Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN

RAWAI DASAR

OLEH:

LA ODE WAHID YUDIN


I1E118041

PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara kepulauan telah menetapkan alur perlintasan

pelayaran internasional yaitu yang dikenal dengan Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI),

hal ini mengharuskan kita unuk mengembangkan kemampuan teknik pemantauannya

serta kemampuan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Kendati demikian

dengan potensi sumberdaya perikanan yang begitu besar,Indonesia belum sepenuhnya

mampu memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Hal ini terlihat pada hasil tangkapan

ikan oleh nelayan cenderung sedikit dan mengakibatkan pendapatan nelayan semakin

memprihatinkan.

Masalah Kepulauan Indonesia yang terdiri dari 5,8 juta km2 perairan laut dan

sekitar 0,55 juta km2 perairan umum memiliki keanekaragaman jenis sumber daya ikan

yang cukup tinggi dan potensi yang cukup besar. Potensi sumberdaya ikan diduga

berkisar antara 10,5-12,9 juta ton/tahun yang meliputi potensi perikanan laut 6,6-7,2

juta ton/tahun, dan perairan tawar antara 1,4-3,6 juta ton/tahun. Tingkat pemanfaatan

sekitar 22,33% yang meliputi laut 30,0%, budidaya pantai 14,5% dan perikanan tawar

13,7% (Nurzali Naamin dkk, 1990).

Rawai dasar adalah satu jenis alat penangkapan ikan yang menggunakan mata

pancing dengan umpan (Sadhori, 1984). Mata pancing dikaitkan pada tali pancing dan

dioperasikan menggunakan tenaga manusia (Sudirman dan Mallawa, 2012). Selain itu

konstruksinya sangat sederhana dan pengoperasiannya juga tidak memerlukan modal

yang besar.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan Indonesia terhadap potensi perairan khususnya di Kepulauan

Kogholifano yaitu kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai cara yang baik dan

menghasilkan tangkapan yang maksimal serta ramah lingkungan. Oleh karena itu,

dibutuhkan teknologi yang baik dan ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil

tangkapan para nelayan.

1.3 Tujuan

Tujuannya yaitu untuk lebih memahami alat tangkap ikan yang ramah lingkungan

di di gunakan para nelayan di Kepulauan Kogholifano

1.4 Manfaat

Dapat mengtahui alat tangkap yang ramah lingkung atauapun yang tidak ramah

lingkungan yang efektif dan efisien dan hasil tangkapan yang baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Alat Tangkap Pancing

Pancing ialah salah satu alat tangkap yang umum dikenal masyarakat

luas,utamanya dikalangan nelayan Indonesia (Baskoro, 2012). Pancing ini memiliki

sifat kesederhanaan dalam pengoperasiannya sebagai alat penangkapan ikan ramah

lingkungan. Alat tangkap ini terdiri dari pancing/kail, tali utama, pelampung, pemberat,

dan joran. Selanjutnya (Puspito, 2009) menyatakan bahwa Pancing adalah alat

penangkapan ikan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan oleh nelayan di

seluruh perairan Indonesia. Seiring dengan kemajuan jaman, alat tangkap pancing

mengalami banyak modifikasi, baik dari kontruksi dan cara pengoperasiannya.

Modifikasi dari alat tangkap pancing ini salah satunya dikenalkan dengan pancing

rawai.

2.2 Rawai Dasar (Bottom long line)

Rawai Dasar (Bottom long line) merupakan alat tangkap yang cocok digunakan di

perairan Indonesia, karena wilayah perairan yang luas dan kaya akan berbagai ikan

dasar. Rawai (Long line) merupakan rangkaian dari unit-unit pancing yang sangat

panjang (mencapai ribuan, bahkan puluhan ribu meter). Terdiri dari tali utama (main

line), tali cabang (branch lines), dan mata pancing (hooks) dengan ukuran (nomor)

tertentu yang diikatkan pada setiap ujung bawah tali-tali cabang (setiap cabang terdiri

dari satu mata pancing). Ditinjau dari konstruksinya alat tangkap ini tidak terlalu rumit

karena hanya terdiri dari 3 bagian, yaitu ; tali utama, tali cabang dan mata pancing.

Sasaran penangkapan alat tangkap rawai pada umumnya ikan-ikan pemangsa dan

memiliki pergerakan aktif (Syofyan dkk., 2015).


Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utamanya, rawai dapat dibedakan menjadi

tiga (Sadhori,1984), yaitu :

1. Rawai tegak (vertikal longline);

2. Rawai mendatar (horizontal longline); dan

3. Pancing landung.
III. METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun praktek Teknologi Alat Tangkap Ikan di laksanakan pada hari Jumat, 22

Mei 2020 pukul 09:20 - 10:00 di Kepulauan Kogholifano Kec.Pasir Putih Sulawesi

Tenggara.

3.2 Metode

Metode yang di gunakan yaitu me wawancarai langsung nelayan di kepulauan

kogholifano.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kontruksi alat tangkap yang digunakan para nelayan ini terdiri dari tali utama

dengan diameter tali sebesar 200 mm dengan panjang sebesar 300 m, tali cabang dengan

panjang 50 cm dengan jarak antar tali 3,5 m, pemberat yang digunakan sebesar 1 kg

dengan jumlah 2 buah, tali pemberat, pelampung dengan menggunakan bahan gabus

berukuran 10x10 cm, tali pelampung dan mata pancing pancing yang digunakan dengan

ukuran nomor 14 dengan jumlah sebanyak 120 mata pancing. Umapn yang di gunakan

berupa ikan lajang, teri dan cumi cumi, adapun ikan yang tertangkap berupa ikan kakap,

ikan kerapu ,ikan ekor merah, dan ikan katamba .

4.2 Pembahasan

Proses pengoperasian alat tangkap pancing rawai di Pulau Kogholifano

Kecamatan Pasir Putih, dilakukan dengan beberapa kali penurunan alat tangkap. Proses

pengoperasian penurunan alat tangkap pancing rawai sesuai dengan musim yaitu musim

puncak dilakukan 2 – 4 pengulangan penurunan alat tangkap dan sedangkan pada

musim paceklik hanya dilakukan 2 kali penurunan alat tangkap. Dari hasil wawancara

dengan nelayan, hal tersebut dikarenakan jumlah ikan yang tertangkap dengan alat

tangkap pancing rawai sangat berpengaruh terhadap proses pengoperasian alat tangkap.

Pengoperasian alat tangkap pancing rawai tersebut dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu

persipan pengoperasian, setting, drifting, dan hauling. Pengoperasiannya dilakukan pada

subuh sampai soreh hari dimulai dari jam 03:00 sampai dengan 14:00 dengan jarak

dari sejauh 100-200 meter dari garis pantai.


Teknologi Penangkapan Ikan yang Ramah Lingkungan

Teknologi penangkapan ikan adalah cara khusus yang diterapkan pada suatu

operasi penangkapan ikan. Operasi penangkapan ikan di sini merupakan keseluruhan

kegiatan yang meliputi persiapan sebelum melaut hingga pendaratan hasil tangkapan.

Sedangkan keramahan lingkungan adalah dimana suatu kegiatan dinilai tidak

mengganggu lingkungan (Puspito 2005). Dari penjelasan tersebut teknologi

penangkapan ikan yang ramah lingkungan dapat didefinisikan sebagai suatu cara khusus

yang diterapkan pada suatu operasi penangkapan ikan agar tidak mengancam kelestarian

lingkungan.

Untuk rawai dasar (longline) terdapat 4 kriteria penilaian ramah lingkungan

yang relevan dengan penjabaran 11 aspek yang telah dikemukakan oleh Cochrane

(2002). Aspek pertama adalah karakteristik hasil tangkapan, hasil tangkapan sampingan

(bycatch) yang didapat haruslah dalam jumlah sedikit. Hasil tangkapan sampingan

adalah hasil tangkapan selain dari hasil tangkapan sasaran utama. Aspek yang kedua

adalah perilaku nelayan yang dapat menyebabkan kecelakaan di laut. Aspek yang

ketiga adalah perilaku nelayan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik habitat ikan

(terumbu karang). Kerusakan fisik akibat pengoperasian alat tangkap ini yaitu dengan

melihat apakah penaikan dan penurunan pemberat menyebabkan kerusakan pada

terumbu karang. Kemudian aspek yang keempat adalah perilaku nelayan yang dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan seperti kasus tali pancing putus yang dapat

menjadi ghost fishing dan sampah perairan. Sampah kemasan perbekalan juga dapat

memicu polusi perairan apabila langsung dibuang ke laut terutama pada kemasan yang

terbuat dari bahan-bahan yang sulit untuk terurai di dalam perairan (nonbiodegradable).
Ketidak ramah lingkungan alat Tangkap Rawai dasar pertama apabila alat

tangkap tersebut putus di dasar maka itu akan menjadi ghost fishing, ke dua dapat

merusak terumbu karang apa bila salah di gunakan atau di operasikan di atas

permuakaan laut.
VI. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pembahasan dia atas adalah

Perbedaan jenis umpan memberikan pengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan.

Cumi cumi dominan menangkap ikan lencam , sedangkan umpan ikan lebih

domminan ikan kakap , dan ikan, ikan kerapu

ini merupakan alat tangkap yang paling selektif dalam menangkap hasil

tangkapan ikan dengan ukuran yang telah layak tangkap sehingga alat tangkap ini dapat

menciptakan kegiatan perikanan yang berkelanjutan dikarenakan ramah terhadap

lingkungan atau tidak merusak habitat ikan di perairan.


DAFTAR PUSTAKA

Puspito, G. 2009. Kontruksi Mata Jaring Perangkap Jodang. Bogor : Pemanfaatan


Sumberdaya Perikanan IPB.

Puspito, G. 2009. Pancing. Bogor : Departemen PSP-FPIK Institut Pertanian Bogor.

Sadhori, S. 1984. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa

Syofyan. I., Isnaniah., Siregar. M.R. 2015. Identifikasi dan Analisis Alat Tangkap
Rawai Kurau (Mini Long Line) yang Digunakan Nelayan di Kabupaten
Bengkalis Jurnal Berkala Perikanan Terubuk. Vol. 43(2):89-95
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai