Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budidaya ikan bandeng telah lama dikenal di Indonesia. Selain sebagai
penghasil sumber protein masyarakat, budidaya ikan ini juga telah berkembang
menjadi sebuah industri rakyat yang mampu memberi lapangan kerja cukup luas.
Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya permintaan benih
bandeng untuk keperluan usaha pembesaran.Selama ini, hasil penangkapan benih
bandeng alam ternyata jauh dari mencukupi, sehingga usaha produksi benih bandeng
secara artifisial diharapkan dapat memecahkan masalah kekurangan benih. Usaha
tersebut tentu saja membutuhkan pasokan induk-induk bandeng dalam jumlah cukup
dengan kualitas yang prima. Sebab mutu induk sangat menentukan keberhasilan
pematangan gonadnya.1
Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng masih dikelola dengan
teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Hal
ini bertolak belakang dengan permintaan terhadap bandeng yang telah dijelaskan pada
uraian di atas. Untuk memenuhi kebutuhan ikan bandeng yang terus meningkat dan
berkesinambungan hanya dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya. Dengan
terus berkembangnya teknologi pembenihan ikan bandeng, memungkinkan teknologi
pembesaran ikan bandeng dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, sehingga
tidak menjadi kendala dalam teknologi pembesarannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dan deskripsi ikan bandeng?
2. Bagaimana teknik untuk budidaya ikan bandeng?
3. Apa jenis pakan yang digunakan dalam budidaya ikan bandeng?
4. Jenis penyakit apa saja yang terdapat pada ikan bandeng? Bagaimana cara
penanganannya? Bagaimana cara penanggulanganya?
5. Faktor apa yang menentukan keberhasilan budidaya ikan bandeng?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan bandeng?
C. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dan deskripsi ikan bandeng
1
Asliyanti. T, Pembenihan Bandeng, Departemen Pertanian, Bali, 1994

1
2. Mengetahui teknik untuk budidaya ikan bandeng.
3. Mengetahui jenis pakan yang digunakan dalam budidaya ikan bandeng.
4. Mengetahui jenis penyakit yang terdapat pada ikan bandeng dan mengetahui
penanganan dan juga penanggulangannya.
5. Mengetahui faktor keberhasilan budidaya ikan bandeng.
6. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan bandeng.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Bandeng

Ikan bandeng adalah ikan yang sering dijumpai di Indonesia. Ikan bandeng ini
termasuk ikan yang sering dibudidayakan oleh orang Indonesia. Bandeng (Chanos
chanos) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-
satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (kurang lebih tujuh spesies
punah dalam lima genusyang dilaporkan pernah ada). Dalam bahasa Bugis dan
Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish. Hidupnya di
Samudera hindia dan meyeberanginya sampai samudera pasifik, ikan ini cenderung
bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. 2

Ikan Bandeng ini memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Gonorynchiformes

Famili : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos 3

Ikan Bandeng digolongkan sebagai ikan pemakan tumbuhan ( herbivora ).


Namun dalam pemeliharaan di tambak, ikan ini lebih suka memakan “klekap” yaitu
ganggang kersik, bakteri, protozoa, cacing dan udang renik yang sering disebut juga
“Microbenthic Biological Complex”. Ikan bandeng berbentuk seperti torpedo dengan
sirip ekor yang bercabang ( sebagai pertanda bahwa ini termasuk perenang cepat ),
berwarna putuh keperak-perakan.

Ikan Bandeng adalah sejenis ikan laut dari Famili Chanidae, Ordo
Malacopterygii. Namun ikan ini tergolong ikan Euryhalin yaitu mempunyai daya

2
Rukmini. 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya putra darwati. Bandung. Hal 69
3
http://skp.unair.ac.id/repository/web-pdf/web_Mengenal_Ikan_Bandeng_BAGUS_RIZKI_NOVIANTO.pdf

3
penyesuaian (tolensi) yang cukup tinggi terhadap perubahan kadar garam (salinitas)
mulai dari 0%-60%. Di samping itu juga cukup tahan terhadap perubahan suhu yang
tinggi sampai 40ºc .

Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil


dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir
(adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada
seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau
kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta
mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor.4

Sumber : Balai Penelitian perikanan Pantai, Maros, 1997

B. Teknik Budidaya Ikan Bandeng


1. Pembenihan
Benih ikan bandeng disebut nener. Sampai saat ini nener kebanyakan
diperoleh dengan penangkapan alamiah. Nener yang dijual untuk dipelihara
umumnya berumur antara 21 hari sampai 28 hari. Secara fisik besar nener dengan
umur tersebut seukuran jarum dan tubuhnya transparan dengan panjang sekitar 12-
13 mm. Nener mempunyai tiga titik ditubuhnya yakni dua mata dan satu di perut.
2. Pendederan / penggelondongan
Pendederan adalah proses budidaya dari nener menjadi glondongan. Pola
pemeliharaan tahap pendederan umumnya dilakukan secara intensif atau semi
intensif. Pemeliharaan nener umumnya dilakukan sejak nener ditebar sampai umur
8 minggu. Sebelum nener ditebar sebaiknya tambak ditancapi rumpon yang
berfungsi sebagai pelindung nener dari sengatan matahari dan dilakukan
aklimatisasi terhadap nener. Aklimatisasi penting dalam pemindahan dari tahap

Ibid,.

4
satu ke tahap berikutnya. Hal ini untuk mencegah stres yang menyebabkan
kematian. Pemberian tambahan berupa makanan jadi yang berbentuk tepung
dengan cara ditabur. Makanan diberikan setiap 4 jam sekali dengan jatah sesuai
umurnya.5
Beberapa tahapan budidaya ikan bandeng yaitu,
a. Hatchery : Nener bandeng berukuran 1 cm, umur nener bandeng di hatchery
selama 15 - 25 hari.
b. Penggelondongan, Nener bandeng dipersiapkan terlebih dahulu di kolam
gelondongan, sebelum dilepas ke petak pembesaran, bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup ikan bandeng. Tahapan
penggelondongan terdiri atas.
Tambak penggelondongan 1 :
Nener dipelihara selama 15 hari, nener bandeng akan tumbuh mulai dari ukuran 1
cm hingga 2 - 3 cm.
Tambak Penggelondongan 2 :
Ikan bandeng dipelihara selama 20 - 25 hari, ikan bandeng akan tumbuh mulai
dari ukuran 3 cm hingga berukuran 5 - 6 cm.
Tambak Penggelondongan 3 :
Ikan bandeng dipelihara selama 20 hari, ikan bandeng akan tumbuh mulai dari
ukuran 6 cm hingga berukuran 7 - 10 cm.
Tambak Penggelondongan 4 :
Ikan bandeng dipelihara selama 20 hari, ikan bandeng tumbuh sejak ukuran 10
cm hingga berukuran 15 cm. Pada ukuran tersebut ikan bandeng sudah mulai
dapat dijual untuk komoditas bandeng umpan.

Tambak Pembesaran :
Pemeliharaan ikan bandeng pada tambak pembesaran berlangsung selama 2 – 3
bulan, hingga bandeng berukuran konsumsi (4 ekor per kilogram).6

Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-


aspek yang berkaitan dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan lokasi adalah sebagai berikut.

5
Rukmini. 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya putra darwati. Bandung. Hal 157-158
6
Tim perikanan WWF-indonesia. 2014. Budidaya Ikan Bandeng. Wwf-indonesia : Jakarta. Hal 5

5
a. Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery
dibangun.
b. Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu
yang ditentukan. Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an
organik.
c. Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu
diketahui secara rinci.
d. Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, speciesdominan,
keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan
karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi.
Terdapat sarana dan prasarana yang diperlukan, antara lain:
1) Sarana Pokok
Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi
adalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak
pemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan
alami.
a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa
sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana
lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih).
Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bak
pemelihara induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami, laboratorium
kering dan basah serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta
udara (aerator).
Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan
pemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta diatur menghadap ke
kultur masal plankton dan dilengkapi dengan sistim pemipaan air tawar, air laut
dan udara.
b. Bak Pemeliharaan Induk
Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan
kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat
diletakkan di luar ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.
c. Bak Pemeliharan Telur

6
Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya
tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.
d. Bak Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat
terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap,
berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur
sangkar yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan di dalam bangunan
beratap tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk mengatasi penurunan suhu air
pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa terval plastik untuk menyangga
atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.
e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami. 7
C. Jenis Pakan
Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan produksi dalam budidaya
adalah pakan, yang berpengaruh secara menyeluruh terhadap npertumbuhan ikan
karena pakan berfungsi sebagai pemasok untuk memacu pertumbuhan dan
sintasannya(Huet, 1971). Ketersediaan pakan alami maupun buatan sangat
mempengaruhi kelangsungan produksi secara berkesinambungan.
Dalam pembesaran gelondongan ikan bandeng di Keramba Jaring Apung
(KJA) kebutuhan pakan buatan seperti pelet sangat diperlukan untuk menambah,
mengganti, atau melengkapi nutrisi pakan alami pada saat dibutuhkan oleh
gelondongan ikan bandeng yang tersedia setiap saat, lebih mudah disimpan, dan nilai
gizinyapun dapat diukur sesuai dengan kebutuhan ikan. (Zonneveld et.al., 1991).
Pembuatan pakan buatan harus diberikan dengan waktu yang tepat supaya pakan
dapat dicerna dan diserap oleh gelondongan ikan sesuai dengan perkembangan
stadiumnya. (Giri et.al.,1999), juga kualitas pakan yang baik diperlukan untuk
pertumbuhan, pencegahan infeksi malnutrisi, dan peningkatan kualitas produksi.
Untuk keperluan tersebut diperlukan bahan berupa protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. (Suwirya, 1994).
Dalam pemeliharaan ikan, dosis pakan merupakan salah satu elemen yang
penting karena 60% dari biaya produksi digunakan hanya untuk penyediaan pakan.
(Lamidi et,al.,1994). Menurut Ismail et,al.(2005) bahwasanya untuk ikan berukuran
100-300 g atau setelah ikan berumur 3-4 bulan maka diberikan pakan 2%-3% dari
biomassa/hari; waktu pemberian pakan 2-3 kali perhari, juga kemampuan daya cerna
7
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Ikan%20Laut/pembenihan_bandeng.pdf

7
pada usus ikan diperhitungkan mengingat cukup terbatas sebagai pencerna makanan
dalam jumlah yang relatif kecil dan waktu yang relatif tidak lama. (Effendie, 1997),
untuk itu, supaya usus terus dalam kondisi terisi disarankan frekuensi pemberian
pakan buatan maupun alami dilakukan secara optimal. Namun demikian kapasitas
lambung juga turut menentukan banyak sedikitnya jumlah pakan yang dikonsumsi
(Kohno dan Nose, 1971 dalam Melianawati dan Suwirya, 2005). Menurut Sudrajat et
al., 2005 bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ikan jumlahnya akan berbeda, menurut
ukuran mulut dan jenis ikan sehingga ketersediaan pakan yang seimbang dalam segi
ukuran, mutu, dan jenis pakan pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Ukuran mulut dan kemampuan membuka mulut menentukan ukuran pakan yang dapat
dimakan pada setiap jenis ikan.
D. Jenis Penyakit pada Ikan Bandeng dan Cara Penanggulangannya
1. Hama Pengganggu yaitu kepiting (ketam), udang tanah, tritip dan tiram.
a. Akibat: Membuat pematang tambak bocor atau menempel di pintu-pintu air.
b. Penanggulangan: Ditanggulangi sejak persiapan tambak, menggunakan saringan
pada inlet (pintu masuk air), jenis pemberantasan hama dari racun nabati: Biji
teh/saponin = 150 – 200 kg/ha.
2. Hama penyaing (kompetitor), contohnya ikan liar (mujair, belanak, dsb), siput
(trisipan dan keong / congcong), ketam-ketaman dan udang kecil.
a. Akibat: Bersaing memanfaatkan ruang, makanan dan oksigen yang sama dengan
ikan bandeng. Kualitas air cepat menurun.
b. Penanggulangan : Persiapan tambak, terdapat saringan inlet dan outlet, biji
teh/saponin = 150 – 200 kg/ha.
3. Hama Pemangsa: Burung-burung.
a. Akibat : Memangsa ikan bandeng yang dipelihara pada kolam penggelondongan.
b. Penanggulangan: Jaring pelindung (rumbairumbai), dan atau alat pengusir burung.
Menggunakan jaring dan tali penjebak. Meninggikan air minimal 70 cm.
4. Hama Wereng (Jambret: Udang-udang kecil)
a. Akibat : Mengganggu insang bandeng. Pertumbuhan menjadi lambat.
b. Penanggulangan : Menangkap hama wereng dengan bantuan lampu pada malam
hari, dengan menggunakan serok. Melakukan penggantian air dan mengganti
saringan dengan ukuran mata jaring kecil.
Penyakit menghambat pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan
kematian dan gagal panen. Penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas air.
8
Penumpukan bahan organik dari sisa kotoran ikan menjadi media perkembangan
parasit dan bakteri. Penyakit yang sering menyerang bandeng dikenal sebagai cold
atau penyakit pilek yang biasa berjangkit pada saat terjadinya perubahan cuaca
mendadak (hujan deras atau penurunan suhu air). Tanda-tandanya yaitu bandeng
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, dan warna kulit menjadi pudar yang tampak
nyata setelah 2 – 3 hari. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit adalah vibrio
yang menyebabkan ekor busuk (fin rot). Pergantian air secara rutin dapat mengurangi
penyakit. Penggunaan bahan kimia untuk menanggulangi penyakit tidak dianjurkan,
kecuali dalam kondisi terpaksa8.
E. Faktor yang Menentukan Keberhasilan Budidaya Ikan Bandeng
Indikator keberhasilan budidaya ikan bandeng secara teknis meliputi
pemilihan lokasi, penyediaan nener, persiapan pembesaran, persiapan tambak,
penebaran, pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pengelolaan kualitas air,
penanganan hama dan penyakit dan panen. Berikut penjelasan bebeapa faktor yang
menentukan keberhasilan budidaya ikan bandeng :

A. Faktor fisik
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan yang memiliki ketahanan fisik
sangat baik. Faktor fisik yang harus diperhatikan dalam kolam ikan bandeng yaitu :
1. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut.
Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan surut. Lokasi
tambak yang baik apabila lokasi tersebut di antara pasang tertinggi dan terendah.
2. Jenis tanah
Faktor fisik pada kolam ikan bandeng harus memperhatikan jenis tanah.
Tanah yang baik harus dapat menyimpan air atau kedap air. Yaitu tanah campuran
dari tanah liat dengan endapan lempung yang mengandung bahan organik (stilty
loam). Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin memanjang. Namun
tanah yang mengandung banyak pasir akan menghasilkan pilinan yang pendek.9
3. Kolam
8
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/bmp_budidaya_ikan_bandeng.pdf diakses pada tanggal 16 November
2015 pukul 23.11 wib

9
Rangka, Ansari Nur & Asaa, Andi Indra Jaya. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di Sulawesi
Selatan. Dalam Jurnal Prosiding Forum Inovasi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.

9
Bentuk kolam yang baik untuk ikan bandeng adalah persegi panjang dengan
perbandingan 1:3 atau 1:2. Kolam harus dibedakan menjadi 3 macam. Yaitu :
petak peneneran, petak penggelondongan, dan petak pembesaran. Setiap petakan
harus mempuyai saluran air sendiri-sendiri.
4. Pintu air
Kolam ikan bandeng harus memiliki 2 pintu air. Yaitu pintu air utama yang
berfungsi mengalirkan air ke dalam maupun keluar tambak. Selanjutnya yaitu
pintu air sekunder yang berfungsi untuk mengalirkan air dari satu petak kolam ke
kolam yang lainnya. 10
B. Faktor kimia
1. Kualitas air
Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan
bandeng harus diperhatikan. Keberhasilan budidaya ikan bandeng harus
memperhatikan komposisi airnya. Berikut adalah tabel kualitas air yang baik
untuk ikan bandeng.

Menurut Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau


(UPTPBAP), warna air pada tambak pembesaran bandeng secara tradisional yaitu
berwarna coklat kehijauan, hal ini menunjukkan adanya kelekap dan fitoplakton
yang tumbuh dalam tambak. Keberhasilan dalam memelihara kualitas air ini dapat
dilakukan dengan cara:

a. Penyiponan (pembersihan dasar kolam dari lumut, kotoran, dan cangkang telur atau
hewan lain)

10
http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/budidaya-bandeng/ diakses tanggal 17 November 2015
pukul 15.11. WIB.

10
b. Pergantian air. Pergantian air mulai dilakukan pada saat larva berumur 10 hari
dengan cara mengeluarkan air sebanyak 10 % dari volume awal dan ini
dilakukan setiap hari dengan volume yang semakin meningkat sampai  dengan
panen.
2. Pemberian probiotik
Ikan bandeng harus diberikan pakan secara teratur. Faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya ikan bandeng adalah pemberian suplemen dan probiotik.
Suplemen berfungsi untuk meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan
sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat meningkatkan immunitas ikan
terhadap pathogen mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu makan
ikan.
Probiotik mempunyai manfaat, sebagai berikut : mempercepat pembentukan
warna air terutama plankton yang menguntungkan, menjaga kestabilan parameter
kualitas air pada kondisi optimum, menekan mikrobia merugikan (pathogen)
dengan meningkatkan dominasi mikrobia menguntungkan, dan meningkatkan
produktivitas tambak. Probiotik mengandung Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp,
dan Bacillus sp yang berperan dalam proses peningkatan kesuburan tanah
(pembentukan humus). Pemberian probiotik yang telah difermentasi yaitu
sebanyak 0,5 ppm dan dilakukan setiap satu minggu sekali.11
C. Faktor Biologi
Faktor biologi sangat terkait dengan kondisi tubuh ikan bandeng (Chanos
chanos). Keberhasilan budidaya ikan bandeng secara biologis diawali dengan
penilihan benih. Penyediaan benih harus memenuhi kriteria, yaitu : mempunyai
kebiasaan berenang bergerombol menuju satu arah mengikuti arah jarum jam atau
sebaliknya, memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif, cepat mengadakan reaksi
apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya.12

11
Malik, Abdul. 2010. Dalam jurnal Pengaruh Pemberian Suplemen Dan Probiotik Terhadap Hasil
Panen Bandeng ( Chanos Chanos ) Di Wilayah Desa Kentong Kecamatan Glagah Kabupaten
Lamongan. UNISLA.
12
Ismail, A., Manadiyanto dan S. Hermawan. 1998. Kajian Usaha Bandeng Umpan dan Bandeng
Konsumsi pada Tambak di Kamal Jakarta Utara. Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perikanan. Loka Penelitian Perikanan Pantai. Bali.

11
Budidaya ikan bandeng dapat dikatakan berhasil apabila ikan memiiki
kemampuan tumbuh yang cepat, tahan terhadap penyakit, dan tahan dari perubahan
lingkungan.
Faktor biologis yang lain meliputi kesuburan perairan, rantai makanan, spesies
dominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakit endemik harus
diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi.
Faktor biologis yang lain yaitu dengan memperhatikan laju pertumbuhan ikan
bandeng melalui monitoring dan kelangsungan hidup. Kegiatan ini berfungsi untuk
mengamati seberapa jauh perkembangan ikan bandeng selama beberapa waktu
(seminggu, sebulan), apakah ada yang berpenyakit, cacat, atau siap panen.
F. Kendala yang Dihadapi Dalam Budidaya Ikan Bandeng
Secara umum, kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan bandeng
yaitu masalah biaya produksi akibat dari melonjaknya harga pakan ikan di pasaran.
Selain itu, ketersediaan lahan tambak yang terbatas dan bahkan makin berkurang juga
menjadi kendala yang berarti.
Secara teknis, kendala yang sering dihadapi yaitu tidak adanya pengolahan
tambak dengan benar seperti tidak adanya pengeringan lahan, pemberantasan hama
dan penyakit, serta pemupukan yang baik. Hal-hal diatas akan menyebabkan ikan
terkena penyakit, juga menyebabkan ikan berbau lumpur.
Selain kendala-kendala yang telah disebutkan beberapa kendala lain yaitu
kurangnya tenaga penyuluh untuk dapat teraksesnya teknologi budidaya di
masyarakat, kurangnya modal para pembudidaya sehingga tidak dapat meningkatkan
produksi secara maksimal, serta beberapa kendala dalam pemasarannya seperti
berfluktuasinya jumlah hasil panen bandeng yang kemudian mempengaruhi harga jual
di pasar lokal, kebiasaan pembudidaya bandeng melakukan panen secara bersamaan
menjadi penyebab utama penurunan harga jual bandeng13.

13
http://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxgzYqpkZWdRYA2.X3RQx.;_ylu=X3oDMTByYjVlYTRjBHNlYwNzcgRwb3
MDNARjb2xvA3NnMwR2dGlkAw--/RV=2/RE=1447499435/RO=10/RU=http%3a%2f
%2fwww.sidik.litbang.kkp.go.id%2findex.php%2fsearchkatalog%2fdownloadDatabyId%2f2143%2f123-
137.pdf/RK=0/RS=WUrRD4aNOi9Ioh6j3Av4lKhwEgI- diakses pada tanggal 15 November 2015 pukul 15.03

12
13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ikan bandeng termasuk dalam kingdom Animalia, kelas Actinopterygii, ordo


Gonorynchiformes, famili Chanidae, genus Chanos, spesies Chanos chanos. Termasuk
herbivora, berwarna putih keperak-perakan, bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan
panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir, serta mempunyai sisik lateral dari
bagian depan sampai sirip ekor.

Teknik yang dapat digunakan dalam budidaya ikan bandeng adalah teknik
pembenihan dan teknik pendederan/penggelondongan. Berdasarkan jenis pakan yang dapat
dikonsumsi ikan bandeng yaitu pakan alami dan juga pakan buatan seperti pelet. Jenis
penyakit yang dapat menyerang ikan bandeng antara lain hama pengganggu, ditanggulangi
sejak persiapan tambak, menggunakan saringan pada inlet (pintu masuk air), hama penyaing
ditanggulangi dengan persiapan tambak, terdapat saringan inlet dan outlet, hama pemangsa,
ditanggulangi dengan jaring pelindung (rumbai-rumbai), dan atau alat pengusir burung, hama
wereng, ditanggulangi dengan menangkap hama wereng dengan bantuan lampu pada malam
hari, dengan menggunakan serok, melakukan penggantian air dan mengganti saringan dengan
ukuran mata jaring kecil.

Faktor yang menentukan keberhasilan budidaya ikan bandeng meliputi faktor fisik
(meliputi elevasi, jenis tanah, kolam, pintu air), faktor kimia (meliputi kualitas air dan
pemberian prebiotik), dan faktor biologi (terkait dengan kondisi tubuh bandeng).

Dalam pelaksanaannya, budidaya ikan bandeng sering mengalami kendala, antara


lain, kendala dari segi biaya produksi, ketersediaan lahan tambak yang terbatas, tidak adanya
pengolahan tambak dengan benar, kurangnya tenaga penyuluh sebagai akses teknologi
budidaya di masyarakat, kurangnya modal para pembudidaya sehingga tidak dapat
meningkatkan produksi secara maksimal, serta kendala dalam pemasarannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asliyanti, T. 1994. Pembenihan Bandeng. Bali: Departemen Pertanian.

Effendi. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Huet, M. 1971.Texbook of Fish Culture and Cultivation of Fish. England: Fishing New Book
Ltd.

Ismail, A., Manadiyanto, & Hermawan, S. 1998. Kajian Usaha Bandeng Umpan dan
Bandeng Konsumsi pada Tambak di Kamal. Jakarta Utara: Prosiding Seminar
Teknologi Perikanan Pantai. Bali, 6-7 Agustus 1998.

Kohno, H. & Nose. 1971. Relationship between the amount of taken the growth in Fish.
Frequency of feeding of maximum daily ration.dalam Melianawati, R. & Suwirya, K.
2005. Pengaruh Perbedaan Dosis Pakan terhadap Pertumbuhan Juvenil Kakap Merah
L.argentimaculatus. Buku Budidaya Perikanan Berkelanjutan. Gondol: Pusat Riset
Perikanan Budidaya Laut.

Lamidi, Asmanelli. & Syafara, Z. 1994. “Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan
Lemak. Cheilinus undulatus dengan Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda”. J.
Penelitian Budidaya Pantai.10(5).81-87

Malik, Abdul. 2010. Dalam jurnal Pengaruh Pemberian Suplemen Dan Probiotik Terhadap
Hasil Panen Bandeng ( Chanos Chanos ) Di Wilayah Desa Kentong Kecamatan
Glagah Kabupaten Lamongan. UNISLA.
Rangka, Ansari Nur & Asaa, Andi Indra Jaya. 2010. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng di
Sulawesi Selatan. Dalam
Jurnal Prosiding Forum Inovasi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.
Rukmini. 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Bandung: Karya Putra Darwati.
Sudrajat, A. & Saputra, A. 2005. Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu di Pulau Belitung.
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.
Tanggal 30 Juli 2005. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan. Universitas
Gadjah Mada

Suwirya, K. 1994 Kecernaan beberapa sumber lemak pakan pada udang windu. Penaeus
monodon. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros. J. Penelitian Budidaya
Pantai. 10(1). 43-48

15
Tim perikanan WWF-indonesia. 2014. Budidaya Ikan Bandeng. Jakarta: Wwf-Indonesia.
Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon. J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.Jakarta:

Pustaka Utama. Gramedia

http://awsassets.wwf.or.id/downloads/bmp_budidaya_ikan_bandeng.pdf diakses pada tanggal


16 November 2015 pukul 23.11 wib

http://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxgzYqpkZWdRYA2.X3RQx.;_ylu=X3oDMTByYjVlYTRjB
HNlYwNzcgRwb3MDNARjb2xvA3NnMwR2dGlkAw--/RV=2/RE=1447499435/RO=10/
RU=http%3a%2f%2fwww.sidik.litbang.kkp.go.id%2findex.php%2fsearchkatalog
%2fdownloadDatabyId%2f2143%2f123-
137.pdf/RK=0/RS=WUrRD4aNOi9Ioh6j3Av4lKhwEgI- diakses pada tanggal 15
November 2015 pukul 15.03

http://skp.unair.ac.id/repository/web-
pdf/web_Mengenal_Ikan_Bandeng_BAGUS_RIZKI_NOVIANTO.pdf

http://www.iftfishing.com/blog/mancing/tip/budidaya-bandeng/ diakses tanggal 17 November


2015 pukul 15.11.
WIB.
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Ikan%20Laut/pembenihan_bandeng.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai