Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

ARTIKEL PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GILLNET

PENYULUH PERIKANAN BANTU


KABUPATEN PEKALONGAN

OLEH :
MOHAMAD TARDI

BADAN RISET SUMBERDAYA MANUSIA KELAUTAN DAN


PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN 2020
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penangkapan ikan merupakan kegiatan untuk memperoleh ikan tidak dalam
dibudidayakan atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah atau mengawetkannya. Ada
beberapa jenis alat tangkap ikan untuk kegiatan penangkapan ikan ini. Salah satunya adalah
Jaring insang (Gillnet),yaitu satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya
empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, jumlah mata jaring ke
arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian
atas dilengkapi pelampung dan di bagian bawah di lengkapi beberapa pemberat sehingga
memungkinkan jaring dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak
(Martasuganda, 2002).
Jaring insang merupakan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran dan jenis ikan
dimana ukuran mata jaring (mesh size) bisa diperkirakan sesuai dengan ukuran ikan yang
akan ditangkap. Pada prinsipnya, cara penangkapan ikan dengan jaring insang ini adalah
menghadang ikan yang sedang berenang, sehingga ikan akan menabrak jaring dan terjerat
pada mata jaring (Gillnet) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (Entangled).
Selain itu Penanganan dan pengolahan pada ikan perlu dilakukan untuk mencegah
kerusakan atau pembusukan. Kerusakan ikan pasca ditangkap akan menjadi penghambat
dalam upaya pendistribusian dan perdagangan ke berbagai daerah dan pasar. Untuk
memperpanjang daya simpan ikan segar perlu adanya suatu pengawetan pada ikan. Agar
kualitas ikan hasil tangkapan bernilai ekonomis tinggi. Upaya pengawetan yang sering
dilakukan yaitu pendinginan, pengeringan, pemanasan, dan pengasapan (Winarno, 1993).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk  mengetahui pengoperasian alat tangkap (Gillnet)
2. Untuk mengetahui penanganan hasil tangkapan alat tangkap (Gillnet) dan analisis usaha

1.3 Batasan Masalah


Sehubungan dengan artikel yang berhubungan dengan batasan masalah yaitu :
1. Pengoperasian alat tangkap jarring insang (Gillnet)
2. Penanganan hasil tangkapan alat tangkap jarring insang (Gillnet) dan analisis usaha
2. Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Gillnet
Jaring insang adalah satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya
empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar. Jumlah mata jaring ke
arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian
atas dilengkapi beberapa pelampung dan bagian bawah di lengkapi beberapa pemberat
sehingga memungkinkan jaring dapat di pasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak.
Salah satu alat tangkap yang selektif adalah jaring insang (Gillnet).
Jaring insang merupakan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran dan jenis ikan
dimana ukuran mata jaring (mesh size) bisa di perkirakan sesuai dengan ukuran ikan yang
akan di tangkap. Pada prinsipnya, cara penangkapan ikan dengan jaring insang ini adalah
menghadang ikan yang sedang berenang, sehingga ikan akan menabrak jaring dan terjerat
pada mata jaring (Gillnet) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (Entangled).

2.1 Alat Tangkap Gillnet


Jaring insang (Gillnet) adalah salah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring
monofilament atau multifilament yang di bentuk menjadi empat persegi panjang kemudian
pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian
bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang
berlawanan memungkinkan jaring insang dapat di pasang di daerah penangkapan
(pemukiman, kolom perairan, atau di dasar perairan) dalam keadaan tegak menghadang ikan.
Jumlah mata jaring ke arah horizontal atau ke arah mesh lenght (ML) jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth (MD).
(Martasuganda sulaeman, 2009). Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) jaring
insang (Gillnet) merupakan jaring empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di
sepanjang jarring dinamakan jarring insang karena berdasarkan cara tertangkapnya, ikan
terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Menurut Subani dan Barus (1989) Gillnet atau
jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang
dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan bawah (kadang tanpa ris bawah
sebagian dari udang barong). Menurut PERMEN. KP Nomor. PER.08/MEN/2008. Tentang
penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (Gillnet) di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.
Jaring insang (Gillnet) adalah alat penangkapan ikan yang jaring yang berbentuk
empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung dan pemberat, tali ris atas dan tali ris
bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan
cara terjerat dan akan terpuntal di operasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara
menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Gillnet
atau jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang
dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas bawah, kadang tanpa ris bawah sebagian
dari udang barong. (Subani dan Barus, 1989).

2.2 Metode Pengoperasian Jaring Insang (Gillnet)


a. Persiapan
Alat sebelum operasi di mulai semua peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan
dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan
pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan Gillnet di atas kapal
penangkapan ikan disesuaikan dengan susunan peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang
dipergunakan. Sehingga dengan demikian Gillnet dapat disusun di atas kapal pada samping
kanan, samping kiri dan buritan kapal.
b. Penurunan Jaring (Setting)
Pada saat melakukan setting kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring insang tetap oleh anak buah kapal (ABK). Jaring insang tetap di pasang
tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan,
akhirnya ikan tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan
cara terpuntal. Pemasangan jaring insang tetap sebaiknya bukan pada alur pelayaran. Pertama
yang di turunkan pada saat pengoperasian adalah pelampung tanda, kemudian jangkar
(pemberat) (Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam Bakpas, 2011).
c. Pengangkatan Jaring (Hauling)
Setelah jaring terentang dengan sempurna, maka dalam waktu tertentu, umumnya 2-5
jam dilakukan penarikan jaring. Pada saat penarikan jaring, jaring diatur dengan baik agar
memudahkan pengoperasian selanjutnya. Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah
terkumpul sudah cukup banyak, maka dilakukan hauling dengan menarik jaring insang tetap
dari perairan ke permukaan (jaring ditarik keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap dan
jaring di tarik kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran terhadap hasil tangkapan.

2.3 Daerah Penangkapan


Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang
menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap
dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai
“daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi
target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap
ikan.
Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya
ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang
dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.
Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan meliputi kelimpahan, kepadatan stok, sifat
fisik lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis ikan sangat penting, seperti daerah
terumbu karang (Nelwan, 2004).

2.4 Penanganan Hasil Tangkapan Gillnet


Penanganan ikan di atas kapal
Penanganan ikan di atas kapal harus baik dan benar agar di peroleh hasil yang semaksimal
mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya alat penanganan, media pendingin, teknik penanganan, dan keterampilan
pekerja. Pemakaian alat-alat penanganan yang lengkap dan baik dalam arti dapat
memperkecil kerusakan fisik, kimia, mikrobiologi dan biokimia akan memberikan hasil yang
maksimal. Media pendingin yang memberikan hasil yang baik adalah media pendingin yang
dapat memperlambat proses biokimia dan pertumbuhan mikroba dalam daging ikan. Sarana
yang digunakan yaitu palkah. Palkah adalah suatu ruangan yang terdapat dalam kapal untuk
menyimpan ikan hasil tangkapan selama beroperasi. Ukuran palkah disesuaikan dengan
kemampuan kapal beroperasi dan menangkap ikan.
Umumnya langkah-langkah penanganan ikan hasil tangkapan yang dilakukan diatas kapal,
meliputi:
1. Penanganan awal
Penanganan ikan sewaktu diangkat dari jaring atau pancing
Setelah ikan ditangkap diusahakan agar secepatnya mati tanpa banyak perlawanan dan
sebelum ditumpahkan ke atas dek sebaiknya ikan yang ada dalam jaring dicuci dahulu
dengan air atau air es untuk mengurangi jumlah bakteri awal yang melekat pada kulit ikan.
Ikan yang ditangkap dengan jaring lebih cepat mati di banding dengan pancing.sehingga
keterlambatan penangkatan ke atas dek akan mempercepat proses pembusukan. Perlakuan
saat pengeluaran ikan dari jaring atau pancing harus dilakukan secara hati-hati.
2. Sortasi
Sortasi adalah pemilihan ikan berdasarkan jenis, ukuran dan mutu atau tingkat kesegarannya.
Tujuannya untuk untuk memudahkan dalam proses penjualan di darat, memperkecil
terkontaminasinya ikan oleh bakteri atau perlakuan-perlakuan fisik saat ikan disortir oleh
pembeli, dan akan memberi nilai estetik dengan adanya keseragaman jenis dan ukuran ikan.
Sebelum ikan ditumpahkan di atas dek kapal, sebaiknya lantai dek dibersihkan lebih dahulu.
Dek tempat penyortiran diberi naungan untuk menghindari sengatan sinar matahari langsung
pada tubuh ikan. Semua perlengkapan untuk penanganan (keranjang, peti-peti, pisau) harus
sudah siap dan dalam kondisi yang bersih. Selanjutnya ikan ditumpahkan ke lantai dek dan
dilakukan penyortiran.
3. Pencucian ikan hasil tangkapan
Pencucian dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi atau sesudah sortasi, pencucian
dilakukan dengan menyemprot air laut bersih menggunakan slang air yang mempunyai
tekanan air yang cukup besar. Hindari pencucian dengan mencelupkan ikan pada air yang
tergenang karena akan menjadi sumber pencemaran untuk ikan yang akan dicuci berikutnya.
Ikan yang telah disiangi dan disortir harus di cuci bersih karena sisa lendir serta kotoran
lainnya yang ada pada ikan dapat mempercepat proses pembusukan dan pencucian bertujuan
untuk membebaskan ikan dari bakteri pembusuk.
4. Penirisan ikan
Penirisan ditujukan untuk menghilangkan air yang masih ada atau menempel pada tubuh ikan
dan penirisan bias dilakukan dengan menumpuk peti atau keranjang ikan di atas dek yang
terhindar dari sinar matahari. Sementara penirisan dilakukan, maka perlu dipersiapkan es
yang akan dicampur dengan ikan tersebut. Es balok dihancurkan dan diusahakan agar
pecahan es jangan terlalu besar sebab akan merusak tubuh ikan, atau terlalu kecil akan cepat
mencair (termasuk pemborosan).
5. Pendinginan dan penyimpanan
Pendinginan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari media pendingin yang di
gunakan dan penggunaan es untuk mengawetkan ikan di kapal, merupakan penanganan yang
paling banyak dilakukan nelayan. Sebab es sebagai media pengawet, dan bagi kapalnya
sendiri tidak memerlukan fasilitas yang mahal.

6. Penanganan lanjutan
Setelah semuanya selesai proses selanjutnya yaitu menjaga dan merawat ikan hasil tangkapan
sampai ke pelabuhan dengan mengontrol ikan di dalam fiber bok, kemudian di tambahkan es
setiap satu hari sekali dan air di dalam fiber box di buang agar ikan selalu terawat suhunya.
7. Penanganan Di Darat
Penanganan di darat yaitu penanganan yang di lakukkan apabila kapal telah sandar di
pelabuhan, adapun langkah penangananya ialah ikan-ikan di keluarkan dari dalam fiber yang
berada di dalam palkah kemudian ikan di siram menggunakan air laut . Proses ini di lakukan
untuk menghilangkan lendir pada ikan setelah sekian lama di dalam fiber, setelah ikan bersih
barulah ikan di masukkan ke dalam keranjang kemudian ikan di pisah sesuai dengan jenis dan
ukuran ikan. Setelah selesai ikan di timbang untuk menggetahui jumlah hasil tangkapan.
8. Teknik Penyusunan Ikan di dalam Palkah
Palkah untuk menyimpan ikan segar harus dibersihkan sebelum dimasuki ikan. Pekerjaan
mengangkut ikan ke dalam palkah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai ikan;
melemparkan atau menuangkan ikan kedalam palkah atau menginjak ikan adalah praktek
yang tidak baik. Penyusunan ikan di palka dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan
menimbun (bulking), dengan bersusun lapis menggunakan rak / sekat datar (shelfving),
dengan menggunakan peti-peti (boxing), dan dengan merendam ikan di dalam air dingin.
9. Menimbun Ikan di Palkah (Bulking)
Yang dimaksud dengan menimbun ialah menumpuk ikan di lantai palkah tanpa menggunakan
penyekat datar atau peti. Cara ini pada umumnya dilakukan dikapal ikan yang kecil dan
palkanya rendah. Dasar palka terlebih dahulu dilapisi es setebal +15 cm (atau lebih tebal jika
dinding palka tidak diisolasi). Ikan ditumpuk di atas lapisan es itu setebal 10-12 cm; di
atasnya diberi lapisan es lagi, kemudian lapisan ikan; demikian seterusnya sampai tingginya
cukup; lapisan paling atas adalah lapisan es. Tinggi timbunan ikan sebaiknya tidak melebihi
60 cm. Penimbuanan yang lebih tinggi lagi dapat merusak ikan pada lapisan yang di bawah,
karena menerima tekanan yang cukup besar. Biasanya setiap 1 ton ikan yang disimpan di
palka dengan cara penimbunan memerlukan ruang palkah yang bervolume 2- 2,5 m3.
10. Menyimpan Bersusun Lapis (Shelfing)
Cara penyimpanan ini umumnya di lakukan di kapal ikan yang palkanya cukup besar dengan
tinggi palka >140 cm. Palka disiapkan dengan konstruksi khusus: di lengkapi dengan rak-rak
vertikal dan horisontal yang hidup (dapat di lepas). Sekat-sekat vertikal berjarak 1 meter atau
kurang, sedangkan sekat-sekat horisontal berjarak 20-35 cm. Biasanya rak-rak itu disusun
membujur, di sisi kiri dan kanan, sedang ditengah-tengahnya dipakai sebagai lorong. Ikan
disusun di atas rak-rak horisontal dengan diselimuti es. Ikan yang besar di susun membujur.
Pemakaian rak-rak di palka ini dapat menghasilkan ikan yang lebih baik karena ikan tidak
terlalu banyak menerima tekanan, tetapi diperlukan penanganan yang lebih banyak dan di
perlukan ruangan yang lebih besar. Tiap 1 ton ikan memerlukan ruang palkah 3-4,5 m3
tergantung dari ukuran ikan.
11. Menyimpan Ikan Di Palkah Dengan Peti (Boxing)
Peti untuk menyimpan ikan di kapal umumnya dibuat dari kayu atau plastik yang dirancang
dengan ukuran yang disesuaikan dengan kemampuan manusia setempat, yaitu 20-30 kg.
Ukuran yang labih besar dirancang untuk diangkut oleh 2 orang. Peti dari plastik lebih mudah
dibersihkan. Peti kayu hendaknya dibuat dari papan yang diserut halus dan dengan sudut-
sudut yang mudah di bersihkan. Ikan di susun di dalam peti dengan di campur dan di selimuti
es. Karena peti-peti itu akan di tumpuk di palkah, maka pengisian ikan /es tidak boleh
melebihipermukaan peti agar ikan tidak tertekan peti diatasnya. Dengan cara penyimpanan
ini, tiap 1 ton ikan memerlukan ruang palkah 2,5 - 3 m3.

2.5 Analisis Usaha


Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha diketahui usaha penangkapan dengan alat
tangkap gillnet masih menguntungkan. Namun demikian menurut keterangan nelayan, usaha
mereka terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin jauhnya areal
penangkapan yang memerlukan biaya operasional yang lebih besar dan hasil tangkapan yang
cenderung mengalami penurunan. Permasalahan lain yang dihadapi adalah dalam peremajaan
kapal ikan. Hal ini tentunya berkaitan dengan akses modal yang diharapkan lebih mudah
untuk memperolehnya dan terjangkaul. Untuk jangka panjang berpengaruh terhadap
penurunan jumlah kapal kayu yang dioperasikan oleh nelayan. Nelayan gillnet di Daerah
Kecamatan Wonokerto berharap pemerintah dapat membuat kebijakan sehingga usaha
penangkapan ikan dapat berkelanjutan dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk
mereka. Untuk mengatasi permasalahan armada penangkapan sebaiknya pemerintah
membuat kebijakan, dengan memberikan akses modal yang dengan bunga yang ringan dan
terjangkau bagi nelayan.
3.Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;

.1.Usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Wonokerto


Kabupaten Pekalongan tergolong perikanan rakyat dengan skala usaha masih kecil sehingga
perlu dilakukan pengembangan guna meningkatkan produktifitas nelayan setempat terutama
nelayan yang menggunakan alat tangkap Gill Net yang memerlukan jarring lebih panjang
dikarenakan daerah penangkapan yang lebih jauh.

2.Perlu adanya perhatian pemerintah terutama untuk memperoleh akses

modal guna peremajaan armada kapal yang diharapkan akan mendapatkan produktifitas yang
maksimal sehingga kesejahteraan nelayan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Martasuganda S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Program Studi Pemanfaatan


Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Nelwan A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan. Ikan.


[Makalah Pribadi Falsafah Sains]. Bogor

Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal
Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai
Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
2005.248 hlm

Bakpas,A.L.2011.Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan


kondisi oseanografi. Skripsi.fakultas ilmu kelautan dan perikanan.universitas
hassanuddin.makassar.
Saputra. 2014.http://denisaputraperikan.blogspot.com/2014/05/laporan-fieldtrip-tpi-dpi.html
(Diakses 5 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai