BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku
Pola Pembiayaan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine ini mampu diselesaikan. Penyusunan
buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun
calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan
disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).
Buku Pola Pembiayaan Penangkapan Ikan dengan Purse Seine mengambil sampel di
Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke
lapangan dan in depth interview terhadap kelompok nelayan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI),
wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan.
Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan
saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT
Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank
Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun
perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan
Penangkapan Ikan dengan Purse Seine, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat
Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi
penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat
menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia
dengan alamat:
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi
yang berarti bagi pengembangan UMKM.
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Penangkapan Ikan dengan Purse Seine
9 Kelayakan Usaha:
Periode Proyek 5 tahun
Produk yang Dihasilkan Ikan pelgis kecil
Tingkat Teknologi 7 trip per tahun
Pemasaran Hasil Semi modern: GPS, echo sounder
Lelang di TPI
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
……………..................................………………………………......…
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
………………………………………………………………………
DAFTAR ISI iv
……………………………………………………………………………………...
DAFTAR TABEL vi
…………………………………………………………………………..…….
DAFTAR GRAFIK viii
………………………………………………………………………….........
DAFTAR GAMBAR ix
…………………………………………………………………………......
BAB I PENDAHULUAN 1
...……………………………………………………….…………......
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Produksi Ikan Laut Kabupaten Pati, 2006 .................................................... 3
Tabel 2.2 Produksi Perikanan menurut Jenis Alat Tangkap Kabupaten Pati, 2006 (Kg) 4
Tabel 2.3 Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II, 2006 . 4
Tabel 2.4 Nilai Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II,
2006 .......................................................................................................... 5
Tabel 2.5 Praktek Perhitungan Bagi Hasil pada Perusahaan Obyek Studi ..................... 7
Tabel 3.1 Konsumsi Rata-rata per Kapita Masyarakat Indonesia per Jenis Ikan ………. 11
Tabel 3.2 Perbandingan Jumlah Kapal Purse Seine Daerah dan Luar Daerah yang
Mendaratkan Ikan di PTI Bajomulyo II, 2002 - 2006 …………………………. 12
Tabel 3.3 Volume Ikan Dilelang, Hasil Lelang dan Harga Rata-rata di TPI Bajomulyo II,
2002 - 2006 ……………………………………………………………………. 14
Tabel 3.4 Harga Rata-rata Lelang Ikan di TPI Bajomulyo II per Bulan, 2006 ………. …. 15
Tabel 3.5 Produksi, Hasil Penjualan Lelang, Jumlah Trip dan Nilai Produksi per Trip …. 16
Tabel 4.2 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi Antara ABK dan Pemilik
Kapal Purse Seine Sampel ........................................................................... 23
Tabel 4.3 Perkembangan Biaya Perbekalan Menurut Data Trip, 2004 - 2006 ………... 28
Tabel 5.4 Perincian Kebutuhan Dana Usaha, Jumlah Kebutuhan Kredit dan Modal
Sendiri ………………………………………….............................................. 33
Tabel 5.5 Proyeksi Pembayaran Bunga dan Pelunasan Kredit Investasi ........................ 33
Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan purse seine ……. 35
Tabel 5.9 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Apabila Pendapatan Turun …………. 36
Tabel 5.10 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha dengan Kenaikan Biaya Operasi ……. 37
Tabel 5.11 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Terjadi Penurunan Pendapatan dan
Biaya Operasi Meningkat ............................................................................ 37
vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1 Produksi Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di TPI Bajomulyo II
Setiap Bulan, 2006 (Kg) …………………………………………………….. 6
Grafik 2.2 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine Di TPI Bajomulyo
II Setiap Bulan, 2006 (Kg) ........................................................................ 6
Grafik 3.1 Gafik Perkembangan Volume Tangkapan, Nilai Lelang dan Harga Rata-
rata per kg, 2002 - 2006 ......................................................................... 15
Grafik 3.2 Perkembangan Harga Lelang Rata-rata Per Kg Secara Bulanan Di TPI.
Bajomulyo II, 2006................................................................................... 16
Grafik 3.3 Jumlah Trip Per Tahun Untuk Satu Kapal Purse Seine ................................. 17
Grafik 4.1 Hasil Lelang, Pembekalan dan Hasil Siap Dibadi antara ABK dan Pemilik
Kapal …..................................................................................................... 23
Halaman
Gambar 3.1 Areal Parkir dan Areal Pelelangan TPI.Bajomulyo II Juwana ……………… 13
Gambar 3.2 Rantai Pemasaran Produk Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine di
Juwana Kabupaten Pati .......................................................................... 14
Gambar 4.4 Proses Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan Alat Bantu Echosounder .. 27
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan kepulauan
dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7
juta km² dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini
pada kenyataannya tidak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain
dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan di beberapa wilayah.
Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling)
di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis
ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru, Kembung,
Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan
tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap
di perairan Indonesia. Daerah-daerah penangkapan yang terpenting adalah di perairan Maluku-
Papua, Utara Jawa, Selat Malaka, Selat Makassar, Laut Cina Selatan (Perairan Natuna) dan Selatan
Sulawesi yang total produksinya mencapai sekitar 40 - 60 % total produksi seluruh perairan.
Untuk mendalami kajian kelayakan usaha purse seine, penelitian dilakukan di Kabupaten Pati.
Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo II di Juwana, merupakan salah satu tempat pendaratan ikan
yang penting di pantai utara Jawa. Menurut laporan Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II tahun
2006, produksi total di PPI Bajomulyo II pada tahun 2006 mencapai 1.536.189 kg yang meliputi
jenis–jenis ikan yaitu: Tembang (16,34%), Kembung (13,74%), Layang (13,57%), Selar (12,41%),
Lemuru (11,47%), Tongkol (0,66%), Tengiri (0,95%) dan lain-lain (26,86%).
Berbagai jenis ikan tersebut dijual dalam bentuk segar dan atau diawetkan yang kemudian
dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan asin atau ikan olahan (pindang dan sebagainya). Dengan
demikian, ikan yang ditangkap di perairan Indonesia memainkan peranan penting sebagai sumber
protein yang berkualitas tinggi untuk konsumen domestik.
Dalam lending model purse seine ini dilakukan survey di Juwana sebagai daerah penelitian
karena semakin eksisnya usaha purse seine, serta banyak nelayan dari luar daerah menjual ikan di
sana. Hal tersebut disebabkan lokasi Juwana yang strategis, berada di wilayah timur Jawa Tengah
yang relatif dekat dengan daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan pantai utara Jawa. Di
1
Pendahuluan
samping itu, PPI Bajomulyo II juga memiliki fasilitas dan jasa pelayanan penjualan yang relatif lebih
bagus dibanding dengan tempat-tempat pendaratan ikan lainnya.
Purse seine banyak dimiliki oleh pengusaha penangkapan ikan dan menjadi tulang
punggung alat penangkap ikan. Ditinjau dari jumlah alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine
sangat dominan posisinya. Hampir 90% ikan yang dipasok di TPI dihasilkan oleh alat tangkap ini,
dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam sistem produksi perikanan laut. Di
Juwana terdapat pengusaha alat tangkap purse seine yang sukses karena mampu beradaptasi
dengan kondisi perikanan di Indonesia dewasa ini. Karena perikanan laut di Kabupaten Pati
memegang peranan penting dalam memajukan ekonomi daerah, maka kegiatan rantai nilai (value
chain) yang berkaitan dengan perikanan laut semakin berkembang. Komoditi ikan laut yang
dilelang di Juwana didistribusikan ke berbagai daerah di pulau Jawa.
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Kabupaten Pati memiliki 8 (delapan) tempat pendaratan ikan. Pusat Pendaratan Ikan (PPI)
Bajomulyo II menduduki peringkat pertama dengan jumlah 73,78 % pada tahun 2006 (lihat Tabel
2.1).
Tabel 2.1 Produksi Ikan Laut Kabupaten Pati, 2006
Berdasarkan hasil survei di PPI Bajomulyo II, banyak kapal purse seine yang bertonase diatas
30 Gross Tonage (GT) sampai 100 Gross Tonage (GT), bahkan sebelum krisis ekonomi (1997/1998)
ada yang menggunakan lebih dari 100 GT (tetapi saat ini sudah tidak beroperasi lagi karena tidak
fleksibel).
3
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Tabel 2.2 Produksi Perikanan Menurut Jenis Alat Tangkap Kabupaten Pati, 2006 (Kg)
Keterangan : 1 = Cantrang
2 = Dogol/Krikil
3 = Pukat Cincin/Purse Seine
4 = Jaring insang/gill net
5 = Jaring Lapis tiga/Trammel net
6 = Pancing
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, produksi perikanan terbesar di Kabupaten Pati
dihasilkan alat tangkap purse seine, dengan basis pendaratan di PPI Bajomulyo II. Jumlah kapal
mini purse seine di Kabupaten Pati tahun 2006 sebanyak 160 unit (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pati, 2005).
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan kapal purse seine adalah ikan tembang/jui (20%),
kembung/banyar (17%), layang (16%), selar/bentong (15%), lemuru/sero (14%), tongkol (6%) dan
tengiri (1%).
Dari segi nilai produksi, ikan kembung (27%) menduduki peringkat pertama, kemudian
layang (22%), selar/bentong (18%), tembang/jui (11%), lemuru/sero (10%), dan terakhir tongkol
(5%).
Tabel 2.4 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine
Di TPI Bajomulyo II, 2006
No. Nama Ikan Nilai Produksi (Rp) Prosentase
1 Kembung/Banyar 14.816.571.000 27%
2 Layang 11.651.655.000 22%
3 Selar/Bentong 9.723.022.000 18%
4 Tembang/Jui 5.776.214.000 11%
5 Lemuru/Sero 5.561.389.500 10%
6 Tongkol 2.791.670.000 5%
7 Tengiri 2.433.725.000 5%
8 Lain-lain 1.248.014.000 2%
Jumlah 54.002.260.500 100%
Sumber: PPI Bajomulyo II, diolah.
Adapun pola pendaratan jenis ikan setiap bulannya selama satu tahun di PPI Bajomulyo
dapat dilihat pada grafik 2.1. Pada grafik tersebut dapat disaksikan bahwa dalam triwulan pertama
setiap tahunnya produksi ikan cenderung menurun, yang kemudian meningkat pada triwulan ke-2
dan triwulan ke-3. Sedangkan kecenderungan penurunan pendaratan ikan dimulai pada triwulan
ke-4, yang berlanjut ke triwulan ke-1 tahun berikutnya.
Fluktuasi pendaratan ikan tersebut tidak terlepas dari perubahan angin muson yang
mempengaruhi musim di Indonesia, yang terdiri dari musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau berlangsung dari bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan
berlangsung pada bulan November hingga Maret. Pada saat musim penghujan, terutama pada saat
musim angin timur, banyak nelayan tidak berani melaut karena ombak di laut sangat besar
sehingga mempengaruhi pendaratan ikan.
5
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
800.000
700.000
Layang
600.000
Kembung/Banyar
500.000 Selar/Bentong
400.000 Tembang/Jui
300.000 Tongkol
Lemuru/Sero
200.000
Tengiri
100.000
-
ri
op
li
et
ep
ei
Ju
a
ar
M
nu
N
S
M
Ja
Seiring dengan pola produksi/pendaratan ikan maka terjadi pula fluktuasi pada nilai ikan yang
didaratkan. Grafik 2.2 mengilustrasikan pola nilai produksi sepanjang tahun. Nilai produksi
merupakan perkalian antara volume produksi dengan harganya.
Grafik 2.2 Nilai Produksi Ikan Yang Didaratkan Kapal Purse Seine
Di TPI Bajomulyo II Setiap Bulan, 2006 (Kg)
3.000.000.000
2.500.000.000
Layang
2.000.000.000
Kembung/Banyar
Selar/Bentong
1.500.000.000 Tembang/Jui
Tongkol
Lemuru/Sero
1.000.000.000
Tengiri
500.000.000
-
ri
Fe ri
p
li
ni
et
s
p
r
t
ei
kt
Ap
Ag
Ju
ua
a
Se
No
De
Ju
ar
O
nu
br
M
Ja
Perusahaan penangkapan ikan dengan purse seine yang menjadi sampel berlokasi di Juwana.
Perusahaan ini memiliki 9 kapal purse seine.
Dalam setahun rata-rata tiap purse seine melakukan 7 trip penangkapan dengan jangka
waktu melaut 30-45 hari. Daerah operasi penangkapan kapal purse seine yang dimiliki adalah laut
Jawa sampai dengan selat Makasar.
Sisitim pengupahan yang dilakukan oleh perusahaan yang menjadi obyek kajian adalah
sistim bagi hasil. Namun demikian cara perhitungan bagi hasil yang diterapkan berbeda dengan
cara yang lazim dilakukan pemilik purse seine lainnya. Perusahaan yang menjadi obyek kajian
memberikan bonus dan premi tertentu kepada nahkoda, juru mudi dan motoris (juru mesin) untuk
menghindari kecurangan. Juga diberikan uang lauk pauk kepada ABK dengan konsekuensi mereka
tidak boleh mengambil/ membawa pulang ikan hasil tangkapan. Berikut ini disajikan sistim
perhitungan bagi hasil yang ada pada perusahaan sampel.
Tabel 2.5 Praktek Perhitungan Bagi Hasil Pada Perusahaan Obyek Studi
No. Uraian Jumlah
1 Hasil Lelang 52.599.000
2 Premi
kepada pemilik (1%) 1.525.990
kepada ABK (Nahkoda) 1.525.990
Jumlah Potongan premi 3.051.980
Saldo 49.547.020
3 Lawuhan (uang lauk pauk) 5% 7.477.351
Saldo 142.069.669
4 Perbekalan (BBM, persiapan melaut, 81.997.150
bahan makanan, es, garam)
Saldo 60.072.519
Bonus untuk ABK utama (Nahkoda,
5 Juru mudi dan juru mesin) 8.700.000
Saldo 51.372.519
Potongan untuk perbaikan kapal dan
6 docking (30%) 15.411.756
7 Pendapatan siap dibagikan 35.960.763
50% bagian ABK 17.980.382
50% bagian pemilik kapal 17.980.382
Sumber : data primer.
Kepada nahkoda diberikan premi khusus karena dipercaya untuk mengawasi semua yang
ada dalam kapal termasuk pelelangan. Demikian juga kepada ABK utama mereka diberikan bonus
khusus dengan konsekuensi apabila dijumpai kecurangan mereka akan segera diberhentikan dari
kerjasama. Premi 1% kepada pemilik merupakan tabungan pemilik yang nantinya akan diberikan
kepada ABK pada hari raya lebaran (THR). Potongan 30% biaya perawatan akan diberikan apabila
kerusakan melebihi Rp.6.000.000,-. Kelebihan dari nilai Rp.6.000.000,- akan diberi subsidi oleh
7
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
pemilik, perbaikan Rp.6.000.000,- atau kurang merupakan biaya perbaikan rutin dan ditanggung
awak kapal. Uang lawuhan (lauk pauk) diberikan kepada ABK sebagai pengganti kebiasaan ABK
membawa pulang ikan sepulang dari melaut, dengan adanya uang lauk pauk maka ABK tidak
boleh lagi membawa pulang ikan. Semua hasil tangkapan harus dilelang.
Tindakan khas dan cerdik untuk menjamin efisiensi biaya adalah: melakukan penjemputan
hasil tangkapan di laut. Perusahaan obyek studi memiliki kapal pemasok dan penjemput hasil di
laut. Dengan sistim ini kapal pencari ikan tidak perlu membuang waktu dan biaya BBM untuk
kembali ke pantai dan berangkat lagi melaut. Dengan teknik ini diperoleh efisiensi biaya
penangkapan.
Untuk menjamin tercapainya efisiensi biaya selain kegiatan tersebut, tindakan yang
dilakukan pengusaha adalah memperkecil ukuran/tonage kapal. Kapal dengan tonage besar
dianggap tidak efisien karena boros bahan bakar minyak (BBM) dan membutuhkan biaya
perbekalan yang besar. Pada saat biaya operasi tinggi maka yang diperlukan adalah kelincahan
operasi untuk memburu gerombolan ikan. Pada kondisi seperti ini GPS, alat komunikasi, echo
sounder, dan lampu sangat berperan dalam menjamin keberhasilan penangkapan ikan,
Beberapa sumber pembiayaan bagi pengusaha kapal purse seine antara lain BRI Unit di Pati,
Bank BCA maupun Kospin Jasa. Bank Umum yang memberikan kredit berbentuk kredit rekening
koran yang besarnya berkisar Rp400 juta sampai Rp600 juta, dengan jangka waktu 1 (satu) tahun,
dengan bunga 1,6 % per bulan. Agunan berupa surat tanah.
Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km² yang terdiri dari perairan kepulauan
dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7
juta km² dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Sumber daya ikan ini
pada kenyataannya tidak tersebar merata di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut antara lain
dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan perairan dan perbedaan tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan di beberapa wilayah.
Purse seine (pukat cincin) digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol (schooling)
di permukaan laut. Ikan yang tertangkap dengan alat penangkapan purse seine adalah jenis-jenis
ikan pelagis kecil yang hidupnya bergerombol antara lain Layang, Selar, Lemuru, Kembung,
Tongkol, dan Tembang. Ikan tersebut tertangkap oleh purse seine karena gerombolan ikan
tersebut dikurung oleh jaring yang telah membentuk kantong. Jenis ikan tersebut dapat ditangkap
Untuk mendalami kajian kelayakan usaha purse seine, penelitian dilakukan di Kabupaten
Pati. Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Bajomulyo II di Juwana, merupakan salah satu tempat pendaratan
ikan yang penting di pantai utara Jawa. Menurut laporan Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II tahun
2006, produksi total di PPI Bajomulyo II pada tahun 2006 mencapai 1.536.189 kg yang meliputi
jenis–jenis ikan yaitu: Tembang (16,34%), Kembung (13,74%), Layang (13,57%), Selar (12,41%),
Lemuru (11,47%), Tongkol (0,66%), Tengiri (0,95%) dan lain-lain (26,86%).
Berbagai jenis ikan tersebut dijual dalam bentuk segar dan atau diawetkan yang kemudian
dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan asin atau ikan olahan (pindang dan sebagainya). Dengan
demikian, ikan yang ditangkap di perairan Indonesia memainkan peranan penting sebagai sumber
protein yang berkualitas tinggi untuk konsumen domestik.
Dalam lending model purse seine ini dilakukan survey di Juwana sebagai daerah penelitian
karena semakin eksisnya usaha purse seine, serta banyak nelayan dari luar daerah menjual ikan di
sana. Hal tersebut disebabkan lokasi Juwana yang strategis, berada di wilayah timur Jawa Tengah
yang relatif dekat dengan daerah penangkapan ikan (fishing ground) nelayan pantai utara Jawa. Di
samping itu, PPI Bajomulyo II juga memiliki fasilitas dan jasa pelayanan penjualan yang relatif lebih
bagus dibanding dengan tempat-tempat pendaratan ikan lainnya.
Purse seine banyak dimiliki oleh pengusaha penangkapan ikan dan menjadi tulang
punggung alat penangkap ikan. Ditinjau dari jumlah alat dan kapasitas hasil tangkapan, purse seine
sangat dominan posisinya. Hampir 90% ikan yang dipasok di TPI dihasilkan oleh alat tangkap ini,
dengan demikian kedudukan alat tangkap ini penting dalam sistem produksi perikanan laut. Di
Juwana terdapat pengusaha alat tangkap purse seine yang sukses karena mampu beradaptasi
dengan kondisi perikanan di Indonesia dewasa ini. Karena perikanan laut di Kabupaten Pati
memegang peranan penting dalam memajukan ekonomi daerah, maka kegiatan rantai nilai (value
chain) yang berkaitan dengan perikanan laut semakin berkembang. Komoditi ikan laut yang
dilelang di Juwana didistribusikan ke berbagai daerah di pulau Jawa.
9
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.1. Permintaan
Penyediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri menunjukkan peningkatan, yang pada
tahun 2006 konsumsi mencapai 25,03 kg/kapita/tahun. Jika dilihat dari sisi produksi, produksi
perikanan mengalami kenaikan sebesar 7,73 persen, yakni dari 6,86 juta ton pada tahun 2005
menjadi 7,39 juta ton pada tahun 2006. Pada periode 2005- 2006, produksi perikanan tangkap di
laut masih mendominasi (Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, 2007). Terdapat perbedaan konsumsi ikan perkapita yang sangat besar di
Pulau Jawa dengan luar Jawa. Konsumsi ikan per kapita per tahun di luar Jawa sekitar tiga kali
lipat dari konsumsi ikan di Pulau Jawa (Bailey et al, 1987).
Konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah, seperti terlihat pada data
yang disajikan dalam Tabel 3.1.
Bentuk pasar di daerah hulu yaitu di tempat pendaratan ikan dicirikan sebagai pasar
oligopsoni karena jumlah pembeli/pedagang lebih sedikit daripada jumlah penjual yaitu nelayan
yang mendaratkan ikannya disana, sehingga pasar tersebut merupakan pasar pembeli atau buyer’s
market. Jumlah pedagang ikan yang tercatat di PPI Bajomulyo II sebanyak 31 (tiga puluh satu)
orang. Transaksi harian pada bulan ramai bisa mencapai Rp. 0,5 milyar atau lebih.
11
Aspek Pasar dan Pemasaran
Mekanisme pasar yang terjadi memang berbentuk lelang terbuka. Namun karena jumlah
pembeli tidak sebanding dengan penjual, tetap saja pembeli lebih mendominasi pasar.
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah kapal luar daerah yang mendaratkan ikan di PPI
Bajomulyo II lebih mendominasi, apalagi pada tiga tahun terakhir yaitu sebesar 78% (2004), 85%
(2004) dan 73% (2006). Peneliti belum memperoleh jumlah kapal purse Kabupaten Pati yang
mendaratkan ikannya di TPI di daerah lain. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat persaingan
diantara perusahaan kapal purse seine sangat ketat.
Tabel 3.2 Perbandingan Jumlah Kapal Purse Seine Daerah dan Luar Daerah
yang Mendaratkan Ikan di PPI Bajomulyo II, 2002 - 2006
Jumlah Kapal Masuk Frekuensi
Pendaratan
Tahun Luar
Daerah % % Total Purse Seine
Daerah Daerah
2002 866 46 998 54 1.864 5
2003 864 48 927 52 1.791 5
2004 637 22 2.318 78 2.955 4
2005 350 15 1.995 85 2.345 2
2006 172 27 470 73 642 1
Sumber: TPI Bajomulyo II, diolah.
Guna melengkapi informasi yang berasal dari PPI Bajomulyo II, dikemukakan data dari
sebuah sampel yang diteliti. Meskipun hanya satu buah sampel namun dianggap representatif
karena mewakili salah satu kapal purse seine milik seorang pengusaha kapal purse seine yang
terpandang di daerah Juwana. Berdasarkan data runtut waktu selama 4 (empat) tahun, terdapat
kecenderungan jumlah trip yang dilakukan oleh purse seine sampel jauh lebih banyak
dibandingkan dengan data frekuensi pendaratan purse daerah di PPI Bajomulyo II.
Pemasaran ikan di TPI Bajomulyo relatif mudah karena lokasi memiliki areal parkir yang luas,
juga areal pelelangan yang luas. Pembayaran dilakukan dalam periode 2 – 7 hari setelah
pelelangan. Banyak pedagang lokal yang membeli ikan di pelelangan untuk dipindang dan dijual ke
tampat lain sebagai ikan beku. Volume hasil tangkapan untuk jenis-jenis bahan dasar ikan pindang
dan ikan asin sangat kurang dibanding kebutuhan industri pemindangan yang ada di Juwana.
Akibatnya banyak industri pemindangan di wilayah ini mendatangkan ikan beku dari daerah lain.
Sebagian besar ikan pelagis kecil yang didaratkan oleh kapal purse seine sudah diawetkan
dalam bentuk ikan segar dengan menggunakan es. Sedangkan jenis ikan yang memiliki nilai
ekonomi rendah diawetkan dengan cara diberi garam.
Para pembeli ikan terdiri dari pedagang ikan segar, pengasin, pemindang dan pedagang
yang akan menjualnya ke pasar lokal. Para pembeli/pedagang ikan di PPI Bajomulyo II yang
berjumlah 31 orang tersebut berasal dari dalam dan luar daerah. Salah seorang pedagang ikan
yang diwawancarai mengaku bisa mengirim ikan sekitar 4 (empat) ton per hari dengan keuntungan
Rp500,- per kilogram. Keuntungan bersih yang diperoleh untuk sekali kirim ke Jakarta mencapai
Rp2.000.000,-.
Berikut ini disajikan rantai pemasaran produk ikan yang didaratkan oleh kapal purse seine di
Juwana, Kabupaten Pati:
13
Aspek Pasar dan Pemasaran
Nelayan
PPI
Distributor
Konsumen
Gambar 3.2 Rantai Pemasaran Produk Ikan yang Didaratkan Kapal Purse Seine
di Juwana Kabupaten Pati
3.2.2 Harga
Aspek pasar tidak dapat dilepaskan dari volume dan harga. Pada produk pertanian dan
perikanan, faktor musim sangat berpengaruh pada hasil produksi, tinggi rendahnya volume
produksi secara langsung akan mempengaruhi harga-harga produk pertanian.
Berikut ini disajikan perkembangan hasil produksi dan perkembangan nilai dan harga ikan
rata-rata di TPI. Bajomulyo II.
Dari tabel 3.3 selanjutnya dapat disajikan trend perkembangannya dalam grafik 3.1 berikut
ini,
180.000.000
160.000.000
140.000.000
120.000.000
Voluma Ikan (kg)
100.000.000
Hasil Lelang
80.000.000
Harga/kg
60.000.000
40.000.000
20.000.000
-
2002 2003 2004 2005 2006
Hasil lelang dan volume lelang tahun 2002-2007 menunjukkan trend yang menurun.
Namun kondisi ini tidak dapat dijadikan tolok ukur bahwa purse seine mengalami penyusutan hasil
tangkap. Purse seine boleh menjual pada berbagai lokasi PPI dan TPI yang ada di manapun, jadi
penurunan volume pada satu PPI tidak berarti adanya penyusutan hasil tangkap. Banyak purse
seine yang menjual langsung hasil tangkapannya di tengah laut. Dilihat dari harga dapat diketahui
bahwa telah terjadi perkembangan harga ikan di TPI. Bajomulyo II.
Secara lebih rinci berikut ini disajikan harga ikan yang dijual di TPI Bajomulyo II dan trend
perkembangannya.
Tabel 3.4 Harga Rata-rata Lelang Ikan di TPI Bajomulyo II Per Bulan, 2006
Harga Rata-rata per
No. Bulan kg. (Rp.)
1 Januari 6.079
2 Februari 16.153
3 Maret 9.016
4 April 8.912
5 Mei 10.169
6 Juni 8.853
7 Juli 9.321
8 Agustus 10.694
9 September 13.542
10 Oktober 13.020
11 November 20.425
12 Desember 10.311
Sumber : TPI Bajomulyo II data diolah
15
Aspek Pasar dan Pemasaran
Dari tabel 4.6, maka trend perkembangan harga lelang rata-rata bulanan dapat disajikan
pada grafik berikut.
20.000
15.000
Series1
Linear (Series1)
10.000
5.000
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data yang ada menunjukkan bahwa secara rata-rata terjadi kenaikan harga, namun terjadi
pula fluktuasi harga yang tajam pada periode bulan Nopember sampai bulan Maret. Pada periode
itu terjadi musim angin muson (angin barat) yang mengakibatkan hasil tangkapan tidak stabil. Pada
periode bukan musim angin barat terlihat perkembangan harga yang tidak fluktuatif.
Meskipun terlihat kecenderungan penurunan hasil per trip, data tersebut tidak dapat
diartikan secara langsung bahwa telah terjadi penurunan hasil produksi penangkapan ikan. Hal itu
disebabkan bahwa nelayan bebas menjual di TPI daerah asal perahu, menjual hasil tangkapan di
tengah laut kepada kapal pengumpul ataupun menjual ke TPI lain. Pertimbangan menjual ke kapal
pengumpul atau lokasi lain adalah :
1. Jarak tempuh yang terlalu jauh dibanding posisi kapal/perahu akan memerlukan waktu dan
kebutuhan BBM yang makin besar.
2. Jangka waktu kerusakan ikan; makin lama jangka waktu perjalanan ke TPI tujuan makin besar
potensi kerusakan ikan dan juga biaya BBM.
3. Harga, fasilitas dan kebiasaan perdagangan. Masing-masing TPI memiliki kiat bersaing untuk
menarik perahu mendarat dan lelang di lokasinya untuk mendapat fee (pendapatan jasa)
lelang. Kiat TPI dan kebiasaan pedagang ikan bertransaksi (dalam hal ini jangka waktu
pembayaran dan harga) sangat berpengaruh pada dipilih atau tidaknya TPI untuk disinggahi.
Pada Grafik 3.1 terlihat bahwa jumlah trip purse seine sampel dari tahun 2003 sampai
dengan 2006, berturut-turut sebanyak 8, 10, 7 dan 7 kali trip dalam setahun. Makin besar angka
trip per tahun makin pendek hari penangkapan. Nelayan akan pulang apabila sudah memperoleh
hasil tangkapan maka makin besar angka trip dapat diartikan mereka cepat pulang dan cepat
membawa hasil atau makin tinggi produktivitas penangkapan. Angka data 2006 menunjukkan
bahwa rata-rata trip adalah 7 kali setahun atau 1,5 bulan sekali nelayan pulang. Ini berarti waktu
penangkapan ikan di laut semakin panjang.
Grafik 3.3 Jumlah Trip Per Tahun Untuk Satu Kapal Purse Seine
12
10
6 Trip
0
2003 2004 2005 2006
Dalam periode penangkapan, kadangkala hasil yang diperoleh hanya sedikit, maka purse
seine memperpanjang masa tangkapnya. Untuk menghemat es batu terpaksa memberi garam
pada ikan yang sudah berhasil ditangkap. Hasil pengawetan dengan garam tidaklah sebaik
17
Aspek Pasar dan Pemasaran
pengawetan dengan es. Akibatnya hasil perolehan lelang hanya sedikit. Makin lama kapal di laut
makin banyak produk rusak atau turun kelas, sehingga makin sedikit hasil lelang.
Masalah lain yang dihadapi oleh nelayan pada umumnya adalah kemampuannya dalam
menjaga atau meningkatkan mutu produk. Apabila mutu produk baik maka para nelayan juga
akan mendapatkan harga yang baik pula, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,
demikian pula konsumen akan mendapatkan nilai produk yang lebih tinggi.
Rendahnya mutu ikan yang didaratkan disebabkan oleh mahalnya tekonologi pengawetan
ikan, misalnya alat pendingin dengan menggunakan air laut atau Refrigerator Sea Water (RSW). Di
samping itu juga disebabkan oleh cara penanganan produk yang buruk pada waktu ikan
didaratkan. Pada saat ramai, sebuah kapal purse seine bisa menunggu pembongkaran sampai 2–3
hari. Untuk dapat menjual ikannya dengan segera, tidak jarang kapal purse seine baik dari dalam
maupun luar daerah menjual ikan di tengah laut kepada kapal-kapal penampung yang ukurannya
kecil, kemudian kapal-kapal penampung tersebut menjualnya ke PPI.
BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Lokasi usaha terletak di Pusat Pendaratan Ikan Bajomulyo II yang telah dilengkapi dengan
berbagai fasilitas pendaratan dan penjualan ikan dengan cara lelang terbuka.
Fasilitas utama pada penangkapan ikan pelagis kecil dengan alat tangkap purse seine
adalah :
1. Kapal ukuran (m) 17,90 x 6,35 x 2,40 (P x L x D) atau 74 GT terbuat dari kayu jati dengan
jumlah tiang 1(satu) dan geladak 1 (satu).
2. Jaring purse seine dengan panjang 7 piece (640m)
3. Mesin penggerak sebanyak 1 (satu) unit dengan kekuatan 280 PK / 8 (delapan) silinder/jumlah
baling-baling 1 (satu).
4. Mesin pembangkit listrik sebanyak 2 (dua) unit dengan kekuatan masing-masing 2000 Kwh.
1. Sayap (wing), sayap dua bagian tepi kiri kanan berbahan dasar nilon (multi filamen) lebar mata
jaring 2,5 inchi.
2. Badan (body), berbahan dasar multi filamen lebar mata jaring 1,5 inchi.
19
Aspek Teknis Produksi
3. Kantong (bent), berbahan dasar multi filamen lebar mata jaring 1 inchi.
4. Pelampung (bouys), daya apung empat kali pemberat (sinker) sehingga mencegah
tenggelamnya boat line ketika purse seine ditarik pada waktu operasi, bahan yang digunakan
untuk pelampung pada umumnya terbuat terbuat dari bahan sintetis misalnya plastic foam.
5. Pemberat (sinker), terbuat dari timah putih).
6. Selampang (salvage), penghubung antara jaring (webbing) dengan tali ris atas/bawah sebagai
penguat jaring.
7. Jaring (webbing), sebaiknya menggunakan bahan yang mempunyai serat yang panjang dan
tidak terputus, misalnya nilon.
8. Tali kolor (cork line), berfungsi menarik jaring membentuk kerucut kerucut (kantong), terbuat
dari poly ethelene 24mm-28mm
9. Tali ris atas/bawah (Cork line lead line), menempatkan pelampung dan lead line untuk
menempatkan pemberat. Bahan yang digunakan adalah poly ethelene, dengan pertimbangan
tidak banyak menyerap air, sehingga pada waktu ditarik akan ringan.
10. Tali pelampung (float line), berfungsi sebagai penahan jaring ke atas dipasang sepanjang tali ris
atas.
11. Tali pemberat (sinker line), penahan jaring ke arah bawah sepanjang tali ris bawah.
Selain alat utama tersebut, alat lain yang penting dan harus ada adalah :
1. Rumpon, terbuat dari tali, jangkar, bambu dan daun kelapa yang dirangkai menjadi satu.
2. Lampu merkuri/galaksi dengan jumlah sekitar 30 buah, dipasang di atas kapal untuk menyinari
(”ngobor”) pada sekitar rumpon.
3. Echo sounder, mendeteksi gerombolan ikan pada arah vertikal dan mementau kedalaman
perairan.
4. Box tempat menyimpan ikan dan es
5. Tanki air dan tank BBM
6. Peralatan komunikasi.
Disamping itu dalam mengoperasikan kapal purse seine perlu disiapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Perbekalan terdiri dari bahan makanan, air minum dan keperluan sehari-hari (personal care)
2. Solar
3. Oli
4. Minyak tanah untuk masak
5. Garam
6. Es
7. Tendak/rumpon dari daun pohon kelapa.
Usaha purse seine kebanyakan berbeda antara pemilik usaha (pemilik kapal) dengan
pelaksana operasi (awak kapal). Dalam sistim penangkapan ikan beberapa jenis dan jenjang
pekerjaan dapat digambarkan berikut ini.
21
Aspek Teknis Produksi
Secara rinci posisi dan jumlah penerimaan masing-masing tingkat / jenjang operasi pada
usaha penangkapan ikan dapat dlihat pada tabel berikut :
Data mengenai hasil lelang, biaya total per trip dan hasil siap dibagi kepada ABK dan
pemilik kapal purse seine selama tahun 2007 sebanyak 7 (tujuh) trip menunjukkan tren yang
bervariasi sesuai keadaan dan hasil tangkapan.
Tabel 4.2 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi Antara ABK dan
Pemilik Kapal Purse Seine Sampel
Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat fluktuasi hasil lelang, namun nilai perbekalan
relatif stabil pada kisaran Rp.35.000.000,- sampai Rp.72.000.000,-. Dari tabel 4.4 selanjutnya
dapat disusun grafik perkembangan hasil tangkapan dan hasil siap dibagi antara ABK dan pemilik
kapal.
Grafik 4.1 Hasil Lelang, Perbekalan dan Hasil Siap Dibagi antara ABK dan Pemilik Kapal
250.000.000
200.000.000
50.000.000
-
26/01/2007
26/02/2007
26/03/2007
26/04/2007
26/05/2007
26/06/2007
26/07/2007
Apabila volume pelelangan meningkat dan juga hasil meningkat, maka hal ini
mengindikasikan makin banyaknya hasil yang dilelang. Peningkatan volume lelang ini bisa
bersumber dari makin tingginya kapal nelayan yang masuk dan melelang hasil tangkapannya,
23
Aspek Teknis Produksi
maupun karena perkembangan harga lelang yang berakibat pada kenaikan hasil pendapatan lelang
yang diperoleh nelayan maupun fee lelang.
Berapa hasil siap dibagi antara ABK dan pemilik atau pendapatan kotor yang diperoleh
seorang nelayan akan memproyeksikan hasil perolehan yang akan dibawa pulang. Bagi pemilik
kapal, semakin besar hasil perolehan bagi hasil juga akan mendorong makin besarnya kembalian
investasi kapal yang dilakukannya. Makin besar sisa hasil siap dibagi, maka dapat diharapkan akan
menyebabkan makin besarnya perolehan nelayan maupun pemilik kapal. Besar kecilnya sisa hasil
siap dibagi antara ABK dan pemilik kapal akan mempengaruhi minat berproduksi/melakukan
aktivitas pada suatu sektor.
4.4. Teknologi
Purse seine merupakan alat tangkap yang digolongkan ke dalam jaring lingkar, yaitu jaring
yang pengoperasiannya dengan jalan melingkar kemudian ditarik. Purse seine disebut juga dengan
jaring cincin, yaitu jaring yang mempunyai cincin. Cincin–cincin tersebut digunakan untuk
menempatkan tali kolor (purse line). Tali kolor tersebut digunakan untuk menutup bagian bawah
dari jaring. Jaring purse seine tipe Jepang, yaitu yang berbentuk trapezium dan dalam
mengoperasikannya digunakan hanya satu perahu.
Prinsip kerja dari purse seine adalah dengan melingkarkan jaring tersebut pada gerombolan
ikan. Bagian bawah kemudian dikerucutkan sehingga ikan tersebut akan terkumpul pada bagian
kantung. Setelah ikan tersebut terkumpul di dalam kantung, kemudian diangkat ke dalam kapal.
Selain alat utama, yaitu jaring, terdapat juga peralatan lain yang mendukung operasi penangkapan.
Alat tersebut antara lain GPS (Global Position System) yang berfungsi untuk mengetahui posisi
kapal. Di samping itu ada fish finder atau echo sounder yang berfungsi untuk mengetahui
gerombolan ikan (school of fish) serta kedalamannya. Bahkan ada panduan satelit yang dapat
memberikan informasi tentang penyebaran gerombolan ikan.
Proses penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine dilakukan dengan cara-cara :
memasang menebar rumpon/tendak di laut sehingga memancing ikan berkumpul di sekitar tendak.
Setelah dirasakan ikan cukup banyak berdasar pengamatan dengan echo sounder maka dilakukan
penjaringan dengan purse-seine. Apabila malam hari maka digunakan lampu agar memancing
plankton, dengan banyaknya planton maka ikan akan datang untuk memakan plankton dan ikan
kecil-kecil. Setelah diperkirakan jumlah ikan cukup banyak, dilakukan proses penjaringan dengan
purse seine. Proses menemukan/mencari lokasi gerombolan ikan merupakan langkah pertama
dalam penangkapan ikan dengan purse seine.
Terdapat berbagai cara proses penangkapan ikan dengan purse seine, berikut ini berbagai
cara penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse-seine.
4.5.1. Mencari atau menemukan lokasi berkumpulnya ikan pelagis kecil (ikan sasaran
penangkapan).
Proses ini dapat dilakukan secara visual pada senja atau pagi hari, di saat gerombolan ikan
aktif naik ke permukaan air.
Pada saat gerombolan ikan ditemukan, perlu diperkirakan arah pergerakan ikan,
kecepatan pergerakan/renang, kepadatan gerombolan, kedalaman perairan, dan arah
kecepatan arus serta angin. Penentuan keputusan haruslah cepat mengingat ikan selalu
dalam keadaan bergerak
Setelah diketahui jumlah/kepadatan ikan, arah dan kecepatan gerak gerombolan ikan,
maka segera kapal purse seine melakukan pelingkaran jaring dengan menghadang arah
renang ikan. Pada waktu melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan secepat
mungkin agar gerombolan ikan segera terkepung.
Pada saat prosers pelingkaran gerombolan ikan selesai dan kedua tepi jaring telah
berhasil bertemu, selanjutnya dilakukan penarikan tali karet dengan maksud untuk
mencegah ikan agar ikan tidak lari ke arah bawah jaring. Sekarang ini, penarikan tali
karet menggunakan roller.
Tubuh jaring dan float line ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup. Proses
penjaringan selesai apabila semua pemberat telah berada di atas kapal. Segera tubuh
jaring dan float line diatur kembali di atas kapal seperti semula untuk memulai proses
penangkapan berikutnya.
Ikan-ikan yang terkumpul pada bagian kantong jaring segera diserok ke atas kapal dan
dimasukkan dalam lubang penyimpanan dalam palka.
25
Aspek Teknis Produksi
Pada malam hari perahu purse seine menyalakan lampu sambil melakukan labuh
jangkar. Diperlukan waktu sekitar 4-5 jam, agar banyak ikan yang bergerombol. Setelah
diperkirakan banyak ikan bergerombol karena tertarik sinar, maka awak kapal yang
ada di perahu/kapal lampu tersebut akan memberikan kode kepada perahu/kapal jaring
(kapal lain yang berfungsi sebagai penangkap) untuk menarik jangkar dan siap
melakukan proses penangkapan.
Begitu aba-aba untuk proses penjaringan diberikan, dilakukanlah identifikasi arah arus
laut dilokasi itu sehubungan dengan arah hanyutnya jaring pada saat pelingkaran.
Proses selanjutnya adalah penurunan jaring. Pada saat penurunan jarring kecepatan
kapal lebih rendah jika dibandingkan dengan mengejar gerombolan ikan, karena posisi
gerombolan ikan tetap berada di sekitar lampu. Selanjutnya sama dengan operasi
dengan mengejar gerombolan ikan.
Melepaskan tali rumpon yang diberi pelampung. (Bisa juga melepaskan pelepah daun
kelapa atau dalam bahasa lokal disebuk tendak). Maksud melepas rumpun
berpelampung adalah memancing ikan bergerombol di sekitar rumpun dan sekaligus
mengidentifikasi arah dan kecepatan arus laut dengan melihat arah gerakan rumpon.
Setelah cukup banyak ikan berkumpul di sekitar rumpon, segera dilakukan proses
penjaringan dengan melingkari gerombolan ikan yang ada di bawah rumpon dengan
jaring purse seine.
Setelah proses pelingkaran selesai dan kedua ujungnya sudah dikaitkan, maka segera
dilakukan proses menarik tali kolor dari jaring.
Setelah jarring sebagian di bawah telah tertutup, jaring ditarik ke atas kapal dengan
roller. Bila jaring sudah di atas kapal maka rumpon tadi dikeluarkan dari jarring dan
dikembalikan ke tali pelampung seperti semula. Biasanya ada awak kapal purse seine
yang khusus bertugas mengeluarkan rumpon dari jaring, mengatur ulang dan menebar
rumpon di laut.
Teknik operasi penangkapan yang menggunakan alat bantu echo sounder tidaklah jauh
berbeda dengan operasi yang menggunakan alat bantu lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada
pencarian gerombolan ikannya. Proses penangkapan ikan besar ini selengkapnya disajikan dalam
gambar berikut:
27
Aspek Teknis Produksi
Perkembangan nilai perbekalan karena kenaikan BBM sebesar 100% pada tahun 2005
dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Perkembangan Biaya Perbekalan Menurut Data Trip, 2004 - 2006
12/16/04 40.749.325
10/30/05 47.763.950
12/27/06 70.581.600
Sumber : Data primer.
Data yang ada menunjukkan bahwa telah terjadi lonjakan biaya perbekalan setekah terjadi
kenaikan harga BBM 2005/2006. Besarnya lonjakan ini mencapai 48,93% dari nilai tahun 2005.
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Pola usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine dilakukan dalam periode
jangka panjang (5 tahun atau lebih). Periode usaha yang panjang disebabkan investasi yang
diperlukan cukup besar, untuk 1 unit kapal purse seine dibutuhkan dana untuk investasi dan modal
kerja sebesar Rp1 milyar atau lebih.
Kapal purse seine beroperasi sekitar 30 – 45 hari, dengan jumlah awak kapal 28 orang.
Setiap tahunnya rata-rata dilakukan 7 trip penangkapan. Untuk setiap trip penangkapan diperlukan
perbekalan rata-rata senilai Rp75.000.000,- Urutan elemen biaya perbekalan menurut besarnya
jumlah biaya adalah: biaya BBM, disusul biaya persiapan melaut (penyiapan/perbaikan jaring,
penyediaan spare part mesin dan alat tangkap), pembelian bahan makanan dan bahan pengawet
ikan di laut (es dan garam). Sistim pengupahan yang dilakukan pada usaha ini adalah sistim bagi
hasil 50% untuk ABK dan 50% untuk pemilik kapal. Jumlah yang dibagi adalah hasil lelang setelah
dikurangi dengan biaya perbekalan, biaya persiapan melaut dan cadangan biaya perbaikan
(docking).
Sumber dana usaha purse seine ini berasal dari dana modal sendiri dan kredit bank. Modal
sendiri dan kredit kredit yang diperoleh dipergunakan untuk membiaya investasi kapal dan
perlengkapannya serta pembiayaan operasi melaut (modal kerja). Faktor pengalaman usaha,
kerjasama antara pemilik dan ABK, keterkaitan dengan sistem penangkapan ikan (penyedia
perbekalan, pembeli ikan dan stake holder lain), dan sistem pendukungan operasi yaitu radio
komunikasi dan peralatan pembantu penangkapan ikan sangat berpengaruh pada keberhasilan
usaha.
Dalam kajian keuangan ini asumsi dan parameter keuangan disusun untuk kapal purse
seine, jumlah awak 28 orang, operasi 30 – 45 hari per trip penangkapan.
29
Aspek Keuangan
Kebutuhan dana investas diperlukan untuk membeli kapal, alat tangkap (jaring purse seine),
mesin penggerak, mesin pembangkit, dan alat-alat operasi lainnya seperti kompor dan tanki air dan
tanki BBM. Struktur biaya investasi ini dapat disajikan perhitungannya secara lengkap pada tabel
5.2 berikut:
Tabel 5.2 Perhitungan Kebutuhan Investasi
Harga Jumlah
Jumlah
No Keterangan Satuan per Unit Harga
Unit
(Rp.000) (Rp.000)
1 Kasko Kapal unit 1 400.000 400.000
Jaring purseine panjang 7 piece
2 @ 100 yard unit 1 275.000 275.000
3 Mesin Pendorong
3.1 Mesin Penggerak 280 PK unit 1 35.000 35.000
3.2 As unit 1 10.000 10.000
3.3 Girbox unit 1 20.000 20.000
3.3 Baling-baling unit 1 10.000 10.000
Mesin pembangkit listrik 2000
4 wat unit 2 20.000 40.000
5 Lampu unit 34 800 27.200
6 Echo sounder unit 1 8.500 8.500
7 GPS unit 1 3.000 3.000
8 Radio Komunikasi unit 1 15.000 15.000
9 Tanki air unit 2 1.250 2.500
10 Kompor unit 2 2.000 4.000
11 Perijinan lengkap paket 1 15.000 15.000
12 Perlengkapan keamanan laut* paket 1 30.000 30.000
Jumlah biaya investasi 895.200
Sumber : data primer
Keterangan: * Life Jacket, life craft, pemadam kebakaran, pompa air,parasut signal dll
Untuk operasi penangkapan dibutuhkan perbekalan yang terdiri dari biaya BBM, bahan
makanan dan persiapan melaut serta surat-surat ijin. Kebutuhan biaya operasi per trip itu dianggap
sebagai modal kerja usaha penangkapan
31
Aspek Keuangan
Dari data yang disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa kebutuhan BBM merupakan
kebutuhan perbekalan terbanyak. Demikian juga biaya untuk persiapan melaut yaitu kebutuhan
perbaikan dan persiapan jaring, spare part dan alat-alat penangkap ikan membutuhkan biaya yang
cukup besar.
Kebutuhan dana usaha penanagkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine merupakan
penjumlahan kebutuhan biaya investasi dan kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal investasi
yang diajukan kepada bank diasumsikan 70%, dengan jangka waktu 10 tahun, bunga 18% per
tahun. Dana modal kerja diasumsikan 1 X trip dilunasi dalam satu tahun dengan bunga 18% per
tahun. Berikut ini disajikan rincian kebutuhan investasi, jumlah kredit dan modal sendiri.
Total Biaya
No Rincian Biaya Proyek (Rp000,-)
1 Kebutuhan dana usaha purse-seine
1.1 Biaya pembelian kapal dan perlengkapan 895.200
1.2 Jumlah dana perbekalan (modal kerja) 74.104
Jumlah kebutuhan dana usaha 969.304
2 Total dana proyek yang bersumber dari
a. Kredit Investasi (70% dari investasi) 626.640
b. Modal Kerja (70% dari kebutuhan) 51.872
Jumlah dana kredit diajukan kepada bank 678.512
3 Modal sendiri 290.791
Sumber : Lampiran II
Berikut ini disajikan rencana/proyeksi pembayaran bunga dan angsuran kredit investasi dan
kredit modal kerja per tahun.
Angsuran per tahun dan beban bunga yang harus ditanggung oleh seorang pengusaha
purse seine cukup besar yaitu mencapai Rp299.580.000,- namun beban itu menurun sejalan
dengan berkurangnya beban hutang.
33
Aspek Keuangan
Dari hasil operasi dan biayang yang ditanggung, maka selanjutnya dapat dihitung laba dan
rugi usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine seperti berikut ini,
Dari usaha ini dapat diproyeksi bahwa laba yang diperoleh pada tahun 1 adalah sebesar
Rp67.308.000,- dan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dari perhitungan laba rugi, maka selanjutnya dilakukan perhitungan Break Even Point (BEP).
Dari data yang ada menunjukkan nilai BEP usaha ini tercapai pada hasil penjualan senilai
Rp972.921.000,-. Semakin lama BEP semakin menurun.
Analisis kelayakan usaha diawali dengan menghitung arus kas, dan selanjutnya dilakukan
dengan penghitungan NPV, IRR dan Net Benefit Cost Ratio. Berikut ini hasil perhitungan arus kas
bersih usaha penangkapan ikan dengan purse seine dan arus kas untuk perhitungan kelayakan
usaha.
Tabel 5.7 Perhitungan Arus Kas (Nilai dalam Rp.000)
Sumber : Lampiran II
Dari data arus kas kajian kelayakan usaha yang ada maka selanjutnya dihitung Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (BCR). Berikut ini hasil
perhitungan dan evaluasi kelayakan usaha usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse
seine.
Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil dengan purse seine
Hasil pengujian kelayakan usaha dengan indikator kelayakan usaha NPV, IRR, dan NB/C
Ratio menunjukkan hasil bahwa usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine layak
untuk di danai. Berdasarkan Tabel 5.8, dapat dilihat nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku
35
Aspek Keuangan
bunga yaitu sebesar 22,95%, NPV positif yaitu sebesar Rp 74.055,- dan nilai Net B/C Ratio lebih
besar dari 1 yaitu sebesar 1,076.
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah usaha masih layak apabila
terjadi perubahan-perubahan seperti yang diskenariokan. Dalam kajian ini terdapat 3 macam
skenario yaitu: turunnya pendapatan, kenaikan biaya dan penurunan pendapatan disertai kenaikan
biaya. Berikut ini disajikan hasil uji sensitivitas menurut tiga skenario tersebut.
Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya operasional dan komponen lain
tetap. Pendapatan dapat menurun jika terjadi penurunan hasil hasil tangkapan dan permintaan
konsumen atau penurunan harga jual produk. Hasil perhitungan yang dilakukan menunjukkan
bahwa perubahan berupa penurunan pendapatan sebesar 3% akan menyebabkan usaha
penangkapan ikan dengan purse seine tidak layak. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha ini
sensitif terhadap penurunan pendapatan hingga 3 %.
Tabel 5.9 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Apabila Pendapatan Turun
Pendapatan Turun
Kriteria Kelayakan 2% 3%
NPV 7,071 (26,421)
IRR 18.27% 16.98%
Usaha mengalami kenaikan biaya operasional sedangkan pendapatan dan komponen lain
tetap/konstan. Biaya operasional dapat meningkat jika terjadi kenaikan harga sarana produksi
seperti bahan bakar, perbekalan dll. Hasil uji sensitivias menunjukkan bahwa apabila terjadi
kenaikan biaya sebesar 5%, maka usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse seine ini
menjadi tidak layak. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan
purse seine sangat sensitif terhadap kenaikan biaya operasional hingga5%.
3. Skenario yang ketiga: terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional.
Usaha mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-
sama, yang mungkin terjadi karena terjadi penurunan hasil tangkapan dan permintaan konsumen
atau penurunan harga jual produk dan diikuti oleh kenaikan biaya operasional karena kenaikan
harga sarana produksi dan perbekalan. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi
penurunan pendapatan 2% dan peningkatan biaya operasi operasi sebesar 2% maka usaha
menjadi tidak layak.
Tabel 5.11 Hasil Uji Sensitivitas Kelayakan Usaha Terjadi Penurunan Pendapatan
dan Biaya Operasi Meningkat
Sumber : Lampiran II
37
Aspek Keuangan
BAB VI
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Kapal purse seine merupakan alat tangkap ikan yang dominan di Indonesia khususnya di
Pulau Jawa. Jumlah unit alat tangkap ini dan jumlah hasil tangkapannya merupakan jumlah
terbesar dalam unit alat tangkap maupun produksi ikan yang. Hasil tangkapannya dipergunakan
oleh berbagai kelompok konsumen baik konsumen langsung (rumah tangga), maupun industri
pengolah perikanan. Perkembangan kegiatan usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan purse
seine akan memberikan dampak sebagai berikut:
1. Aktivitas kepelabuhanan di TPI. Hasil retribusi TPI dan juga pekerja-pekerja yang terkait dengan
aktivitas TPI akan terpengaruh oleh perkembangan dan atau surutnya kegiatan purse seine.
2. Retribusi lelang hasil tangkapan purse seine merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Sejauh ini pengoperasian kapal purse seine tidak membawa dampak terhadap lingkungan
yang berarti karena tidak mencemari lingkungan. Namun jumlah kapal purse seine perlu
dikendalikan dalam kerangka manajemen perikanan karena berlebihnya upaya perikanan
menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang dan produktivitas setiap upaya penangkapan
menjadi mengecil.
39
Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Usaha penangkapan dengan purse seine merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan
karena konsumsi ikan yang terus meningkat. Selain alasan konsumsi perkembangan teknologi
pengolahan hasil tangkap juga memberikan indikasi masih berkembangnya potensi pasar.
2. Usaha purse seine memiliki pola usaha : pemilik kapal dan ABK operasi. ABK dibayar dengan
sistim bagi hasil. Lama operasi per trip rata-rata 30 – 45 hari. Skala usaha purse-seine
termasuk dalam kelompok usaha menengah dengan modal rata-rata 1 milyar rupiah.
3. Teknologi penangkapan dilakukan tergolong sederhana. Kapal dilengkapi dengan GPS dan
alat komunikasi lain.
4. Sumber dana usaha purse-seine terdiri dari modal sendri dan kredit perbankan.
5. Jangka waktu kredit adalah 1 tahun (kredit modal kerja) tanpa tenggang waktu (grace
period), dengan suku bunga 18%.
6. Kelayakan usaha usaha purse seine layak untuk diberikan kredit karena : NPV positif yaitu Rp.
279.075; IRR > suku bunga bank IRR =25,85% lebih besar dari bunga bank 18%, Benefit Cost
Ratio 1,288 > 1 sehingga proyek layak dilaksanakan.
7. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tidak layak walaupun pendapatan turun 10%.
Usaha sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan eksternal.
7.2 Saran
1. Diperlukan introduksi, sosialisasi dan implementasi berbagai teknologi terapan untuk menekan
tingkat waste/produk terbuang karena rusak selama waktu proses perjalanan operasi
penangkapan.
41
Kesimpulan dan Saran
3. Perlu ada program khusus kredit perikanan tangkap untuk mendukung eksistensi dan
perkembangan usaha penangkapan.
4. Berdasarkan hasil uji sensitivitas, maka perlu upaya melindungi usaha penangkapan ikan
pelagis kecil dengan purse seine. Upaya itu antara lain dengan peluncuran kredit program
yang memberikan tingkat bunga khusus, dan juga jangka waktu kredit modal kerja yang lebih
dari 1 tahun.
5. Untuk menjaga mutu hasil perikanan produksi nelayan sejak ditangkap sampai dengan
konsumen ikan segar/basah diperlukan penanganan dengan prinsip “rantai dingin (cold-
chain)”. Lebih lanjut berdasarkan kondisi sosial ekonomi nelayan, petani ikan dan pedagang
ikan segar menunjukkan, bahwa penggunaan es (dalam bentuk bongkahan/balok/ pecahan,
curai atau atau dicampur dengan air laut) paling cocok sebagai upaya penanganan. Kondisi
ideal perbandingan es minimal yang digunakan dan ikan selama penanganan adalah dijaga
agar selalu satu dibanding satu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Peta Komoditi Utama Sektor Primer, dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang
Investasinya di Indonesia. DKP.
Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten kupang, 2006. Analisis Komoditas Unggulan dan
Peluang Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil.
Direktur Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2007. “Masalah Dan Kebijakan
Peningkatan Produk Perikanan Untuk Pemenuhan Gizi Masyarakat” Makalah Seminar
Nasional Hari Pangan Sedunia 21 november 2007, Departemen Kelautan Dan Perikanan.
Jonathan Cusick et.al, 2003. “NMFS Small Boats Workshop”, March 18-20th 2003, Seattle, WA
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Kep.01/men/2006 Tentang Sistem Manajemen
Mutu Terpadu Hasil Perikanan.
Purwanto, 2004. “Mari Menggali Laut Kita”, BEI NEWS Edisi 19 Tahun V, Maret-April 2004.
43
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
45
Lampiran
Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang diperoleh nilainya lebih besar daripada rate of
return yang disyaratkan maka investasi dinyatakan dapat diterima. Sebaliknya apabila IRR yang
diperoleh nilainya lebih kecil daripada rate of return yang disyaratkan maka investasi dinyatakan
tidak layak
Analisa kelayakan yang digunakan hanya berupa Net Present Value (NPV) serta Internal
Rate of Return (IRR) yang dihitung dari proyeksi arus kas. Untuk menghitung besarnya NPV
serta IRR digunakan kaidah yang berlaku, yaitu :
1. Nilai penyusutan tidak dihitung
2. Nilai angsuran pokok dan bunga pinjaman tidak dihitung
3. Cash inflow atau penerimaan pada tahun terakhir ditambah dengan salvage value dari
nilai sisa harta tetap serta nilai modal kerja awal.
B1 / 1 i t
1
B/C Ratio = t
C1 / 1 i t
1
Bila nilai B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan. Namun bila nilai B/C kurang dari satu
maka proyek tidak layak dilaksanakan
NPV
1
B CPositif
Net B/C Ratio = t
NPV
1
B CNegatif
Keterangan :
Net B/C Ratio = Nilai bersih benefit cost ratio
NPVB-C Positif = Net Present Value positif
NPVB-C Negatif = Net Present Value negatif
47
Lampiran
Biaya Total
Total Biaya tetap + Total biaya variabel
Biaya Total =
Total Produksi
Bila biaya variabel dan biaya tetap tidak dapat dipisahkan, maka perhitungan titik impas
yang digunakan proinsip total pendapatan = total pengeluaran.
LAMPIRAN II
49
Lampiran
b. Biaya Investasi
c. Biaya Operasional
Modal kerja diasumsikan 2x kebutuhan biaya operasi per trip 1 74.104 74103,5
e. Pendapatan
Uraian Tahun0 Tahun1 Tahun2 Tahun3 Tahun4 Tahun5 Tahun6 Tahun7 Tahun8 Tahun9 Tahun10
Kredit Investasi 626.640
Angsuran 62664 62664 62664 62664 62664 62664 62664 62664 62664 62664
Saldo 626.640 563.976 501.312 438.648 375.984 313.320 250.656 187.992 125.328 62.664 -
Bunga 112.795 101.516 90.236 78.957 67.677 56.398 45.118 33.839 22.559 11.280
Kredit ModakKerja 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872
Angsuran 51872 51872 51872 51872 51872 51872 51872 51872 51872 51872
Saldo 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872 51.872
Bunga 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337 9.337
Jumlahpembayaranbunga 122.132 110.853 99.573 88.294 77.014 65.735 54.455 43.176 31.896 20.617
Pembayaranangsuranpokok 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536 114.536
h. Laba Rugi
No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
1 Rata-rata perolehan lelang dari hasil tangkapan 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000
2 Bonus 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500 52.500
3 Saldo 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500 997.500
4 Biaya Operasi
> biaya SDM melaut dan uang lauk-pauk 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000 56.000
> Perbekalan (rata-rata per trip) 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000 525.000
5 Bagian ABK 50% 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500 129.500
6 Pendapatan diterima pengusaha/pemilik kapal 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000 287.000
7 Depresiasi 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440 139.440
8 Laba sebelum bunga dan pajak 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560 147.560
9 Beban bunga 122.132 110.853 99.573 88.294 77.014 65.735 54.455 43.176 31.896 20.617
10 Laba sebelum pajak 25.428 36.707 47.987 59.266 70.546 81.825 93.105 104.384 115.664 126.943
11 Pajak 3.814 5.506 7.198 8.890 10.582 12.274 13.966 15.658 17.350 19.042
12 Laba bersih 21.614 31.201 40.789 50.376 59.964 69.552 79.139 88.727 98.314 107.902
Rata-rataperolehanlelangdari hasil tangkapan 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000 1.050.000
Biayavariabel 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000 763.000
Biayatetap 261.572 250.293 239.013 227.734 216.454 205.175 193.895 182.616 171.336 160.057
BEP(Rp.000)) 956.972 915.705 874.439 833.172 791.905 750.639 709.372 668.106 626.839 585.573
BEP(Qatautrip) 6,4 6,1 5,8 5,6 5,3 5,0 4,7 4,5 4,2 3,9
51
Lampiran
i. Arus Kas
17 Arus kas masuk untuk perhitungan IRR (969.304) 283.186 281.494 279.802 278.110 276.418 274.726 273.034 271.342 269.650
18 Discount factor dengan bunga 18% 1,00000 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 0,37043 0,31393 0,26604 0,22546
19 Nilai sekarang arus kas bersih (Present Value) (969.304) 239.988 202.165 170.296 143.446 120.825 101.767 85.712 72.187 60.794
20 Saldo untuk perhitungan PBP (686.118) (404.624) (124.822) 153.288 419.864 395.551 374.802 357.055 341.838
17 Arus kas masuk untuk perhitungan IRR (969.304) 178.186 176.494 174.802 173.110 171.418 169.726 168.034 166.342 164.650
18 Discount factor dengan bunga 18% 1,00000 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 0,37043 0,31393 0,26604 0,22546
19 Nilai sekarang arus kas bersih (Present Value) (969.304) 151.005 126.755 106.390 89.288 74.928 62.872 52.750 44.253 37.121
20 Saldo untuk perhitungan PBP (791.118) (614.624) (439.822) (266.712) (95.294) 74.433 242.467 408.809 573.460
17 Arus kas masuk untuk perhitungan IRR (969.304) 225.086 210.444 208.752 207.060 205.368 203.676 201.984 200.292
18 Discount factor dengan bunga 18% 1,00000 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 0,37043 0,31393 0,26604
19 Nilai sekarang arus kas bersih (Present Value) (969.304) 190.751 151.138 127.053 106.799 89.768 75.448 63.408 53.285
20 Saldo untuk perhitungan PBP (744.218) (533.774) (325.022) (117.962) 87.406 291.083 493.067 693.359
17 Arus kas masuk untuk perhitungan IRR (969.304) 120.086 118.394 116.702 115.010 113.318 111.626 109.934 108.242 106.550
18 Discount factor dengan bunga 18% 1,00000 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 0,37043 0,31393 0,26604 0,22546
19 Nilai sekarang arus kas bersih (Present Value) (969.304) 101.768 85.029 71.028 59.321 49.532 41.350 34.511 28.797 24.022
20 Saldo untuk perhitungan PBP (849.218) (730.824) (614.122) (499.112) (385.794) (274.167) (164.233) (55.991) 50.560
53
Lampiran
LAMPIRAN III
55