Anda di halaman 1dari 6

Budidaya Kakap Putih di Tambak

Ada banyak cara dan metode yang diterapkan oleh para pembudidaya ikan kakap putih
khususnya ditambak diantaranya tentu saja tujuan akhirnya ingin mencapai keberhasilan dengan
tingkat pencapaian yang sebaik-baiknya dengan menekan cost dan meningkatkan kwalitas yang
berujung pada pencapaian hasil akhir yang memuaskan, selain lokasi tambak juga biasa digunakan
KJA atau keramba jaring apung adapun dengan tujuan sebagai beberapa pertimbangan diantaranya,
ditambak lebih mudah untuk dijangkau, tidak terpengaruhi oleh cuaca buruk seperti angin ribut dan
gelombang karena sifat ikan kakap putih ini sangat agresif apabila disimpan dalam jaring petakan
keramba jaring apung maka dikhawatirkan akan menimbulkan luka luka pada ikan tersebut akibat
digoncang oleh gelombang dan arus laut, biasanya apabila sisik ikan terlepas maka akan
menyebabkan infeksi pada permukaan kulit ikan itu sendiri, pemeliharaan ditambak pun bukan berarti
tanpa kendala dan yang paling penting adalah manajemen dan cara pengelolaan tambak itu sendiri
baik secara tekhnis maupun non tekhnis dari segi tekhnis yang terpenting adalah pengelolaan kwalitas
air tambak dan pakan yang terpenuhi secara kontinyu dan teratur. (Mulyono, 2011)
Habitat ikan kakap putih
Ikan kakap putih sebenarnya adalah ikan liar yang hidup di laut. Namun setelah di lakukan
penelitian ikan kakap putih memiliki habitat yang sangat luas. Ikan kakap putih dapat hidup di daerah
laut yang berlumpur, berpasir, di ekosistem mangrove. Nelayan sering mendapatkan ikan kakap putih
ketika melaut. Ikan kakap yang hidup di laut lebih besar ukurannya di bandingkan yang di pelihara di
air payau atau di air tawar. Hal itu mungkin di sebabkan karena makanannya banyak di habitat
aslinya. (Kordi, 2011)
Ikan kakap juga dapat hidup di air payau. Ikan kakap akan menuju daerah habitat aslinya jiak
akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan beruaya menuju pantai dan
larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas 29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka
ikan kakap putih tersebut akan beruaya ke air payau. (Mulyono, 2011)
Selain di air laut dan payau, ikan kakap putih juga dapat hidup di air tawar. Larva ikan kakap
dapat di temukan di perairan tawar seperti di sawah dan danau. Pernah ditemukan ikan kakap putih di
temukan di sungai Bengawan Solo sampai sejauh 200 km dari pantai. Di sungai Kattiong, Langnga,
Pinrang, Sulawesi Selatan pernah di jala ikan kakap putih berukuran panjang 107 cm dan berat 40 kg.
Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap dapat juga di pelihara di air tawar. (Budi, 2009)
Makanan dan kebiasaan makan
Ikan kakap putih merupakan jenis ikan buas atau predator sehingga sudah pasti makanannya
adalah daging. Ikan kakap memangsa semua jenis ikan yang berukuran lebih kecil dari badannya
seperti ikan teri, plankton, udang, cumi cumi, dan hewan kecil lainnya. Ikan kakap putih juga dapat di
berikan pakan buatan seperti pelet. Pelet yang di berikan harus mempunyai kandungan protein yang
tinggi. Menurut para petani ikan kakap yang di berikan pakan alami dagingnya lebih enak dari ikan
kakap yang di berikan pakan buatan berupa pelet. (Kordi, 2011)
Berdasarkan penelitian yang di lakukan selama 90 hari, bobot ikan kakap dipengaruhi oleh
kadar protein dalam pakan buatan. Semakin tinggi kadar proteinnya semakin efektik pengaruhnya
terhadap bobot mutlak ikan kakap putih. Pada pakan berkadar protein 40% yaitu 180,2 gram bobot
ikan mutlak mencapai nilai tertinggi. Kadar protein adalah terendah 25% yaitu 154,5 gram. (Utojo,
1995)

