Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK BUDIDAYA BANDENG SECARA TRADISIONAL

DI DESA KARANGANTU, SERANG BANTEN


Tempat: Desa Karang mulya, RT 01/05
Sumber: Bpk Muchtar
Salah satu sumber hayati perairan bernilai ekonomis penting dan telah
dibudidayakan komersial adalah ikan bandeng. Di Indonesia budidaya ikan bandeng telah
lama dilakukan para petani tambak baik secara tradisional maupun intensif. Meningkatnya
konsumsi masyarakan akan bandeng menjadikan usaha budidaya ikan bandeng tahap demi
tahap terus menunjukkan peningkatan. Perkembangan yang pesat dari usaha budidaya
bandeng di tambak harus pula diimbangi dengan penyediaan benih (nener) secara
berkesinambungan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas prima. Hal ini dimaksudkan
untuk menjamin ketersediaan bandeng sepanjang tahun pada tingkat produksi maksimal
dan berkesinambungan.
Menurut Mudjiman (1991), ikan bandeng merupakan salah satu komoditas yang
bernilai ekonomis tinggi karena sangat bearti dalam pemenuhan gizi pangan masyarakat
serta dapat meningkatkan taraf hidup. Di samping itu prospek pengembangan budidaya
ikan bandeng yang cukup cerah kini telah memacu kegiatan budidaya bandeng pada
perairan laut dan payau sedangkan menurut Anonymousc (2001), bandeng merupakan
komoditas yang dapat diandalkan dalam mencukupi kebutuhan permintaan yang terus
meningkat tersebut. Budidaya bandeng telah lama dilakukan masyarakat meskipun
umumnya masih secara tradisional. Produksi ikan nasional didominasi ikan bandeng
dengan produksi sebesar 40,1% dari total produksi sebesar 404.313 ton pada tahun 1997
(Anonymousf, 1999). Ikan bandeng banyak dipelihara karena beberapa hal:
Cukup digemari masyarakat sebagai bahan pangan bergizi tinggi
Memiliki nilai jual tinggi

Mudah beradaptasi dan bertoleransi tinggi terhadap salinitas


Tahan terhadap penyakit
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan adalah proses penyiapan lahan tambak mulai pengeringan lahan
sampai siap ditebar benih untuk pembesaran ikan bandeng. Persiapan tambak sangat
menentukan keberhasilan budidaya. Tahapan Persiapan tambak adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan sarana dan Prasarana
Memperbaiki secara menyeluruh mulai pintu air, pematang, caren, saringan, saluran
pemasukan, saluran pengeluaran dan peralatan lainnya seperti pompa air, jala lingkar
(untuk sampling pertumbuhan ikan).
b. Pengeringan Lahan
Lama pengeringan tergantung cuaca dan kondisi tanah. Tanah yang mempunyai
ketebalan lumpur dalam membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu sedangkan tanah liat
berpasir membutuhkan waktu cukup 10 hari. Tujuan pengeringan ini adalah mempercepat
penguapan gas racun-racun, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian
dan menaikan pH tanah.
c. Pengangkatan Lumpur
Endapan lumpur sisa pemeliharaan periode sebelumnya berwarna hitam dan terletak
ditengah tambak atau didekat pintu pengeluaran. Lumpur ini banyak mengandung bahan
organik dan gas-gas beracun seperti asam sulfida sehingga lumpur ini perlu diangkat.
Endapan lumpur diangkat kepermukaan tanggul.
d. Pengapuran Tanah
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri
pathogen yang ada dan organisme hama. Kapur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah
kapur pertanian (CaCO3). Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH tanah.
Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin banyak.

e. Pemupukan
Dalam pemeliharaan ikan bandeng penyediaan makanannya dapat berupa makanan
alami dan makanan buatan. Jenis makanan alami ditambak dapat berupa klekap, lumut,
plankton, dan organisme dasar atau benthos. Namun demikian jarang sekali semua jenis
tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang bersamaan. Hal ini
tergantung dari keadaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air ditambak.
Dalam penumbuhan pakan alami tersebut mempunyai tatacara yang berbeda
tergantung dari jenis pakan alami yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut
kebutuhan jenis pupuk yang digunakan untuk proses penumbuhannya pun berbeda. Untuk
penumbuhan klekap yang merupakan kumpulan jasad renik yang disusun oleh algae biru,
benthos, diatom, bakteria, dan organisme renik hewani, diperlukan pupuk organik seperti
dedak halus, bungkil kelapa, kotoran sapi, kotoran kerbau, dan kotoran ayam.
Jumlah pupuk yang digunakan tergantung dari kesuburan tanah tersebut, pada
umumnya dosis pupuk organik berupa dedak halus diperlukan 500-1000 kg/ha, bungkil
kelapa diperlukan 500-1000 kg/ha, kotoran kerbau/sapi 1000-3000kg/ha, kotoran ayam
jumlah pupuk organik yang diperlukan 500 kg/ha.
Penggunaan pupuk anorganik dalam penumbuhan klekap terdiri dari pupuk Urea dan
TSP yang digunakan dengan perbandingan 2:1. Dosis pupuk urea adalah 100 kg/ha dan
TSP 50 kg/ha. Aplikasi pupuk anorganik dilakukan setelah didahului oleh pemasukan air
tahap pertama setinggi 5-10 cm dan dikeringkan kembali. Pada pemasukan air berikutnya
dilakukan dengan ketinggian 10-15 cm yang selanjutnya dilakukan penebaran pupuk
anorganik sesuai dengan dosis tersebut. Penggunaan pupuk organik dilakukan dengan cara
diletakan pada beberapa tempat dibagian tambak secara merata sebelum dilakukan
pemasukan air tahap pertama.
Untuk penumbuhan pakan alami jenis lumut yang komposisi utamanya adalah alga
hijau berfilamen diperlukan kedalaman air antara 40-60 cm. Kisaran kadar garam yang
diperlukan untuk penumbuhan lumut adalah 25 promil atau lebih. Jenis lumut yang umum
tumbuh ditambak adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp), dan lumut perut ayam

(Enteromorpha sp). Jenis algae hijau filamen lainnya juga merupakan jenis lumut adalah
Cladophora sp. dan Vaucheria sp.
f. Pengisian Air Sebelum Tebar
Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah
melalui saringan di pintu air pemasukan (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih
kurang 10 cm. Kemudian pintu air pemasukan ditutup dan air dalam tambak dibiarkan
selama tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi
baik untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan
penggunaan Saponin (tea seed) untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak dan
untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak dibiarkan
hingga

5-7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah mati, maka

pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran cukup 10 cm dan
dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian setelah pemupukan
dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap sesuai dengan
pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari pelataran tambak maka
air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan.
2. Persiapan Benih
Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses pembesaran
terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Pemilihan benih yang dipilih adalah sebagai berikut:
- bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal
- ukuran kepala relatif kecil
- susunan sisik tratur, licin, mengkilat, tidak ada luka
- gerakan licah dan normal
- umur antara 4-5 tahun

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.


a.

Kegiatan Peneneran

Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari ukuran nener
hingga mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah dapat digunakan pada
kegiatan penggelondongan. Luas tambak untuk kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan
biasa dikenal dengan sebutan baby box. Perbandingan luas petak peneneran,
penggelondongan, dan pembesaran adalah 1:9:90. lama pemeliharaan dipetak peneneran
berkisar 30-45 hari tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan.
b.

Kegiatan Penggelondongan

Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari ukuran


gelondongan kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran gelondongan. Kegiatan
penggelondongan ini dilakukan kurang lebih selama 30 hari atau pada saat ukuran berat
ikan antara 3-5 gr/ekor. Setelah kegiatan penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat
dipelihara di petak pembesaran.
3. Penebaran Benih
Faktor-faktor penebaran benih yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut
(Mudjiman, 1988):
a. Padat Tebar
Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan ikan
ukuran konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan bandeng yang dilaksanakan.
Untuk metode tradisional yang disempurnakan padat tebarnya adalah 2-3 ekor/ m 2. Lama
pemeliharaan pada pembesaran ikan bandeng dengan metode tradisional yang
disempurnakan adalah 4 bulan.
b. Waktu Penebaran
Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak siap
untuk pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton. Keterlambatan
penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit berkembang didalamnya. Waktu
penebaran dilakukan sore hari atau menjelang matahari terbenam pukul 16.00-18.00 atau

pagi hari sebelum matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi
fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah.
c.

Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan lingkungan
baru yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses adaptasi ini secara
fisiologi dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan disesuaikan dengan lingkungan
barunya. Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan khusus yaitu
petakan yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk sementara dalam kegiatan aklimatisasi
atau penyesuaian benih pada tambak. Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya
benih yang akan ditebarkan. Petakan ini dibuat di dekat pintu air dan dibatasi oleh
pematang yang sempit (kecil). Diatas pematang dibangun atap yang terbuat dari gedek
bambu yang dilapisi dengan plastik atau dari daun kelapa (welit). Kegunaan atap ini adalah
sebagai pelindung bagi benih dari sengatan sinar matahari yang kuat dan hujan, karena air
hujan yang langsung mengalir kepetak aklimatisasi dapat menyebabkan kematian pada
benih. Petak aklimatisasi ini diperlukan baik pada musim kemarau maupun pada musim
hujan.

4.

Pemberian Pakan
Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan ikan,
lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan pemberian
pakan akan menyebabkan bahan organik yang mengendap terlalu banyak sehingga akan
menurunkan kualitas air demikian juga kekurangan pakan akan menyebabkan pertumbuhan
ikan turun dan tubuhnya lemah sehingga daya tahan terhadap penyakit menurun. Pakan
disebarkan secara merata ke dalam tambak.
Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan
berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran (size) ikan.
Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos chanos Forskal)
antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta mineral. Pakan hidup
adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai pakan ikan. Pada umumnya

jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping sebagai pakan alami bagi ikan
adalah penghasil oksigen dalam air.
5.

Monitoring Pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam
petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik.
Pengamatan pertumbuhan dilakukan dalam pengambilan contoh (sampel) dan pemeriksaan
ikan dengan dilakukan penjalaan (Jala tebar). Untuk mengamati respon ikan terhadap pakan
serta kesehatan ikan dapat diamati menggunakan anco, sedangkan pengamatan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan pengamatan langsung berupa jumlah yang
mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan
yang akan diberikan.
Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi
hama penyakit serta waktu panen yang tepat. Pengambilan sampel atau sampling dilakukan
tidak hanya pada satu titik tambak, atau hanya pada sisi tambak dimana ikan sering diberi
pakan, tetapi harus dilakukan pada lima titik tambak, yaitu bagian tengah tambak dan
empat titik yang lainnya yaitu empat sudut pada tambak. Hal ini bertujuan agar sampling
atau pengambilan sampel yang dilakukan dapat benar-benar mewakili organisme yang
dibudidayakan di tambak secara akurat.

6.

Perawatan Tambak Selama pembesaran


Untuk keberhasilan usaha pembesaran bandeng maka perlu dilakukan perawatan
dengan baik selama pemeliharaan. Perawatan tersebut meliputi pengaturan air, perawatan
pintu dan pematang, pemupukan susulan serta pemberian pakan tambahan.

a. Pengaturan Air
Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga benih
dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam
menjaga kualitas air tetap baik. Selain itu, unsur hara dan organisme makanan benih ikan
bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan
menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi

kehidupan benih. Pergantian air dilakukan secara teratur bersamaan dengan adanya air
pasang. Caranya adalah dengan mengeluarkan setengah atau sepertiga bagian air tambak
sebelum terjadi air pasang, kemudian diganti dengan air pasang yang baru sampai
ketinggian air semula.
Pada saat setelah terjadi hujan, maka air di tambak perlu segera diganti, karena air
hujan akan mengencerkan salinitas. Hal ini dapat membahayakan kehidupan ikan yang
sedang dipelihara. Kemudian juga untuk menjaga salinitasnya agar tetap stabil dan baik
(payau) diperlukan juga sumber air tawar, sumber air tawar bisa diperoleh dari air sungai.
b.

Perawatan Pintu dan Pematang


Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu tambak
harus selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini adalah untuk
mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam tambak serta mencegah
hilangnya benih. Demikian pula saringan di pintu tambak harus dibersihkan dengan sikat,
untuk memudahkan dalam pertukaran air.

c. Pemupukan Susulan
Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan
pemupukan susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara kedalam
tambak, sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami. Jumlah pupuk yang
diberikan tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat
digunakan pupuk Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga
ditambah dedak halus sebanyak 100 kg/ha. Selain sebagai pupuk, dedak halus juga
berfungsi sebagai makanan tambahan.
Mudjiman juga mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat ada air
pasang. Hal ini di maksudkan bila hasil pemupukan berpengaruh kurang baik terhadap
kualitas air (seperti terjadi blooming), maka dengan segera dapat dilakukan pertukaran air.
Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat
mengencerkan hasil pemupukan tersebut. Selain itu dalam melakukan pemupukan,
pelataran tidak boleh diinjak-injak, karena akan merusak klekap yang tumbuh

d.

Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami sudah tidak
dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis makanan buatan yang
digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan kira-kira 5% dari berat total tubuh
per hari. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

8.

Pengamatan Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng adalah
sebagai berikut:

a. Jenis-jenis hama berupa:


1)

Ikan pemangsa seperti Kakap, Kerong-kerong, Payus, Bulan-bulan dan jenis ikan penyaing
seperti Tilapia, dan Belanak.

2)

Ketam/kepiting, Belut, Tonang, yang merupakan hama yang sering membuat lubang dan
merusak pematang pada tambak.

3)

Ular air dan Burung seperti, Pucuk ikan, Bangau, dan lainnya, sebagai pemangsa yang
sering mengancam kehidupan ikan dalam kegiatan budidaya di tambak.
Selain itu perlu diperhatikan pengontrolan tambak secara terus-menerus yaitu
mengurangi atau membasmi organisme pengganggu atau pemakan bentik yang tumbuh di
sekitar tambak. Larva chironomid, cacing polychaete, dan siput yang merupakan sumber
penyakit. Penggunaan kapur dan urea pada saat persiapan tambak akan membasmi
organisme tersebut.

b.

Metode Pengandalian Hama


Ada 2 metode pengendalian hama yaitu :

1.

Secara fisik dan

2.

Secara kimiawi
Secara fisik antara lain dengan cara :

a)

Pengeringan dasar tambak

b)

Pemasangan saringan pada pintu air

c)

Pemasangan perangkap

d)

Pemasangan tali-tali tidak berwarna (nylon) yang direntangkan di atas tambak untuk
mencegah burung pemangsa.
Secara kimiawi, dengan jalan memilih jenis pestisida dan dosis penggunaan
berdasarkan macam hama. Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan jenis hama
No
1

3
4

c. Cara Pemakaian Pestisida


1)

Bungkil biji teh ditumbuk hingga halus (bubuk), kemudian direndam dalam air selama
semalam. Disebar merata ke dalam tambak.

2)

Bubuk rotenon dicampur dengan air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam
tambak.

3)

Akar tuba ditumbuk hingga halus (bubuk), direndam dalam air selama satu malam,
kemudian diambil ekstraknya dan disebarkan merata kedalam tambak.

4)

Brestan dicampur air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak. Setelah
aplikasi tambak harus direklamasi (genangi tambak dengan air laut atau payau selama 1
malam, lalu kuras)

5)

Sevin, dengan membuat umpan dari ikan rucah yang dilumuri dengan bubuk sevin,
kemudian ditaruh disekitar lubang kepiting (pada saat pemeliharaan) atau disebar merata
pada saat persiapan tambak (tambak berair sekitar 10 cm) dan setelah aplikasi tambak perlu
dicuci.

d.

Penyakit pada Bandeng


Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulan gangguan pada ikan,
sehingga dapat menimbulan kerugian dalam bereproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan
disebabkan oleh ketidakserasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu
sendiri, dan organisme patogen.
Jenis penyakit yang pernah dilaporkan yang menyerang ikan bandeng adalah:

1)

Sisik atau kulit kotor penyakit ini disebabkan oleh Caligus Sp dan Piscicolla Sp, gejalanya
yaitu nafsu makan ikan berkurang, susunan sisik rusak, ikan terlihat malas.

2)

Sirip ekor patah dan rusak penyakit ini disebabkan oleh Fiorrot disease
7. Manajemen kualitas
Selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air.
Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat
menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran
dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang
baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan
hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu. Petakan untuk Nener mempunyai
dasar yang lebih tinggi dan rata bila dibandingakn dengan petakan-petakan yang lain. Oleh
karena itu perlu adanya tindakan bila masih terjadi bocoran-bocoran pada waktu
pemasukkan air di saat pasang terakhir. Pilihan lain ialah perlu menyediakan pompa air
untuk pasang yang rendah bila tidak dapat mencapai petak peneneran. Nener tumbuh lebih
cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim

kemarau dilakukan penyegaran denganpenggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada


musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi
air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan
sering ada hujan akan lebih bermanfaat.
Musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untuk menumbuhkan
klekap sebagai makanan alami. Setelah petakan selesai perataannya lalu dibiarkan kering
sampai tanahnya retak-retak. Waktu pengeringannya diperkirakan selama 2 - 3 minggu
tergantung pada tenah aslinya. Keberhasilan atau kegagalan dalam menumbuhkan klekap
yang baik dan menahannya agar tetap menempel pada dasar tembak tergantung pada derajat
kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau pengeringan yang kurang sempurna
akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari tanah dan akhirnya mengambang.
Bilamana terjadi sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehinga lapisan permukaan tanah
kekeringan, maka terjadi suatu kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk
pertumbuhan klekap. Pengeringan dianggap cukup bilamana kandungan air dari lapisan
tanah yang tebalnya sekitar 10 cm itu kira-kira 18 - 20%. Suatu hal yang praktis untuk
mengetahinya ialah dengan jalan diatas tanah yang dikeringkan tersebut. Bilamana tanah
tersebut cukup kuat menahan orang sehingga hanya turun (tenggelam) sekitar 2 cm, berat
badan

orang

tersebut

maka

pengeringan

tanah

dianggap

telah

cukup.

Pupuk organik kemudian ditebarkan setelah tanah cukup mengeras. Kwantitasnya


tergantung kepada jumlah dari kemerosotan bahan organik dalam tanah tambak yang akan
dipupuk. Pada umumnya rata-rata tanah memerlukan 500 - 1.000 kg bekatul atau bungkil
jagung per hektar; 500 -3.000 kg kotoran ternak untuk tiap hektar tambak. Pupuk anorganik
segera ditebarkan di tanah tambak, setelah tanah tambak tersebut digenangi air pasang yang
baru, sedalam kira-kira 10 cm dan pintu-pintu ditutup serta diblok dengan tanah untuk
menahan air tersebut. Beberapa petani tambak menggunakan pupuk Urea atau Ammonium
sulfate (ZA) sebanyak 50 kg atau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petakpetak agar lebih mempercepat proses pembusukkan pupuk organik tersebut. Air di dalam
petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada

dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaan pengeringan pertama sebelum ditebari
pupuk organik. Pada akhirnya praktis semua pupuk organik akan membusuk (mengurai).
Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati-hati, disaring
melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10 cm
dan sekali lagi petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45 - 55 kg pupuk
TSP untuk tiap hektar. Jikalau klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang
pertama, pada saat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak.
Selanjutnya sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap
untuk ditebari ikan (nener atau gelondongan bandeng).
Untuk menanggulangi pertumbuhan klekap pada musim hujan agak sulit. Penurunan
kadar garam menghalangi pertumbuhan dan kemungkinan penyebab kerusakan total dari
makanan bilamana terjadi perubahan mendadak. Oleh karena itu waktu (saat) yang penting
dalam mempersiapkan peneneran pada musim hujan. Paling sedikit diperlukan waktu 1
minggu yang cuacanya baik secara terus menerus jikalau ingin mencapai keberhasilan.
Petakan dikeringkan, diratakan dan dibiarkan paling sedikit 3 hari, kemudian air
dimasukkan dan dipupuk dengan pupuk organik yang kuantitasnya sama dengan yang biasa
digunakan pada pemupukan anorganis yang kedua di musim kemarau. Pada saat itu juga
ditambahkan bekatul sebanyak 200 kg/Ha. Perlu diketahui klekap yang tumbuh pada
musim hujan ini tidak sebanyak yang tumbuh di musim kemarau dan cenderung mudah
lepas dari tanah dasar petakan yang kemudian mengapung, yang akhirnya mengelompok di
sisi-sisi petakan akibat dihembus oleh angin. Dalam hal demikian, klekap tidak dapat
dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara.
7. Konstruksi dan Pembagian Petak Tambak
Luas petakan tambak sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dengan dimensi empat persegi
panjang atau bujur sangkar. Bentuk empat persegi panjang sebaiknya dibuat tegak lurus
arah angin dominan.

Saluran air antara saluran iar masuk dan keluar pada budidaya

bandeng intensif menurut Ahmad dan Yakob (1998), haruslah terpisah untuk mencegah
akumulasi pathogen dalam petak tambak.

Pertumbuhan bandeng dalam setiap pemeliharaannya mempunyai tahapan-tahapan


yang akan dilalui sehingga perlu dilakukan pembagian.

Pembagian petak tambak ini

dimaksudkan untuk mengelompokkan bandeng sesuai dengan umur dan ukurannya dengan
pembagian sebagai berikut (Ahmad dan Yakob, 1998) :
- Petak Pendederan
Benih atau nener dari hatchery yang umumnya berumur antara 20 25 hari biasanya
berada pada lingkungan yang terbatas. Luas petak pendederan bervariasi, namun untuk
kemudahan panen sebaiknya tidak lebih luas dari 200 m2.
- Petak Penggelondongan
Petak ini digunakan petambak untuk menghasilkan gelondongan (fingerling) bandeng
yang siap dijual atau ditebar di tambak sendiri.
- Petak Pembesaran
Bandeng dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
ruang. Ikan akan tumbuh lebih cepat pada ruang yang lebih luas. Petak pembesaran ini
hendaknya dibuat lebih besar daripada petak pendederan dan petak penggelondongan.
8.

Pemanenan
Setelah ikan bandeng mencapai ukuran konsumsi, maka dilakukan pemanenan. Panen

dapat dilakukan secara bertahap (selektif) maupun secara total.


a. Panen Bertahap
Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode menyerang air atau
yang dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai dengan sifat bandeng yang selalu
menentang arus (aliran air). Caranya adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan
sebagian. Kemudian pada saat terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke
tambak melalui pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera
menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan terkumpul dalam

petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan tersebut ditangkap dengan


menggunakan jaring.
b.

Panen Total
Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara pengeringan tambak.
Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air yang ada
didalam tambak hanya mengisi bagian pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di
caren tersebut. Pemanenan dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik (diseret)
sepanjang caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong sepanjang caren
oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat tertentu yang
luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan dengan alat tanggok (scoop
net).
9. Analisa usaha
Untuk pengolahan lahan dan penyediaan benih/ha pada tambak tradisional
1. Perawatan awal yaitu perbaikan caren dan pematang

Rp. 300.000,-

2. Kapur 250 kg (@ Rp. 2.500,-)

Rp. 625.000,-

3. Pupuk urea 20 kg (@ Rp. 3.000,-)

Rp. 600.000,-

4. Pupuk TSP 20 kg (@ Rp. 4.000,-)

Rp. 800.000,-

5. Gelondongan bandeng 10.000 ekor (@ Rp. 150,-)

Rp. 1.500.000,-

6. Upah tenaga kerja panen

Rp. 150.000,-

7. Biaya tak terduga

Rp. 300.000,-

Jumlah total biaya pengeluaran 1 siklus pemeliharaan bandeng/ha

Rp. 4.275.000,-

Pendapatan hasil panen


- Tingkat daya hidup bandeng (SR) sebesar 90 %.
10.000 x 90 % = 9.000 ekor yang tersisa
- Pertumbuhan selama 6 7 bulan sebesar 250 gr.
9.000 ekor x 250 gr = 2.250.000 gr = 2.250 kg
- Total pendapatan produksi dengan harga jual Rp. 10.000,-/kg

2.250 kg x Rp. 10.000,- = 22.500.000,Jadi keuntungan usaha dalam 1 siklus budidaya bandeng/ha adalah sebesar
- Pendapatan pengeluaran = 22.500.000,- - 4.275.000,- = Rp. 18.225.000,1. Analisis Titik Impas Pulang Modal (Break Event Point/BEP)
BEP volume produksi = total biaya produksi : harga jual
= 4.275.000 : 10.000
= 427,5 kg
Jadi pada tingkat penjualan 427,5 kg telah mencapai titik impas pulang modal.
BEP harga produksi = total biaya produksi : total produksi (kg)
= 4.275.000 : 2.250
= Rp. 1.900,Jadi harga dasar untuk mencapai titik impas adalah Rp. 1.900,- per kg
2. Analisis kelayakan usaha (Reveneve Cost Ratio/RC ratio)
B/C ratio = total pendapatan : total biaya produksi
= 22.500.000,- : 4.275.000,= 5,26
Jadi dari biaya sebesar Rp. 4.275.000,- yang dikelurkan akan memperoleh penerimaan
sebesar 5,26 kali lipatnya.

Anda mungkin juga menyukai