Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN 2

DARAH DAN PEREDARAN DARAH

I. TUJUAN

1. Membandingkan jumlah sel eritrosit dan leukosit pada darah.

2. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah sel eritrosit dan leukosit pada
darah.

3. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kerja jantung.

II. DASAR TEORI

A. Komposisi Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Darah
berwarna merah, merah terang apabila kaya oksigen dan merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. (Meyer, 2004) Komposisi
darah dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Korpuskula. Di dalam korpuskula terdapat :

a. Eritrosit (Sel darah merah). Kandungannya sebesar 90%. Eritrosit


mengandung hemoglobin yang berfungsi mengedarkan oksigen. Hemoglobin
adalah protein yang kaya akan zat besi, yang mempunyai afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen tersebut
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui fungsi ini maka
oksigen di bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan lain. (Dimas dkk, 2013)
Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 μm dinamakan sel mikrosit dan
yang berukuran lebih dari normal (9 μm - 12 μm) dinamakan sel makrosit.
(Guyton, 2010)
b. Trombosit (Keping – keping darah). Kandungannya : 0,6% - 1,0% Trombosit
berfungsi membantu proses pembekuan darah. Trombosit adalah sel darah tak
berinti yang berasal dari sitoplasma megakariosit. Trombosit berbentuk
cakram bikonveks dengan diameter 2-4 µm dan volumenya 7-8 fl. Reaksi
trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas
prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya. (Lindemann, 2008)

c. Leukosit (Sel darah putih). Kandungannya kira – kira 0,25%. Sel darah putih
dibuat di sumsum tulang, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikulo-indotel.
Leukosit mempunyai fungsi utama untuk melawan kuman yang masuk
kedalam tubuh, yaitu dengan cara memakannya yang disebut fagositosis.
(Effendi, 2003)

2. Plasma dara. Pada dasarnya plasma darah adalah larutan air yang mengandung :

a. Albumin. Adalah protein yang larut dalam air dan mengendap serta protein
yang tertinggi konsentrasinya dalam plasma darah. Albumin pada umumnya
dibentuk di hati. Albumin berfungsi menjaga cairan dari darah agar tidak
bocor dari luar ke dalam sel-sel/sebagai zat yang menentukan besarnya
tekanan osmosis di dalam darah dan sebagai alat pengangkut asam lemak
dalam darah. (Nicholson and Wolmarans, 2000).

b. Bahan pembeku darah. Suatu zat kompleks disebut Activator


Prothrombine yang timbuhl sebagai reaksi terhadap pecahnya pembuluh
darah kemudian mengkatalisa perubahan Prothrombine menjadi thrombine.
Thrombine bekerja sebagai enzim untuk mengubah Fibrinogen menjadi
benang-benang Fibrin yang menjaring trombosit, sel darah, dan plasma
sehingga terjadilah bekuan darah. (Guyton dan Hall, 2010)

c. Hormon

d. Berbagai jenis protein

e. Berbagai jenis garam

B. Sistem Peredaran Darah


Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2
bagian:
1. Sistem sirkulasi umum (sistemik)
Sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke
jantung kanan. Mekanismenya sebagai berikut :
Jantung (bilik / ventrikel kiri) > Aorta > Arteri > Arteriole >Capillary bed
atau A-V Anastomose > venule > vena > Vena Cava (Vena Cava Inferior dan
Vena Cava Superior) > Jantung (atrium/serambi kanan).
2. Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner)
Sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke
jantung kiri. Mekanismenya sebagai berikut :
Jantung (bilik/ventrikel kanan) > Arteri Pulmonalis > Paru > Kapilaria
paru > Vena Pulmonalis > jantung (atrium/serambi kiri).

C. Kerja jantung
Bila serambi jantung mengembang, jantung akan mengisap darah masuk ke
serambi dari pembuluh balik. Serambi kanan menarik darah dari vena cava superior
dan vena cava inferior, sedangkan serambi kiri menarik darah vena pulmonalis atau
pembuluh balik paru-paru.
Bersamaan masuknya darah ke serambi kanan, simpul keith-flack terangsang.
Rangsangan diteruskan ke simpul Tawara. Bersamaan dengan ini, otot dinding
serambi berkontraksi sehingga ruangan serambi menguncup.
Begitu impuls dari keith-flack sampai disimpul Tawara, maka katup antara
serambi dan bilik terbuka, darah mengalir ke bilik. Sementara itu, impuls saraf
diteruskan ke berkas his. Setelah darah masuk ke dalam ventrikel, klep antara atrium
dan bilik menutup.
Sesampainya rangsangan di miokardium bilik, maka berkontraksilah dinding
bilik. Akibatnya, ruangan bilik menguncup. Tekanan ruangan dalam bilik maximum
disebut 8 tekanan sistole. Pada waktu sistole, darah terpompa ke aorta. Setelah darah
terpompa ke aorta, dinding bilik berelaksasi. Ruangan jantung membesar maximum
sehingga tekanannya menjadi minimum. Tekanan terendah dalam ruangan jantung
akibat otot jantung berelaksasi disebut diastole.
Bila kita mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop, suara detaknya
terdengar ganda. Yang pertama adalah bersamaan dengan menutupnya klep antara
serambi dan bilik, sedangkan yang kedua adalah bersamaan dengan menutupnya klep
semilunaris. (Beevers, 2002).
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi gelas obyek, kaca
penutup, mikroskop cahaya, dan hemasitometer tipe Improved Neubauer..
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi darah tikus
jantan dan betina, serta lautan hayem dan turk.

2. Cara Kerja

a. Menghitung jumlah eritrosit

Metode kerja pada acara praktikum perhitungan jumlah eritrosit adalah


melakukan pengenceran 200 kali, dengan cara darah mencit betina dihisap
sampai angka 0,5 pada mikropipet. Kemudian ujungnya dibersihkan dengan
kertas isap. Langkah selanjutnya larutan hayem di hisap dalam botol flakon
sampai angka 101, kemudian karet yang digunakan untuk menghisap
dilepaskan dari pipet. Pipet dipegang dengan kedua ujungnya dengan ibu jari
dan jari telunjuk, kemudian dikocok 2 menit. Setelah itu dibuang 2-3 tetes dan
tetes-tetes berikutnya-lah yang digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit.
Bilik hitung dan gelas penutupnya disiapkan, ujung pipet ditempelkan pada
gelas penutup sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke
dalam bilik hitung. Lalu diamati dibawah mikroskop (mula-mula dengan
perbesaran lemah kemudian dengan perbesaran kuat). Langkah terakhir
dihitung eritrosit yang terdapat di dalam dua bilik hitung.

b. Menghitung jumlah leukosit

Metode kerja pada acara praktikum perhitungan jumlah leukosit adalah


melakukan pengenceran 10 kali, dengan cara darah mencit betina dihisap
sampai angka 1,0 pada mikropipet. Kemudian ujungnya dibersihkan dengan
kertas isap. Langkah selanjutnya larutan turk di hisap dalam botol flakon
sampai angka 11, kemudian karet yang digunakan untuk menghisap
dilepaskan dari pipet. Pipet dipegang dengan kedua ujungnya dengan ibu jari
dan jari telunjuk, kemudian dikocok 2 menit. Setelah itu dibuang 2-3 tetes dan
tetes-tetes berikutnya-lah yang digunakan untuk menghitung jumlah leukosit.
Bilik hitung dan gelas penutupnya disiapkan, ujung pipet ditempelkan pada
gelas penutup sehingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke
dalam bilik hitung. Lalu diamati dibawah mikroskop (mula-mula dengan
perbesaran lemah kemudian dengan perbesaran kuat). Langkah terakhir
dihitung eritrosit yang terdapat di dalam dua bilik hitung.

c. Kerja Jantung

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi stopwatch, tangga, dan
metronome.

2. Cara Kerja

Metode kerja pada acara praktikum stamina adalah dipilih praktikan


dengan ketegori laki-laki dan perempuan yang sering dan jarang olahraga.
Kemudian praktikan diminta untuk duduk tenang selama 3 menit, denyut
jantung (DJ0) diukur permenit. Lalu aktivitas naik-turun tangga dilakukan
dengan gerakan kaki kiri naik, kaki kanan naik, kaki kiri turun, kaki kanan
turun selama 3 menit. Kegiatan tersebut dilakukan secara berirama pada
putaran 24 langkah/menit selama 3 menit, kemudian diukur denyut
jantung/menit selama 3 menit segera setelah tes, hasilnya diisikan
kedalam table yang sudah tersedia. Setelah itu level denyut jantung
praktikan pada menit pertama setelah latihan dibandingkan dan dicatat,
langkah selanjutnya level stamina (aerobic fitness) dan VO2 diukur
dengan rumus dan dibandingkan dengan tabel yang telah tersedia.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Perhitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit


1.      Perhitungan Jumlah Eritrosit
Praktikum perhitungan jumlah eritrosit menggunakan bahan mencit jantan
dan betina. Karena mencit sudah mewakili hewan dari kelas mamalia, sehingga
sistem reproduksi, pernapasan, peredaran darah, ekskresi dan organ lainnya
sudah menyerupai manusia (Ngatijan, 1991). Praktikum ini bertujuan untuk
membandingkan jumlah eritrosit dan leukosit pada darah dan mengetahui
pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah eritrosit dan leukosit. Praktikum ini
menggunakan bahan larutan hayem, larutan hayem berfungsi sebagai pengencer
eritrosit, mencegah aglutinasi, dan memperjelas bentuk eritrosit. (Syaifuddin,
1997).
Tabel 1. Perhitungan jumlah eritrosit pada mencit betina
Probandus Jumlah eritrosit  ( /mm3 )
Tikus A 4.270.000
Tikus B 4.780.000
Rata-rata 4.525.000

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, jumlah sel darah merah (eritrosit)
tikus A sebesar 4.270.000/mm3. Tikus B sebesar 4.780.000/mm3 dan rata-
ratanya 4.525.000/mm3. Walaupun sama-sama betina, jumlah eritrosit tikus B
lebih besar dari pada tikus A karena kemungkinan besar tikus B memiliki usia
yang lebih muda, memiliki aktivitas tubuh yang lebih baik, memiliki gizi yang
lebih sehat, volume darah yang lebih banyak, dan kondisi lingkungan yang lebih
terjaga. (Zulkifli dkk, 2014)

Untuk jumlah eritrosit pada manusia, laki-laki dewasa sehat memiliki


eritrosit sekitar 4,2 – 5,5 juta sel per milimeter kubik, sedangkan jumlah eritrosit
pada wanita sehat berkisar pada 3,2 – 5,2 juta sel per milimeter kubik. Hal ini
disebabkan karena pada wanita mengalami siklus menstruasi di mana setiap
bulan mengeluarkan sejumlah darah akibat dari luruhnya dinding endometrium.
Keluarnya darah pada wanita akibat siklus menstruasi menyebabkan jumlah
total sel darah pada tubuh wanita berkurang. (Hidayati, 2007)
2.      Perhitungan Jumlah Leukosit
Praktikum perhitungan jumlah Leukosit hampir sama dengan perhitungan
jumlah eritrosit. Perbedaannya terletak pada pengenceran dan penambahan
larutannya. Untuk leukosit menggunakan larutan Turk. Larutan Turk merupakan
larutan yang terdiri dari asam asetat glasial 2,5 %, gentian violet, dan aquades.
Lautan tersebut berfungsi melisiskan sel darah selain leukosit, gentian violet
untuk memberi warna pada leukosit, sehingga memudahkan dalam proses
perhitungan. (Syaifuddin, 1997)
Tabel 2. Perhitungan jumlah leukosit pada mencit betina
Probandus Jumlah leukosit ( /mm3 )
Tikus A 4.075
Tikus B 5.300
Rata-rata 4.687,5

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, jumlah sel darah putih (leukosit)
pada tikus A sebesar 4.075/mm3, tikus B sebesar 5.300/mm3, dan rata-ratanya
4.687,5/mm3.  Jumlah leukosit tikus B lebih besar dari pada tikus A karena ada
beberapa faktor. Menurut literatur, jumlah leukosit dipengaruhi sifat fisiologis
dan patologis. Peningkatan jumlah leukosit dinamakan leukositas. Leukositosis
dipengaruhi faktor fisiologis, diantaranya aktivitas otot, rangsangan ketakutan,
dan gangguan emosional. Sedangkan pengaruh patologis disebabkan karena
pertahanan tubuh dan sistem imun dalam menanggapi penyakit. (Zulkifli dkk,
2014)

Praktikum ini hanya menggunakan tikus betina, oleh sebab itu hasil
praktikum harus dibandingkan dengan literatur yang menggunakan tikus jantan.
Rata-rata eritrosit betina pada praktikum ini yaitu 4.525.000 mm3, sedangkan
rata-rata jumlah leukosit yaitu 4.687,5 mm3. Hal tersebut tidak sesuai dengan
literatur. Menurut Sulaksono (2002) bahwa nilai hematologi tikus jantan
meliputi eritrosit (juta/µl) = 6,85-8,53 (7,81), leukosit (µl) = 7,475-11,700
(9.577,50), hemoglobin (g/dl) = 12,48-14,63 (13,85), trombosit (µl) = 561,750-
948000 (779,225). Sedangkan tikus betina memiliki nilai hematologi eritrosit
(juta/µl) = 6,72-7,76 (6,75), leukosit (µl) = 5,300-10.280 (7,492), hemoglobin
(g/dl) = 12.48-14,58 (12,62) dan trombosit (µl) = 317,400-86,800 (597,890).
Praktikum perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit pada tikus diperoleh
kesimpulan bahwa, jumlah eritrosit lebih banyak dari pada leukosit. Penjelasan
mengenai jumlah leukosit lebih sedikit dibanding eritrosit karena : leukosit
berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Sedangkan imun akan aktif
ketika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Karena leukosit berfungsi
untuk memakan virus penyebab penyakit melalui proses fagositosis. Sedangkan
eritrosit dalam keadaan apapun selalu ada. Dan eritrosit selalu disuplai oleh O2.
(Effendi, 2003)

Berdasarkan pengaruh jenis kelamin, eritrosit jantan lebih banyak dari pada
betina, karena berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Secara teori, jantan lebih
besar aktivitasnya dari pada betina. Jika aktivitas fisik lebih besar, maka
pembuluh darah lebih lebar, kontraksi jantung lebih optimal. Otomatis suplai
oksigen dalam darah merah lebih besar. Sedangkan tikus betina aktivitasnya
lebih sedikit. Sehingga denyut jantung juga lebih sedikit. Suplai oksigen
menjadi rendah. (Mohrman, 2006) Menurut Hidayati, 2007. Faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit antara lain :

a. Jenis kelamin. Jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara
± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta
SDM/mm3.
b. Aktivitas tubuh. Semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel
darahnya (khususnya sel darah merah).
c. Kesehatan atau kondisi fisik. Seseorang yang sedang sakit memiliki jumlah
sel darah putih yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat
karena sel darah putih berfungsi pada proses imunitas/kekebalan tubuh
seseorang.
d. Berat badan. Semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel darahnya.
e. Keturunan / genetik. Seseorang yang terkena penyakit Hemofili atau anemia
bisa menurunkan penyakit kelainan sel darah tersebut pada generasi
selanjutnya.
f. Umur. Pada saat bayi baru lahir jumlah eritrosit berkisar 6,83 juta/ml,
kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun hingga 4 juta sel/ml,
kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta sel/ml.
B.  Kerja Jantung

Praktikum sub bab kedua ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas
terhadap kerja jantung. Praktikum ini diawali dengan membagi 2 kategori. Yaitu
probandus yang jarang olah raga dan sering olah raga. Kedua probandus tersebut
dihitung jumlah denyut jantungnya dalam semenit, yaitu ketika istirahat dan setelah
naik turun tangga. Menurut literatur, Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap kerja
jantung. Orang olahraga maka akan berdampak baik terhadap kinerja jantung. Karena
dapat meningkatkan daya kontraksi jantung, memperlebar pembuluh darah jantung,
dan otomatis suplai oksigen dalam darah akan meningkat. (Mohrman, 2006)

Tabel 3. Laki-laki sering olahraga


No. Probandus DJ0 DJ15” DJ1 DJ2 DJ3 Level DJ Level VO2
Stamina
1 Eno 58 27 95 159 201 Diatas rata-Rata-rata Superior
rata

2 Didik 87 27 120 206 292 Dibawah Jelek Superior


rata-rata

3 Fathin 85 22 98 169 285 Dibawah Jelek Superior


rata-rata

4 Rendi 70 27 104 182 264 Rata-rata Dibawah Superior


rata-rata

Rata-rata 75 25.75 104.25 179 260.5  

Berdasarkan hasil praktikum kerja jantung pada laki-laki yang sering olahraga,
probandus ini terdiri dari Eno, Didik, Fathin, dan Rendi. Eno memiliki Denyut
jantung di atas rata-rata, stamina rata-rata, dan VO2 max superior. Didik dan Fathin
memiliki denyut jantung di bawah rata-rata, stamina jelek, dan VO2 max superior.
Sedangkan Rendi memiliki denyut jantung rata-rata, stamina di bawah rata-rata, dan
VO2 max superior (Lihat tabel. 3). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori, seharusnya
orang yang sering olahraga setidaknya memiliki denyut jantung dan stamina di atas
rata-rata. Serta VO2 maxnya superior. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena
probandus sebelumnya sudah begadang. Sehingga kondisi tubuh tidak fit. Selain itu
menurut teori, fungsi kardiovaskular sangat berkaitan dengan aktivitas fisik. Orang
yang sering olahraga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen. Kebutuhan oksigen ini
didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Sehingga oksigen yang
berikatan dengan haemoglobin menjadi meningkat. Otomatis akan meningkatkan
cardiac output, heart rate, pelebaran pembuluh darah, darah menjadi sangat lancer,
dan meningkatkan kerja otot jantung. (Astrand dan Rodahl, 1970)

Tabel 4. Laki-laki jarang olahraga


No. Probandus DJ0 DJ15” DJ1 DJ2 DJ3 Level DJ Level VO2
Stamina
1 Bayu 116 34 131 259 378 Dibawah Jelek Sangat
rata-rata baik
2 Ulin 83 33 126 220 268 Dibawah Jelek Superior
rata-rata
3 Arief 96 33 117 220 345 Dibawah Jelek Superior
rata-rata
Rata-rata 98.34 33.34 124.67 233 330.34  

Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat Tabel. 4), probandus laki-laki yang
jarang olahraga adalah Bayu, Ulin dan Arif. Pada level denyut jantung, ketiganya
sesuai dengan teori. Orang yang jarang olahraga akan memiliki denyut jantung dan
stamina di bawah rata-rata. Tetapi pada VO2 max tidak sesuai, karena ketiganya
memiliki VO2 max superior. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi akibat kesalahan
praktikan dalam menghitung jumlah denyut jantung.

Tabel 5. Perempuan sering olahraga


No. Probandus DJ0 DJ15” DJ1 DJ2 DJ3 Level DJ Level VO2
Stamina
1 Meri 78 30 125 164 232 Dibawah Dibawah Sangat baik
rata-rata rata-rata
2 Humairoh 71 30 113 207 288 rata-rata Jelek Sangat baik
3 Ulfa 58 30 85 156 208 Baik Rata-rata Sangat baik
4 Cicik 60 27 57 85 178 Excellent Excellent Excellent
5 Itsna 68 23 67 99 158 Excellent Excellent Excellent
6 Ila 91 22 179 242 290 Dibawah Jelek Superior
rata-rata
Rata-rata 71 27 104.34 142.17 225.67  

Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat tabel. 5), probandus perempuan
yang sering olahraga ada 6. Yaitu, Meri, Humairoh, Ulfa, Cicik, Itsna, dan Ila. Hasil
denyut jantung, level stamina, dan VO2 maxnya ada yang sesuai teori dan tidak.
Kondisi tersebut terjadi karena kondisi fisik probandus yang berbeda-beda, serta
intensitas aktivitas probandus yang berbeda-beda juga.