Ikan kakap putih adalah salah satu ikan karnivora yang mampu mencerna protein lebih besar
dari jumlahnya jika di bandingkan dengan ikan omnivora maupu herbivora untuk kelangsungan
hidupnya. Kadungan pakan yang memiliki serat yang kasar mampu mempengaruhi daya cerna ikan
kakap putih, sehingga pakan yang baik buat ikan kakap putih adalah pakan yang tidak memiliki serat
atau mempunyai serat sedikit. Pakan yang memiliki karbohidrat yang tinggi tidak baik bagi
pertumbuhan ikan karena karbohidrat bukan merupakan sumber energi utama ikan khususnya ikan
karnivora seperti ikan kakap putih. (Sudjiharno, 1999)
Selain jenis pakan, untuk berhasi membudidayakan ikan kakap putih yaitu kita juga harus
mengetahui kebiasaan makannya. Ikan kakap putih biasanya berdiam diri di dasar. Menunggu mangsa
mendekat lalu menyergapnya. Sifat demikianlah yang menunjukkan kalau ikan kakap putih itu
termasuk ikan buas. Sifat buas ikan kakap ini menyebabkan ikan kakap putih ini mudah di tangkap
baik dengan pancing maupun jala. Iakn kakap putih mudah di tangkap di setiap waktu, baik pagi,
siang, sore, maupun malam. (Said, 2007)
Ikan kakap putih merupakn salah satu jenis ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas.
Sifat tersebut memungkinkan ikan kakap dapat di pelihara di seluruh wilayah perairan. Budidaya ikan
kakap putih yang sering di lakukan adalah di KJA dan di tambak. Pemilihan lokasi budidaya baik di
KJA maupun di tambak harus mempertimbangkan faktor teknis maupun non teknis. Pemilihan lokasi
harus betul betul di perhitungkan. Kecerobohan dalam pemilihan lokasi akan mengakibatkan
kegagalan dalam budidaya ikan kakap putih tersebut. (Sudjiharno, 1999)
Persyaratan lokasi
Pemilihan lokasi baik di tambak maupun KJA harus terlindung. Jika di KJA lokasinya harus
terlindung dari arus dan terpaan angin kencang. Terpaan angin kencang dan arus yang tinggi dapat
merusak KJA. Sedangkan jika lokasi budidaya di tambak harus terlindung dari manusia yang tidak
bertanggung jawab dan terlindung dari gangguan hama. (Kordi, 2005)
Selain harus terlindung, lokasi budidaya harus bebas dari bahan pencemaran. Bahan bahan
limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah pertanian yang mengaring di bawa arus dan masuk
ke lokasi budidaya akan mencemari dan membahayakan biota yang kita pelihara. Konsentrasi bahan
pencemaran yang tinggi juga mempengaruhi lingkungan lokasi budidaya. Lingkungan yang tidak baik
pasti akan mempengaruhi biota yang di budidayakan. Daerah pantai di Indonesia sudah banyak di
pakai untuk tempat industri, hal ini sangat merugikan pembudidaya karena buangan limbahnya akan
mengganggu biota yang di budidayakan. Daerah pantai seperti itu sebaiknya jangan di jadikan sebagai
lokasi budidaya. (Sudjiharno, 1999)
Faktor lain yang perlu di perhatikan dalam menentukan lokasi budidaya adalah harus dekat
dengan sumber pakan. Ketersediaan pakan selama pemeliharaan harus mencukupi untuk biota yang di
budidayakan. Jenis pakan ikan kakap putih adalah biasanya ikan rucah, maka sebaiknya lokasi
budidaya ikan kakap putih tersebut harus dekat dengan tempat pelelangan ikan. Ketersediaan ikan
rucah sangat berpengaruh karena stock ikan rucah sebagai pakan utama ikan kakap putih harus ada
secara terus menerus. ( Sudjiharno, 1999)
Sarana transportasi juga harus diperhatikan dalam menentukan lokasi budidaya ikan kakap
putih. Sarana transportasi seperti jalan raya merupakan faktor yang tidak bisa di lupakan karena
sarana transportasi seperti jalan berguna untuk kegiatan operasional seperti pengadaan benih,
pengadaan pakan, dan pengangkutan hasil panen. Fasilitas sarana transportasi sangat mendukung

keberhasilan usah budidaya. Seharusnya dalam menentukan lokasi jangan memeilih lokasi yang sulit
di jangkau karena akan menyebabkan biaya produksi meningkat. (Said, 2007)
Lokasi budidaya yang dipilih dekat dengan lokasi pemukiman masyarakat, akan
mengakibatkan dua dampak. Dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah
keberadaan penduduk akan memudahkan kita dalam mencari tenaga kerja. Dengan mempekerjakan
penduduk di sekitar lokasi budidaya maka kesenjangan sosial di Indonesia akan berkurang. Dampak
negatif yang ditimbulkan seperti pencurian atau kegiatan masyarakat yang merugikan kegiatan
budidaya lainnya. Pendekatan dengan tokoh masyarakat dan pendudu akan membantu dalam
menyelesaikan dampak negatif tersebut. (Kordi, 2004)

Persyaratan kualitas air


Penentuan lokasi budidaya yang ideal selain dari faktor di atas adalah faktor kualitas air.
Kualitas air merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan lokasi budidaya karena biota
yang di pelihara hidupnya di air maka jika kualitas airnya baik maka biota yang di pelihara juga baik.
Sebaliknya, jika kualitas airnya jelek maka biota yang di pelihara juga tidak akan hidup dengan baik.
Memilh lokasi harus sesuai denagn kebutuhan ikan yang akan kita pelihara, kita harus menjaga agar
kualitas air tetap optimal. Ikan akan stres dan mati jika perubahan air terjadi dengan tiba tiba. Faktor
kualitas air yang penting di perhatikan meliputi sifat fisika, sifat kimia dan sifat biologi.
A. Sifat fisika air
a.

Suhu

Kelangsungan hidup hewan hewan akuatik sangat di pengaruhi oleh suhu. Perubahan suhu akan
berpengaruh terhadap metabolisme ikan. Di daerah tropis khususnya suhu jarang menimbulkan
permasalahan bagi pembudidaya karena suhu relatif stabil di daerah tersebut. Suhu yang baik untuk
ikan ikan yang dibudidayakan di daerah tropis berkisar 270 C 320C. Jika suhu di atas maupun di
bawah dari 270 C 320C maka akan terjadi gangguan bagi ikan ikan yang di budidayakan.
(Sudjiharno, 1999)
b.

Kecerahan

Kecerahan adalah cahaya yang masuk ke dalam air dan dinyatakan dalam bentuk %.Kondisi alam
sangat mempengaruhi kecerahan. Cahaya matahari masuk ke dalam air di pengaruhi oleh kekeruhan
(turbidity) air. Kekeruhan di pengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu benda benda halus yang tersuspensi
seperti lumpur dan sebagainya, adanya jasad jasad renik (plankton) dan warna air. Kecerahan dapat di
ukur menggunakan alat yag di sebut secchi disk. (Kordi, 2011)
B. Sifat kimia air
a.

Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi rata rata jumlah kadar garam yang terdapat di dalam air laut.
Klorinitas adalah cara yang digunakan untung menghitung salinitas dengan rumus 0/00 = klorinitas x

1,87. Salinitas di perairan samudra biasanya 34-35 ppt. Di daerah pantai biasanya salinitas rendah
karena terjadi pengenceran dari daerah sungai. Sebaliknya di daerah yang penguapannya tinggi
salinitas akan cenderung tinggi. Biasanya ikan kakap putih mampu hidup di kisaran salinitas 0-33 ppt.
Salinitas optimum ikan kakap putih adalah 15-20 ppt. Perubahan salinitas yang mendadak akan
menyebabkan perubahan tekanan osmotis pada tubuh ikan. Berdasarkan toleransinya terhadap
salinitas biota perairan dapat di kelompokkan menjadi stenohaline dan euryhaline. (Farkhan, 2011)
b.

Oksigen terlarut

Oksigen terlarut (DO) adalah satu jenis gas terlarut dalam air dalam jumlah yang sangat
banyak, menempati urutan kedua setelah nitrogen. Oksigen menempati urutan teratas jika di lihat dari
kegunaannya karena oksigen sangat di perlukan oleh semua makhluk hidup untuk bernafas. Oksigen
yang di butuhkan oleh ikan dan yang ada di dalam air adalah oksigen terlarut. Oksigen terlarut akan
turun pada malam hari. Pada malam hari ikan dan makhluk hidup di dalamnya akan melakukan proses
pernafasan yang membutuhkan oksigen terlarut. Biasanya ikan laut seperti ikan kakap putih
membutuhkan oksigen terlarut minimal 4 mg/liter atau 4 ppm. ( Sudjiharno, 1999)
c.

Senyawa nitrogen

Amonia dan nitrit merupakan senyawa nitrogen yang tidak baik dan mengganggu
pertumbuhan biota. Pada kadar yang berlebihan, kandungan amonia di dalam air dapat bersifat racun.
Amonia berasal dari hasil dekomposisi bahan bahan organik oleh bakteri. Nitrit berasal dari proses
denitrifikasi oleh nitromonas. Amonia terdapat dua bentuk di dalam air, yaitu NH4+ atau sering
disebut Ionized Ammonia. Amonia jenis ini merupakan amonia yang kurang beracun. Bentuk yang
kedua yaitu NH3 atau Unionized Ammonia. Amonia yang satu ini sangat berbahaya bagi ikan karena
beracun. Daya racun amonia akan semakin meningkat jika pH tambak meningkat.
Perombakan amonia menjadi nitrat sebenarnya terjadi di alam, nitrat merupakan suatu bentuk amonia
yang tidak berbahaya. Amonia berubah menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi. Proses nitrifikasi di
bantu oleh bakteri nitrifikasi yaitu nitrosomonas dan nitrobacter. Dalam proses nitrifikasi
membutuhkan oksigen yang banyak sebagai sumber energi. Reaksi nitrifikasi dapat dilihat pada reaksi
di bawah ini :
29NH4 +37O2 + 5CO2 Nitrosomonas

C5H7O2N + 28NO2 + 57H+26H2O

96NO2 + 43O2 + 5CO2 + 2H2O nitrobacter

C5H7O2N + H+ + 96NO3

Proses nitrifikasi ini juga akan berlangsung lambat jika pH di dalam air rendah. (Kordi, 2011)
d.

pH

Parameter kualitas air yang satu ini merupakan faktor yang sangat penting di kualitas air.
Derajat keasaman atau yang sering disebut pH pada air laut biasanya 7,5-8,5. pH air sangat
mempengaruhi kualitas perairan karena mempengaruhi terhadap kehidupan jasad renik. Perairan yang
mempunyai pH rendah akan tidak produktif karena dapat membunuh bita budidaya. Ph yang rendah
akan mempengaruhi oksigen terlarut dalam air karena jika pH rendah maka kandungan DO akan
rendah pula. (Kordi, 2011)
C. Sifat biologi
a.

Klorela

Klorela (Chlorella) merupakan plankton yang hidup di alam bebas termasuk ke dalam jenis alga hijau.
Klorela merupakan fitplankton atau plankton tumbuhan. Klorela di kasifikasikan sebagai berikut :
Filum

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Ordo

: Cholorococcales

Famili

: Chlorellaceae

Genus

: Chlorella

Klorella mempunyai sel berbentuk bulat atau bulat telur. Sel telur klorela berdiameter 2-8 mikron,
warnanya hijau karena mempunyai klorofil yang dominan, dinding selnya keras terdiri dari selulosa
dan pektin. Klorela bergerak sangat lambat. Klorela dapat hidup di air tawar dan air laut. (Bambang,
1997)
b.

Rotifera

Bentuk tubuh rotifera adalah bulat dan berbulu getar. Rotifera suka makan jasad renik, bakteri, ragi
dan protozoa. Rotifera dapat hidup di air payau dan air laut. Rotifera dapat di kalsifikasikan sebagai
berikut :
Filum

: Trochelminthes

Subkelas

: Monogononta

Ordo

: Notonimatida

Famili

: Brachionidae

c.

Artemia

Artemia masuk kedalam jenis udang udangan primitif. Artemia di klasifikasikan sebagai berikut
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Crustaceae

Ordo

: Anostraca

Famili

: Artemidae

Genus

: Artemia

Artemia dapat hidup di air laut dengan salinitas 5-300 ppt. Artemia mempunyai kisaran toleransi yang
luas terhadap oksigem terlarut. Artemia masih dapat hidup pada kandungan oksigen sampai 1 ppm.
Kandungan oksigem yang optimal adalah 3 ppm. Artemia juga dapat hidup pada perairan yang
kandungan amoniak yang tinggi. (Kordi, 2010)

http://padangsidimpuanpamuji.blogspot.co.id/2012/11/budidaya-ikan-kakap-putih.html

Mulyono, Mugi. 2011. Budidaya Ikan Kakap Putih. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai