I. TUJUAN
2. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah sel eritrosit dan leukosit pada
darah.
A. Komposisi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Darah
berwarna merah, merah terang apabila kaya oksigen dan merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. (Meyer, 2004) Komposisi
darah dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
c. Leukosit (Sel darah putih). Kandungannya kira – kira 0,25%. Sel darah putih
dibuat di sumsum tulang, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-indotel.
Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk
kedalam tubuh, yaitu dengan cara memakannya yang disebut fagositosis.
(Effendi, 2003)
2. Plasma dara. Pada dasarnya plasma darah adalah larutan air yang mengandung :
a. Albumin. Adalah protein yang larut dalam air dan mengendap serta protein
yang tertinggi konsentrasinya dalam plasma darah. Albumin pada umumnya
dibentuk di hati. Albumin berfungsi menjaga cairan dari darah agar tidak
bocor dari luar ke dalam sel-sel/sebagai zat yang menentukan besarnya
tekanan osmosis di dalam darah dan sebagai alat pengangkut asam lemak
dalam darah. (Nicholson and Wolmarans, 2000).
c. Hormon
C. Kerja jantung
Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke
serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava superior
dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena pulmonalis atau
pembuluh balik paru-paru.
Bersamaan masuknya darah ke serambi kanan, simpul keith-flack terangsang.
Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot dinding
serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi menguncup.
Begitu impuls dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara
serambi dan bilik terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf
diteruskan ke berkas his. Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium
dan bilik menutup.
Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding
bilik. Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum
disebut 8 tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta. Setelah darah
terpompa ke aorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung membesar maximum
sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam ruangan jantung
akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole.
Bila kita mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, suara detaknya
terdengar ganda. Yang pertama adalah bersamaan dengan menutupnya klep antara
serambi dan bilik, sedangkan yang kedua adalah bersamaan dengan menutupnya klep
semilunaris. (Beevers, 2002).
III. METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi gelas obyek, kaca
penutup, mikroskop cahaya, dan hemasitometer tipe Improved Neubauer..
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi darah tikus
jantan dan betina, serta lautan hayem dan turk.
2. Cara Kerja
c. Kerja Jantung
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi stopwatch, tangga, dan
metronome.
2. Cara Kerja
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, jumlah sel darah merah (eritrosit)
tikus A sebesar 4.270.000/mm3. Tikus B sebesar 4.780.000/mm3 dan rata-
ratanya 4.525.000/mm3. Walaupun sama-sama betina, jumlah eritrosit tikus B
lebih besar dari pada tikus A karena kemungkinan besar tikus B memiliki usia
yang lebih muda, memiliki aktivitas tubuh yang lebih baik, memiliki gizi yang
lebih sehat, volume darah yang lebih banyak, dan kondisi lingkungan yang lebih
terjaga. (Zulkifli dkk, 2014)
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, jumlah sel darah putih (leukosit)
pada tikus A sebesar 4.075/mm3, tikus B sebesar 5.300/mm3, dan rata-ratanya
4.687,5/mm3. Jumlah leukosit tikus B lebih besar dari pada tikus A karena ada
beberapa faktor. Menurut literatur, jumlah leukosit dipengaruhi sifat fisiologis
dan patologis. Peningkatan jumlah leukosit dinamakan leukositas. Leukositosis
dipengaruhi faktor fisiologis, diantaranya aktivitas otot, rangsangan ketakutan,
dan gangguan emosional. Sedangkan pengaruh patologis disebabkan karena
pertahanan tubuh dan sistem imun dalam menanggapi penyakit. (Zulkifli dkk,
2014)
Praktikum ini hanya menggunakan tikus betina, oleh sebab itu hasil
praktikum harus dibandingkan dengan literatur yang menggunakan tikus jantan.
Rata-rata eritrosit betina pada praktikum ini yaitu 4.525.000 mm3, sedangkan
rata-rata jumlah leukosit yaitu 4.687,5 mm3. Hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur. Menurut Sulaksono (2002) bahwa nilai hematologi tikus jantan
meliputi eritrosit (juta/µl) = 6,85-8,53 (7,81), leukosit (µl) = 7,475-11,700
(9.577,50), hemoglobin (g/dl) = 12,48-14,63 (13,85), trombosit (µl) = 561,750-
948000 (779,225). Sedangkan tikus betina memiliki nilai hematologi eritrosit
(juta/µl) = 6,72-7,76 (6,75), leukosit (µl) = 5,300-10.280 (7,492), hemoglobin
(g/dl) = 12.48-14,58 (12,62) dan trombosit (µl) = 317,400-86,800 (597,890).
Praktikum perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit pada tikus diperoleh
kesimpulan bahwa, jumlah eritrosit lebih banyak dari pada leukosit. Penjelasan
mengenai jumlah leukosit lebih sedikit dibanding eritrosit karena : leukosit
berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Sedangkan imun akan aktif
ketika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Karena leukosit berfungsi
untuk memakan virus penyebab penyakit melalui proses fagositosis. Sedangkan
eritrosit dalam keadaan apapun selalu ada. Dan eritrosit selalu disuplai oleh O2.
(Effendi, 2003)
Berdasarkan pengaruh jenis kelamin, eritrosit jantan lebih banyak dari pada
betina, karena berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Secara teori, jantan lebih
besar aktivitasnya dari pada betina. Jika aktivitas fisik lebih besar, maka
pembuluh darah lebih lebar, kontraksi jantung lebih optimal. Otomatis suplai
oksigen dalam darah merah lebih besar. Sedangkan tikus betina aktivitasnya
lebih sedikit. Sehingga denyut jantung juga lebih sedikit. Suplai oksigen
menjadi rendah. (Mohrman, 2006) Menurut Hidayati, 2007. Faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit antara lain :
a. Jenis kelamin. Jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara
± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta
SDM/mm3.
b. Aktivitas tubuh. Semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel
darahnya (khususnya sel darah merah).
c. Kesehatan atau kondisi fisik. Seseorang yang sedang sakit memiliki jumlah
sel darah putih yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat
karena sel darah putih berfungsi pada proses imunitas/kekebalan tubuh
seseorang.
d. Berat badan. Semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel darahnya.
e. Keturunan / genetik. Seseorang yang terkena penyakit Hemofili atau anemia
bisa menurunkan penyakit kelainan sel darah tersebut pada generasi
selanjutnya.
f. Umur. Pada saat bayi baru lahir jumlah eritrosit berkisar 6,83 juta/ml,
kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun hingga 4 juta sel/ml,
kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta sel/ml.
B. Kerja Jantung
Praktikum sub bab kedua ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas
terhadap kerja jantung. Praktikum ini diawali dengan membagi 2 kategori. Yaitu
probandus yang jarang olah raga dan sering olah raga. Kedua probandus tersebut
dihitung jumlah denyut jantungnya dalam semenit, yaitu ketika istirahat dan setelah
naik turun tangga. Menurut literatur, Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap kerja
jantung. Orang olahraga maka akan berdampak baik terhadap kinerja jantung. Karena
dapat meningkatkan daya kontraksi jantung, memperlebar pembuluh darah jantung,
dan otomatis suplai oksigen dalam darah akan meningkat. (Mohrman, 2006)
Berdasarkan hasil praktikum kerja jantung pada laki-laki yang sering olahraga,
probandus ini terdiri dari Eno, Didik, Fathin, dan Rendi. Eno memiliki Denyut
jantung di atas rata-rata, stamina rata-rata, dan VO2 max superior. Didik dan Fathin
memiliki denyut jantung di bawah rata-rata, stamina jelek, dan VO2 max superior.
Sedangkan Rendi memiliki denyut jantung rata-rata, stamina di bawah rata-rata, dan
VO2 max superior (Lihat tabel. 3). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori, seharusnya
orang yang sering olahraga setidaknya memiliki denyut jantung dan stamina di atas
rata-rata. Serta VO2 maxnya superior. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena
probandus sebelumnya sudah begadang. Sehingga kondisi tubuh tidak fit. Selain itu
menurut teori, fungsi kardiovaskular sangat berkaitan dengan aktivitas fisik. Orang
yang sering olahraga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Kebutuhan oksigen ini
didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Sehingga oksigen yang
berikatan dengan haemoglobin menjadi meningkat. Otomatis akan meningkatkan
cardiac output, heart rate, pelebaran pembuluh darah, darah menjadi sangat lancer,
dan meningkatkan kerja otot jantung. (Astrand dan Rodahl, 1970)
Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat Tabel. 4), probandus laki-laki yang
jarang olahraga adalah Bayu, Ulin dan Arif. Pada level denyut jantung, ketiganya
sesuai dengan teori. Orang yang jarang olahraga akan memiliki denyut jantung dan
stamina di bawah rata-rata. Tetapi pada VO2 max tidak sesuai, karena ketiganya
memiliki VO2 max superior. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi akibat kesalahan
praktikan dalam menghitung jumlah denyut jantung.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat tabel. 5), probandus perempuan
yang sering olahraga ada 6. Yaitu, Meri, Humairoh, Ulfa, Cicik, Itsna, dan Ila. Hasil
denyut jantung, level stamina, dan VO2 maxnya ada yang sesuai teori dan tidak.