Tabel 6. Perempuan jarang olahraga


No. Probandus DJ0 DJ15” DJ1 DJ2 DJ3 Level DJ Level VO2
Stamina
1 Nabila 80 27 91 176 251 Baik Dibawah Sangat baik
rata-rata
2 Erica 86 27 59 111 170 Sangat baik Sangat baik Sangat baik
3 Normalita 85 27 95 179 289 Baik Dibawah Sangat baik
rata-rata
4 Heni 80 32 107 182 294 Diatas rata-Dibawah Baik
rata rata-rata
5 Lukluk 65 19 73 109 164 Sangat baik Sangat baik Superior
6 Eliana 84 30 109 180 251 Rata-rata Sangat baik Baik
7 Maya 93 38 139 247 316 Dibawah Jelek Cukup
rata-rata
8 Nida 103 27 87 143 177 Baik Sangat baik Sangat baik
Rata-rata 84.5 28.37 95 165.87 239  

Berdasarkan hasil data yang diperoleh (Lihat tabel. 6), probandus perempuan
yang jarang olahraga ada 8. Yaitu,Nabila, Erica, Normalita, Heni, Lukluk, Eliana,
Maya, dan Nida. Hasil denyut jantung, level stamina, dan VO 2 maxnya ada yang
sesuai teori dan tidak. Kondisi tersebut terjadi karena kondisi fisik probandus yang
berbeda-beda, intensitas aktivitas probandus yang berbeda-beda, serta kekuatan otot
jantung yang berbeda-beda juga.
Tabel 7. Perbandingan Rata-rata Denyut Jantung

Grafik. 1

Perbandingan Rata-rata Denyut Jantung

Perbandingan rata-rata denyut jantung antara laki-laki dan perempuan yang


sering olahraga dengan yang tidak olahraga dapat dilihat dalam tabel. 7 dan grafik. 1.
Berdasarkan tabel dan grafik rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa:

1. Denyut jantung laki-laki yang sering dan jarang olahraga lebih tinggi dari
pada perempuan. Faktor jenis kelamin sangat mempengaruhi. Karena
aktivitas laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini juga diikuti
dengan kapasitas VO2 max. Keadaan tersebut akan sebanding dengan level
stamina orang. Semakin sering seseorang berolahraga, maka stamina orang
akan meningkat di atas rata-rata. Orang yang sering berolahraga akan
memiliki kapasitas paru-paru 1,5 kali lebih besar daripada yang tidak
berolah raga. Kapasitas VO2 max laki-laki lebih besar dari pada perempuan.
2. Denyut jantung yang sering olahraga lebih baik daripada yang jarang
olahraga. Karena orang yang sering olahraga memiliki kapasitas paru-paru
yang besar, denyut jantung yang stabil, dan jumlah hemoglobin yang
banyak.

3. Denyut jantung orang yang jarang olahraga akan berdetak lebih kencang
ketika melakukan aktivitas yang tinggi. Karena kontraksi otot jantung akan
bekerja lebih berat, sebab tidak ada latihan rutin untuk menjaga stabilitas
kardiovaskular.

4. Orang yang sering olahraga akan memiliki denyut jantung yang lebih stabil.
Ketika melakukan aktivitas tinggi tidak terengah-engah. Karena otot
jantungnya sudah sering dilatih untuk aktivitas tinggi.

Homeostatis saat beraktivitas tinggi sangat mempengaruhi sistem


kardiovaskular. Karena denyut jantung (Heart rate=HR) dikontrol oleh dua sistem
saraf, yaitu parasimpatik dan simpatik. Saraf parasimpatik mengeluarkan Ach dan
menurunkan HR, sedangan saraf simpatik melepaskan norepinefrin dan meningkatkan
HR. Saat istirahat, stimulasi saraf simpatik dan parasimpatik dalam keadaan
seimbang. Selama olahraga, stimulasi parasimpatik menurun dan stimulasi simpatik
meningkat. Stimulasi simpatik mengkonstriksikan vena yang mengalir dari otot
rangka. Hal ini menyebabkan lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung.
(Astrand dan Rodahl, 1970)

Faktor-faktor yang mempengaruhi level VO2 max tergantung dari suplai dan


permintaan oksigen dalam tubuh. Suplai maksudnya adalah penyaluran oksigen dari
paru-paru ke jaringan mitokondria, maksudnya nilai mitokondria menggunakan
oksigen dalam proses oxidative phosphorylation. (Mohrman, 2006)

V. KESIMPULAN
1. Perhitungan jumlah eritrosit dan leukosit tikus betina adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan jumlah eritrosit pada mencit betina
Probandus Jumlah eritrosit  ( /mm3 )
Tikus A 4.270.000
Tikus B 4.780.000
Rata-rata 4.525.000
Tabel 2. Perhitungan jumlah leukosit pada mencit betina
Probandus Jumlah leukosit ( /mm3 )
Tikus A 4.075
Tikus B 5.300
Rata-rata 4.687,5
2. Pengaruh jenis kelamin terhadap jumlah eritrosit yaitu : jantan memiliki jumlah
eritrosit yang lebih banyak daripada perempuan. Karena jumlah eritrosit berhubungan
dengan aktivitas fisik seseorang. Dimana aktivitas laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan.
3. Aktivitas dan pemulihan denyut jantung yaitu :

Orang yang sering berolahraga akan memiliki pemulihan denyut jantung lebih baik.
Alasannya, otot jantung mereka sudah terlatih. Hal ini sejalan dengan pembuluh
darah mereka, jika seseorang rajin berolahraga, maka pembuluh darah mereka lebih
lebar. Sehingga suplai oksigen berjalan lebih lancar. Denyut jantung tidak mudah
terengah-engah dan cepat kembali pada keadaan stabil.

4. Jenis kelamin dan kondisi tubuh mempengaruhi nilai VO2 max. Kondisi tubuh yang
fit dan sering berolahraga akan memiliki kapasitas paru-paru lebih maksimal.
Sehingga sirkulasi oksigen menjadi lebih lancar. Vitalitas jantung dan paru-paru
menjadi lebih baik. Laki-laki memiliki aktivitas fisik lebih tinggi dari pada
perempuan. Jadi VO2 max laki-laki lebih tinggi.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Beevers, D, G. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Anda dan Tekanan Darah. Jakarta.


Dian Rakyat.
Dimas Aldi Patria, Koen Praseno, Silvana Tana. 2013. Kadar Hemoglobin dan Jumlah
Eritrosit Puyuh (Coturnix coturnix japonica Linn.) Setelah Pemberian Larutan
Kombinasi Mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) Dan Vitamin (A, B 1, B12, C) dalam Air
Minum. Jurnal Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1. Laboratorium Biologi
Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi,Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro.
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Sumatera
Utara: Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Guyton, A. C. & J. E. Hall. 2010. Textbook of Medical Physiology. 12th Ed. W. B. Saunders
Company, Philadelphia.
Lindemann S, Gawaz M. 2008. Platelets and Atherosclerosis. In : Gresele P, Fuster V, Page
JA. Et al. Platelets in Hematologic and Cardiovascular Disorders. Cambridge
University Press. UK.
Meyer, D.J. and Harvey, J.W. 2004. Veterinary Labortatory Medicine Interpretation &
Diagnosis. Third Edition. Saunders. USA
Mohrman D, Jane H. 2006. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Nicholson JP, Wolmarans MR, Park GR. 2000. The role of albumin in critical
illness. Journal Volume 4, number 85. British Journal of Anaes.
Sulaksono, M Edhie. 2002. Penentuan nilai rujukan parameter faal hewan percobaan model
penyakit manusia dan hewan. Jurnal penelitian. Jakarta: Litbang Kesehatan.
Zulkifli, Maruni Wiwin Diarti, Yunan Jiwintarum, Laksmi Saraswati. 2014. JUMLAH
ERITROSIT DARAH TEPI HEWAN COBA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
STRAIN WISTAR YANG DIBERIKAN AIR SEDUHAN KELOPAK BUNGA
ROSELA MERAH (Hibiscuss sabdariffa). Jurnal volume 8 Nomor 4. Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram.

Anda mungkin juga menyukai