Anda di halaman 1dari 45

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN NILA MERAH NILASA (Oreochromis sp.

)
DI BALAI PENGEMBANGKAN TEKNOLOGI PERIKANAN DAN
BUDIDAYA (BPTPB) CANGKRINGAN, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Laporan Kerja Praktek di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan dan


Budidaya (BPTPB) Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta

Di susun Oleh :

Martinus Atu Lolon


130801424

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek dengan judul Teknik Pembenihan Ikan Nila Merah Nilasa
(Oreochromis sp.) di Balai Pengembangkan Teknologi Perikanan dan Budidaya
(bptpb) Cangkringan, Daerah Istimewa Yogyakarta
telah disetujui dan diajukan pada ujian kerja praktek pada hari Rabu, 24 oktober
2018

Disusun oleh :
Martinus Atu Lolon

130801424

Yogyakarta, 03 Desember 2018


Mengetahui,

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

( Drs. A. Wibowo Nugroho Jati, M.S ) ( )


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kelimpahan rahmat dan berkatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan segala
tugas dan tanggung jawab penulis dalam melaksanakan kegiatan kerja praktek
untuk memenuhi syarat akademik dan untuk memenuhi mata kuliah yang telah di
tentukan oleh Program Studi Biologi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma
Jaya Yogyakarta. Kerja praktek ini juga di harapkan untuk tempat latihan bagi
mahasiswa dalam menyiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja sesungguhnya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan jalan terbaik dan kesehatan
kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan kerja praktek dengan
baik.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan,
motivasi dan telah mendoakan sehingga kerja praktek dapat terselesaikan
dengan baik.
3. Ibu Dr. Mursyanti M.Si Selaku Dekan Fakultas Teknobiologi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta,
4. Bapak Drs. A. Wibowo Nugroho Jati, M.S. Sebagai dosen pembimbing
Kerja Praktek.
5. Bapak Sunaryo, S.P selaku pembimbing lapang Praktik Umum terima
kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah dibarikan.
6. Segenap karyawan serta Teknisi Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya (BPTPB), Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta yang senantiasa memberikan ilmu dan pengalam yang
berharga kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap agar laporan yang masih perlu disempurnakan
ini kiranya dapat bermanfaat bagi semua orang. Terima kasih penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini.
Yogyakarta, Mei 2019

Martinus Atu Lolon


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ……………………………………………….............................i
Lembar Pengesahan………………………….…………………………………ii
Kata Pengantar ……………………….……………………………………….iii
Daftar Isi……………………….…………………...………………………….vi
Daftar Tabel ……………………….……………….…………………………vii
Daftar Gambar……………………….…………………………………….…viii
BAB 1. PENDAHULUAN……………….…..………………………………..1
A. Latar Belakang ……………………….…….…………………………1
B. Tujuan Kerja Praktek……………………….…………………………2
C. Manfaat……………………….…………….…………………………2
D. Lokasi Kerja Praktek………………………...………………………...3
BAB II. DESKRIPSI INSTANSI …………………...…….…………………4
A. Deskripsi Instansi ……………………………..………………………4
B. Lokasi Instansi……………………….………….………………….…4
C. Visi dan Misi……………………….…………………………………4
D. Tujuan……………………….…………………….…………………..4
E. Sasaran……………………….…………………….………………….5
F. Struktur Organisasi……………………….………….………………...6
G. Tugas dan Fungsi Pokok……………………….…….………………..7
H. Kebijakan……………………….…………………….……………….8
BAB III. METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK………………..9
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ……………………….…..…………..9
B. Agenda kerja praktek……………………………………….…………9
C. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek……………………………… ….10
D. Alat dan Bahan………………….………………………….………...12
E. Cara Kerja.……………………….……………………..……..……..13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…….……………………………...14
A. Data Hasil Pengukuran……………………………………….………14
B. Peluang Kerja di BPTPB Cangkringan , DIY.………………………..23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..…24
A. Kesimpulan ………………………………………………………….24
B. Saran………………………………………………………….………25
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….…..…26
1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia memilki potensi sumberdaya perikanan yang sangat kaya dann

memiliki potensial, baik di wilayah perairan tawar (darat), perairan payau,

maupun perairan laut. Potensi yang dimiliki sumberdaya perikanan meliputi

berbagai macam jenis ikan dan lahan perikanan. Salah satu jenis ikan air tawar

yang banyak dibudidayakan di seluruh pelosok tanah dan menjadi ikan

konsumsi yang cukup populer yaitu ikan nila. Salah saru faktor yang menjadi

penyebab ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang

memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan peneliti masalah

perikanan di dunia, terutama yang berkaitan dengan usaha peningkatan gizi

masyarakat di negara – negara yang sedang berkembang (Amri , K, dan

Khairuman, 2003).

Ikan nila merah nilasa termasuk salah satu jenis ikan konsumsi air tawar

unggulan yang saat ini sudah dapat dibudidayakan dengan baik secara

eksentif, semi intensif, dan intensif. Ikan nila meraha nilasa memiliki

kelebihan yang sama dengan jenis ikan nila lainnya yaitu pertumbuhan yang

cepat dan pemeliharaan yang mudah karena ikan ini memiliki toleransi yang

cukup terhadap lingkungan yang tidak stabil. Pada ikan ini terdapat perbedaan

dalam pertumbuhan yang cepeat antara ikan jantan dan ikan betina. Ikan

jantan memiliki pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan ikan betina

(Popma dan Masser, 1999).


Ikan nila merah nilasa merupakan ikan nila yang sangat mudah untuk
berkembang biak atau berreporoduksi dengan baik dihabitat aslinya, namum pada
kenyataannya usaha pembenihan ikan ini belum banyak mendapat perhatian yang
khusus. Hal ini terbukti bahwa untuk mendapatkan bibit benih ikan nila merah
yang asli sangat sulit diperoleh, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Oleh karena itu, para pembudidaya seharusnya mulai mengembangkan teknik
pembenihan jenis ikan ini (Sugiarto, 1988).
Untuk meningkatkan produksi ikan nila merah di dalam negeri sehingga
mampu menghasilkan jumlah yang memenuhi permintaan pasar lokal dan dunia
diperlukan ketersediaan benih yang mencukupi.
Kondisi ini mendorong peningkatan jumlah pemeliharaan benih ikan nila merah
dengan cara meningkatkan padat penebaran dan pemberian pakan dalam jumlah
yang banyak (sistem intensif) sehingga dapat mengakibatkan penimbunan limbah
kotoran du dasar perairan yang sangat cepat yang berasal dari sisa pakan yang
tidak diternakan dan sisa metabolisme ikan (feses).
Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Daerah Istimewa
Yogyakarta, merupakan salah satu balai pemerintah yang telah berhasil
membudidayakan dan menguasai teknologi pada pembenihan ikan konsumsi air
tawar terutama jenis nila merah. Dengan melaksanakan praktik umum
pembenihan Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Ddaerah
Istimewa Yogyakarta diharapkan dapat memiliki kemampuan praktis,
keterampilan dalam usaha budidaya sehingga dapat menerapkan langsung teori
yang didapatkan dalam perkuliahan dan mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan
serta pengalaman dalam pembenihan ikan nila merah sebagai ikan konsumsi.
2. Tujuan Kerja Praktik

Adapun tujuan dilakukannya Kerja Praktik ini adalah :

1. Untuk mengetahui secara laangsung dan mempelajari tahapan dalam

pembenihan ikan nila mrah (Oreochromis nilaticus).

2. Dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dari Balai Pengembangan

Teknologi Perikanan Budidaya, Cangkringan , Daerah Istimewa

Yogyakarta

C. Manfaat

Manfaat dari Kerja Praktik di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan

dan Budidaya (BPTPB) Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan wawasan, menambah pengetahuan dan mengasah

keterampilan mahasiswa sebagai bekal memasuki dunia kerja.

b. Kematangan dalam bersikap dan mampu menghargai kerja sama dalam

membangun profesionalisme mahasiswa.

c. Mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai situasi dunia kerja yang

bersangkutan dengan penerapan ilmu biologi dalam bidang perikanan.

d. Terbentuk kerangka pemikiran yang sistematis dan objektif serta mampu

menganalisis secara tanggap terhadap tugas yang diberikan di dunia kerja.

2. Bagi Balai Pengembangan Teknologi Perikanan dan Budidaya (BPTPB)

Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Menjalin hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi, sehingga tercipta


suatu hubungan sinergis yang bermanfaat demi kemajuan bersama.

b. Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam

dunia pendidikan, guna menciptakan mutu mahasiswa yang lebih baik dan

siap menghadapi dunia kerja.

3. Mendapatkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna meningkatkan

pengembangan teknologi dan budidaya perikanan.

4. Bagi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

a. Tejalinnya hubungan baik antara Balai Pengembangan Teknologi

Perikanan dan Budidaya (BPTPB) Cangkringan, Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya

Yogyakarta sebagai bentuk kerja sama yang kooperatif dan berkelanjutan.

b. Sebagai sumber referensi lokasi kerja praktik bagi mahasiswa fakultas

Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta berikutnya.

D. Lokasi Kerja Praktik

Kegiatan Kerja Praktek pembenihan ikan nila merah nilasa dilaksanakan di

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB), Cangkringan,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.


II. DESKRIPSI INSTANSI

A.Instansi

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


dibentuk berdasarkan Peratuan Daerah Nomor 2 tahun 2001 tanggal 23 Juli 2001.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
dua kantor unit yaitu BPTPB dan PPP UPTD adalah unit organisasi di lingkungan
Dinas Kelautan dan Perikanan yang melaksanakan tugas teknis penunjang dan
atau tugas teknis operasional. BPTPB berkedudukan di Cangkringan, Sleman ,
sedangkan UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai berkedudukan di Sadang, Girisubo,
Gunung Kidul.
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya sebelumnya bernama
Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001 sampai
pada tahun 2015. Tahun 2016 berubah lagi menjadi Balai Pengembangan
Teknologi Perikanan Budidaya. Merupakan unsur pelaksana teknis yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional yang memiliki wilayah kerja satu atau
beberapa daerah kabupaten atau kota. BPTPB mempunyai tugas
menyelenggarakan pengembangan teknologi budidaya air tawar, air payau dan air
laut.
1. Penyusunan program Seksi Budidaya Air Tawar .
2. Pengelolaan data budidaya air tawar.
3. Pelaksanaan pengembangan dan penerapan teknologi budidaya air tawar.
4. Pelaksanaan pembenihan perikanan di air tawar.
5. Pelaksanaan pengkajian mutu benih/induk ikan air tawar.
6. Pelaksanaan perbanyakan dan pengelolaan induk pokok dan induk dasar ikan
air tawar.
7. Pelaksanaan domestifikasi induk/benih ikan alam air tawar.
8. Penyelenggaraan evaluasi serta penyusunan laporan program Seksi Budidaya
Air Tawar.
Balai pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya memiliki unit-unit
kerja sebagai berikut :
1. Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan di Agromulyu, Cangkringan,
Sleman , memproduksi benih nila mas.
2. Unit Kerja Budidaya Air Tawar Wonocatur di Agromulyu, Cangkringan,
Sleman memproduksi benih lele.
3. Unit Kerja Budidaya Air Tawar Sendangsaru di Sendangsari, Pengasih,
Kulonprogo, memproduksi benih gurame, tawes, dan mas.
4. Unit Kerja Budidaya Air Tawar Bejiharjo, di Bejiharjo, Karangmojo,
Gunungkidul memproduksi benih lele, tawes dan mas.
5. Unit Kerja Budidaya Air TawarCongot di Jangkaran, Temon, Kulonprogo,
melakukan pembesaran udang dan bandeng.
6. Unit Kerja Budidaya Air Payau Samas di Sanden, Palbapang, Bantul,
memproduksi benih udang galah.
7. Unit Kerja Budidaya Air Laut Sudak di Sundak, Tepus, Gunungkidul,
memproduksi benih bandeng (nener).
Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan di Argomulyo, Cangkringan Sleman

B.Lokasi Instansi

Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB),

Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kantor yang

beralamatkan di Cangkringan, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

C. Visi dan Misi

1) Visi

Menjadi pengembang teknologi budidaya perikanan yang terdepan


dan berdaya saing

2) Misi
a) Mengembangkan teknologi perikanan budidaya yang
tepat guna dan berdaya saing
b) Melaksanakan perbaikan mutu induk dan benih
c) Memfasilitasi penyebaran induk dan benih unggul ke
masyarakat.

D. Susunan Organisasi

Kegiatan budidaya pembenihan ikan Nila Merah Nilasa

(Oreodhomis sp) yang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai

Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya Cangkringan Sleman

Yogyakarta mempunyai struktur organisasi dengan seorang pemimpin

yang membawahi langsung divisi kerja.

Struktur organisasi Balai Pengembangan Teknologi Perikanan

Budidaya terdapat pada bagian berikut :

KEPALA BALAI

Ir. DWIJO PRIYANTO BS. M MA

KEPALA BALAI

Ir. DWIJO PRIYANTO BS. M MA

LABORATORIUM

ASTUTI. SP

KEPALA SEKSI BAT KEPALA BAG. TU KEPALA SEKSI PAYAU

SAPARMAN, SP SUMBAGA A.Pi BAGUS WASITO, SPi


PIMPINAN UK BAT CANGKRINGAN PIMPINAN UK BAP SAMAS

SUNARYO, SP SUSKAMTO A,Md

PIMPINAN UK BAT WONOCATUR PIMPINAN UK BAP CONGOT

YUDI KASMONO, A.Md SUTRISNO

PIMPINAN UK BAT BEJIHARJO PIMPINAN UK BAL SUNDAK


PIMPINAN UK BAT
AGUSTINUS SENDANGSARI
HARISNA A.Md NUR ROHMADIYANTO
JURIYANTO
Sumber : BPTPB Cangkringan BIY, 2019
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTPB Cangkringan, Sleman, DIY

E. UPT

Pimpinan
Sunaryo, Sp.

koordinator

Pembenihan Induk/Calon Induk Adminstrasi


Jumana Sartono Tugiyati

Pelaksana Pelaksana

Sumber : UK BAT Cangkringan DIY, 2019.


Gambar 2. Struktur Organisasi Komoditas Ikan Air Tawar Cangkringan
F. Tugas dan Fungsi Pokok

Fungsi Unit Kerja Budidaya Air Tawar (UK BAT) adalah salah satu unit

kerja dari seksi Budidaya Air Tawar pada Balai Pengembangan Teknologi

Peikanan Budaya (BPTPB) DIY Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. UK BAT Cangkringan adalah sebagai sarana bimbingan

langsung kepada UPR dalam pengadaan dan pengendalian mutu benih dan

mempunyai tugas pokok melaksanakan peningkatan produksi induk dalam jumlah

dan mutu.

Tugas pokok sesuai dengan fungsinya antara lain meliputi sebagai berikut

1. Memproduksi induk ikan bermutu dalam rangka usaha pembenihan rakyat


dan pengendalian mutu benih.
2. Memproduksi benih ikan untuk keperluan mengisi kekurangan benih yang
dihasilkan oleh UPR.
3. Melaksanakan perekayaaan dan adaptasi teknologi budidaya air tawar
yang lebih baik dan sekaligus penyebaran kepada UPR berupa pelayanan
informasi teknologi dan bimbingan teknis pembenihan budidaya air tawar.
4. Sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah .

UK BAT Cangkringan merupakan bagian dari BPTPB yang memiliki


struktur organisasi yang terdiri dari kepala UKBAT Cangkringan, Koordinator
dan staff. Adapun tugas dan tanggung jawab masing – masing bagian tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kepala UK BAT Cangkringan


a. Memimpin dan merencanakan kegiatan yang akan dilakukan UK BAT
Cangkringan.
b. Mengkoordinasi, integrasi dan singkronisasi dengan instansi dari luar
UK BAT sesuai dengan tugas pokoknya. Melaporkan segala kegiatan
yang dilakukan di Unit Kerja Budidaya Air Tawar UK BAT
Cangkringan, kepada Kepala BPTPB Sleman Yogyakarta.
2. Kordinator
a. Kordinator induk dan calon induk
Bertugas memimpin dan mengawasi bawahannya dalam kegiatan yang
mengenai dengan kegiatan pemeliharaan induk dan menyeleksi caloon
induk yang berkualitasm dan penyiapan berbagai standart meliputi
teknik, alat dan mesin.
b. Koordiinator pembenihan
Bertugas memimpin serta menngkordinasi kepada bawahannya dalam
penanganan yang berkaitan dengan kegiatan pembenihan, dari
pemijahan, pemeliharaan larva dan pendederan sampai ukuran tertentu.
c. Administrasi
Mempunyai tugas tersendiri khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan anggaran, pengelolaan administrasi keuanganm mencatat dan
melaporkan masalah keuangan dari pengeluaran hingga penerimaan
yang ada pada UK BAT Cangkringan DIY.
3. Staf UK BAT Cangkringan
Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan budidaya ikan pada UK
BAT Cangkringan, sesuai dengan perintah yang diberikan dari
Koordinator.
III.PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Umum (PU) pembenihan ikan nila merah nilasa

dilaksanakan selama 30 hari kerja efektif, pada tanggak 18 Desember– 18

Januari 2019 di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya

(BPTPB), Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Agenda Kerja Praktik


Tabel 1. Agenda Kegiatan selama Kerja Praktik di Dinas Lingkungan Hidup Kota
Yogyakarta
No Hari/Tanggal Materi KP yang dilakukan
Selasa, 18 Desember
1 Pengenalan lapangan kerja (orentasi)
2018
Rabu, 19 Desember Pemanenan ikan
2
2018
Pengukuran kualitas air
Kamis, 20 Desember
3 Sampling larva
2018
Pemanenan ikan
Pemberian pakan pada ikan
Jumat, 21 Desember
4 Pengukuran kualitas air
2018
Rabu , 26 Desember Pemanenan ikan
5
2018 Sampling larva
Pemanenan
Kamis, 27 Desember
Pemindahan induk
2018
Pemijahan
Pemanenan
Jumad , 28 Desember
7 Pemindahan induk
2018
Pemijahan
Grading
Senin, 31 Desember
8 Pemijahan
2018
Pengukuran kualitas air
Grading
9 Rabu , 2 Januari 2019 Pemberian pakan ikan
Sampling larva
Pemanenan
10 Kamis, 3 Januari 2019 Packing dijual
Pengkuran kualitas air
Grading
Jumad, 4 Januari
11 Pemberain pakan ikan
2019
Sampling larva, Pengkuran kualitas air
Grading
Pemanenan
12 Senin, 7 Januari 2019
Pemberian pakan
Sampling
Grading
Selasa , 8 Januari
13 Pemberian pakan pada ikan
2019
Pengukuran kualitas air
Grading , pemanenan, packing pemberian pakan
14 Rabu , 9 Januari 2019
ikan
Kamis, 10 Januari Grading, pemberian pakan ikan, pengukuran
15
2019 kualitas air
Jumad , 11 Januari Grading, pemanenan , pemberian pakan ikan,
16
2019 packing , pengkuran kualitas air
Senin , 14 Januari Pembersihan rumput sekitar kolam
18
2019 Pengukuran vakunditas
Selasa , 15 Januari Pembersihan area sekitar kolam , Persiapan materi
19
2019 presentasi
20 Rabu, 16 Januari 2019 Presentasi materi Kerja Praktek
21 Kamis , 17 Januari Grading , Pemanenan
2019
22 Jumad , 18 Januari Grading
2019

C. Metode Pelaksanaan Kerja Praktik

Pelaksanaan kegiatan praktik umum pembenihan ikan nila merah nilasa

(Oreochomis sp) meliputi pengumpulan data primer dan data sekunder yang

dilakukan dengan metode – metode sebagai berikut :

Mengikuti semua rangkaian kegiatan pembenihan ikan nila merah nilasa yang ada

di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB),

Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta :

1) Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait mengenai teknik

pembenihan ikan serta aspek – aspek lain yang berkaitan dengan teknik

pembenihan ikan nila merah nilasa.


2) Mendokumentasikan kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada proses

pembenihan ikan nila merah nilasa.

3) Metode Studi Pustaka dilakukan sebagai sarana pendukung untuk

mendapatkan pengetahuan mengenai tata lingkungan dan amdal yang

terkait dengan kegiatan Kerja Praktik. Metode ini dilaksanakan dengan cara

mencari dan membaca literatur yang terkait, berupa buku, undang-undang,

artikel ilmiah, dan jurnal.

D. Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan adalah ember grading, PH meter, DO meter,

Timbangan analitik, aerator , ember, warring/scoopnet ,bak fiber, dan

termometer. Bahan yang digunakan adalah : pelet ikan, pupuk kandang , dan

vitamin.

E.Cara Kerja

1) Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan yaitu kolam semi
permanen(semi intensif) dengan bentuk persegi panjang dengan ukuran 400m2
berjumlah 2 unit. Pada 2 unit kolam tersebut digunakan untuk pemeliharaan induk
jantan sebanyak 1 unit dan induk betina sebanyak 1 unit. Tahapan untuk persiapan
kolam yang dilakukan yaitu terdiri dari penyurutan air kolam, pengeringan dasar
kolam, pengapuran, pemupukan dan melakukan pengisian air kolam. Persiapan
kolam ini bertujuan untuk menciptakan lingkunngan yang baik dan optimal untuk
pertumbuhan pemeliharaan induk agar bersih dan terbebas dari hama dan penyakit
yang berasal dari lingkungan sekitar. Adapun prosedur dalam persiapan kolam
antara lain :
Gambar 1. Kolam Induk Jantan

Gambar 2. Kolam Induk Betina

a) Penyurutan air kolam dan pengeringan


Penyurutan air kolam yang dilakukan secara total dengan membuka pintu
saluran outlet kolam. Ketika air sudah surut kolam dikeringakan atau didiamkan
selama 2-3 hari tergantung pada kondisi cuaca dan sinar matahari. Kolam
dikatakan sudah kering apabila kondisi kolam terlihat kering dan retak –retak
(Gambar 12). Pengeringan kolam ini bertujuan untuk membunuh hama dan bibit
penyakit pada kolam dan membuang gas-gas beracun pada kolam.
Gambar 3. pengeringan kolam

b) Pengolahan dasar kolam


Pengolahan dasar kolam ini bertujuan untuk meningkatkan zat hara,
mendekomposisi tanah, mengeluarkan zat-zat beracun yang ada di dalam
tanah. Alat yang digunakan pada pengolahan dasar kolam yaitu cangkul.
Tanah dicangkul hingga kedalaman 3-4 cm dan dibalik sehingga lapisan dasar
berada diatas permukaan.
c) Pengapuran
Penebaran kapur harus merata dan diutamakan pada bagian dinding, kemalir,
saluran inlet dan outlet (Gambar 15). Hak ini disebabkan pada bagian tersebut
banyak terdapat hama dan ikan liar. Tahapan setelah pengapuran yaitu
pengeringan kembali selama 1 hari agar kapur meresap ke dalam tanah.
Jenis kapur yang digunakakn kapur dolomite dengan dosis pengapuran 250-
500 gr/m2. Tujuan dari pengapuran ini yaitu untuk desinfeksi wadah,
memutus siklus penyakit dan meningkatkan pH perairan menjadi netral.
Gambar 4. pengapuran kolam semi permanen

d) Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan di Balai Cangkringan yaitu pupuk kandang
atau kotoran sapi. Dosis pupuk kandang yang digunakan yaitu 150 g/m2. Pupuk
kandang ditebar menjadi beberapa titik agar tersebar merata ke seluruh kolam.
Setelah dilakukan pemupukan, kolam dijemur dibawah terik matahari selama 1
hari.
Proses pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami
meningkatkan kesuburan kolam melalui peningkatan produktivitas, serta pakan
alami yang tumbuh dapat digunakan sebagai buffer cahaya.

Gambar 5. pemupukan dengan pupuk kandang

e) Pengisian Air
Kolam diisi air melalui saluran inlet secara perlahan hingga mencapai
ketinggian 60-70 cm. Jika warna air sudah berubah menjadi hijau kecoklatan
maka air kolam tersebut sudah siap digunakan. Pintu pemasukan dan pintu
pengeluaran dipasang saringan yang berfungsi menahan sampah atau ikan liar
masuk kedalam kolam.
2) Pemeliharaan Induk
Balai Cangkringan memiliki induk yang berasal dair hasil pemijahan
penyilangan 4 strain yaitu Nifi, Singapur, Citralada, dan filiphin. Dari hasil
penyilanan tersebut didapatkan generasi F0 yang dibesarkan hingga menjadi induk
dan dipijahkan kembali hingga F3 atau disebut ikan nila merah nilasa dan
dibesarkan kembali hingga menjadi induk. Bobot induk jantan memiliki bobot
berkisar antara 900-1000 g/ekor, sedangkan bobot induk betina memiliki bobot
berkisar antara 800-900 g/ekor. Ikan nila merah nilasa pada umur 8 bulan dapat
dikatakan sebagai calon induk dan akan menjadi induk setelah berumur 10-12
bulan . Langkah - langkah dalam pemeliharaan induk antara lain :
a) Pemilihan induk.
Pemilihan induk dalam kegiatan pembenihan merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang keberhasilan, karena induuk merupakan salah satu
faktor utama yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan.
Jumlah induk ikan nila merah nilasa pada kolam pemijahan ditentukan oleh induk
jantan dan ukuran induk. Hak ini disebabkan karena ikan nila memiliki sifat
memijah yang dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang
tidak boleh diganggu ikan lain.
Calon induk maupun induk ikan nila merah nilasa terpilih harus dipelihara
secara khusus ditempat pemeliharaan induk. Syarat yang harus di perhatikan
dalam pemeliharaan induk nila merah nilasa sebagai berikut:
 Padat penebaran
Induk ikan yang dipelihara disesuaikan dengan ukuran kolam digunakan.
Padat lebar untuk satu kolam pemeliharaan yaitu 1 ekor/m2.
 Penempatan Induk Ikan
Induk ikan nila merah jantan dan betina dipelihara secara terpisah agar tidak
terjadi perkawinan liar.
Ikan nila merah jantan Ikan nila merah betina
Gambar 7. Perbedaan Ikan Nila Jantan dan Betina
b) Pemberian Pakan Induk
Pemberian pakan Induk ikan nila merah nilasa baik jantan ataupun betina
diberi pakan terapung PF-128 dengan warna pakan coklat. Pakan ini memiliki
kandungan nutrisi dapat dilihat pada tabel 3.
Pemberian pakan induk ikan nila merah nilasa menggunakan metode
resticed dengan FR induk jantan dan betina yaitu 3% dari bobot biomassa dengan
frekuensi pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Jumlah pemberian pakan
selama kegiatan PU pakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan,
pemberian pakan dilakukan dengan cara ditebarkan ke dalam kolam secara merata
dengan menggunakan ember. Pemeliharaan induk jantan dalam 1 kolam dengan
padat tebar 1 ekor/m2 sehingga populasi dalam satu kolam yaitu 100 jantan.
Sedangkan pemeliharaan induk betina dalam 1 kolam dengan padat tebar 1
ekor/m2 sehingga populasi dalam satu kolam yaitu 300 ekor.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pelet Terapung Induk


Komponen Presentase

Minimal 38%
Protein

Minimal 5%
Lemak

Maksimal 6%
Serat Kasar

Maksimal 16%
Kadar Abu
Maksimal 11%
Kadar Air

Pakan yang digunakan untuk indukan terlebih dahulu dicampur dengan


vitamin E dan vitamin C (Gambar 20). Penambahan vitamin E bertujuan untuk
mempercepat pematangan gonad pada ikan, sedangkan penambahan vitamin C
bertujuan untuk stimulan pada tubuh ikan. Untuk melarutkan vitamin E, yaitu
menggunakan larutan progol, larutan progol ini berfungsi sebagai perekat vitamin
E. Karena vitamin E tidak akan larut jika hanya menggunakan air saja. Sehingga
membutuhkan larutan progol untuk megikat vitamin E.
Waktu pemberian pakan tidak hanya untuk memberi pakan saja, tetapi
juga mengamati dan mengevaluasi kondisi ikan dan air secara visual berdasarkan
karakteristik fisiknya.
Pengamatan tingkah laku makan harian ikan sangat penting untuk mengetahui
kondisi kesehatan ikan. Konsumsi pakan ikan tiap harinya terkadang tidak sama
jumlah pakan yang diberikan, oleh karena itu pakan yang diberikan harus
dikontrol dan tercatat dengan baik, baik secara waktu dan jumlah pemberian, serta
jenis pakan yang diberikan.

Gambar 8. Pemberian Pakan pada ikan


c) Pengelolaan Kualitas Air
Salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan dalam kegiatan
budidaya yaitu dengan pengelolaan kualitas air. Pengelolaan kualitas air pada
pemeliharaan induk ikan nila merah nilasa di Balai Cangkringan dilakukan selama
seminggu sekali pada pukul 08.00 WIB dan 16.00 WIB. Kualitas air yang diamati
meliputi suhu, pH, dan Do. Pengukuran paremeter kualitas air tersebut dilakukan
dilapangan secara langsung dengan alat yaitu Water Quality.

Gambar 9. Alat Pengukur Kualitas Air

3) Pemijahan
Pemijahan merupakan proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantang yang kemudian diikuti dengan proses perkawinan.
Output dari pemijahan yaitu suatu individu yang baru atau bertambahnya populasi
ikan, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil pemijahan yang maksimal
diperlukan persiapan seperti, menyeleksi induk yang sudah siap memijah,
menyiapkan tempat untuk pemijahan dan penanganan pasca pemijahan. Adapun
langkah - langkah dalam pemijahan antara lain ;
a) Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemijahan induk yaitu kolam semi
permanen dengan luas 400m2. Agar optimah sasat digunakan, kolam untuk
pemijahan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan pertama dalam persiapan
kolam yaitu pengeringan kolam, kolam dikeringkan dengan cara membuka pintu
saluran outlet dan menutup saluran inlet. Ketika air kolam disurutkan, kemuduan
kolam dikeringkan selama 1-2 hari bergantung pada kondisi cuaca hingga tanah
dasar kolam terlihat retak-retak. Hal ini bertujuan untuk memutus rantai
kehidupan hama yang ada pada kolam. Kegiatan kedua, yaitu melakukan
pembelikan tanah dasar kolam menggunakan cangkul, untuk mengganti kondisi
tanah baru yang ada didasar yang lebih subur.
Kegiatan selanjutnya yaitu memperbaiki pematang kolam untuk mencegah
terjadinya kebocoran kolam. Pematang kolam diperbaiki dengan cara menambal
pematang dengan menggunakan lumpur dan tanah dasar kolam. Selanjutnya
dilakukan pengapuran ini yaitu untuk menetralkan pH tanah dan memutus rantai
kehidupan hama. Kegiatan kelima yaitu pemupukan. Dosis pemupukan yang
diberikan yaitu 250-500 g/m+2+ menggunakan pupuk kandang (kotoran sapi).
Tujuan dari pemupukam yaitu unutk menumbuhkan pakan alami di dalam kolam.
Proses terakhir yaitu pengisian air. Proses pengisian air dilakukan dengan cara
menutup pintu saluran outlet dan membuka saluran inlet. Tinggi air pada kolam
pemmijahan yaitu 60-70 cm.

Selain mengikuti kegiatan pemijahan ikan nila merah nilasa, saya


berkesempatan untuk melakukan pemijahan sendiri menggunakan happa denan
luas 2x1 m dengan jumlah happa yang digunakan 2 unit dikolam semi permanen
dengan luas 400m2 dengan menggunakan induk sebanyak 1 ekor jantan dan 3 ekor
betina.
b) Seleksi Induk
Setelah persiapan kolam pemihajan sudah siap digunakan ,kegiatan,
kegiatan selanjutnya yiatu menyeleksi induk yang sudah matang gonad dan
memasukkan ke dalam kolam pemijahan. Seleksi induk dimulai dengan
menyurutkan kolam pemeliharaan induk jantan dan betina, saluran pada pintu
outlet dibuka dan dipasang saringan agar induk tidak keluar dari kolam. Ketika
kolam sudah mulai surut induk diambil menggunakan scopnet besar dan
dimasukan kedalam tong besar untuk diangkut ke happa penampungan seleksi.
Ciri – ciri induk jantan dan betina yang sudah siap untuk dipijahkan dapat dilihat
pada tabel 8.

Tabel 8. Ciri – ciri induk matang gonad


Kriteria Jantan Betina
Alat kelamin memanjang, Alat kelamin bulat
Alat kelamin
Alat kelamin berupa tonjolan Alat kelamin berupa tonjolan
(papila)dibelakang lubang anus dibelakang anus, namun pada
tonjolan ada 2 lubang.
Tubuh lebih besar dan pendek Tubuh lebih kecil dan
Badan
Warna tubuh lebih cerah memanjang
Warna tubuh lebih gelap
Mengeluarkan sperma Mengeluarkan telur berwarna
Dialin
kuning
Gambar 10. Induk nila merah jantan dan Betina

Jumlah indukan yang diseleksi yaitu sebanyak satu paket. Jumlah satu
paket ikan nila berisi 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor
betina. Induk tersebut sudah berumur 10-12 bulan pemeliharaan. Setelah diseleksi,
induk dimasukkan kedalam tong besar dan diangkut menuju kolam pemijahan
induk. Penebaran induk dilakukan secara perlahan dengan cara aklimtisasi terlebih
dahulu untuk mengurangi kemungkinan induk yang stres akibat penebaran.

c) Proses Pemijahan

Pemijahan ikan nila merah nilasa di Balai Cangkringan dilakukan dengan


metode pemijahan alami. Ikan akan dipasangkan di kolam pemijahan dengan
perbandingan jantan dan betina 1:2. Induk jantan dan betina disatukan dalam satu
wadah agar pemijahan dapat berlangsung setiap hari. Pemihawah diawali oleh
ikan nila merah jantan yang akan membentuk sarang dibagian dasar happa. Pada
saat ikan nila merah betina berada didasar happa, maka induk jantan akan
mendekati induk betina. Pemijahan berlangsung saat matahari terbenam,
kemudian induk betina akan mengeluarkan telur di bagian dasar happa, bersamaan
dengan itu induk jantan akan mengeluarkan sperma sehingga terjadi fertilisasi
(pembuahan ). Telur yang sudah dibuahi kemudian diletakkan oleh induk betina
didalam rongga mulut untuk dierami.
Induk betina bersifat mouth breeder. Induk betina yang sedang mengerami
telur akan terlihat membesar pada bagian rahangnya. Saat pemberian pakan, induk
betina akan terlihat menyindiri dan tidak makan selama proses pengeraman.
Proses pemijahan ikan nila merah nilasa untuk mengeluarkan larva selama 9 hari.
Gambar 11. Kolam Pemijahan

4) Penetasan Telur
Pada tanggal 09 Januari 2019 pemanenan telur dilakuan pada happa 3
dengan berat induk 300 g, dengan cara induk betina diserok menggunakan seser
yang halus lalu mulut induk betina dibuka dan diambil telurnya. Telur ikan nila
ditebar pada ember berisi air yang bagian atas ember ditutupi oleh kain sortir
untuk mempermudah penghitungan telur. Telur yang dibuahi berwarna kuning
cerah, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna kuning pucat. Setelah
penghitungan diperoleh jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina 1.504 butir
telur dan telur yang tidak dibuahi sebanyak 398 butir sehingga derajat pembuahan
telur (FR) sebesar 73,5%.
Telur yang dibuahi sebanyak 1.106 butir telur ditebar pada akuarium
inkubasi telur. Kemudian mengamati proses penetasan telur, pada tanggal 11
Januari 2019 setelah penebaran ke dalam akuarium inkubasi, telur yang sudah
menetas menjadi larva dan masih terdapat kuning telur pada perut larva. Kuning
telur akan habis setelah 2 hari penetasan menjadi larva. Larva yang menetas
secara sempurna, kemudian dihitung untuk mencari data derajat penetasan telur.

5) Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan mendederkan larva hingga ukuran
benih siap jual. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini ditinjau dari nilai SR.
Kegiatan pemeliharaan larva meliputi persiapan wadah, penebaran larva,
pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pemberantasan hama dan penyakit,
sampling larva, dan pemanenan larva. Pemeliharaan larva meliputi langkah -
langkah sebagai berikut :
a) Persiapan Wadah
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan larva yaitu menggunakan
kolam semi permanen dengan luas kolam 400 m2 dengan menggunakan happa
ukuran 2x1 m sebanyak 1 unit. Sebelum dilakukan penebaran larva, kolam
disiapkan terlebih dahulu dengan membuka saluran outlet dan menutup saluran
inlet. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam persiapan kolam yaitu
pengangkatan lumpur dan pembalikan tanah dasar kolam dengan cara mencangkul
kolam kemudian kolam dibersihkan dari kerang, keong, dan hama lainnya. Setelah
pembersihan kolam tanah dasar kolam diratakan kembali menggunakan garuh.
Kegiatan selanjutnya yaitu pengeringan klam selama 1-2 hari bergantung
pada kondisi cuaca. Setelah koam kering dilanjutkan dengan proses pengapuran
menggunakan kapur dolomit dengan dosis 50 g/m2. Kapur ditebar merata ke
seluruh bagian kolam. Proses selanjutnya yaitu pemupukan kolam menggunakan
pupuk kandang (kotoran sapi) yang sudah kering dengan dosis 250-500 g/m2.
Pemupukan dilakukan agar pakan alami dapat tumbuh dikolam. Kegiatan terakhir
yaitu pengisian air hingga ketinggian 60-70 cm. Pertama – tama saluran outlet
ditutup dan kemudian pintu inlet dibuka agar air dapat masuk ke kolam. Setelah
diisi air, kolam didiamkan selama 2-3 hari untuk menumbuhkan pakan alami
larva.
b) Pengambilan Larva Kolam Pemijahan
Pemanenan larva dilakukan pada hari ke 9 – 10 (hari teakhir pemijahan)
setelah menebaran induk ke kolam pemijahan. Pengecekan dilakukan setiap hari
utnuk melihat larva ikan nila yang sudah berenang bergerombol pada kolam
pemijahan. Apabila sudah terlihat larva yang berenang, larva tersebut langsung
dipanen secara parsial. Pengambilan larva menggunakan scopnet halus. Larva
diambil kemudian ditampung pada ember untuk mengambil larva. Pengambilan
larva dilakukan pada pagi hari. Larva tersebut akan dibudidayakan untuk kegiatan
pemelliharaan larva hingga ukuran benih.
Larva yang sudah dipanen kemudian dimasukkan ke dalam happa. Jumlah larva
yang dikeluarkan dalam 1 induk betina yaitu 1271 ekor.
c) Penebaran Larva
Larva yang telah dipanen kemudian dipindahkan ke kolam pemeliharaan
larva atau pendederan 1 dengan menggunakan happa berukuran 2x1 m sebanyak 1
unit. Kolam yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva yaitu ditebar
dalam satu happa yaitu sebanyaj 1271 ekor.

Gambar 12. Penebaran Larva

d) Pemberian Pakan Larva


Larva ikan nila merah nilasa dari hari pertama pemeliharaan hingga haru
ke 3 tidak diberi pakan, karena larva ikan nila merah nila nilasa masih memilihi
kuning telur ditubuhnya. Pada hari ke 4 larva diberikan pakan buatan halus berupa
pakan bubuk hingga akhir pemeliharaan. Pemberian pakan menggunakan metode
at ststion (sekenyangnya). Frekuensi pemberian pakan diberikan dua kali sehari
yaitu pada pagi hari dan sore hari, pakan diberikan secara merata dengan cara
menebarnya pada tiap sisi bagian happa pemeliharaan.
e) Pengelolaan Kualitas Air pada Happa Pemeliharaan Larva
Pengukuran kualitas air pada happa pemeliharaan larva dilakukan setiap
hari pada pagi dan sore hari. Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, DO,
dan pH menggunakan alat yaitu water quality.
f) Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang larva ikan nila merah nilasa yaitu keong,
udang liar dan ikan liar seperti ikan citul. Hama tersebut dihawatirkan dapat
membawa bibit penyakit ke dalam perairan dan menjadi kompetitor bagi larva
ikan nila. Pencegahan yang dilakukan yaitu dengan memasang kain strimin pada
pipa inlet sebagai penyaring. Setiap hari dilakukan pengontrolan dan pembersihan
happa.
g) sampling Populasi dan Bobot
Pertumbuhan rata – rata berat larva ikan nila merah nilasa dilakukan
dengan mengukur berat menggunakan timbangan analitik dan panjang larva pada
hari pertama , ke- 5 dan ke 10.
Dengan mengetahui rata-rata pertumbuhan panjang dan berat larva ikan nila
merah nilasa, maka kita dapat megetahui laju pertumbuhannya.

6) Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Hal ini
bertujuan untuk menjaga agar suhu tidak berubah secara drastis yang dapat
mengakibatkan larva akan stres. Proses pemanenan dilakukan dengan cara
menyerok seluruh larva yang ada di happa menggunakan seser halus dan
dimasukkan ke dalam tong penampungan sementara untuk selanjutnya
dihitung jumlahnya menggunakan sendok dan dipindahkan ke kolam F2
untuk dibudidayakan hingga ukuran benih.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengukuran


Berdasarkan Kerja Praktek mengenai Pembenihan Ikan Merah Nilasa yang
dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan dan Budidaya (BPTPB)
Cangkringan , Daerah Istimewa Yogyakarta , maka hasil pengamatan yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran Kualitas Air Pada Kolam Ikan Merah Nilasa
Kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, dan DO. Pengukuran
paremeter kualitas air tersebut dilakukan dilapangan secara langsung dengan alat
yaitu Water Quality. Hasil nilai Suhu , pH , dan DO adalah sebagai berikut :
a) Suhu

Tabel 4. Suhu Air Pada Kolam Pemeliharaan Ikan Nila Merah Nilasa
Suhu (oC)
Pengamatan ke- Waktu Kolam C4 (Indukan)
Pagi 25oC
1.
Sore 28,2oC
Pagi 26,8oC
2.
Sore 28,4oC
Pagi 26,2oC
3.
Sore 27,7oC

Keterangan : pengambilan sampel air dilakukan pada pagi hari pukul 08.00
WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB.
Air merupakan media atau habitat yang paling vital bagi kehidupan ikan.
Ikan nila. Habitat hidup ikan nila cukuo beragam, bisa hidup di sungai, danau,
waduk, rawa, sawah, atau tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara normal pada
kisaran suhu 14-38oC. Pertumbuhan ikan nila biasanya akan terganggu jika suhu
habitatnya lebih rendah dari 14oC atau pada suhu diatas 38oC. Ikan nila akan
mengalami kematian jika suhu habitatnya 6oC atau 42OC (Khairuman dan Amin,
2008). Sedangkan di Balai Cangkringan sekitar 25-29,5OC sehingga lokasi Balai
Cangkringan sangat baik untuk budidaya ikan nila merah nilasa.

b) Derajat Keasaman (pH)

Tabel 5. Derajat Keasaman (pH) Pada Kolam Pemeliharaan Ikan Nila


Merah
Derajat keasaman (pH)
Pengamatan ke- Waktu Kolam C4 (Indukan)
Pagi 7,5
1.
Sore 7,2
Pagi 7,2
2.
Sore 7,8
Pagi 7,3
3.
Sore 7,7

Keterangan : pengambilan sampel air dilakukan pada pagi hari pukul 08.00
WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB.

Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu menunjukan pH air pada pagi


hari berkisar antara 7,2 -7,5 dan pada sore hari berkisar antara 7,2 – 7,8.
c) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Tabel 6. Oksigen Terlarut (DO) Pada kolam Pemeliharaan Ikan Nila Merah
Nilasa
Oksigen terlarut (DO)
Waktu Kolam C4 (Indukan)
Pengamatan ke-
Pagi 5,2
1.
Sore 7,3
Pagi 5
2.
Sore 7,8
Pagi 5,4
3.
Sore 7,5

Keterangan : pengambilan sampel air dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB,
dan sore hari pukul 16.00 WIB. Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu
menunjukkan oksigen terlarut pada pagi hari berkisar antara 2,3 – 3,2 ppm dan
pada siang hari berkisar antara 5,6-5,8 ppm.
Gambar 9. Alat Pengukur Kualitas Air

2) Pemijahan
Kegiatan pemijahan ikan nila merah nilasa, saya berkesempatan untuk
melakukan pemijahan sendiri menggunakan happa denan luas 2x1 m dengan
jumlah happa yang digunakan 2 unit dikolam semi permanen dengan luas 400m2
dengan menggunakan induk sebanyak 1 ekor jantan dan 3 ekor betina. Bobot rata-
rata induk yang digunakan dalam pemijahan ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Bobot Rata – rata Induk Pemijahan Pada Hapa
HAPA 1 HAPA 2
Panjang (cm) Bobot (gr) Panjang (cm) Bobot (gr)
Betina 35,4 885,3 21,5 200,3
Betina 36,5 992,8 20 179,4
Betina 33,5 861,5 21,3 191,3
Jantan 38 1129,9 23,5 249,8

3) Penetasan Telur
Jumlah larva yang menetas yaitu sebanyak 980 ekor dengan tingkat
penetasan telur yaitu Hatching Rate (HR) sebanyak 88,6% dan SR 72%. Hasil
pemijahan yang didapat yaitu denga FR 79% HR 88% dan SR 77%. Menurut UK
BAT cangkringan (2012), derajat untuk pembuahan telur sebesar 70-85%, derajat
penetasan telur sebesar 80-85% dan tingkat kelangsungan hidup larva yaitu 75-
80%.(sumber : Balai Cangkringan , 2019)

4) Pengelolaan Kualitas Air pada Happa Pemeliharaan Larva


Pengukuran kualitas air pada happa pemeliharaan larva dilakukan setiap
hari pada pagi dan sore hari. Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, DO,
dan pH menggunakan alat yaitu water quality. Hasil pengukuran kualitas air
happa pemeliharaan larva dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Larva


Parameter Pagi Sore
5,2-7,8 mg/l 6,2 – 7,9
DO
25-26,4oC 28 – 29,5oC
Suhu
7-7,6 7,3 – 7,9
pH

5) Sampling Populasi dan Bobot


Pertumbuhan rata – rata berat larva ikan nila merah nilasa pada
pengamatan pertama sebesar 0,0176 gr, pada pengamatan kedua sebesar 0,0178
gr, dan pada hari ketiga sebesar 0,0544 gr. Sedangkan pertumbuhan rata-rata
panjang larva ikan nila merah nilasa pada hari pertama sebesar 0,96 cm, pada hari
ke 5 sebesar 1 cm, dan pada hari ke 11 sebesar 1,47 cm.
Dengan mengetahui rata-rata pertumbuhan panjang dan berat larva ikan
nila merah nilasa, maka kita dapat megetahui laju pertumbuhannya. Laju
0,0544−0,0176
pertumbuhan berat ikan nila merah nilasa adalah = 0,053 gr/hari
12
1,47−1
sedangkan laju pertumbuhan panjang larva ikan nila merah adalah = 1,39
12

cm/hari.

Tabel 10. Data Sampling Laju Pertumbuhan Larva Nila Merah Nilasa
Tanggal sampling Berat rata-rata Panjang rata-rata
26 Desember 2018 0,0176 0,96
02 Januari 2019 0,0178 1
07 Januari 2019 0,0544 1,47

Menurut Ayuningtyas (2010), laju pertumbuhan berat ikan nila sebesar


0,053g/hari dan laju pertumbuhan panjang sebesar 1,39 cm/hari.menurut literatur
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ikan nila merah nilasa yang dibudidaya
pada Balai Cangkringan memiliki laju pertumbuhan panjang dan berat yang lebih
baik.

7) Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Hal ini
bertujuan untuk menjaga agar suhu tidak berubah secara drastis yang dapat
mengakibatkan larva akan stres. Proses pemanenan dilakukan dengan cara
menyerok seluruh larva yang ada di happa menggunakan seser halus dan
dimasukkan ke dalam tong penampungan sementara untuk selanjutnya dihitung
jumlahnya menggunakan sendok dan dipindahkan ke kolam F2 untuk
dibudidayakan hingga ukuran benih. Tingkat kelulusanhidup yang didapat dari
pemeliharaan larva sebesar 86,54%.
Menurut Ghufran (1997) tingkat kelulushidupan larva ikan nila merah
mencapai 70-80% jika kualitas air baik dan tempat pemeliharaan baik, sedangkan
tingkat kelulushidupan larva ikan nila merah yang dibudidayakan di Balai
Cangkringan adalah sebesar 86,54%. Jadi, larva ikan nila merah nilasa memiliki
tingkat kelulushidupan yang baik.

Tabel 11 tingkat kelangsungan Hidup Larva (SR)


No Tebar Awal Total Larva Tebar larva SR (%)
(ekor) (mati) (hidup)
1 1271 171 1100 86,54%

Rumusan presentase kelangsungan hidup (SR) adalah :


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
SR = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
1100
SR = 𝑥 100%
1271

SR = 86,54%

B. Pelaksanaan dan Peluang kerja di Balai Pengembangan Teknologi


Perikanan dan Budidaya (BPTPB) Cangkringan, Daerah Istimewa
Yogyakarta

Pelaksanaan Kerja Praktik ini berkesempatan mengikuti proses lapangan,


meliputi pengujian kualitas air dan kualitas udara, namun dalam pelaksaannya
saya masih berpendapat bahwa masih perlu adanya evaluasi mengenai teknik
pengambilan sampel air, lokasi pengambilan badan air sungai, serta masih perlu
adanya prosedur dan aturan aturan teknik sampling tertulis yang harus dipelajari
oleh bagian pelaksanana agar tidak mempengaruhi hasil sebab program
pemantauan lingkungan merupakan program wajib jangka panjang.

Setelah melihat yang dipelajari maka ada peluang lulusan teknobiologi


lingkungan yang bisa bekerja di Dinas lingkungan hidup khususnya pada bagian
pemantauan kualitas lingkungan. Hal ini menuntut kemampuan serta pengetahuan
mengenai mengenai pemantuan kualitas lingkungan, analisis dan upaya untuk
mengurangi bahaya pencemaran karena dalam ilmu teknobiologi khususnnya
teknobiologi lingkungan mempelajari bagaimana peran mikrobia dan degradasi
limbah. Dinas lingkungan hidup kota yogyakarta juga memiliki seorang Alumni
Fakultas Teknobiologi Atma Jaya yakni Bapak Very Try jatmiko S.Si, M.M.
Beliau merupakan Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Dinas Lingkungan
Hidup.
V. SIMPUlAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan kerja praktik yang dilakukan, dapat di simpulkan ::

1. Teknik penjualan ikan nila merah nilasa di Balai Pengembangan


Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan dilakukan secara
alami dengan perbandingan 1:2 (1 jantan dan 2 betina)

2. Ikan nila merah nilasa merupaka ikan yang sangat mudah untuk
berkembang biak atau bereproduksi dengan baik dihabitat aslinya,
sehingga ikan nila merah ini dapat dibudidayakan dengan baik di Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya(BPTPB) Cangkringan.

A. SARAN
Saran yang diberikan yaitu agar ke depannya dapat memenuhi fasilitas
untuk ruang inkubasi telur pada ikan nila merah nilasa sehingga dapat lebih
efektif dalam kegiatan pembenihan ikan nila merah nilasa
DAFTAR PUSTAKA

Amri dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Amri, K., Dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Agro Media Pustaka. Jakarta.

Ayuningtyas, A. 2010. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis Niloticus


Strain BEST pada Media Pemeliharaan dengan Derajat Keasaman
Berbeda. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelauta. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ghufran, M. H. K. K. 1997. Budidaya Ikan Nila. Efthar 7 Dahara Prize.


Semarang

Gustiano, R., O.Z. arifin, A. Widiyanti, L. Winarlin.2003. Pertumbuhan Jantan


Dan Betina 24 Famili Ikan Nila(Oreochromis Noloticus) pada umur 6
bulan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar , Bogor. 32 Hal.

Popma, T. Dan M. Masser. 1999. Tilapia: Life History And Biology. SRAC.
United States Departement of Agriculture, Cooperative States Research,
Education and Extension Service. 4 Hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan . binacipta. Jakarta.

Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila, cv. Simplex. Bogor,
74 hal.
Watanabe T. 1988. Fish Nutrition Mariculture Jica Texbook The General
Awuaculture Course. Departement of Aquatic Biosiences. Tokyo
University of Fisheries. Japan 233p.
+

Anda mungkin juga menyukai