ANALISIS
Dalam kasus bioenergetika antara spesies udang penaeid dengan teripang
terlihat berbeda dalam kedua penelitian. Penelitian di udang penaeid membahas
energi yang habis untuk moulting, konsumsi pakan, pencernaan dan biosintesis,
metabolisme energi, oksidasi dan pertumbuhan, sedangkan dalam penelitian di
teripang hanya membahas energi yang dihabiskan untuk proses sekresi dan
respirasi (metabolisme energi) serta pertumbuhan teripang itu sendiri. Udang
mengalami moulting karena termasuk kedalam filum crustacea yang mempunyai
zat kitin untuk membentuk karapas yang melindungi tubuhnya. Sedangkan teripang
tidak
mengalami
moulting
karena
berbeda
filum
dengan
udang,
yaitu
energy
dipakai
didalam
pembuatan
exuvia,
setelah
itu
udang
memaksimalkan energi nya karena tidak makan selama 3 hari yaitu 2 hari sebelum
dan 1 hari setelah moulting, selain tidak makan udang juga mengurangi konsumsi
oksigen dalam metabolisme rutinnya. Sementara di modul kedua, konsumsi pakan
yang dihitung berdasarkan tingkah laku udang yang nokturnal mempengaruhi %
pakan yang diberikan kepada udang. Sebagian besar spesies krustasea yang
dibudidayakan aktif pada malam hari dan menggali pada substrat di siang harinya.
Sesuai dengan kebiasaan makan itu, sebagian besar pakan buatan di tambak udang
diberikan pada malam hari dengan frekuensi pakan 3 jam sekali. Krustasea
menunjukkan pola pertumbuhan terputus yang khas karena moulting.
Modul
menjelaskan,
dalam
pencernaan
dan
biosintesisnya
udang
melakukan oksidasi asam amino maupun oksidasi lemak. Modul terakhir yaitu
modul 6 membahas tentang pertumbuhan udang itu sendiri ditilik dari total protein
keseluruhan dan tingkat protein nya dalam tubuh.
Peningkatan konsumsi oksigen yang dilakukan oleh udang banyak digunakan
pada moulting tahap moulting/postmoulting yaitu sebesar 86.21 %, di intermoulting
konsumsi oksigen 0, lalu awal sebelum moulting sebesar 7.16 % dan konsumsi
oksigen saat akan moulting meningkat kembali menjadi 12.23 %. Dalam post
moulting yang dominan digunakan adalah lemak dengan durasi tahapannya 12%
dari siklus, sementara saat intermoulting sampai akan moulting yang dominan
digunakan adalah protein dengan durasi tahapannya 88% dari siklus.
Dalam modul pertumbuhan kembali lagi dijelaskan karena tidak adanya
informasi pada referensi antatra berat badan segar dan kandungan protein, modul
menghitung berat badan segar berdasarkan rata-rata tingkat protein tubuh yaitu 20
%. Sintesis protein digunakan selain untuk pembangkit energy, banyak digunakan
pula dalam pertumbuhan. Hasil terbaik antara nilai yang diamati dengan
pertumbuhan dengan parameter protein sebesar 14% yang dikonversikan ke
glukosa dan lemak. Protein untuk sumber energy adalah 0.819. dengan persamaan
R2 kemudian Y= 0.87X + 1.38 dan 0,706. Pada percobaan, 42% protein dalam
pakan menunjukkan pertumbuhan maksimum sampai 25 hari simulasi tetapi
kemudian
menurun
dan
45%
protein
dalam
pakan
menunjukkan
kinerja
pertumbuhan yang lebih tinggi daripada protein pakan 42%. Dosis pakan juga
diputuskan sebanyak 3,6 % dari biomassa untuk pertumbuhan yang tertinggi.
Kecernaan bahan pakan (protein, lipid, dan karbohidrat) tergantung pada
ukuran, jenis dan makanan sebelumnya yang dimakan oleh udang. Kecernaan
bahan pakan merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan mutu bahan
Dengan
pemasukan
panas
melakukan
dari
estivasi
lingkungan
dan
(tidur),
hewan
sekaligus
dapat
dapat
mengurangi
menurunkan
laju