Anda di halaman 1dari 9

Rawai

Rawai merupakan alat tangkap yang bersifat pasif, terdiri dari tali
panjang dan tali cabang untuk memasang mata pancing. Konstruksi rawai
yaitu tali dengan panjang 10m, mata pancing no.7 dengan jarak antar tali
cabang 2m dan rotan dengan panjang 20 cm yang diikatkan pada tali cabang
agar tali cabang tidak mudah hanyut (Rohadi et al., 2020).
Rawai hanyut
(drift longlines)

Rawai dasar
(bottom longlines)
Metode Penangkapan (Barata et al., 2011)
• Anak buah kapal menyiapkan umpan, baik umpan hidup maupun beku.
• Main line ditebar secara manual oleh anak buah kapal, sementara
branch line dipasang pada tali penghubung (join line) yang dipasang
pada tali utama menggunakan snape.
• Pada akhir setting (total waktu 6-7 jam) alat tangkap dihanyutkan ke
perairan dalam kurun waktu 3-4 jam.
• Saat hauling, ada yang bertugas memegang kendali main line hauler,
menyusun main line, menyusun branch line, dan bersiap-siap jika
terdapat ikan yang tertangkap ataupun terjadi kusut pada branch line
dengan total waktu hauling 10-12 jam.
Target Tangkapan

Remang Manyung Kakap Merah

Cucut Udul
Pari
Biaya akomodasi (Tawari et al, 2014)
Keterangan
Oli 200 liter/trip
Minyak 4.500 liter/trip
Bensin 1.750 liter/trip
Es 500 balok/trip
Akomodasi Rp15.000/trip
Pancing tonda 125 unit/trip
Pancing ulur 125 unit/trip
Pengaruh terhadap lingkungan (Rohadi et al., 2020)
Rawai tergolong sebagai alat tangkap yang sangat ramah lingkungan
dilihat dari 9 kriteria teknologi penangkapan ramah lingkungan
berdasarkan ketentuan FAO (1995), yaitu:

• Memiliki selektivitas yang tinggi • Hasil tangkapan yang terbuang


• Tidak merusak habitat dan tempat minimum
berkembangbiak ikan • Memberikan dampak minimum
• Tidak membahayakan nelayan terhadap biodiversity
• Menghasilkan ikan yang bermutu • Dapat diterima secara sosial
• Produksi tidak membahayakan • Tidak menangkap jenis ikan yang
kesehatan konsumen dilindungi undang-undang atau
terancam punah
Pengaruh terhadap sosial dan ekonomi
• Sosial
Rawai merupakan salah satu alat tangkap yang sering digunakan oleh
nelayan untuk mendapatkan ikan dan tergolong dalam kategori yang
sangat ramah lingkungan, contohnya pada masyarakat perairan sungai
Alai, Kabupaten Tebo, Jambi yang masih menggunakan alat-alat
tradisional (Rohadi et al., 2020).
• Ekonomi
Penangkapan ikan menggunakan rawai dapat menghasilkan hasil
tangkapan dengan pengembalian modal usaha yang tergolong cepat
dalam nilai payback period kurang dari 3 tahun (Kisworo et al, 2013).
Saran
• Penggunaan rawai baik untuk dipertahankan karena rawai termasuk
alat tangkap yang sangat ramah lingkungan dengan tingkat selektifitas
yang tinggi dan cukup menguntungkan dari segi ekonomi.
• Rawai lebih baik digunakan dengan GT kapal yang tidak terlalu besar
karena nilai hook rate tergolong kurang baik, selain itu kapal
berukuran besar tidak lebih menguntungkan dibandingkan dengan
kapal yang cenderung berukuran kecil.
Daftar Pustaka
• Barata, Abram, Andi Bahtiar, dan Hety Hartaty. 2011. Pengaruh Perbedaan Umpan dan
Waktu Setting Rawai Tuna terhadap Hasil Tangkapan Tuna di Samudera Hindia. Jurnal
Lit. Perikanan Indonesia., 17(2): 133-138.
• Kisworo, Rian, Suradi Wijaya Saputra, dan Abdul Ghofar. 2013. Analisis Hasil Tangkapan,
Produktivitas, dan Kelayakan Usaha Perikanan Rawai Dasar di PPI Bajomulyo I
Kabupaten Pati. Journal Of Management Aquatic Resources., 2(3): 190-196.
• Rohadi, Yusuf, Rini Hertati, dan Muhammad Natsir Kholis. 2020. Identifikasi Alat Tangkap
Ikan Ramah Lingkungan yang Beroperasi di Perairan Sungai Alai Kabupaten Tebo Provinsi
Jambi. SEMAH : Journal Pengelolaan Sumberdaya Perairan., 4(2): 115-133.
• Tawari, Ruslan H.S., Domu Simbolon, Ari Purbayanto, dan Am Azbas Taurusman. 2014.
Analisis Optimasi Armada Penangkapan Madidihang Skala Kecil Di Kabupaten Seram
Bagian Barat. Marine Fisheries., 5(2): 129-137. ISSN 2087-4235.

Anda mungkin juga menyukai