Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ALAT TANGKAP IKAN

Disusun Oleh:
Nama NIM
Deby A V Sihite 2206026016
Finasti wulandari 2206026018
Muliyanti 2206026031

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA


PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang


luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Reso urces Institute tahun 1998
luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998
memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber
memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber
daya perika ikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan
tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. Berdasarkan laporan
tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya al am. Berdasarkan laporan
FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan
FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara produsen perikanan
dunia, ia, di di samping China, Peru, USA dan dan beberapa negara lainnya.
Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya
teknik dan taktik penangkapan ( fishing technique and fishing tactics) untuk dapat
memproduksi secara lebih efektif dan efisien. Efisien. Kegiatan penangkapan ikan
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan,
yaitu berbagai ai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber memenuhi
permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai makanan
dengan menggunakan berbagai jenis alat jenis alat tangkap. Aktivitas perikanan
dimulai dengan usaha melakukan melakukan penangkapan ikan ataupun
mengumpulkan biota akustik.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah
memahami pengertian alat tangkap ikan, mengetahui alat-alat untuk menangkap
ikan dan hasil tangkapan ikan.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan diatas, manfaat penulisan makalah
ini adalah kita dapat mengetahui pengertian alat tangkap ikan, mengetahui alat-alat
untuk menangkap ikan dan hasil tangkapan ikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009


Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada
pasal 1 menyatakan bahwa kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk dengan alat atau cara apapun, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, mengawetkan, dan mengolahnya.
Alat menangkap ikan (fishing tackle) adalah peralatan yang digunakan
nelayan dan pemancing untuk mendapatkan ikan dan biota laut lainnya.
Penggunaan alat tangkap dalam menangkap ikan dimaksudkan
untukmempermudah manusia dalam menangkap Sumber Daya Ikan (SDI) di suatu
perairan. Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam
penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta
rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada
jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan
tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan
kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci
manajemen ini adalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya.
Data dan informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin
(statistik) maupun tidak rutin (riset).
BAB III
PEMBAHASAN

Alat penangkapan ikan adalah alat yang di gunakan untuk melakukan


penangkapan ikan. Alat penangkapan yang digunakan untuk mengejar gerombolan
ikan di perairan, baik di perairan laut maupun di perairan tawar. Alat penangkapan
ikan yang ramah lingkungan merupakan suatu alat penangkapan ikan yang tidak
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tersebut
tidak merusak dasar perairan, kemungkinan hilangnya alat tangkap, serta
kontribusinya terhadap polusi. Factor lain adalah dampak terhadap bio-diversity
dan target resources yaitu komposisi hasil tangkapan, adanya by catch serta
tertangkapnya ikan-ikan muda.
Identifikasi jenis alat penangkapan ikan pada lokasi penelitian yang dilakukan
dengan menampilkan tabel jenisjenis alat tangkap yang disesuaikan dengan
pengklasifikasian alat penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.06/MEN/2010
(Departemen Kelautan Dan Perikanan, 2010).
Spesifikasi alat tangkap yang dianalisis adalah ukuran utama alat tangkap
seperti panjang, lebar, mesh size, jarak antar pelampung, jarak antar pemberat,
bahan yang digunakan, serta ukuran dari bagian-bagian alat tangkap. Kemudian
dipaparkan dalam bentuk sketsa alat tangkap.
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan setempat untuk melakukan
penangkapan udang mantis adalah gillnet udang dengan mesh size 10 cm yang
termasuk ke dalam bottom gillnet dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan di
perairan. Penggunaan alat tangkap gillnet pada upaya penangkapan tersebut tidak
terlepas dari kemungkinan adanya hasil tangkapan sampingan (bycatch) dan hasil
tangkapan buangan (discard) yang bukan menjadi tujuan penangkapan. Hal
tersebut dapat mengindikasikan adanya ancaman bagi kelestarian sumberdaya
perairan. Pada akhirnya akan berdampak terhadap keberlanjutan perikanan itu
sendiri. Bycatch dan discard pada setiap upaya penangkapan sudah menjadi
permasalahan umum yang berada di dunia penangkapan ikan. Penelitian mengenai
bagaimana cara mengurangi jumlah bycatch dan discard pada upaya penangkapan
demi meminimalisir dampak terhadap sumber daya hayati maupun terhadap fungsi
lingkungan perairan itu sendiri telah banyak dilakukan (Broadhurst 2000).
Informasi tentang bycatch dan discard selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memodifikasi desain, konstruksi ataupun metode penangkapan ikan yang
tujuannya adalah untuk meminimalisir bycatch dan discard. Namun penelitian ini
masih berfokus pada alat tangkap yang bersifat aktif dan menyapu dasar perairan
seperti trawl dan pukat serta masih kurang ditekankan terhadap alat tangkap yang
bersifat statis seperti gillnet dan trammelnet (Perez dan Wahrlich 2004).
Metode penangkapan ikan adalah metode yang digunakan untuk menangkap
ikan yang terdiri dari tangkap tangan, tombak, jaring, rawai, dan jebakan ikan.
Istilah ini tidak hanya ditujukan untuk ikan, tetapi juga untuk penangkapan hewan
air lainnya seperti mollusca, cephalopoda, dan invertebrata lainnya yang bisa
dimakan. Terdapat hubungan antara efektivitas berbagai metode penangkapan ikan
dengan pengetahuan mengenai ikan dan perilakunya, seperti migrasi ikan,
bagaimana ikan mencari makan, dan habitatnya, karena metode amat ditentukan
oleh jenis spesies dan habitatnya. Pengumpulan boga bahari dengan tangan
dimungkinkan seperti mengambil kerang atau kelp dari pantai, menggali, bahkan
mengejar kepiting.
Trout dilakukan di Inggris dengan aktivitas yang disebut Trout
binning (memukul bebatuan tempat persembunyian ikan trout dengan palu besi)
dan Trout tickling (menangkap trout dari bagian bawah ikan secara perlahan
dengan gerakan seperti menggelitik (tickling)). Penombakan ikan adalah metode
kuno penangkapan ikan dengan menggunakan tombak atau varian lainnya seperti
harpoon, trident, dan panah. Beberapa varian alat yang telah maju menggunakan
berbagai cara untuk menggerakkan tombak, seperti penggunaan pegas dan bubuk
mesiu.
Jaring ikan adalah jaring yang dibuat dengan cara menyulam atau menganyam
benang tipis hingga membentuk jaring-jaring. Penjaringan adalah prinsip utama
penangkapan ikan komersial. Penjaringan ikan memiliki dampak ekologis yang
berbahaya ketika seluruh atau sebagian dari jaring hilang di laut dan menjadi jaring
hantu. Jaring hantu akan melayang di perairan mengikuti arus air dan memerangkap
satwa laut, atau dimakan satwa laut yang besar karena terlihat seperti ubur-ubur dan
mengganggu sistem pencernaannya. Jika jaring ikan terbuat dari plastik, jaring itu
akan bertahan di laut selama ratusan tahun. Berbagai metode penangkapan ikan
dengan jaring diantaranya: Jaring penangkap ikan Cina (Chinese fishing nets),
digunakan di tepian secara mekanik sederhana. Jaring dengan diameter 20 meter
atau lebih ditenggelamkan ke air lalu kemudian diangkat. Penjaringan lampuki,
metode penangkapan ikan sederhana di Malta. Nelayan memotong ranting palem
dan membentuk anyaman yang mampu mengapung di atas air seperti rakit. Rakit
tersebut menjadi umpan bagi sekelompok ikan Coryphaena hippurus (disebut
Lampuki dalam bahasa Malta). Setelah ikan lampuki berkumpul, jaring dilempar
dan ikan ditangkap. Ikan ini bermigrasi ke kepulauan Malta di musim gugur. Jaring
lempar adalah jaring berbentuk lingkaran dengan pemberat yang tersebar di sisi
jaring. Jaring tersebut dilemparkan ke air hingga tersebar dan tenggelam di air. Ikan
yang tertangkap oleh jaring lalu ditarik. Metode ini telah berkembang dan
termodifikasi selama ribuan tahun. Jaring hanyut (drift net) adalah jaring yang tidak
tenggelam sampai ke dasar, tetapi melayang dengan bantuan pengapung dan
pemberat secukupnya. Jaring ini berkibar vertikal ke bawah di dalam air hingga
ikan menabrak jaring dan tersangkut di antara celah jaring. Ukuran ikan yang
tertangkap amat tergantung pada ukuran (mesh) jaring. Jaring insang, mirip dengan
jaring hanyut namun khusus memerangkap insang ikan. Jaring tangan (hand nets,
landing nets), berukuran cukup kecil hingga bisa digenggam oleh tangan atau
terikat pada ujung batang di mana ujung batang yang lain digenggam dengan
tangan. Biasanya jaring ini digunakan dalam aktivitas memancing rekreasi untuk
membantu pemancing menarik ikan ke atas. Secara komersial, jaring ini dipakai
untuk menangkap ikan untuk dijual sebagai ikan hias karena jaring ini cenderung
tidak melukai ikan.
Pukat adalah jaring berat yang tenggelam hingga ke dasar laut. Kapal pukat
lalu menarik pukat yang sudah mencapai dasar laut, dengan gerakan seperti
menyeret. Pukat merusak ekosistem dasar laut seperti terumbu karang. Pukat
kantong (purse seiner) adalah jaring ikan yang melebar dengan pemberat hampir
sampai ke dasar lalu jaring ditarik untuk menggiring dan mengurung ikan, lalu
diangkat. Berbeda dengan pukat yang seluruh jaring berada di dasar laut sepanjang
waktu, sebagian pukat kantong berada di permukaan ketika digunakan karena
bantuan pengapung atau tegangan tali yang ditarik di kedua sisi. Pukat kantong
cenderung tidak merusak ekosistem dasar laut. Jebakan ikan berkembang secara
independen di berbagai budaya yang memiliki bentuk yang bervariasi. Umumnya
ada dua jenis jebakan, yaitu permanen dan semi permanen. Jebakan ditempatkan di
perairan dan memiliki umpan untuk menarik perhatian hewan laut. Jebakan
diperiksa secara berkala untuk mengambil hewan yang terperangkap.
Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan
dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah
penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif,
berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya,
efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus
selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif
dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.
Perikanan Hasil tangkapan utama (HTU) atau main target adalah hasil
tangkapan yang menjadi target utama penangkapan.
Sedangkan hasil tangkapan sampingan (HTS) atau by- catch adalah hasil
tangkapan yang tertangkap selain hasil tangkapan utama dan bukan merupakan
target spesies.
Adapun hasil tangkapan yang dibuang adalah hasil tangkapan yang tidak
diinginkan oleh nelayan dan tidak memiliki nilai ekonomis, bahkan hasil tangkapan
ini dibuang oleh nelayan dalam keadaan hidup ataupun mati.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Alat penangkapan ikan adalah alat yang di gunakan untuk melakukan


penangkapan ikan. Alat penangkapan ikan memiliki beberapa bentuk yang berbeda
yang pastinya memiliki fungsi yang berbeda juga. Perikanan Hasil tangkapan utama
(HTU) atau main target adalah hasil tangkapan yang menjadi target utama
penangkapan. Sedangkan hasil tangkapan sampingan (HTS) atau by- catch adalah
hasil tangkapan yang tertangkap selain hasil tangkapan utama dan bukan
merupakan target spesies. Hasil tangkapan yang dibuang adalah hasil tangkapan
yang tidak diinginkan oleh nelayan dan tidak memiliki nilai ekonomis, bahkan hasil
tangkapan ini dibuang oleh nelayan dalam keadaan hidup ataupun mati.
Sebaiknya pada penulisan berikutnya lebih dijelaskan mengenai alat-alat
tangkap ikan beserta gambar dan cara penggunaannya agar hasil yang didapatkan
bervariasi dan dapat dengan lebih mudah untuk dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Agusta Fredy, 2017. Analisis Pendapatan Penggunaan Beberapa Alat Tangkap pada
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Secara Berkelanjutan di Provinsi Lampung.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Alam Program Pascasarjana Universitas
Lampung. Vol. 2. (4): 6-11.
Fachrussyah Z. C, 2009. Dasar-Dasar Penangkapan Ikan. Buku Ajar Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo.
Irhamsyah dan Azizah N, 2019. Kajian Selektivitas Lunta (Cast net) sebagai Alat
Tangkap Ramah Lingkungan di Perairan Umum Daratan. Prosiding Seminar
Nasional Lingkungan Lahan Basah. Vol. 4. (1): 65-71.
Kirana E. N, Herry B, dan Aristi D. P. F, 2015. Analisis Hasil Tangkapan pada Alat
Tangkap Anco (Lift net) Berdasarkan Perbedaan Waktu Pengoprasian Siang
dan Malam di Waduk Kedungombo Boyolali. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology. Vol. 4. (4): 125-134.
Rianasari A, Bustari, dan Usman, 2018. Identifikasi Alat Tangkap Ramah
Lingkungan di Sepanjang Perairan Sungai Kampar Kecamatan Kuok
Kabupaten Kampar. Jurnal Perikanan. Vol. 2. (1): 1-11
Sarapil C, Yanita K, dan Eunike K, 2018. Pengoprasian Alat Tangkap Tradisional
Dalombo (Jala Lempar) di Perairan Kampung Binebas Kecamatan Tabukan
Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah Tindalung. Vol. 4. (1):
1-5.
Wardono, B dkk. 2015. “Model Pengembangan Perikanan Tangkap Skala Kecil
untuk Mendukung Prekonomian Wilayah”. Disertasi. Program Studi Ilmu
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Zakariya, FA. 2020. “Pemberdayaan Nelayan dalam Mambangun Kekuatan
Ekonomi Melalui Pengolahan Ikan Di Desa Karangagung”. Islamic
Management and Empowerment Journal (IMEJ) : Volume 2, Number 2, p.
133 – 150.
Ahmadi, Irhamsyah dan Rusmilyansari. 2017. Fish and Fishing Gears of the
Bangkau Swamp, Indonesia. Journal Of Fisheries 5(2): 489-496.
Aminah, S. 2012. Penggunaan Merk Nilon Yang Berbeda Pada Lalangit
(Horizontal Gillnet) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Betok (Anabas
Testudineus). Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbaru. Fish Scientiae, Volume 2 No. 4, Desember 2012 hal.
152-165
[BPS] Badan Pusat Statistisk. 2020. Kabupaten Hulu Sungai Dalam Angka 2020.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2010. Keputusan Menteri Kelautan
Dan Perikanan No KEP.06/MEN/2010. Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah
Pengelolaan Perikanan. Jakarta. DKP RI.
Deswati, R.H. 2013. Identifikasi Kegiatan Penangkapan Ikan Di Desa Batilap,
Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten
Barito Selatan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan.
Jakarta. Buletin Riset Sosek

Anda mungkin juga menyukai