Perangkap adalah alat pancing pasif di mana ikan dapat masuk secara
sukarela dengan cara sedemikian rupa sehingga pintu masuk sendiri menjadi
perangkat non-return. Gagasan tentang menangkap ikan tanpa banyak usaha
mungkin mungkin menghasilkan perkembangan jebakan. Penemuan untuk
menangkap ikan mungkin dianggap mendahului penemuan nets. Perangkap dapat
menangkap ikan terus menerus di siang hari dan malam dengan pemeriksaan
berkala dan organisme dapat diambil hidup-hidup tanpa kerusakan apapun.
(Baruah, 2013). Perangkap mengacu pada koleksi perangkap dalam bentuk
kandang atau keranjang yang dibuat, dengan berbagai bahan dengan satu atau
lebih bukaan atau pintu masuk, yang dirancang untuk menangkap ikan atau
(Nedelec, 1982). Perangkap dapat digunakan dengan atau tanpa umpan (Everhart
et al., 1975). Malian dan Ndurtitu adalah perangkap pof tradisional. Sebagian
besar dipekerjakan nelayan di bagian utara Nigeri (Hasanni, 2013).
Agar pemanfaatan sumber daya ikan dengan alat tangkap diperoleh hasil
yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi,
teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk
faktor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk
memanfaatkan sumber daya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat
pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain. Sedangkan aspek ekonomi
menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan
tersebut (Kurniawati, 2005).
1. ASPEK TEKNIS/TEKNOLOGI
Alat tangkap ditentukan sesuai dengan jenis ikan yang dicari dan
miliknya perilaku serta mode pengoperasian. Keuntungan dari memancing
perangkap (Meenakumari, 2000) yaitu:
Perangkap perangkap adalah ekonomi dan energi rendah diperlukan bila
dibandingkan dengan metode memancing aktif.
Organisme yang tertangkap dalam perangkap dapat diambil hidup-hidup
tidak rusak kondisi.
Perangkap dapat menangkap ikan terus menerus siang dan malam dan
hanya perlu dilakukan secara berkala
Perangkap bisa ditinggalkan
Investasi modal relatif rendah dan banyak perangkap menunjukkan tingkat
yang tinggi selektivitas
4. Aspek Biologi
Sumberdaya hayati dapat dilihat dari aspek biologi dengan menekan jumlah
stok atau biomassa ikan dimana dalam menganalisis sumberdaya ikan, penentuan
ukuran stok merupakan langka penting dalam mempelajari berbagai stok terutama
yang telah diusahakan. Perubahan ukuran stok dapat disebabkan oleh adanya
berbagai perubahan lingkungan, proses rekruitmen, pertumbuhan, kegiatan
penagkapan , populasi organisme mangsa, pemangsa atau pesaing (Widodo et al ,
1998 dalam Akmaluddin 2013). Salah satu langkah mengurangi penangkapan
yang berlebihtersebut yaitu dengan menyeleksi alat tangkap. Seleksi Alat Tangkap
dilakukan dengan tujuan menangkap sumberdaya perikanan yang telah dewasa.
Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi jaring ambe agar dapat dapat
meloloskan ikan/udang berukuran kecil, atau mengganti dengan alat tangkap lain
yang ramah lingkungan (Rangkuti, et.al, 2017).
Penjebakan kandang ikan kecil di lingkungan lahan basah dangkal
menyediakan perkiraan yang dapat diandalkan dari keragaman ikan, meskipun
memberikan perkiraan yang kurang dari kepadatan ikan (Kushlan, 1987). Aspek
ekonomi dan sosial nelayan, Pengaruh ini terhadap hasil tangkapan berkaitan
dengan kelestarian sumberdaya alam baik untuk pengembangan maupun
pengelolaan pariwisata yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan
pendapatan nelayan. Laut belum memberikan sumbangan maksimal bagi
pembangunan ekonomi. Adapun pengaruh terhadap nelayan terkait dengan
kondisi sosial dan ekonomi, jika ekonomi baik maka dengan sendirinya keadaan
sosial akan baik (Mahulette, 2004)
Perangkap alat tangkap telah sangat banyak digunakan dalam dunia, tetapi
konsep dasarnya sama dalam semua kasus, di mana ikan atau hewan laut lainnya
akan masuk ke perangkap melalui satu atau lebih banyak pintu masuk kerucut.
Keberhasilan perangkap alat tangkap tergantung pada perilaku hewan laut
sebagai target penangkapan ikan. Ukuran roda gigi berfungsi sebagai fungsi
memancing, di mana hewan laut bisa masuk dan melarikan diri tanpa umpan, dan
dengan demikian perlu disamarkan dengan karang untuk menarik tempat
berlindung ikan (Reppie, 2015).
Kelemahan utama dari jebakan bubu yang bisa dilipat adalah desain celah
masuk yang sempit. Ini bisa menyebabkan kepiting sering terjebak karena duri
karapas. Akibatnya, kepiting lain tidak bisa masuk ke perangkap. Kelemahan lain
dari jebakan bubu adalah tidak ada celah pelarian sehingga menyebabkan semua
ukuran kepiting bisa tertangkap tanpa ada pilihan. Fakta ini tidak akan
mendukung keberlanjutan sumber daya kepiting (Puspito,G. 2013).
Perangkap bertentangan memiliki dampak langsung yang sangat kecil pada
lingkungan bentik dan sangat selektif (spesies dan ukuran) terhadap spesies yang
ditargetkan. Namun demikian adalah perangkap dalam perikanan udang air tawar
pengecualian daripada aturan dan hanya menerima dalam beberapa tahun terakhir
lebih banyak perhatian karena motivasi dari arahan yang bernama dan reformasi
untuk mengganti alat penangkapan ikan yang merusak (Eichert, 2015).
Dari hasil penelitian Kunsook & Dumrongrojwatthana (2017)
menyatakan bahwa perangkap perangkap kepiting yang dilipat memiliki efek
negatif pada keanekaragaman kepiting laut di Kung Krabaen Bay, seperti
degradasi dan kehilangan.
5. Aspek politik
Keberhasilan penangkapan pada kegiatan penangkapan ikan dengan
umpan didasarkan pada aktivitas dasar kehidupan ikan seperti mencari dan
menangkap mangsanya. Respons ikan terhadap umpan ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain jenis, ukuran umpan, bentuk umpan, kandungan kimia. Jenis
umpan yang berbeda akan memberikan respons yang berbeda .Bau yang
ditimbulkan umpan merupakan faktor penting untuk pemikatan ikan untuk masuk
kedalam bubu .Bubu merupakan alat tangkap pasif sehingga dibutuhkan umpan
agar ikan yang dijadikan target tangkapan mau memasuki bubu (Riyanto,2009)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Achrodi , S. 2015. Komposisi Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bubu Tambun Yang
Dioperasikan Di Perairan Karang Pulau Kerdau, Kabupaten Natuna.
Departemen Pemenfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Al-Masroori. H., et.al. 2004. Catches of lost fish traps (ghost fishing) from fishing
grounds near Muscat, Sultanate of Oman. Department of Fisheries and
Wildlife Sciences. Virginia Polytechnic Institute and State University.
Sultanate of Oman
Baruah,D. A,Dutta & P, Pravin. 2013. Traditional fish trapping devices and
methods in the Brahmaputra valley of Assam. Department. of Zoology.
Gauhati University. Kerala
Bohnsack, A, J., 1988. The Effects of Fish Trap Mesh Size on Reef Fish Catch off
Southeastern Florida. Southeast Fisheries Center. National Marine
Fisheries Service. NOAA 75
Cekic, M.et,al., 2003. Comparison of Two Different Types of Basket Trap on Fish
Catches in ‹skenderun Bay. Faculty of Fisheries. Turk J Vet Anim Sci
29 (2005) 743-749.
Collins, M.R., 1990. A comparison of three fish trap designs. Fish. Res., 9: 325-
332.
Fonny J.L Risamasu, I. Tallo. 2014. Komposisi jenis dan keragaman hasil
tangkapan bubu yang dioperasikan bersama rumpon pada kedalaman
berbeda. Jurusan Perikanan dan Kelautan Faperta Undana. Kupang
Husnah,etal. 2006 Jenis, Cara Oprasi dan Penyebaran beberapa alat Tangkap di
Perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Iskandar, D. 2013. Daya Tangkap Bubu Lipat Yang Dioperasikan Oleh Nelayan
Tradisional Di Desa Mayangan Kabupaten Subang. Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 8, No.
2, 2013 : 1-5
Lundin, M. 2014. Size Selection of Fish in the Trap Fisheries of the Baltic and
Bothnian Seas. Department of Wildlife. Fish & Environmental Studies
Umea.
Mahulette, R.T. 2013. Perbandingan Teknologi Alat Tangkap Bubu Dasar Untuk
Mengetahui Efektivitas Penangkapan Ikan Demersal Ekonomis Penting
Di Klungkung Bali. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jalan Pasir Putih I
Ancol Timur, Jakarta Utara
Malik. F, R. 2013. Kajian Beberapa Disain Alat Tangkap Bubu Dasar Diperairan
Kepulauan Ternate Provinsi Maluku Utara. FPIK UNKHAIR-Ternate
Puspito, G. 2013. Design of entrance and escape gaps in collapsible trap for
mangrove crabs Scylla sp. Department of Fisheries Resources
Utilization. Faculty of Fisheries and Marine Science. Bogor
Agricultural University. Bogor.
Riyadi, D.M.M. 2004. Wilayah Kritis Keanekaragaman Hayati Di Indonesia.
United Nation Development program (UNDP). INS/01/024 Project –
IDEN
Sartika. D.P. 2016. Analisis Komposisi Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bubu Tiang
Pada Waktu Pasang Dan Surut Di Perairan Pulau Halang Muka
Kecamatan Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.
Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
Sudirman & A. Mallawa. 2012. Teknik Penangkpan Ikan. Penerbit: PT. RINEKA
CIPTA. PT.Asdi Mahasatya; Jakarta.
Susanto, A ,& R. Irnawati. 2012. Penggunaan Celah Pelolosan Pada Bubu Lipat
Kepiting Bakau (Skala Laboratorium). Jurusan Perikanan. Fakultas
Pertanian. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Vol. II No. 2 : 71-78. Desember 2012