuan kelompok masyarakat
penggerak konservasi sebanyak 70 kelompok ; (f) sertifikasi hak atas tanah pulau
kecil dan terluar di 37 pulau; (g) sarpras pesisir dan pulau-pulau kecil 31 lokasi; (h)
sabuk pantai, struktur hybrid, struktur concrete di 11 lokasi ; (i) Penyusunan Rencana
47 kawasan KSN dan KSNT, Zonasi WP3K di 23 Provinsi dam 5 kawasan zonasi
laut; (j) lanjutan pembangunan SKPT di 4 lokasi; (kl) survey dan operasional BMKT 2
paket.

D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


1. Sistem Rantai Dingin dan Logistik
Mutu dan kualitas produk perikanan merupakan syarat penting dalam
perdagangan perikanan. Persoalan mutu dan kualitas produk perikanan yang dihadapi
dalam pemasaran hasil perikanan adalah sifat komoditas perikanan yang mudah rusak
(varishable food), lokasi produksi yang jauh dari pasar dan faktor musim yang
mempengaruhi pola produksi. Hal ini mengakibatkan panjangnya rantai distribusi yang
bermuara pada kesenjangan harga dan kontinuitas komoditas serta rendahnya mutu
ikan yang dipasarkan.
Mengatasi persoalan tersebut maka dikembangkan sistem rantai dingin yang
terintegrasi. Untuk itu diperlukan sistem rantai dingin dan logistik untuk
mempertahankan mutu dan kualitas produk perikanan mulai dari penanganan
pascapanen komoditas ikan, penyimpanan hingga transportasi ke pasar. Mengatasi
persoalan tersebut maka dikembangkan sistem rantai dingin yang terintegrasi. Untuk
itu diperlukan sistem rantai dingin dan logistik untuk mempertahankan mutu dan
kualitas produk perikanan mulai dari penanganan pascapanen komoditas ikan,
penyimpanan hingga transportasi ke pasar.
Untuk mendukung pembangunan sistem rantai dingin tersebut, maka KKP pada
tahun 2017 telah menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. Pengadaan 8 unit integrated cold storage di Aceh Selatan, Flores Timur,
Halmahera Timur, Gorontalo, Simeule, Jember, Malang dan Sumenep;
b. 235 unit ice flake machine yang tersebar di berbagai lokasi produksi perikanan,
khususnya di TPI dan SKPT;
c. 150 unit chest freezer yang tersebar dibergai lokasi sentra produksi perikanan; dan
d. 20 paket peralatan pengolahan di beberapa lokasi.

18

Dalam rangka mendukung pengembangan sistem logistik perikanan, KKP telah
menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:
a. Pengadaan 14 unit cold storage 200 Ton di Padang, Cilacap, Gorontalo Utara,
Ternate, Cirebon, lamongan, Trenggalek, Jembrana, Sula, Banggai Laut, Toli-Toli,
Kendari, Kupang dan Belitung;
b. Pengadaan 82 unit kendaraan pengangkut yang terdiri dari 61 unit kendaraan roda
6 (enam) dan 21 unit kendaraan roda 4 (empat) yang tersebar di berbagai
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Tabel 9. Bantuan Pengolahan dan Pemasar Ikan Tahun 2017


NO JENIS BANTUAN JUMLAH
1 Integrated Cold Storage 8 Paket
2 Cold Storage : 14 Paket
3 Ice Flake Machine 1,5 ton 235 Unit
4 Chest Freezer 150 Unit
5 Kendaraan Berpendingin
a. Roda 6 61 nit
b. Roda 4 21 Unit
6 Sentra Kuliner 6 Unit
7 Revitalisasi Pasar Ikan Bersih 7 Unit
8 Pembangunan Pasar Ikan Bersih 7 Unit
9 Sarana Peralatan Pengolahan 20 Paket

2. Pemasaran Hasil Perikanan


Permintaan pasar dan ketersediaan produk perikanan yang bermutu, bersih
dan sehat merupakan faktor-faktor yang menentukan keberlanjutan usaha di industri
perikanan. Pemerintah berusaha untuk dapat mendukung usaha perikanan dengan
menyediakan lokasi pasar yang bersih dan sehat serta modern, sehingga produk-
produk perikanan dapat sampai ke konsumen dengan mutu terjamin.
Untuk mendukung kegiatan pemasaran hasil perikanan, KKP pada tahun 2017
membangun sarana dan prasarana pemasaran ikan yang terdiri dari :
a. Pembangunan 10 sentra kuliner yang berlokasi di Kab. Bengkulu, Kab.
Bulukumba, Kab. Tanggamus, Kota Palembang, Kota Sabang, Kab. Belitung,
Kab. Kepulauan Morotai, Kab. Sangihe, Kab. Jombang dan Kab. Aceh Selatan;
b. Pembangunan 8 unit pasar ikan bersih yang berlokasi di Kab. Kutai Timur, Kab.
Jembrana, Kab. Banyuwangi, Kab. Manggarai Barat, Kab. Maluku Tengah
(Mamala dan Morela), Kab. Bone Bolango dan Kab. Buru;
c. Revitalisasi 5 unit pasar ikan tradisional yang berlokasi di Kab. Tasikmalaya,
Kab. Banyumas, Kab. Kulon Progo, Kota Singkawang dan Kab. Magelang.
Disamping memberikan bantuan untuk pengolah dan pemasar, pada tahun
2017 telah dicanangkan pembangunan Pasar Ikan Modern (PIM) di Muara Baru
Jakarta. Pembangunan tersebut mengikuti bentuk pasar modern Tsukiji di Jepang
yang menjadi pusat pemasaran produk hasil perikanan dan mempromosikan produk-
produk olahan hasil perikanan khas daerah serta menjadi pusat kuliner serba ikan.
PIM Muara Baru adalah pusat pemasaran hasil jual beli ikan segar, beku dan
olahan yang sehat dan higienis, sehingga pasar tersebut akan dilengkapi dengan
sentra kuliner ikan, hall pertemuan, pusat perlatan kelengkapan kapal dan maritime.
Pasar tersebut akan dilengkapi 900 lapak ikan basah dan 232 lapak ikan kering, 65
lapak maritime, 16 kios ikan bakar serta 19 kios fish packing. Ditargetkan pada tahun
2018 Pasar Ikan Muara Baru rampung pengerjaannya.

19

Pencanangan pembangunan PIM Muara Baru telah dilaksanakan pada tanggal
8 Februari 2018 oleh Menteri kelautan dan Perikanan dan Gubernur DKI Jakarta di
atas lahan seluas 22.444 m2 dengan mengusung konsep one stop shopping aneka
produk perikanan. untuk itu pasar akan dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti
chiling room, ice storage, layanan perbankan, klinik kesehatan, wisata kuliner,
laboratorium, masjid, pengepakan ikan, gardu PLN, dan instalasi pengelolaan air
limbah.
Program kegiatan prioritas penguatan daya saing produk kelautan dan
perikanan pada tahun 2018 meliputi:

Tabel 10. Program Prioritas PDSPKP Tahun 2018

NO KEGIATAN PRIORITAS VOLUME


1 Sarana Sistem Rantai Dingin (chest freezer, dan thermal ice gel) 300 Paket
2 Ice Flake Machine 30 Unit
3 Sarana Pengolahan bagi UKM 51 Unit
4 Kendaraan Berpendingin 40 Unit
5 Promosi GEMARIKAN 32 Mitra
6 Cold Storage 30-50 ton 8 Unit
7 Cold Storage 100 ton 3 Unit
8 Event Marine and Fisheries Business Forum 12 Paket
9 Gedung Beku Terintegrasi (ICS) 7 Unit
10 Pameran Internasional 6 Paket
11 Setra Kuliner 3 Unit
12 Pasar Ikan Modern 2 Unit
13 Cold Storage 1000 ton 1 Unit
14 SKPT 2 Lokasi
15 Pasar Ikan Bersih 7 Unit
16 Revitalisasi Pasar 5 Unit

E. Badan Riset dan SDM Kelautan Perikanan


1. Peningkatan Kapasitas SDM
KKP mendorong pengembangan SDM kelautan dan perikanan yang
berwawasan luas dan berdaya saing tinggi. Pengembangan SDM tersebut
membutuhkan kelembagaan yang andal dan mampu berkerja sama yang intensif
dengan semua pihak. SDM yang dibentuk melalui pembentukan kelembagaan dapat
menjadi SDM kelautan dan perikanan yang mampu menciptakan terobosan baru
pada penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, serta penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat.
Peran BRSDM di bidang pendidikan didukung dengan keberadaan 20 Satuan
Pendidikan, yang terdiri atas 1 (satu) Sekolah Tinggi, 6 Politeknik KP, 9 (Sembilan)
Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) dan 1 (satu) Akademi Komunitas,
dengan tenaga pendidik berjumlah 412 orang terdiri atas 203 guru dan 209 dosen,
dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan teaching factory
dengan 70% praktek dan 30% teori. Satuan pendidikan KP menerima peserta didik
dari anak pelaku utama sebesar 40% dari total penerimaan peserta didik pada tahun
2014 dan 2015, serta meningkat menjadi 44% pada tahun 2016.
Sampai tahun 2018, KKP membangun 6 Politeknik Kelautan dan Perikanan
(Poltek KP) dan 1 Akademi Komunitas, yakni Poltek KP Karawang, Poltek KP Bone,

20

Poltek Kupang, Poltek KP Pangandaran, Poltek KP Jembrana, Poltek KP Dumai dan
Akademi Komunitas Wakatobi
Jumlah peserta didik lembaga pendididkan di KKP pada tahun 2017 mencapai
7.541 peserta didik. Presentase jumlah peserta didik dari pelau usaha utama bidang
kelautan dan perikanan mencapai 46,89% dari total peserta didik. Anak-anak pelaku
utama tersebut adalah anak nelayan, pembudidaya, pengolah/pemasar ikan dan
petambak garam. Jumlah lulusan pada tahun 2017 mencapai 1.998 lulusan.
Peran BRSDM di bidang pelatihan didukung dengan keberadaan 5 Balai
Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP), 1 Balai Diklat Aparatur (BDA), 413
Pusat Pelatihan Perikanan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP), dan 63
Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah
tenaga pelatih terdiri atas 75 widyaiswara dan 72 instruktur. Kegiatan Pelatihan
ditujukan bagi masyarakat KP dengan jenis pelatihan bidang penangkapan,
budidaya, pengolahan, pemasaran hasil perikanan, konservasi, mesin perikanan,
pelatihan inovatif dan pelatihan lainnya sesuai kebutuhan kompetensi yang akan
ditingkatkan, yang dapat dilengkapi dengan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan
oleh Lembaga Sertifikasi Profesi/BNSP dengan menggunakan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) dan
Standar Kompetensi Khusus (SKK). Sedangkan pelatihan aparatur ditujukan bagi
aparatur negara, meliputi pelatihan struktural (dalam jabatan dan prajabatan),
pelatihan fungsional, dan pelatihan teknis kelautan dan perikanan bagi aparatur di
lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta aparatur daerah dalam
rangka mendukung program dan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
(Sumber : Renstra BRSDM Tahun 2017 – 2019).
KKP telah melaksanakan pelatihan untuk aparatur dan non aparatur
(masyarakat). Pada tahun 2017, jumlah masyarakat yang dilatih di bidang kelautan
dan perikanan mencapai 6.290 orang, aparatur KKP sebanyak 2.090 orang dan
enumerator sebanyak 3.810 orang. Sedangkan pelatihan keahlian telah berhasil
memberikan sertifikasi kompetensi kepada 6.110 orang. Jumlah pelatihan yang telah
dilaksanakan sampai bulan Oktober 2018 sejumlah 16.972 orang, terdiri atas
pelatihan aparatur sejumlah 2.304 dan non aparatur (masyarakat) sejumlah 14.668
orang.
Pada tahun 2018, jumlah tenaga Penyuluh Perikanan sebanyak 5.350 orang
yang terdiri dari 3.039 orang Penyuluh Perikanan PNS dan 2.311 Penyuluh
Perikanan Bantu (PPB) yang melakukan pendampingan kepada 40.000 kelompok
pelaku utama dan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan. Sebaran Penyuluh
Perikanan PNS dan PPB sebagai berikut:
Tabel 11. Keragaan Penyuluh Perikanan PNS dan PPB
JENIS PENYULUH (ORANG)
NO PROVINSI TOTAL
PNS PPB
1 ACEH 116 124 240
2 SUMATERA UTARA 46 106 152
3 SUMATERA BARAT 94 90 184
4 RIAU 63 56 119
5 JAMBI 59 39 98
6 SUMATERA SELATAN 125 72 197
7 BENGKULU 88 56 144
8 LAMPUNG 60 22 82
9 BANGKA BELITUNG 37 52 89

21

10 KEPULAUAN RIAU 16 29 45
11 DKI JAKARTA 5 14 19
12 BANTEN 26 39 65
13 JAWA BARAT 184 179 363
14 JAWA TENGAH 253 222 477
15 DIY 40 26 66
16 JAWA TIMUR 230 258 488
17 BALI 74 52 126
18 NTB 106 92 198
19 NTT 84 93 177
20 KALIMANTAN BARAT 106 49 155
KALIMANTAN
21 84 12
TENGAH 96
KALIMANTAN
22 134 53
SELATAN 187
23 KALIMANTAN TIMUR 30 30 61
24 KALIMANTAN UTARA 42 24 69
25 SULAWESI UTARA 91 55 146
26 SULAWESI TENGAH 79 56 135
27 SULAWESI SELATAN 267 138 405
SULAWESI
28 124 90
TENGGARA 214
29 GORONTALO 47 32 79
30 SULAWESI BARAT 30 33 63
31 MALUKU 79 45 125
32 MALUKU UTARA 59 21 80
33 PAPUA 99 39 138
34 PAPUA BARAT 62 13 76
TOTAL 3039 2311 5350

2. Inovasi dan IPTEK


Jumlah hasil riset yang inovatif pada tahun 2014 sebanyk 105 buah, meningkat
menjadi 133 buah pada tahun 2015 terdiri atas riset produk biologi, riset komponen
teknologi, paket teknologi, inovasi teknologi, rancang bangun, dan model
kelembagaan/pengelolaan/pengolahan garam. Jumlah riset yang inovatif sampai
tahun 2016 telah mencapai 155 hasil riset (produk biologi, komponen teknologi,
paket teknologi, inovasi teknologi, dan rancang bangun).
Jumlah hasil riset yang terekomendasi untuk masyarakat dan/atau industri
pada tahun 2014 sebanyak 14 buah, tahun 2015 sebanyak 12 buah, dan tahun 2016
sebanyak 28 buah di bidang kelautan dan perikanan.
Program kegiatan prioritas riset dan SDM pada tahun 2018 meliputi: (a)
Pelatihan masyarakat KP untuk 12.000 orang; (b) penyuluhan kelompok pelaku
utama/usaha KP sebanyak 40.000 kelompok; (c) penumbuhan UMKM dan pendirian
koperasi 7.560 ; (d) peningkatan kelas kelompok 1.000; (e) lanjutan pembangunan
pusat riset kelautan sebanyak 2 unit; (f) pendidikan vokasi sebanyak 7.943 orang; (g)
Sertifikasi kompetensi 6.500; (h) Data dan informasi SD Perikanan di 11 WPP; (i)
Data dan informasi SD Perikanan PUD yang dihasilkan; (j) Inovasi teknologi adaptif

22

lokasi perikanan sebanyak 4 paket; (k) Inovasi teknologi adaptif lokasi garam
sebanyak 1 paket; dan (l) Pembangunan 2 unit politeknik KP.
Program kegiatan prioritas riset dan SDM pada tahun 2019 meliputi: (a)
Pelatihan masyarakat KP untuk 18.800 orang; (b) pelatihan aparatur untuk 1.560
orang; (c) sertifikasi kompetensi 3.500 orang; (d) kelompok pelaku utama/usaha KP
yang disuluh sebanyak 40.000 kelompok; (e) penumbuhan UMKM dan pendirian
koperasi 6.560 ; (f) peningkatan kelas kelompok 1.500; (g) lanjutan pembangunan
pusat riset kelautan sebanyak 2 unit; (h) pendidikan vokasi sebanyak 8.243 orang;
(h) Sertifikasi kompetensi 3.500; (i) Data dan informasi SD Perikanan di 11 WPP; (j)
Data dan informasi SD Perikanan PUD yang dihasilkan; (k) Inovasi teknologi adaptif
lokasi perikanan sebanyak 3 paket; (l) Inovasi teknologi adaptif lokasi garam
sebanyak 1 paket; (data renja 2019)

23

III. MASALAH

Memperhatikan data keadaan umum dan perkembangan di masyarakat perikanan,


secara umum permasalahan yang dihadapi para pelaku utama, pelaku usaha perikanan dan
pemangku kepentingan lainnya adalah sebagai berikut:
A. PerikananTangkap
1. Produksi Perikanan Tangkap masih rendah;
2. Masih ada nelayan yang menggunakan Alat Penangkapan Ikan (API) yang dilarang;
3. Belum semua nelayan kecil mendapatkan perlindungan asuransi;
4. Masih terbatasnya jumlah bidang lahan milik nelayan yang tersertifikasi
5. Masih terbatasnya jumlah KUB yang meningkat kapasitasnya;
6. Kondisi kampung nelayan pada umumnya tidak higienis, kumuh dan tidak sehat;
7. Kurangnya pemahaman dan kepatuhan nelayan dan pemangku kepentingan
terhadap regulasi kebijakan tentang perikanan tangkap (alat tangkap ramah
lingkungan, BBM untuk nelayan, permodalan, illegal fishing, batas wilayah
penangkapan/WPP, perizinan, dan transhipment).

B. Perikanan Budidaya
1. Masih terbatasnya ketersediaan bahan baku untuk pembuatan pakan mandiri
sehingga mempengaruhi kontinyuitas, kuantitas dan kualitas pakan.
2. Masih rendahnya akses pelaku utama/usaha perikanan terhadap permodalan
dalam meningkatkan skala usahanya;
3. Belum optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana perbenihan
(BBI/BBIP/BBUG) karena kurangnya SDM terampil.
4. Terbatasnya ketersediaan prasarana/infrastruktur, seperti saluran air yang
mengalami kerusakan/pendangkalan, sulitnya jaringan listrik yang masuk ke lokasi
budidaya, sulitnya akses jalan produksi ke lokasi budidaya;
5. Banyak Pokdakan yang belum berbadan hukum sehingga tidak dapat mengakses
bantuan pemerintah dari APBN atau DAK
6. Penetapan zonasi kawasan perikanan budidaya belum diimplementasikan secara
konsisten dan perlu diintegrasikan dengan sektor lain. Terjadi konflik penggunaan
lahan dan air antara kegiatan perikanan budidaya dengan pengguna lain (rumah
tangga, industri, pertanian);
7. Kurangnya sosialisasi penerapan teknologi kepada pembudidaya, sehingga
pembudidaya sulit menangkap teknologi inovatif terbaru
8. Penurunan kualitas lingkungan perairan akibat pencemaran dan logam berat dari
aktivitas sektor lain, menyebabkan ikan lebih mudah terkena penyakit.

C. Pengelolaan Ruang Laut


1. Rendahnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan untuk mensejahterakan masyarakat;
2. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam pengembangan usaha perikanan di
wilayah pesisir, perbatasan dan pulau-pulau kecil;
3. Belum tersedianya data produksi garam yang menjadi acuan nasional;
4. Masih rendahnya produktivitas lahan dan kualitas produksi garam rakyat.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang polusi laut akibat aktifitas manusia di
daratan yang kurang terkendali;

D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


1. Sebagian besar Unit Pengolahan Ikan (UPI) memproduksi lebih rendah dari
kapasitas terpasangnya karena kurangnya suplai bahan baku yang memenuhi
standar akibat penanganan pasca panen yang tidak baik;

24

2. Rendahnya konsumsi ikan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi
dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan serta diversifikasi produk
hasil perikanan yang bisa memenuhi tuntutan konsumen masih belum berkembang;
3. Tingginya logistik ikan dari pusat produksi ke pusat industri perikanan sehingga perlu
adanya intervensi pemerintah dalam bentuk stimulus berupa pemberian bantuan
langsung kepada masyarakat dengan tujuan untuk mendorong produksi produk
olahan peningkatan konsumsi ikan dan peningkatan nilai ekspor produk perikanan;
4. Belum ada sistem secara efektif dan efisien untuk memonitoring data Unit
Pengolahan Ikan (UPI) skala Menengah Besar (MB) secara berkala dan belum ada
peraturan yang mengatur tentang keharusan UPI skala MB untuk dapat melaporkan
produksinya secara berkala kepada Pemerintah (KKP);
5. Minat investasi masih terfokus di pulau Jawa dengan bidang usaha pengolahan;
6. Kurangnya promosi produk perikanan indonesia di tingkat internasional.

E. Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan


1. Terbatasnya pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses
permodalan;
2. Terbatasnya pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses pasar.
3. Terbatasnya pengetahuan pelaku utama/usaha perikanan terhadap akses teknologi
inovatif dan terekomendasi
4. Terbatasnya pemahaman pelaku utama/usaha perikanan mengenai tata kelola
administrasi kelompok dalam pengembangan usaha kelompok;
5. Terbatasnya jumlah kelompok pelaku utama/usaha perikanan yang mandiri;
6. Terbatasnya pemahaman pelaku utama/usaha perikanan terhadap pentingnya
pendirian koperasi;
7. Rendahnya jumlah legalitas Usaha Usaha Mikro dan Kecil bidang Perikanan;
8. Bantuan Pemerintah kurang tepat sasaran;
9. Rendahnya kompetensi sebagian Penyuluh Perikanan dan masyarakat perikanan
mengenai teknologi terkini
10. Materi pelatihan belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat perikanan
11. Belum optimalnya pemanfaatan hasil riset;
12. Belum terbangunnya diseminasi hasil riset

25

IV. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan kegiatan untuk pemecahan masalah


penyuluhan perikanan untuk tahun 2019 sebagai berkut:
A. PerikananTangkap
1. Peningkatan produktifitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap
ramah lingkungan;
2. Optimalisasi pengelolaan sumber daya ikan dan pengendalian penangkapan ikan
dalam mendukung keberlanjutan sumber daya ikan;
3. Peningkatan fasilitasi semua nelayan kecil untuk mendapatkan perlindungan
asuransi;
4. Peningkatan jumlah lahan milik nelayan yang tersertifikasi;
5. Peningkatan kemampuan KUB agar lebih berdaya saing;
6. Peningkatan jumlah pemukiman nelayan yang layak huni;
7. Peningkatan kepatuhan nelayan dan pengusaha perikanan tangkap terhadap
regulasi kebijakan tentang perikanan tangkap.

B. Perikanan Budidaya
1. Menyediakan bahan baku berbasis lokal untuk pembuatan pakan mandiri;
2. Meningkatkan akses pelaku utama/usaha perikanan terhadap permodalan;
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana perbenihan (BBI/BBIP/BBUG)
melalui penyediaan SDM yang terampil;
4. Menyediakan prasarana/infrastruktur lokasi budidaya;
5. Memfasilitasi badan hukum Pokdakan dan pendirian koperasi;
6. Mengimplementasikan zonasi kawasan perikanan budidaya secara konsisten;
7. Peningkatan kesadaran pelestarian lingkungan budidaya.

C. Pengelolaan Ruang Laut


1. Peningkatan penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-
pulau kecil secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
2. Peningkatan fasilitasi sarana dan prasarana perikanan dalam pengembangan usaha
perikanan di wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil serta dalam pengembangan
usaha perikanan untuk masyarakat pesisir.
3. Keterdesediaan data produksi garam yang menjadi acuan nasional.
4. Peningkatan produktivitas lahan dan tercapainya target produksi garam rakyat
sebanyak 4,5 juta ton.
5. Meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terkait dengan polusi laut.

D. Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan


1. Penyediaan bahan baku yang memenuhi standar melalui bantuan sarana sistem
rantai dingin seperti Chest Freezer dan Thermal Ice Gel sebanyak 300 paket, Ice
Flake Machine 5 Ton sebanyak 10 unit, Ice Flake Machine 1,5 Ton sebanyak 70 unit,
serta Kendaraan Berpendingin Roda 4 dan Roda 6 sebanyak 25 unit;
2. KKP gencar dalam melaksanakan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan
(Gemarikan) sebanyak 35 paket di 34 Provinsi, promosi melalui bazar produk
perikanan setiap bulan;
3. Meningkatkan sarana dan prasarana logistik ikan;
4. Mengusulkan adanya rancangan peraturan yang mengharuskan UPI skala
Menengah Besar dapat mengirimkan data produksinya secara berkala dan membuat

26

rancangan sistem online untuk menfasilitas laporan produksi dari UPI skala
Menengah Besar kepada KKP;
5. Marine and Fisheries Business and Investment Forum (MFBIF) yang rencananya
dilaksanakan setiap bulan selama tahun 2019 diharapkan sebagai media untuk
memperkenalkan potensi bidang usaha kelautan dan perikanan di Indonesia;
6. Promosi produk perikanan Indonesia dengan mengikuti 3 pameran berskala
internasional;

E. Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan


1. Melakukan pendampingan sebanyak 40.000 kelompok
2. Meningkatkan Kelas Kelompok sebanyak 1.500 kelompok
3. Menumbuhkan UMKM Perikanan sebanyak 6.500 unit
4. Menumbuhkan kelompok pelaku utama/usaha perikanan
5. Mendirikan koperasi sektor kelautan dan perikanan sebanyak 60 koperasi
6. Melakukan pendampingan kegiatan Bantuan Pemerintah sektor Kelautan dan
Perikanan agar tepat sasaran
7. Membangun diseminasi hasil riset dengan menjadikan hasil riset inovatif menjadi
bahan untuk penyusunan kurikulum, modul pendidikan dan pelatihan.
8. Membangun hilirisasi hasil riset melalui unit percontohan dan kegiatan Teknologi
Adaptif Lokasi (TAL)

27

BAB V. CARA MENCAPAI TUJUAN

NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
I. PERIKANAN TANGKAP
Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Gorontalo,
Pertemuan Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku, Maluku Januari-
Pendampingan terhadap Teroperasionalkannya Penyuluh Dinas yang membidangi
Koperasi Kelompok dan 301 unit Utara, NTB, Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Desember DJPT
operasional kapal bantuan kapal bantuan Perikanan Perikanan
Kunjungan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, 2019
Sumatera Barat

Pendampingan identifikasi Memastikan tepatnya Pertemuan Januari-


Penyuluh Dinas yang membidangi
dan penyaluran bantuan penerima bantuan mesin Koperasi Kelompok dan 50 unit 34 Provinsi Desember DJPT
Perikanan Perikanan
mesin kapal perikanan kapal perikanan Kunjungan 2019

Produksi Perikanan Tangkap masih Lokasi yang telah dibangun : TPI Sungai Musi - Musi
1
rendah Banyuasin - Sumatera Selatan, TPI Sungai Kapuas -
Sosialisasi pembangunan Pertemuan Kapuas Hulu - Kalimantan Barat, TPI Sungai Kampar - Januari-
Operasionalnya TPI pada Penyuluh Dinas yang membidangi
TPI pada Perikanan Nelayan Kelompok dan 1 lokasi Kampar - Riau, TPI Sungai Mahakam - Kutai Kartanegara Desember DJPT
perikanan perairan darat Perikanan Perikanan
Perairan Darat Kunjungan - Kalimantan Timur 2019
Lokasi yang akan dibangun : TPI Danau Tempe -
Sulawesi Selatan
Terpusatnya kegiatan
Sosialisasi pengembangan nelayan di pelabuhan
Pertemuan Pelabuhan Perintis : PP Simeuleu, PP Dagho, PP Januari-
pelabuhan perikanan perikanan dan Penyuluh Dinas yang membidangi
Nelayan Kelompok dan 9 lokasi Merauke, PP Natuna, PP Sebatik, PP Teluk Awang, PP Desember DJPT
perintis dan tempat tersosialisasikannya Perikanan Perikanan
Kunjungan Untia, PP Saumlaki, dan PP Cikidang 2019
pelelangan ikan higienis tempat pelelangan ikan
higienis

Penangkapan ikan Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Gorontalo,


Masih ada nelayan yang Pendampingan Identifikasi Pertemuan Januari-
menggunakan alat Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Maluku, Maluku Penyuluh Dinas yang membidangi
2 menggunakan Alat Penangkapan dan penyaluran bantuan Koperasi / Nelayan Kelompok dan 2000 paket Desember DJPT
penangkapan ikan ramah Utara, NTB, NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, Perikanan Perikanan
Ikan (API) yang dilarang Alat Penangkapan Ikan Kunjungan 2019
lingkungan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Utara

Memastikan tepatnya
Pertemuan Januari-
Belum semua nelayan kecil Pendampingan Asuransi penerima bantuan asuransi Penyuluh Dinas yang membidangi
3 Nelayan Kelompok dan 170.000 orang 34 Provinsi Desember DJPT
mendapatkan perlindungan asuransi Nelayan nelayan dan nelayan Perikanan Perikanan
Kunjungan 2019
terlindungi

Pendampingan Sertifikat Terfasilitasinya penerima Pertemuan Januari-


Masih terbatasnya jumlah bidang Penyuluh Dinas yang membidangi
4 Hak Atas Tanah (SEHAT) bantuan Sertifikat Hak Atas Nelayan Kelompok dan 15.000 bidang 34 Provinsi Desember DJPT
lahan milik nelayan yang tersertifikasi Perikanan Perikanan
Nelayan Tanah (SEHAT) Nelayan Kunjungan 2019

KUB yang meningkat


Fasilitasi KUB agar kapasitas kelembagaannya Pertemuan Januari-
Masih terbatasnya jumlah KUB yang Penyuluh Dinas yang membidangi
5 meningkat kapasitas KUB / Koperasi Kelompok dan 2120 kelompok 34 Provinsi Desember DJPT
meningkat kapasitasnya Perikanan Perikanan
kelembagaannya Kunjungan 2019

Aceh, Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DI


Kondisi kampung nelayan pada Pendampingan Penataan Terfasilitasinya kegiatan Pertemuan Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Januari-
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Desember Penyuluh Dinas yang membidangi
6 umumnya tidak higienis, kumuh dan Kampung Nelayan Padat penataan kampung Nelayan Kelompok dan 40 lokasi DJPT
Lampung, NTB, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, 2019 Perikanan Perikanan
tidak sehat Karya Tunai nelayan padat karya tunai Kunjungan
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara

Kurangnya pemahaman dan Pendampingan 11 Pelabuhan Perikanan : PPS Belawan, PPS Bungus,
Tersosialisasikannya Pertemuan Januari-
kepatuhan nelayan dan pemangku Operasionalisasi Lembaga PPS Cilacap, PPN Pemangkat, PPS Nizam Zachman, PP Penyuluh Dinas yang membidangi
Lembaga Pengelola Nelayan Kelompok dan 11 WPP Desember DJPT
kepentingan terhadap regulasi Pengelola Perikanan Untia, PPS Kendari, PPN Ambon, PPS Bitung, PPN Perikanan Perikanan
Perikanan WPPNRI Kunjungan 2019
kebijakan tentang perikanan tangkap WPPNRI Ternate dan PPN Tual
7 (alat tangkap ramah lingkungan,
BBM untuk nelayan, permodalan,
illegal fishing, batas wilayah Tersosialisasikannya Pertemuan Januari-
Penyampaian kewajiban Penyuluh Dinas yang membidangi
penangkapan/WPP, perizinan, dan kewajiban pengisian Nelayan Kelompok dan 1500 unit 34 Provinsi Desember DJPT
logbook penangkapan ikan Perikanan Perikanan
transhipment) logbook penangkapan ikan Kunjungan 2019

II. PERIKANAN BUDIDAYA

Pendampingan Sentra Survei,


Pembangunan sektor KP belum Kelautan Perikanan Pertemuan Januari-
Dinas yang membidangi
1 menyentuh Pelaku utama dan/atau Terpadu (SKPT) Kelompok, dan Desember DJPB,
Perikanan
pelaku usaha KP daerah perbatasan pendampingan 2019 Penyuluh
3 lokasi Rote Ndao, Sumba Timur, Sabang Perikanan DJPB
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
Pendampingan pemberian Survei, 34 provinsi
bantuan sarana prasarana Pertemuan
budidaya Kelompok, dan Januari-
Dinas yang membidangi
pendampingan Desember
DJPB, Perikanan
2019
Penyuluh
1000 paket Perikanan DJPB
-Bantuan sarana dan Survei, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DI
prasarana pembenihan Pertemuan Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
UPR/HSRT untuk Kelompok, dan Barat, Kalimantan Utara, Papua, Papua Barat Januari-
Dinas yang membidangi
memenuhi kebutuhan pendampingan Desember
DJPB, Perikanan
benih di lokasi bioflok 2019
Penyuluh
18 Paket Perikanan DJPB
- Benih dan calon induk Survei, - Bantuan calon induk di 32 Provinsi (selain Sulteng dan
Pertemuan Maluku) Januari-
Dinas yang membidangi
Kelompok, dan '- Bantuan Benih di 32 Provinsi (selain Maluku Utara dan Desember DJPB,
Perikanan
pendampingan Papua Barat) 2019 Penyuluh
215 juta ekor Perikanan DJPB
- Bioflok Mimika, Biak Numfor, Kota Sabang, Sumba Timur,
Merauke, Nunukan
Januari-
Dinas yang membidangi
Dempond Desember
Meningkatkan produksi DJPB, Perikanan
Pembudidaya ikan 2019
pembudidaya ikan Penyuluh
26 paket Perikanan DJPB
2 Produksi pembudidaya ikan rendah - Minapadi Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Jabar, Jateng, Bali, NTB,
Jatim, Sulut, Sulsel, Sumsel Januari-
Dinas yang membidangi
Desember DJPB,
Perikanan
2019 Penyuluh
Dempond 210 paket Perikanan DJPB
- Mesin pakan mandiri dan Sumbar, Riau, Sumsel, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim,
bahan baku NTB, Kalsel, Sulsel, Papua Barat Januari-
Dinas yang membidangi
Desember DJPB,
Perikanan
2019 Penyuluh
Demonstrasi Cara 50 paket Perikanan DJPB
- Kebun Bibit Rumput Laut Natuna, Saumlaki, Nunukan, Biak Numfor, Talaud, Rote
Kultur Jaringan Ndao, Sumba Timur, Kep. Morotai, Kota Sabang Januari-
Dinas yang membidangi
Desember DJPB,
Perikanan
2019 Penyuluh
Dempond 225 unit Perikanan DJPB
- Excavator Survey dan Aceh, Sumut, Bengkulu, Jatim, Sultra, Kalteng,
verifikasi data Lampung, Jabar, Jateng, Kaltim, Kaltara, Sulsel, Sulteng, Januari-
Dinas yang membidangi
Gorontalo Desember DJPB,
Perikanan
2019 Penyuluh
28 paket Perikanan DJPB
- PITAP (padat karya) Survey dan Aceh, Kalbar, Kaltara, Gorontalo, Sulteng, NTB, Kalsel,
pendampingan Sulbar, Sulsel, Sultra Januari-
Dinas yang membidangi
Desember DJPB,
Perikanan
2019 Penyuluh
10 paket Perikanan DJPB
Asuransi usaha budidaya 34 provinsi
Terfasilitasinya para
Usaha budidaya gagal panen karena Januari-
pembudi daya ikan Survey dan Dinas yang membidangi
3 bencana alam dan faktor eksternal Pembudidaya ikan Desember DJPB,
pembuatan asuransi usaha verifikasi data Perikanan
lainnya 2019 Penyuluh
budidaya
1000 orang Perikanan DJPB
KUSUKA 34 provinsi
Januari-
Terdatanya Pelaku Utama Survey dan Dinas yang membidangi
4 Data Pembudidaya Ikan belum valid Pembudidaya ikan Desember
dan Pelaku Usaha KP verifikasi data Perikanan
2019 Penyuluh
30,000 Perikanan DJPB
Pendampingan Pengujian 34 provinsi
residu produk budidaya Januari-
SKIPM, Dinas yang
dan sertifikasi untuk Desember DJPB,
membidangi Perikanan
ekspor: 2019 Penyuluh
4860 paket Perikanan DJPB
- Sertifikasi CBIB Aceh, Riau, Bengkulu, Banten, Jatim, DI Yogyakarta,
Bali, Kalbar, Kalteng, NTB, Jabar, Lampung, Sulsel, Januari-
Dinas yang membidangi
Maluku, Sumsel, Sultra, Jateng, Kaltim, Kaltara, Sumut Desember UPT DJPB dan
Perikanan
2019 Penyuluh
2000 paket Perikanan DJPB
- Sertifikasi CPIB Jatim, Jateng, Jabar, Lampung, Riau, Sulsel, DI
Produk perikanan hasil Yogyakarta, Kalbar, Sultra, Bali, Sumut, Sumbar Januari-
Produk perikanan budidaya tertolak Survei dan Dinas yang membidangi
5 pembudidaya ikan diterima Pembudidaya ikan Desember UPT DJPB dan
ekspor Pendampingan Perikanan
ekspor 2019 Penyuluh
230 paket Perikanan DJPB
Produk perikanan hasil
Produk perikanan budidaya tertolak Survei dan
5
NO MASALAH KEGIATAN pembudidaya ikan diterima
TUJUAN Pembudidaya
SASARANikan Pendampingan
METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT
ekspor
ekspor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
- Monitoring Residu Aceh,Sumut, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar,DI
Yogyakarta, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Sulsel, Sultra, Januari-
Dinas yang membidangi
Sulteng, Sulbar, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Kaltara Desember UPT DJPB dan
Perikanan
2019 Penyuluh
2500 paket Perikanan DJPB
- Survaillance Hama Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, DI
Penyakit Ikan Yogyakarta, NTB, Kalsel, Kaltim Januari-
Dinas yang membidangi
(Pengambilan dan Desember UPT DJPB dan
Perikanan
pengujian sampel) 2019 Penyuluh
120 paket Perikanan DJPB
Pendampingan Lampung, Kep. Seribu, Kep. Riau, Lombok
Januari-
Dinas yang membidangi
6 Produktivitas KJA rendah Revitalisasi KJA Desember UPT DJPB dan
Perikanan
Meningkatkan produktivitas 2019 Penyuluh
KJA Pembudidaya ikan 250 paket Perikanan DJPB
Fasilitasi akses Pembudidaya memperoleh Pembudidaya ikan Pendampingan 34 provinsi Penyuluh
permodalan tambahan modal Januari- Perikanan Dinas yang membidangi
Kurangnya modal untuk peningkatan
7 Desember Perikanan; Lembaga
skala usaha
2019 Keuangan
DJPB
III. PENGELOLAAN RUANG LAUT
Pemberian 20 kelompok 10 KKPN dan 8 KKPD*) Apr-Nop 2019 UPT lingkup DJPRL
sarana prasarana DJPRL; dan Dinas yang membidangi
Direktorat Kelautan dan Perikanan
Konservasi dan
Masih kurangnya kapasitas dan Kelompok Keanekaragam
Stimulasi pengelolaan dan Meningkatkan kapasitas
sarana prasarana masyarakat masyarakat Penyuluhan 20 kelompok 10 KKPN dan 8 KKPD*) Apr-Nop 2019 Penyuluh BRSDMKP
1 pemanfaatan kawasan kelompok masyarakat
sebagai mitra pengelolaan penggerak tentang Kelautan dan
konservasi penggerak konservasi
konservasi konservasi konservasi; Perikanan
Pendampingan
pemanfaatan
sarana prasarana

Pemberian 1200 Ha 25 kab/kota**) Feb-Des 2019 Direktorat Jasa DJPRL


sarana prasarana Kelautan
Dinas yang membidangi
meningkatkan produktivitas Kelautan dan Perikanan
lahan, kualitas produksi
Pelaku utama
Masih rendahnya produktivitas lahan Pengembangan usaha garam, kontinuitas stok
2 petambak garam
dan kualitas produksi garam garam rakyat garam, dan
rakyat Penyuluhan 1200 Ha 25 kab/kota**) Feb-Des 2019 Penyuluh BRSDMKP
mengembangkan
kelembagaan usaha produksi garam; Kelautan dan
Pendampingan Perikanan
pemanfaatan
sarana prasarana
Pemberian 4 lokasi 4 kab/kota***) Feb-Des 2019 DJPRL DJPRL
sarana prasarana
Terbatasnya sarana dan prasarana Meningkatkan sarana dan Dinas yang membidangi
perikanan dalam pengembangan Penyiapan SDM dalam prasarana perikanan dalam Masyarakat pesisir Kelautan dan Perikanan
usaha perikanan di wilayah rangka pembangunan pengembangan usaha di wilayah
3
perbatasan dan pulau-pulau kecil bisnis perikanan rakyat di perikanan di wilayah perbatasan dan
serta dalam pengembangan usaha pulau-pulau kecil perbatasan dan pulau- pulau-pulau kecil
perikanan bagi masyarakat pesisir. pulau kecil Pendampingan 4 lokasi 4 kab/kota***) Feb-Des 2019 Penyuluh BRSDMKP
pemanfaatan Kelautan dan
sarana prasarana Perikanan
Kerjasama KKP & 8 kali (bulanan) 52 kab/kota Mei-Des 2019 DJPRL DJPRL BPS Pusat, Dinas yang
BPS; membidangi Kelautan dan
Penyusunan Perikanan
Memperoleh data dan metodologi
informasi tentang garam pendataan; dan
Data produksi garam sebagai acuan Pendataan produksi garam sebagai landasan Petambak garam Pengolahan data
4
nasional belum tepat waktu nasional penyusunan kebijakan dan rakyat
perencanaan Survei 8 kali (data 52 kab/kota Mei-Des 2019 Penyuluh DJPRL dan
pembangunan kelautan pengumpulan bulanan) Kelautan dan BRSDMKP
data garam ke Perikanan
responden

IV. PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN


Gerakan Meningkatkan jumlah Masyarakat umum, Penyuluhan 34 provinsi 34 provinsi Jan-Des 2019 DJPDSP dan DJPDSP Penyuluh Perikanan dan
Memasyarakatkan Makan konsumsi ikan di siswa sekolah, ibu massal, Promosi, Penyuluh Dinas yang membidangi
Ikan (Gemarikan) masyarakat menyusui Bazar, Lomba - Perikanan perikanan
lomba
Rendahnya konsumsi ikan karena
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang gizi dan manfaat protein ikan Sentra Kuliner 3 3 lokasi (Kab. Bangka Selatan, Kab. Pekalongan, Kab. Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Pelaku Usaha, Penyuluh
1 bagi kesehatan dan kecerdasan serta Tuban) Perikanan dan Dinas yang
diversifikasi produk hasil perikanan membidangi perikanan
yang bisa memenuhi tuntutan
konsumen masih belum berkembang
Meningkatkan jumlah Masyarakat umum, Penyuluhan
konsumsi ikan di siswa sekolah, ibu massal, Promosi,
masyarakat menyusui Bazar, Lomba -
lomba
Rendahnya konsumsi ikan karena
kurangnya pemahaman masyarakat
NO tentang gizi dan manfaat protein ikan
MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT
1 bagi kesehatan dan kecerdasan serta
1 2 hasil perikanan
diversifikasi produk 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
yang bisa memenuhi tuntutan Pasar Ikan Modern 2 2 lokasi (Kota Administrasi Jakarta Utara (Muara Baru), Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Pelaku Usaha, Penyuluh
konsumen masih belum berkembang Kab. Bandung) Perikanan dan Dinas yang
membidangi perikanan
Pasar Ikan Bersih 5 5 lokasi (Kota Padang, Kab. Kepahiang, Kab. Sibolga, Jan-Des 2019
Kab. Pacitan (2 lokasi))
Penyaluran Ice Flake Pelaku Pendampingan 70 unit Aceh Jaya, Kaur, Bintan, Kota Batam, Indragiri Hilir, Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Penyuluh Perikanan dan
Machine 1,5 Ton utama/usaha Rokan Hilir, Agam, Asahan, Kota Sibolga, Belitung, Dinas yang membidangi
perikanan Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, Cilacap, perikanan
Pangandaran, Cirebon, Indramayu, Karawang,
Sukabumi, Kota Cirebon, Batang, Demak, Jepara,
Kebumen, Pati, Pemalang, Probolinggo, Purworejo,
Rembang, Tegal, Kota Pekalongan, Kota Tegal,
Lamongan, Pacitan, Situbondo, Trenggalek, Tuban,
Tulung Agung, Kota Malang, Kota Probolinggo,
Gorontalo, Kota Gorontalo, Buru Selatan, Maluku
Tenggara Barat, Mamuju Tengah, Halmahera Timur,
Morotai, Lombok Tengah, Sumbawa, Sumbawa Barat,
Flores Timur, Timor Tengah Selatan, Pinrang, Wajo,
Banggai, Bombana, Konawe Utara, Kep. Sangihe,
Kotabaru, Tanah Bumbu, Nunukan, Asmat, Mappi,
Fakfak

Penyaluran Ice Flake Pelaku Pendampingan 10 unit Tanjung Jabung Timur, Jember, Kota Gorontalo, Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Penyuluh Perikanan dan
Machine 5 Ton utama/usaha Halmahera Selatan, Flores Timur, Luwu Timur, Morowali, Dinas yang membidangi
perikanan Parigi Moutong, Tojo Una Una, Buton Utara perikanan
Sebagian besar UPI memproduksi
lebih rendah dari kapasitas
terpasangnya karena kurangnya Meningkatkan mutu atau
2
suplai bahan baku yang memenuhi kesegaran ikan
standar akibat penanganan pasca
panen yang tidak baik

Penyaluran sarana sistem Pelaku Pendampingan 300 unit 34 Provinsi Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Penyuluh Perikanan dan
rantai dingin seperti Chest utama/usaha Dinas yang membidangi
Freezer dan Thermal Ice perikanan perikanan
Gel

Penyaluran mobil Pelaku Pendampingan 25 unit Serang, Mukomuko, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jan-Des 2019 DJPDSP DJPDSP Penyuluh Perikanan dan
berpendingin roda 4 dan utama/usaha Boalemo, Kota Gorontalo, Tanjung Jabung Barat, Dinas yang membidangi
roda 6 perikanan Cirebon, Kota Semarang, Kota Singkawang, Berau, perikanan
Nunukan, Kota Tarakan, Kepulauan Aru, Kota Tual, Pulau
Morotai, Kota Tidore Kepulauan, Mamuju Tengah,
Banggai Laut, Toli-Toli, Bombana, Kota Kendari,
Bolaangmongondow Utara, Bolaangmongondow, Agam

3 34 provinsi 34 provinsi Januari- DJPDSP DJPDSP Pelaku usaha, Penyuluh


Desember Perikanan dan Dinas yang
untuk meningkatkan 2019 membidangi perikanan
kurangnya SDM untuk melakukan pembinaan mutu hasil
penerapan kelayakan
kegiatan pembinaan mutu terhadap kelautan dan perikanan pelaku usaha sektor pendampingan,
dasar di UPI dari skala
unit pengolahan ikan skala mikro dalam rangka penerapan kelautan sosialisasi
mikro kecil sampai besar
kecil menengah kelayakan dasar di UPI
untuk mewujudkan jaminan
mutu dan kemanan
pangan
V. BADAN RISET DAN PENGEMBAGAN SDM KP
Januari-
Desember
2019 Penyuluh Dinas yang membidangi
40000 34 provinsi Puslatluh KP
Pendampingan kelompok Meningkatkan kemampuan Perikanan perikanan
pelaku utama kelompok
Belum mandirinya kelompok dalam Januari-
Pelaku Desember
menjalankan usaha khususnya terkait Kunjungan dan
utama/Pelaku 2019
dengan akses permodalan, pasar, pendampingan
usaha
dan teknologi Meningkatnya kelas
Peningkatan kelas Penyuluh Dinas yang membidangi
kelompok sebanyak 1.500 1500 Puslatluh KP
kelompok Perikanan perikanan
Klp

34 provinsi
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14
Januari-
Kunjungan Desember
pembinaan, 2019
Tumbuhnya Usaha mikro
Kurangnya kesadaran pelaku Pelaku Latihan dan
Pendampingan legalisasi dan kecil yang memiliki Penyuluh Dinas yang membidangi
2 utama/pelaku usaha dalam utama/Pelaku dukungan 6500 34 provinsi Puslatluh KP
izin Usaha mikro dan Kecil legalitas usaha sebanyak Perikanan perikanan
mengurus izin legalitas usaha usaha fasilitasi
6.500 UMK
pendampngan
legalitas usaha

Januari-
Kunjungan Desember
pembinaan, 2019
Kurangnya pemahaman pelaku Tumbuhnya koperasi Latihan dan
Pendampingan Kelompok pelaku Penyuluh Dinas yang membidangi
3 utama/pelaku usaha dalam perikanan yang berbadan dukungan 60 Puslatluh KP
penumbuhan koperasi utama/usaha KP Perikanan perikanan
berkoperasi hukum 60 Koperasi. fasilitasi
pendampngan
legalitas usaha

Januari-
Percontohan penyuluhan Penyuluh Dinas yang membidangi
Dempond 27 paket 27 Provinsi Desember Puslatluh KP
perikanan Perikanan perikanan
2019
Januari-
Penyuluhan Penyuluh Dinas yang membidangi
Video Conference 34 provinsi 34 provinsi Desember Puslatluh KP
massal Perikanan perikanan
2019
Masih terbatasnya kemampuan Pelaku utama mengakses
Januari-
pelaku utama perikanan dalam informasi teknologi, akses Pelaku Utama/ Penyuluh Dinas yang membidangi
4 Cyber Extension Media tetulis 34 provinsi 34 provinsi Desember Puslatluh KP
mengakses informasi teknologi, permodalan, dan akses Usaha Perikanan Perikanan perikanan
2019
akses permodalan, dan akses pemasaran
pemasaran Januari-
Fasilitasi akses Penyuluh Dinas yang membidangi
Pendampingan 34 provinsi 34 provinsi Desember Puslatluh KP
permodalan Perikanan perikanan
2019
Januari-
Penyuluh Dinas yang membidangi
Fasilitasi akses pemasaran Pendampingan 34 provinsi 34 provinsi Desember Puslatluh KP
Perikanan perikanan
2019
Penyusunan dan
Januari-
Penyebaran materi Meningkatkan penyebaran
Desember
penyuluhan perikanan pengetahuan pelaku utama materi
Rendahnya penerapan materi 2019 Penyuluh Dinas yang membidangi
5 hasil penelitian dan terhadap teknologi Pelaku Utama penyuluhan PM 34 provinsi Puslatluh KP
terekomendasi oleh pelaku utama Perikanan perikanan
pengembangan yang kelautan dan perikanan dalam bentuk
direkomendasi kan yang direkomendasika media cetak,
tertayang,
Januari-
Desember Penyuluh Perikanan, Dinas
Rendahnya kompetensi pelaku Pelatihan non aparatur Meningkatkan kompetensi Pelatihan dan 34 provinsi Puslatluh KP
2019 yang membidangi perikanan
6 utama KP (masyarakat) pelaku utama KP Pelaku utama Praktek 18800 BPPP
Januari-
Meningkatkan kompetensi Pegawai KKP Desember Penyuluh Perikanan, Dinas
Rendahnya kompetensi sebagian sebagian Penyuluh (termasuk Penyuluh Pelatihan dan 34 provinsi 2019 Balai Diklat Puslatluh KP
yang membidangi perikanan
7 Penyuluh Perikanan Pelatihan aparatur Perikanan Perikanan) Praktek 1560 Aparatur
Pelaku utama Januari-
Meningkatkan kompetensi dan/atau pelaku Desember Penyuluh Perikanan, Dinas
34 provinsi Puslatluh KP
pelaku utama KP usaha 2019 yang membidangi perikanan
Rendahnya kompetensi pelaku Sertifikasi kompetensi Assesment 3500 LSP KP
8
utama KP Januari-
inovasi teknologi, adaptif Penyuluh Dinas yang membidangi
34 provinsi 34 provinsi Desember Puslatluh KP
lokasi Pelaku Utama Perikanan perikanan
2019
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14

-penyusunan
dokumen rencana
kegiatan dan
anggaran riset
-koordinasi
Masyarakat di lahan pelaksanaan riset
gambut yang yang dilakukan
terwakili oleh dengan peneliti
kelompok terkait
pembudidaya (sumberdaya dan
tingkat utama budidaya ikan
(handal) baik dari lokal, sosial
meningkatkan potensi pembudidaya ikan ekonomi,
percepatan peningkatan maupun pembuatan pemuliaan ikan, Januari- Penyuluh Perikanan dan
Rendahnya suplai industri perikanan Pengembangan Agro Silvo -Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel
9 kesejahteraan masyarakat pakan ikan, di kerjasama (PKS) 1 Desember Pusriskan BRSDM KP Dinas yang membidangi
nasional Fisheries di Lahan Gambut
dan mendukung suplai kawasan hamparan dan jejaring 2019 perikanan
industri perikanan nasional dan wilayah/daerah dengan
lahan gambut yang stakeholder
dapat bersinergi -penyiapan
dengan baik pelaksanaan riset
termasuk untuk adaptif lokasi
keberlanjutan dan aplikatif
percepatan -pemantauan,
pengembangannya evaluasi dan
pelaporan
-pengelolaan data
hasil riset dan
upaya diseminasi
dan ekspose

-inisiasi
-FGD
-Pelaksnaaan
Peningkatan produktivitas kegiatan
alat tangkap melaului (pengenalan
inovasi Teknologi Traps teknologi dan
(set net dan bubu) serta metode Januari- Penyuluh Perikanan dan
Alternatif sistem penangkapan untuk Alat Tangkap Ramah Masyarakat
10 Gillnet, yang dapat menjadi pengoperasian, 1 -cilacap, jawa tengah Desember Pusriskan BRSDM KP Dinas yang membidangi
ikan pelagis maupun demersal Lingkungan nalayan, penyuluh
alternatif sistem uji coba alat 2019 perikanan
penangkapan yang tangkap, uji
produktif untuk ikan pelagis komparasi,
maupun demersal familiarisasi
pengoperasian
alat tangkap)
-temu lapang

-Koordinasi
internal
-koordinasi
dengan
stakeholder -cirebon
Aplikasi Teknologi Alat
-pedagang ikan -pengadaan -pekalongan Januari- Penyuluh Perikanan dan
Alternatif sistem penangkapan untuk Transportasi Ikan Segar
11 keliling barang 5 -yogyakarta Desember Pusriskan BRSDM KP Dinas yang membidangi
ikan pelagis maupun demersal (ALTIS-2) untuk pedagang
-penyuluh perikanan - -bandung 2019 perikanan
Ikan Keliling)
sosialisasi/disemi -semarang
nasi dan serah
terima barang
-evaluasi
pendampingan
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN METODE VOLUME LOKASI WAKTU PELAKSANA PJ PIHAK TERKAIT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14

- Menghasilkan inovasi
-Studi literatur
teknologi pemurnian garam
-reviu hasil
dan pengolahan limbah
pengembangan
garam yang adaptif lokasi
sistem teknologi
dengan melakukan uji
produksi
lokasi pada berbagai
-pendampingan
Inovasi Pematangan kondisi
dan
Teknologi Adaptif Lokasi - Meningkatkan kapasitas
-pelaku utama pengembangan Januari- Penyuluh Perikanan dan
Rendahnya industri garam rakyat Paket Teknologi dan kemampuan produksi -Jakarta, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pamekasan,
12 (pengolah garam, sistem produksi 4 Desember Pusriskel BRSDM KP Dinas yang membidangi
yang higienis Pengolahan Garam untuk garam olahan berdasarkan Situbondo
petambak garam) -pengembangan 2019 perikanan
Menghasilkan Garam paket teknologi dan inovasi
dan ujicoba
Olahan Berkualitas teknologi pemurnian garam
penerapan
dan pengolahan limbah
teknologi
garam yang telah ada
pengolah garam
sebagai upaya terwujudnya
-pendampingan,
industrialisasi garam rakyat
pemantauan dan
melalui penerapan sistem
evaluasi
produksi hiegenis

Anda mungkin juga menyukai