Kondisi tersebut terjadi karena kondisi fisik probandus yang berbeda-beda, serta
intensitas aktivitas probandus yang berbeda-beda juga.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat tabel. 6), probandus perempuan
yang jarang olahraga ada 8. Yaitu,Nabila, Erica, Normalita, Heni, Lukluk, Eliana,
Maya, dan Nida. Hasil denyut jantung, level stamina, dan VO 2 maxnya ada yang
sesuai teori dan tidak. Kondisi tersebut terjadi karena kondisi fisik probandus yang
berbeda-beda, intensitas aktivitas probandus yang berbeda-beda, serta kekuatan otot
jantung yang berbeda-beda juga.
Tabel 7. Perbandingan Rata-rata Denyut Jantung
Grafik. 1
1. Denyut jantung laki-laki yang sering dan jarang olahraga lebih tinggi dari
pada perempuan. Faktor jenis kelamin sangat mempengaruhi. Karena
aktivitas laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini juga diikuti
dengan kapasitas VO2 max. Keadaan tersebut akan sebanding dengan level
stamina orang. Semakin sering seseorang berolahraga, maka stamina orang
akan meningkat di atas rata-rata. Orang yang sering berolahraga akan
memiliki kapasitas paru-paru 1,5 kali lebih besar daripada yang tidak
berolah raga. Kapasitas VO2 max laki-laki lebih besar dari pada perempuan.
2. Denyut jantung yang sering olahraga lebih baik daripada yang jarang
olahraga. Karena orang yang sering olahraga memiliki kapasitas paru-paru
yang besar, denyut jantung yang stabil, dan jumlah hemoglobin yang
banyak.
3. Denyut jantung orang yang jarang olahraga akan berdetak lebih kencang
ketika melakukan aktivitas yang tinggi. Karena kontraksi otot jantung akan
bekerja lebih berat, sebab tidak ada latihan rutin untuk menjaga stabilitas
kardiovaskular.
4. Orang yang sering olahraga akan memiliki denyut jantung yang lebih stabil.
Ketika melakukan aktivitas tinggi tidak terengah-engah. Karena otot
jantungnya sudah sering dilatih untuk aktivitas tinggi.
V. KESIMPULAN
1. Perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit tikus betina adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan jumlah eritrosit pada mencit betina
Probandus Jumlah eritrosit ( /mm3 )
Tikus A 4.270.000
Tikus B 4.780.000
Rata-rata 4.525.000
Tabel 2. Perhitungan jumlah leukosit pada mencit betina
Probandus Jumlah leukosit ( /mm3 )
Tikus A 4.075
Tikus B 5.300
Rata-rata 4.687,5
2. Pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah eritrosit yaitu : jantan memiliki jumlah
eritrosit yang lebih banyak daripada perempuan. Karena jumlah eritrosit berhubungan
dengan aktivitas fisik seseorang. Dimana aktivitas laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3. Aktivitas dan pemulihan denyut jantung yaitu :
Orang yang sering berolahraga akan memiliki pemulihan denyut jantung lebih baik.
Alasannya, otot jantung mereka sudah terlatih. Hal ini sejalan dengan pembuluh
darah mereka, jika seseorang rajin berolahraga, maka pembuluh darah mereka lebih
lebar. Sehingga suplai oksigen berjalan lebih lancar. Denyut jantung tidak mudah
terengah-engah dan cepat kembali pada keadaan stabil.
4. Jenis kelamin dan kondisi tubuh mempengaruhi nilai VO2 max. Kondisi tubuh yang
fit dan sering berolahraga akan memiliki kapasitas paru-paru lebih maksimal.
Sehingga sirkulasi oksigen menjadi lebih lancar. Vitalitas jantung dan paru-paru
menjadi lebih baik. Laki-laki memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dari pada
perempuan. Jadi VO2 max laki-laki lebih tinggi.
VI. DAFTAR PUSTAKA