Anda di halaman 1dari 3

Resume Wawasan Inovasi Perikanan

“Usaha Perikanan Tangkap Yang Komersial Berkelanjutan”

Nama : Frishila Indriyani

NIM : 4443220087

Kelas : 1C

Perikanan tangkap adalah kegiatan memperoleh ikan di perairan dengan kondisi perariran
yang tidak dibudidaya oleh cara apapun, di lakukan di alam liar seperti laut, danau, sungai, dan
badan air lainnya. Karena itu harus ada strategis kebijakan agar perikanan tangkap masih terus
ada, jika tidak dibatasi akan mengakibatkan stok perikanan menurun. Dengan demikian
pemerintah Indonesia membuat undang-undang mengenai perikanan tangkap yaitu:

 Perikanan (UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan): semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam
suatu sistem bisnis perikanan.
 Penangkapan Ikan (UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan): kegiatan untuk
memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau
cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

Menurut TOP CAPTURE 2018, Indonesia berada di urutan kedua sebagai negara produksi
Perikanan terbesar di dunia, untuk posisi pertama di duduki negara cina dan di posisi ketiga di
duduki oleh negara Peru selanjutnya oleh negara-negara lainnya, sampai urutan terbawah di
duduki oleh negara Vietnam.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, produksi ikan secara nasional
mencapai 23,16 juta ton pada 2020. Jumlah tersebut turun 2,93% jika dibandingkan pada tahun
sebelumnya yang sebanyak 23,86 juta ton. Secara rinci, 9,92 juta ton produksi perikanan
merupakan rumput laut. Proporsinya mencapai 42,84% terhadap total produksi perikanan
sepanjang tahun lalu. Sebanyak 7,7 juta ton merupakan produksi perikanan tangkap. Jumlah itu
setara dengan 33,26% dari total produksi perikanan. Sementara, 5,54 juta ton merupakan
produksi perikanan budidaya. Volume tersebut mencapai 23,9% dari total produksi perikanan.
Adapun, dalam kurun 2015 - 2020, jumlah produksi ikan tercatat meningkat hingga 3,8%.
Jumlah produksi ikan terbesar terjadi pada 2019, yaitu sebesar 23,86 juta ton. Sedangkan, jumlah
produksi ikan terendah pada 2015 sebanyak 22,31 juta ton.
Permintaan terhadap produk perikanan laut untuk pasar internasional diperkirakan akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang meningkat, peningkatan
pendapatan (income) dan pergeseran selera konsumen dari “red meal” menjadi “white meal”
diikuti oleh tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein ikani.

Dampak permintaan ikan laut tinggi. Peningkatan eksploitasi sumberdaya ikan laut sangat
pesat, upaya penangkapan ikan dilakukan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah penangkapan ikan
yang bertanggungjawab, menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan laut dan pesisir sehingga
secara ekonomi merugikan negara. Masalah yang mengemuka di dalam perikanan tangkap
adalah penangkapan ikan berlebih dan polusi laut. Sejumlah spesies mengalami penurunan
populasi dalam jumlah yang signifikan dan berada dalam ancaman punah. Hal ini mengakibatkan
jumlah tangkapan ikan di alam liar dapat mengalami penurunan secara umum. Adapun alat
penagkapan ikan sangat berpengaruh terhadap ekosistem laut seperti mengurangi jumlah suatu
organisme, kerusakan terhadap habitat dapat berpengaruh negatif terhadap mahluk hidup seperti,
merusak kehidupan biota, mengurangi kompleksitas dari suatu habitat, dan mengurangi
biodiversity.

ALAT TANGKAP

1. Pukat udang (Bottom Shrimp Trawl), modal usaha penagkapan udang sangat tinggi/kalangan
idustri

2. Garuk, modal usaha bisa perorangan

3. Payang, modal usaha sedikit tinggi alat trol, metode penagkapan masih kucing-kucingan

4. Pukat pantai, usaha perikanan tradisional (bagi hasil)

5. Pukat cincin, untuk perikanan pelagis besar dan kecil, usaha di kelola oleh perorangan dengan
kapal kecil

6. Jaring insang, penggunaan alat tangkap tradisional

7. Jaring tiga lapis (Trammel Net), merupakan alat tangkap yang ramah lingkugan.

8. Bagan, modal usaha bagan di bawah 100 jt an (bagan rakit)

9. Bouke ami, diklasifikasikan sebagai jaring angkat (liftNet) dengan target tangkapan cumi-
cumi.

10. Rawai tuna (Tuna Long Line), usaha industri dan menggunakan kapal besar

11. Pancing tonda (Troll Line), usaha industry

12. Pancing ulur (Hand Line), menggunakan kapal motor (kapal kecil)
13. Huhate (Pole and Line), biasanya di miliki oleh kalangan industry

14. Bubu (Portable Pot), digolongkan usaha perikanan kecil (sederhana)

15. Sore (Guidig Barrier), alat penangkap ikan yang berupa jebakan Pasif Anyaman Susunan
bambu, rotan, kawat, dsb.

16. Set net , alat tangkap tradisional pertama ditemukan di jepang

17. Muroami (Drive in Net), usaha perikanan ini sudah di larang, mengganggu kesehatan
(kompresor)

18. Harpoon, alat tangkap tradisional

 Kriteria Alat Penangkapan Ikan yang Ramah Lingkungan (API-RL)

Yang termasuk alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan yaitu dimana selektivitas

tinggi, tidak destruktif terhadap habitat, tidak membahayakan nelayan, menghasilkan ikan

bermutu, meminimumkan tangkapan ikan yang terbuang (dischard), memberikan dampak

minimum terhadap keanekaragaman sumberdaya hayati, tidak menangkap spesies yang

dilindungi atau terancam punah, kegiatan perikanan tangkap dapat diterima secara sosial.

 Kriteria Perikanan Tangkap yang Berkelanjutan

1) Menerapkan API-RL

2) Jumlah hasil tangkapan tidak boleh lebih melebihi tangkapan yang diperbolehkan

3) Menguntungkan

4) Investasi rendah (perikanan tradisional-semi tradisional)

5) Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah

6) memenuhi ketentuan hokum dan per-undang-undangan yang berlaku (UU fishing)

Anda mungkin juga menyukai