I. PENDAHULUAN
2.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum metode penangkapan ikan adalah:
1. Mengetahui klasifikasi alat tangkap Gill Net, Trammel Net,
Arad, Rawai dan Long line, Bagan dan Bubu;
2. Mengetahui cara operasi alat tangkap Gill Net, Trammel Net,
Arad, Rawai dan Long line, Bagan dan Bubu;
3. Mengetahui desain dan konstruksi alat tangkap Gill Net,
Trammel Net, Arad, Rawai dan Long line, Bagan dan Bubu;
4
2.1. Pengertian
Gill net sering diterjemahkan dengan jaring insang, jaring
rahang, jaring, dan lain sebagainya. Istilah gill net didasarkan pada
pemikiran bahwa ikan yang tertangkap “ gilled-terjerat” pada sekitar
operculum-nya pada mata jaring. Dalam bahasa Jepang gill net
disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa
tertangkapnya ikan-ikan pada gill net, ialah dengan proses ikan-ikan
tersebut menusukkan diri pada jaring karena menabrak jaring
(Ayodhyoa, 1981).
Menurut Maldi (2010), gill net adalah jenis alat penangkap
ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana
mata jaring dari bagian utama ukurannya sama, jumlah mata jaring
ke arah panjang atau ke arah horisontal (Mesh Length (ML)) jauh
lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke
arah dalam (Mesh Dept (MD)), pada bagian atasnya dilengkapi
dengan beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi
dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dapat dipasang di
daerah penangkapan dalam keadaan tegak.
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi gill net menurut A. Von Brandt (1984), merupakan
gilled gear karena pada umumnya ikan yang tertangkap pada bagian
tutup insangnya dalam usaha mereka untuk melewati jaring. Syarat
6
2.3. Konstruksi
Konstruksi Gill net secara umum adalah sebagai berikut:
1
2
3
8
7
8
Keterangan:
1. Pelampug 6. Tali Ris Bawah
2. Tali Ris Atas 7. Tali Pemberat
3. Tali Pelampung 8. Pemberat
4. Serampat Atas
5. Badan Jaring
2. Gilled
Adalah dimana ketika mata jaring mengelilingi ikan tepat di
bagian tutup insang (opperculum)
3. Wedged
11
4. Entangled
Adalah ketika ikan tertangkap dan masuk ke lebih dari dua
mata jaring
Keterangan:
E = Hanging Ratio
Lo = Panjang tali ris tempat jaring terpasang (panjang jaring jadi)
L = Panjang jaring dalam keadaan stretch (terenggang penuh)
12
Nilai dari hanging ratio apabila akan menemukan bentuk dari satu
jaring. Pada umumnya hanging ratio dari gill net adalah 0,5 sampai
0,7.
b. Shortening Ratio
Shortening atau pengerutan yaitu beda panjang tubuh jaring
dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring
setelah diletakkan pada float line ataupun pada sinker line. Nilai dari
shortening dapat dirumuskan sebagai berikut :
13
Keterangan:
L = Panjang tali ris tempat lembaran jaring dipasang
Lo = Panjang jaring tegang mendatar
Atau
Nilai Shortening (S) = 1 – E
c. Tinggi Tegang
Tinggi tegang adalah jarak antara float line ke sinker line pada
saat jaring diukur di darat. Perhitungan tinggi tegang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
d. Tinggi Jaring
Tinggi jaring merupakan jarak antara float line ke sinker line
pada saat jaring terpasang di perairan. Perhitungan tinggi jaring dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
e. Luas Jaring
Luas jaring insang bervariasi tegantung target tangkapan,
daerah tangkapan dan kecepatan arus.
Keterangan:
E = Hanging ratio
H = Jumlah mata jaring vertikal
L = Jumlah mata jaring
A = Mesh Size
15
Pelampung
Tali pelampung
Serampat atas
Tubuh jaring
Serampat bawah
Tali pemberat
Pemberat
Kapal
- L x B x D (m)
- Gross tonnage (GT)
- Mesin utama (daya max, jenis mesin)
Operasi penangkapan
- Hari/tanggal/jam
- Lama setting
- Lama immersing/dragging
- Lama hauling
Parameter yang diamati Gill net
18
3.1. Pengertian
Trammel net merupakan jaring yang terdiri dari tiga lapis yaitu
dua lapis jaring yang berada di luar dan memiliki mata jaring yang
berada diluar dan memiliki mata lebih besar, sedangkan lembaran
jaring yang berada ditengah ukuran matanya lebih kecil dan
dipasangnya longgar. Jaring trammel net disebut juga jaring
gondrong, jaring tilek, jaring kantong, jaring ciker, atau lebih
mudahnya disebut jasilap atau jaring tiga lapis (Subani, 1986).
Trammel net adalah termasuk klasifikasi alat tangkap bottom
gill net (gill net dasar), trammel net ini terdiri dari tiga lembar jaring
dimana lembaran jaring bagian tengah mata jaringnya berukuran
lebih kecil, sedangkan dua lembar jaring bagian luar mempunyai
ukuran mata 4 sampai 5 kali lebih besar dan ukuran benangnyapun
lebih besar pula (Sutoyo dan Achmad, 2009).
3.2. Klasifikasi
Klasifikasi Trammel net adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan International Standard Statistical Clasification of
Fishing Gear (ISSCFG) dalam FAO , Trammel net termasuk
kedalam jaring puntal dengan singkatan GTR kode ISSCFG
07.6.0;
2. Klasifikasi Trammel net menurut A Von Brandt (1984)
merupakan entangled gear;
20
3.3. Konstruksi
Konstruksi Trammel net secara umum adalah sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan:
1. Pelampung 5. Outer 9. Tali pemberat
2. Tali ris atas 6. Inner 10. Pemberat
3. Tali pelampung 7. Serampat bawah
4. Serampat atas 8. Tali ris bawah
Keterangan:
E = Hanging Ratio
Lo = Panjang tali ris tempat jaring terpasang (panjang jaring jadi)
L = Panjang jaring dalam keadaan stretch (terenggang penuh)
Nilai dari hanging ratio apabila akan menemukan bentuk dari satu
jaring. Pada umumnya hanging ratio dari trammel net adalah 0,4
23
sampai 0,6 dibagian jaring lapis dalamnya dan 0,6 sampai 0,8
dibagian jaring lapis luarnya.
b. Shortening Ratio
Shortening atau pengerutan yaitu beda panjang tubuh jaring
dalam keadaan tegang sempurna (stretch) dengan panjang jaring
setelah diletakkan pada float line ataupun pada sinker line. Nilai dari
shortening dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
L = Panjang tali ris tempat lembaran jaringdipasang
Lo = Panjang jaring tegang mendatar
Atau
Nilai Shortening (S) = 1 – E
c. Tinggi Tegang
Tinggi tegang adalah jarak antara float line ke sinker line pada
saat jaring diukur di darat. Perhitungan tinggi tegang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
d. Tinggi Jaring
24
e. Luas Jaring
Luas jaring insang bervariasi tegantung target tangkapan,
daerah tangkapan dan kecepatan arus.
Keterangan:
E = Hanging ratio
H = Jumlah mata jaring vertikal
L = Jumlah mata jaring
A = Mesh Size
25
Pelampung
Tali pelampung
Serampat atas
Inner net
Outter net
Serampat bawah
Tali pemberat
Kapal
- L x B x D (m)
- Gross tonnage (GT)
- Mesin utama (daya max, jenis mesin)
Operasi penangkapan
- Hari/tanggal/jam
- Lama setting
- Lama immersing/dragging
- Lama hauling
Parameter yang diamati Trammel net
28
4.1. Pengertian
Arad merupakan salah satu alat penangkap ikan dari jenis
pukat hela (trawl) yang banyak digunakan oleh para nelayan skala
kecil yang banyak dioperasikan di daerah Perairan Pantai Utara
Jawa. Arad dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu
bermesin. Alat tangkap ini biasa dioperasikan untuk perairan
demersal dengan hasil target tangkapan yang utama adalah jenis
udang. (Mahardikha, 2008).
Menurut Khaerudin (2006), jaring arad merupakan salah satu
alat penangkap yang ditujukkan untuk menangkap udang. Jaring arad
adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara
ditarik oleh perahu. Hasil tangkapan alat tangkap jaring arad dapat
dikategorikan ke dalam hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan
sampingan. Hasil tangkapan utama merupakan hasil tangkapan yang
menjadi tujuan utama nelayan, sedangkan hasil tangkap sampingan
merupakan tangkapan yang tidak sengaja tertangkap sewaktu alat
tangkap jaring arad dioperasikan. Hasil tangkapan utama dari jaring
arad ini adalah udang dan hasil tangkap sampingan berupa ikan-ikan
demersal yang berukuran kecil seperti pepetek (Leiognathus sp),
gulamah (Argyrosomus sp), beloso (Saurida tumbil), tigawaja
(Pennahia argentata), pari (Himantura gerrardi) dan lain-lain.
30
Keterangan:
1. Otter board 6. Tali ris bawah (Ground rope)
2. Sayap 7. Pelampung
3. Tali ris atas (Head rope) 8. Pemberat
4. Badan jaring 9. Tali selambar
5. Kantong
31
D = [ (B-A) x F ] + A
b. Secara matematis
Pendugaan bukaan otter board dilakukan secara matematis
dengan menggunakan persamaan rumus :
A
D A = C
B B D
Keterangan :
A = Panjang tali sampel
C
B = Bukaan tali sampel
C = Tali cabang
35
S=
Contoh cara menghitung :
Diketahui :
D = 40 m; Lt = 25 m; Ls = 50 m
Maka S = = 13,33 m
A = C x HR x V x T
Keterangan rumus :
A : luas area yang disapu
HR : panjang head rope
C : nilai konstanta membuka mulut
jaring pada saat dioperasikan (0,5)
36
Rumus : Sd =
Keterangan
CPUE : Catch Per Unit Effort (jumlah ikan yang
tertangakap per hauling)
E : escaping factor (0,5)
Sd : stock density (berat atau ekor per satuan luas)
A : luas area yang disapu
37
Bagian badan
Badan I
Badan II
Badan III
Flapper
Kantong ( cod end )
Otter board
Tali guci pendek
Tali guci panjang
39
Kapal
- L x B x D (m)
- Gross tonnage (GT)
- Mesin utama (daya max, jenis mesin)
Operasi penangkapan
- Hari/tanggal/jam
- Lama setting
- Lama immersing/dragging
- Lama hauling
Parameter yang diamati Arad
40
12 Menit ke-12
13 Menit ke-13
14 Menit ke-14
15 Menit ke-15
16 Menit ke-16
17 Menit ke-17
18 Menit ke-18
19 Menit ke-19
20 Menit ke-20
21 Menit ke-21
22 Menit ke-22
23 Menit ke-23
24 Menit ke-24
25 Menit ke-25
26 Menit ke-26
27 Menit ke-27
28 Menit ke-28
29 Menit ke-29
30 Menit ke-30
Hauling
1 Menit ke-1
2 Menit ke-2
3 Menit ke-3
43
4 Menit ke-4
5 Menit ke-5
44
5.1. Pengertian
5.1.1 Pengertian perawai
Menurut Bahtiar et al. (2013), rawai tuna (tuna long line)
merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna. Pancing
rawai adalah alat tangkap yang efisien bahan bakar, ramah
lingkungan dan memiliki metode penangkapan paling bersih serta
dapat digunakan untuk menangkap ikan demersal maupun pelagis.
Rawai tuna bersifat pasif dalam pengoperasiannya sehingga tidak
merusak sumberdaya hayati yang ada di perairan, inilah yang
menjadikan tuna long line memiliki metode penangkapan paling
bersih.
Rawai tuna (tuna long line) merupakan salah satu alat tangkap
yang efektif untuk menangkap tuna, karena konstruksinya yang
mampu menjangkau kedalaman renang (swimming layer) tuna.
Terdapat tiga tipe tuna long line yang beroperasi di Samudera Hindia,
yaitu tuna long line permukaan (surface tuna long line), tuna long
line pertengahan (middle tuna long line) dan tuna long line laut
dalam (deep tuna long line). Hasil tangkapan tuna long line terdiri
atas hasil tangkapan utama (fish target) dan hasil tangkapan
sampingan (bycatch) dimana hasil tangkapan sampingan terdiri atas
hasil tangkapan yang memiliki nilai ekonomis dan yang tidak
memiliki nilai ekonomis atau dibuang kembali ke laut (discard).
Untuk mengetahui nilai suatu daerah penangkapan khususnya tuna
45
long line digunakan hook rate. Hook rate merupakan indikasi tinggi
rendahnya kelimpahan tuna di suatu perairan. (Baskoro et al., 2014).
5.2. Klasifikasi
5.2.1. Klasifikasi perawai
1. Berdasarkan International Standard Statistical Clasification of
Fishing Gear (ISSCFG) dalam FAO, rawai termasuk dalam
klasifikasi hook and liner.
2. Menurut A Von Brandt (1984), rawai termasuk kedalam line
fishing
3. Menurut Sadhori (1985), ada berbagai macam bentuk rawai
yang secara keseluruhan dapat dikelompokkan dalam berbagai
kelompok antara lain:
a. Berdasarkan letak pemasangannya di perairan rawai adalah:
- Rawai permukaan (surface long line);
- Rawai pertengahan (midwater long line); dan
- Rawai dasar (bottom long line).
b. Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utama:
- Rawai tegak (vertikal long line);
- Pancing ladung; dan
- Rawai mendatar (horizontal long line).
c. Berdasarkan jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap:
- Rawai Tuna (Tuna longline);
- Rawai Albacore (Albacore longline); dan
- Rawai Cucut (Shark longline).
5.3. Konstruksi
5.3.1. Konstruksi perawai
Konstruksi perawai adalah sebagai berikut:
47
Keterangan :
1. Tali utama (main line);
2. Tali pelampung;
3. Tali cabang (branch line);
4. Pemberat
5. Mata pancing (hook);
6. Pelampung (float).
Bagian yang diukur Arah Pilinan Panjang Diameter Jenis Bahan Jumlah
Tali pemberat
Pelampung
Pelampung tanda
Pemberat
Bagian yang diukur Arah Pilinan Panjang Diameter Jenis Bahan Jumlah
53
Bagian yang diukur Arah Pilinan Panjang Diameter Jenis Bahan Jumlah
Sekiyama
Wire leader
Swivel
Lock tip
Adapter
Armor spring
55
Eye ( mata )
Shank ( tangkai/batang )
Gap ( celah )
Bend ( lengkung )
Throat
56
Kapal
- L x B x D (m)
- Gross tonnage (GT)
- Mesin utama (daya max, jenis mesin)
Operasi penangkapan
- Hari/tanggal/jam
- Lama setting
- Lama immersing/dragging
- Lama hauling
Parameter yang diamati Rawai dasar
57
6.1. Pengertian
Menurut Subani dan Barus (1989), bagan adalah salah satu
jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di tanah air untuk
menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh
nelayan Bugis Makassar sekitar tahun 1950-an. Berdasarkan cara
pengoperasiannya bagan dikelompokkan dalam jaring angkat (lift
net), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk
mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing.
Bagan yaitu jaring angkat yang diopersikan pada malam hari
dengan menggunakan bantuan cahaya lampu sebagai penarik untuk
mendapatkan ikan. Alat tangkap bagan tancap merupakan alat
tangkap sederhana yang memiliki ukuran rata-rata panjang 9 meter
dan lebar 9 meter yang masyarakat buat dengan kerja sama antar
sesama nelayan, adapun beberapa bahan utama yaitu kayu, bambu,
waring dan tali pengikat. (Mardjudo dan agus, 2014).
6.2. Klasifikasi
Menurut A Von Brandt (1984), bagan tancap termasuk dalam
lift net. Metode ini menarik ikan serta berbagai jenis hewan air
lainnya diusahakan untuk berada di atas alat tangkap dan kemudian
setelah mereka terkumpul alat tangkap tersebut diangkat ke atas
dengan secepatnya.
Menurut Klasifikasi Alat Penangkap Ikan Indonesia (KAPI),
bagan tancap termasuk dalam klasifikasi jaring angkat atau lift net.
59
6.3. Konstruksi
60
7.1. Pengertian
Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal di kalangan
nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga
disebut perangkap traps. Bubu merupakan alat tangkap pasif,
tradisional yang berupa perangkap ikan, terbuat dari rotan, kawat,
besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga
ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah
menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di
dalamnya, alat ini sering diberi nama fishing pots atau fishing
basket. (Brandt, 1984).
Menurut Soegiri et al. (2013), Kelompok jenis alat
penangkapan ikan perangkap adalah kelompok alat penangkapan
ikan yang terbuat dari jaring, dan/atau besi, kayu, bambu, berbentuk
silinder, trapesium dan bentuk lainnya dioperasikan secara pasif pada
dasar atau permukaan perairan, dilengkapi atau tanpa umpan. Bubu
(pots) adalah perangkap berbentuk kurungan dan terbuat dari
berbagai bahan serta mempunyai satu injap (pintu bubu) atau lebih.
7.2. Klasifikasi
Menurut Nugroho (2004), mengelompokkan bubu berdasarkan
bentuk dan sasaran alat tangkap ini, seperti:
1. Klasifikasi bubu berdasarkan bentuk
a. Bubu berbentuk kerucut terpotong
72
7.3. Konstruksi
Bentuk bubu bervariasi. ada yang seperti sangkar (cages),
silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi
banyak, bulat setengah lingkaran, dll. bahan bubu umumnya dari
anyaman bambu (bamboo`s splittingor-screen). Secara umum, bubu
73
terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, dan
pintu. Secara umum bagian-bagian dari bubu antara lain:
badan (body) :berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
mulut (funnel) :berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana
ikan dapat masuk tidak dapat keluar.
Pintu : bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
Keterangan :
1. Badan bubu
2. Pintu bubu
3. Mulut bubu
1
74
Keterangan:
1. Badan bubu
2. Pintu bubu
3. Mulut bubu
Bubu lipat
Deskripsi metode dan cara operasi
penangkapan
VIII. UMPAN
a. Umpan alami
Umpan alami merupakan jenis umpan yang menjadi makanan
asli ikan dihabitatnya (baik umpan hidup maupun umpan mati).
Banyak jenis umpan alami yang dapat digunakan untuk memancing
seperti udang, umpan cacing laut, ikan runcah, cumi-cumi, irisan
tongkol atau irisan ikan jenis lain.
b. Umpan Tiruan
Umpan tiruan merupakan umpan yang dibuat sedemikian rupa
sehingga memiliki bentuk dan warna yang sama dengan umpan
alami. Umpan tiruan memiliki ciri-ciri yang relatif lebih mahal, tahan
lama, sulit untuk dibuat sendiri. Contoh dari umpan tiruan yaitu:
Metal Jig
Disebut jig karena umpan ini dimainkan dengan cara dinaik-
turunkan sekaligus digoyangkan secara cepat (jig berasal dari bahasa
Inggris yang salah satu artinya adalah menari dengan irama cepat)
Bahan yang digunakan biasanya adalah logam dan lebih khusus lagi
adalah timah yang berat jenisnya lebih besar dari besi.
82
Konahead
Disebut konahead karena dibuat menyerupai kepala cumi-cumi,
dan biasanya digunakan untuk memancing dengan teknik trolling
dengan target ikan tuna atau layaran.Umpan terbuat dari bahan
softlure.
Popper
Popper adalah umpan tiruan yang berjalan di permukaan air dan
jika ditarik akan mengeluarkan suara cipratan air. Popper
merupakan umpan buatan, biasanya terbuat dari bahan kayu.
c. Umpan Tipuan
Umpan tipuan merupakan umpan yang dibuat menyerupai
bentuk dan warna dari umpan alami, sehingga dapat mengelabui
83
Spoon Lure
Umpan tipuan yang terbuat dari bahan logam atau metal ini
adalah salah satu jenis umpan tipuan yang sedikit mudah dalam
pembuatannya karena kita hanya bermodalkan sebuah sendok
berbahan metal atau logam stainless steel sudah cukup untuk
membuat 1 atau 2 jenis umpan spoon lure. Spoon Lure memiliki
bentuk yang cekung biasanya dipergunakan untuk memikat perhatian
84
1. Pembaringan
Membaring adalah salah satu cara untuk menentukan posisi
suatu tempat berdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur
bumi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menentukan arah atau
sudut suatu benda dari kapal dengan mempergunakan pedoman
(kompas baring). Dengan cara membaring ini akan diperoleh sudut
baringan dari dua target baringan yang dikenal dan terdapat di peta
laut dan dapat dilihat secara visual dengan atau alat bantu. Dengan
mencari titik potong dari perpanjangan kedua sudut tersebut
diperoleh posisi kapal pada peta.
88
DAFTAR PUSTAKA
Maldi. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Alat Tangkap Gill Net Dasar
Dan Prospek Pengembangannya Di Nagari Gasan Gadang
Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman.
Jurnal perikanan dan kelautan.
Manadiyanto. H, H. Latif dan S. Iriandi. 2000. Status dan
Pemanfaatan Udang Penaeid Pasca Pukat harimau di Perairan
Laut Jawa, Jakarta: Balai Penelitian Perikanan laut. 26 hal.
Subani. W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut
di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta :
Departemen Pertanian.
Sudirman dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
104
Paraf Asisten
( )