Anda di halaman 1dari 36

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perairan Indonesia memiliki luas wilayah lautan dua per tiga dari seluruh
wilayah negara Indonesia. Secara terinci, negara kepulauan Indonesia mempunyai
luas teritorial darat dan laut sebesar 5.193.250 km 2 dengan luas daratan sebesar
2.072.087 km2 dan luas laut sebesar 3.166.163 km 2. Keseluruhan wilayah tersebut
terdiri dari lebih kurang 17.508 pulau besar dan kecil dengan garis pantai sepanjang
81.290 km2. dengan ditetapkannya Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI), maka
luas lautan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan adalah lebih kurang 5.800.000 km 2
(Soenarno, 2007).
Naryo Sadhori, (2005). Mengungkapkan Berdasarkan adanya potensi perairan,
untuk dapat mengeksploitir secara optimal diusahakan pada pengembangan,
sehubungan dengan itu pengguna jenis alat tangkap gillnet sangat menunjang.
Walaupun terdapat perbedaan pokok pada tiap-tiap jenis gillnet sesuai dengan
klasifikasinya, namun secara umum gillnet mempunyai bentuk umum terdapat pada
setiap-tiap jenis gillnet ialah empat persegi panjang dan bentuk ini merupakan bentuk
alat tangkap yang paling sederhana
Sumberdaya ikan pelagis kecil diperairan laut jawa pada dasarnya mempunyai
potensi yang sangat baik, pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut dapat mendukung
serta mengembangkan perekonomian. Apabila dilihat dari pemanfaatan sumberdaya
ikan pelagis kecil dilaut jawa, telah melebihi daya dukungnya yaitu, 200%, hal ini
ditandai dengan menurunnya hasil tangkapan dan ukuran individu yang tertangkap
(Ditjen perikanan tangkap, 2002).
Produksi ikan tongkol komo di Laut Jawa tahun 2014 sebesar 10.637 ton atau
sekitar 5,1% dari total produksi nasional (Anonimous, 2015), produksi ikan ini, 33%
nya dihasilkan dari alat tangkap jaring insang hanyut dan 67% nya dari pukat cincin
(Suwarso, 2009).
2

Kemajuan teknologi dalam bidang perikanan semakin memberikan dampak


positif terhadap usaha penangkapan ikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan
semakin meningkatnya produksi hasil tangkapan nelayan. Produksi perikanan
Indonesia pada tahun 2014 sebesar 20,84 juta ton atau meningkat 7,35% jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu 19,42 juta ton (Rahmantya dkk, 2015).
Gillnet ialah jaring yang dipasang tegak lurus dalam air untuk menghadang
arah renang ikan. Ikan-ikan tertangkap dengan cara terjerat pada mata jaring atau
terbelit (terpuntal) pada tubuh jaring. Berdasarkan pengamatan, Gillnet banyak
menangkap ikan dengan cara terpuntal. Apabila alat tangkap banyak menangkap ikan
dengan cara terpuntal, maka fungsi mata jaring sebagai penjerat tidak dapat berfungsi
dengan baik. Ikan-ikan yang berukuran lebih besar maupun lebih kecil dari mata
jaring dapat tertangkap pada Gillnet tersebut tanpa harus melakukan proses penetrasi
ke dalam mata jaring.
Gillnet sering diterjemahkan juga sebagai dengan jaring insang, karna pada
dasar pemikiran nya ikan-ikan yang tertangkap atau terjerat pada insangnya. Dan
pada umum nya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang
horizontal migrasinya dan vertikal migrasinya tidak seberapa aktif. Dan jenis ikan
yang tertangkap dengan gillnet ini adalah jenis ikan-ikan yang berenang dekat
permukaan.
Jaring insang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan
oleh para nelayan, mulai dari jaring insang lingkar, jaring insang dasar, dan jaring
insang permukaan yang dioperasikan pada waktu malam hari. Usaha penangkapan
ikan dengan menggunakan jaring insang sudah bukan merupakan teknologi yang baru
bagi para nelayan, hal ini disebabkan karena bahannya lebih mudah diperoleh, secara
teknis mudah dioperasikan, secara ekonomis bisa dijangkau oleh nelayan, dan lebih
selektif terhadap ukuran ikan yang tertangkap (Tawari, 2013).
Disamping itu hasil tangkapannya yang menggunakan alat tangkap gillnet
permukaan di malam hari mendapatkan hasil tangkapan yang optimal, Sedangakan
hasil tangkapan di siang hari tidak optimal.
3

1.2 Identifikasi Masalah


Gillnet didesain untuk menangkapan ikan pelagis besar seperti ikan tongkol
dan ikan tenggiri, namun dalam penelitian tertangkap berbagai jenis ikan demersal
seperti kakap merah, sebelah, pari dan manyung yang hidupnya didasar perairan
dangkal. Tertangkapnya jenis ikan demersal disebabkan faktor kedalaman perairan,
jaring gillnet yang digunakan sebagai alat tangkap memiliki ukuran tinggi 12 – 18
meter yang dipasang pada perairan dangkal dengan kedalaman ±15 meter, maka
jaring akan menutupi seluruh kolom perairan, sehingga memungkinkan bagi
organisme yang berada di dasar perairan tertangkap. Adanya ikan kecil yang ikut
tertangkap diduga kontruksi dari gillnet memiliki serat pilinan 10 ply dengan bahan
Polyethelen (PE) sehingga memungkinkan ikan – ikan kecil dapat terjerat dalam serat
pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar (Putra, 2007).
Menurut berbagai pendapat para ahli tentang operasi penangkapan ikan
menggunakan jaring insang, maka dibuat perumusan masalah sebagai beikut:
1. Apakah perbedaan waktu berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan tongkol
(Euthynnus affinis) di perairan Ketapang Daya Madura Jawa Timur.
2. Waktu manakah yang lebih efektif terhadap hasil tangkapan ikan tongkol
(Euthynnus affinis) di perairan Ketapang Daya, Madura Jawa Timur.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud penelitian ini ialah untuk mengetahui perbedaan waktu terhadap hasil
tangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di pantai Ketapang Daya, Madura Jawa
Timur.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menentukan waktu, manakah yang lebih
efektif terhadap hasil tangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di pantai Ketapang
Daya, Madura, Jawa Timur.
4

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi nelayan untuk
waktu setting, manakah yang lebih baik di gunakan dalam penangkapan ikan
menggunakan alat tangkap gillnet permukaan (Surface Gillnet).

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada perbedaan waktu siang dan malam
di perairan pantai Ketapang Daya Madura Jawa Timur.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian


Penelitian ini dirancang berdasarkan kerangka pikir penelitian dibawah ini:

Gillnet Permukaan
(Surface Gillnet)

Siang
Malam
Eksternal Internal

Angin. Posisi
Perikanan Tangkap
Arus. Migrasi Ikan

Gelombang. Tingkah Laku ikan


Hasil penangkapan ikan

Jumlah ikan dalam satuan Kg

Komposisi hasil jenis ikan

Nilai jual
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian.
5

1.7 Hipotesa
Adapun hipotesa penelitian yang di ajukan sebagai berikut:
H0: Diduga waktu setting yang berbeda pada alat tangkap gillnet permukaan (Surface
Gillnet) tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan tongkol (Euthynnus
affinis).
H1: Diduga waktu setting yang berbeda pada alat tangkap gillnet permukaan (Surface
Gillnet) berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan tongkol (Euthynnus affinis).
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gillnet


Sutrisno dkk, (2013). Mengungkapkan Gillnet ialah jaring yang berberntuk
empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh
badan jaring, lebar lebih pendek jika di bandingkan dengan panjangnya. Istilah gillnet
didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap terjerat di sekitar
operculum pada mata jaring
Gillnet ialah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata
jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mes hsize pada arah
panjang jaring (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Alat ini dinilai dapat digunakan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan
dan dapat meningkatkan hasil tangkapan. Alat tangkap yang baik ialah alat tangkap
yang memiliki sifat ramah lingkungan dan selektif. Selektif adalah sifat alat tangkap
yang mampu menangkap ikan pada ukuran tertentu dan yang telah melalui matang
gonad pertama kali. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui untuk mengetahui
keramahan dan selektifitas dari alat tangkap tersebut. Ikan kembung merupakan ikan
pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai
komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal.
Gillnet (jaring insang), salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan
monofilament atau multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang,
kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan
pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) sehingga dengan
adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jarring insang dapat dipasang di
daerah penangkapan (pemukiman, kolom perairan, atau di dasar perairan) dalam
keadaan tegak menghadang ikan. Jumlah mata jarring ke arah horizontal atau ke arah
mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah
7

vertikal atau ke arah mesh depth. Jaring insang salah satu jenis alat tangkap ikan dari
bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang
sama besar, jumlah mata jaring ke arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah
mata jaring ke arah vertikal, pada bagian atas dilengkapi beberapa pelampung dan di
bagian bawah dilengkapi beberapa pemberat sehingga memungkinkan jarring dapat
dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002).

2.2 Prinsip Penangkapan Gillnet


Menurut Ayodhyoa (2001) Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan
penangkapan ialah jenis ikan yang baik migrasi horisontal maupun migrsai
vertikalnya tidak seberapa aktif, dengan perkataan lain migrasi dari ikan-ikan tersebut
terbatas pada kedalaman tertentu.
Menurut Suwarso, T. Ernawati dan T. Hariati, (2015). Ikan kembung
merupakan ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga
terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Ikan kembung
(Rastrelliger brachysoma) merupakan jenis ikan ekonomis penting, umumnya
tersebar di perairan pantai (zona neritik) dan merupakan komoditi utama pada
perikanan rakyat. Kegiatan penangkapan yang dilakukan secara intensif dari tahun ke
tahun menyebabkan jumlahnya semakin berkurang.

2.3 Kontruksi Gillnet


Yang disebutkan dengan gillnet ialah jaring yang berbentuk persegi panjang
yang mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring
lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mesh
depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mezh size pada arah panjang
jaring. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float)
dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan gaya
yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju ke atas dan
sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak
menuju ke bawah, maka jaring akan terlentang. Detail konstruksi, kedua ujung jaring
8

diikatkan pemberat. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau
bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring. Karakteristik, gillnet
berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung yang terbuat
dari plastik, pemberat pemberat yang terbuat dari timah, tali ris atas dan tali ris bawah
yang bahannya terbuat dari plastik. Besarnya mata jaring bervariasi tergantung
sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan (Bakpas, 2011).
Warna jaring pada gillnet harus disesuaikan dengan warna perairan ditempat
gillnet dioperasikan, kadang dipergunakan bahan yang transparan seperti
monofilament agar jaring tersebut tidak dapat dilihat oleh ikan bila dipasang
diperairan (Bakpas, 2011).

Gambar 3. Kontruksi Alat Tangkap


Sumber: Alat tangkap gillnet. id.scribd.com

2.3.1 Jaring Utama Atau Badan Jaring


Jaring utama adalah merupakan sebuah lembaran jaring yang tergantung pada
tali ris atas. Warna jaring yang umum dipakai untuk gillnet adalah warna bening atau
biru laut, agar ikan sulit mendeteksi keberadaan jaring di dalam perairan. Warna
jaring apabila pengoperasian pada waktu malam hari yaitu jenis jaring yang dipilih
sebaiknya warna biru atau hijau, sedangkan untuk operasi siang hari dipilih warna
putih.
9

2.3.2 Tali Ris Atas


Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali
pelampung. Untuk menghindarkan agar gillnet tidak terbelit sewaktu dioperasikan
(terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua
dengan arah pintalan yang berlawanan (s-z).
Fungsi dari tali ris atas terutama adalah untuk tempat melekatnya pelampung
serta bersama dengan tali ris bawah memberi bentuk pada jaring tersebut. Lebih
lanjut dikatakan bahwa bahan dari tali ris atas sebaiknya dipilih bahan yang memiliki
berat jenis kurang dari satu serta tahan terhadap gesekan, baik itu gesekan dengan
bahan diluar jaring (misalnya gesekan tali dengan bagian tertentu dari perahu) Tali ris
yang biasanya digunakan untuk jaring insang biasanya terbuat dari polyethylene.

2.3.3 Tali Ris Bawah


Pada gillnet permukaan jarang menggunakan tali ris bawah sedangkan pada
gillnet pertengahan dan gillnet dasar kadang-kadang digunakan tali ris bawah. Tali ris
bawah ini berfungsi untuk tempat melekatnya pemberat.

2.3.4 Tali Pelampung


Untuk gillnet pertengahan dan gillnet dasar disamping tali ris atas yang
berfungsi melekatkan pelampung jaring, masih ada lagi pelampung tambahan yang
berada di permukaan perairan yang berfungsi sebagai tanda tempat gillnet
dioperasikan. Pelampung ini biasanya dipasang pada tiap-tiap piece (pada sambungan
antara piece) Tali pelampung ini, terentang panjangnya dari tempat pemasangan alat
itu, kedudukan alat dipasang sampai permukaan laut.

2.3.5 Pelampung
Pelampung yang melekat pada tali ris atas pada gillnet permukaan,
pertengahan, dan gillnet dasar berfungsi untuk mengangkat tali ris agar jaring dapat
berdiri tegak terhadap permukaan air, diperlukan pelampung tambahan yang
10

berfungsi sebagai tanda dipermukaan perairan. Bahan pelampung umumnya terbuat


dari gabus/plastik/busakare.

2.3.6 Pemberat
Ada dua macam pemberat yang digunakan untuk gillnet, yaitu pemberat dari
saran dan pemberat dari logam atau batu. Pemberat dari saran adalah berbentuk jaring
dengan ukuran mata yang sama dengan ukuran mata jaring yang dipergunakan dan
umumnya memang sudah dipasang langsung dari pabrik pembuatannya. Pemberat
dari logam bahannya terbuat dari timah atau logam lain yang tidak mudah berkarat
dan dibentuk serta murah harganya. Kadang-kadang pemberat juga dapat
mempergunakan bahan dari batu atau benda-benda lain yang berat jenisnya lebih
besar dari pada berat jenis air laut. Fungsi dari pemberat adalah memperbesar
kekuatan jaring dan memberikan gaya rentangan pada jaring bersama dengan
pelampung.

2.3.7 Tali Selambar


Pada ujung gillnet yang pertama diturunkan sewaktu operasi dipasang tali
selambar yang disebut tali selambar depan dan gunanya untuk mengikatkan ujung
gillnet yang lain diikatkan dengan tali selambar yang disebut tali selambar belakang.
Fungsi tali selambar belakang disamping untuk mengikatkan ujung gillnet dengan
pelampung tanda tali selembar ini berfungsi untuk mengikatkan gillnet dengan kapal.

2.3.8 Mata Jaring (Mesh Size)


Satu mata jaring dibentuk oleh empat simpul. Mata jaring akan terbuka secara
maksimum, jika keempat simpul ini bekerja gaya-gaya yang sama besarnya, dua gaya
pada arah horizontal yang berlawanan arah dan dua gaya pada arah vertikal yang
berlawanan arah pula. Baik arah maupun besar dari gaya-gaya ini haruslah selalu
berada dalam keadaan seimbang sehingga biarpun keadaan perairan berubah-ubah,
mata jaring tetap terbuka maksimum. Pada kenyataannya tidaklah mudah untuk
mendapatkan hal yang demikian.
11

2.4 Pengelompokan Jaring Insang Gillnet


Pengelompokan jaring insang gillnet berdasarkan pengoperasiannya
dikelompokan mejadi lima jenis yaitu sebagai berikut:
a. Gillnet permukaan
- Gillnet permukaan tetap
- Gillnet permukaan hanyut
b. Gillnet pertengahan
- Gillnet pertengahan tetap
- Gillnet pertengahan hanyut
c. Gillnet dasar
- Gillnet dasar tetap
- Gillnet dasar hanyut
d. Gillnet melingkar
e. Entangle gillnet
- Gillnet tunggal terdiri dari satu lembar jaring dan dioperasikan pada
permukaan, pertengahan dan dasar perairan.
- Gillnet dasar adalah gillnet yang terdiri dari tiga lembar jaring yang
dikonruksikan menjadi satu lembar jaring.
Efisiensi dari suatu alat tangkap tergantung pada kontruksi dan keahlian dari
orang yang mengoperasikan alat tangkap tersebut. Bahan yang digunakan untuk
membuat alat tangkap sangat memegang peranan penting disamping itu sebelum
operasi penangkan dilakukan yang harus diperhatikan sebagai berikut:
- Dimana operasi penangkapan dilakukan
- Kapan operasi dilakukan
- Jenis ikan apa yang mau ditangkap
- Dengan alat apa operasi penangkapan dilakukan
- Berapa jumlah ikan yang akan tertangkap
Adapun ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan jaring permukaan
(surface gillnet) ini antara lain saury, mackerel, flying fish, skipjack, tuna, salmon,
dan lain-lain sebagainya (Ayodhyoa, 2004).
12

2.5 Bahan dan Ukuran Gillnet


Muktar Gamma M, (2001), mengungkapkan supaya ikan-ikan mudah terjerat
(gilled) pada mata jaring ataupun ikan-ikan mudah terbelit (entangled) pada tubuh
jaring, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Ketegangan rentangan tubuh jaring
Yang dimaksud dengan rentang jaring kearah lebar dan kearah panjang.
Ketegangan rentang ini akan mengakibatkan terjadinya gaya tegang (tension) pada
jaring yang berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Dengan perkataan lain jika
jaring merentang terlalu tegang, maka ikan akan sukar terjerat dan ikan yang terjerat
akan mudah lepas lagi, terutama bagi ikan-ikan yang tertangkap terbelit, ketegangan
jaring mempunyai pengaruh yang besar.
 Warna jaring
Warna jaring dalam perairan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman
perairan, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain, maka dari itu warna jaring harus
disesuaikan dengan perairan agar ridak terlihat oleh ikan.
 Tinggi jaring
Jarak tali pelampung dengan tali pemberat pada saat jaring berada dalam perairan,
istilah tinggi jaring ini diperlukan untuk membedakan dengan lebar jaring (mesh dept)
yang biasanya diungkapkan dengan satuan jumlah mata ataupun meter, tinggi ataupun
lebar jaring tergantung pada daerah renang ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

2.6 Armada Perikanan


Jumlah nelayan tiap kapal gillnet tidaklah sama, tergantung pada ukuran
kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Hal ini juga sama seperti
yang diungkapkan oleh Miranti (2007), yaitu jumlah nelayan tiap kapal gillnet
tidaklah sama, tergantung pada skala usaha tersebut. Dalam operasi penangkapan
gillnet biasanya dioperasikan oleh 2-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 0-
10 GT, 6-12 orang nelayan untuk kapal berukuran 11-30 GT, dan 10-14 orang
nelayan untuk kapal berukuran > 30 GT.
13

Perahu yang digunakan untuk menangkap ikan ialah Perahu yang masih
menggunakan layar yang dikombinasikan dengan motor tempel. Hubungan antara
besar perahu dengan banyaknya giilnet yang digunakan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
 Perahu kecil (panjang kurang dari 7 meter) jumlah dari gillnet antara 5-10 piece.
 Perahu sedang (panjang 7-10 meter) jumlah dari gillnet antara 7-20 piece.
 Perahu besar (panjang 10 meter keatas) jumlah dari gillnet antara 21-30 piece.
Kapal untuk usaha penangkapan gillnet permukaan disesuaikan dengan
kebutuhan alat pada waktu operasinya. Bagian kapal dan peralatan yang perlu
tersedia di kapal gillnet minimal sebagai berikut:
 Bagian golak (bullwark) rendah dan di buat licin, dan jangan sampai ada sisa-sisa
paku. Hal ini untuk menjaga jangan sampai ada yang tersangkut pada paku waktu
jaring lewat di atasnya.
 Disediakan roller dibagian haluan sebagai tempat tali selembar pada waktu
gillnet sedang setting (terendam di laut sampai menunggu penarikan).
 Disediakan ruangan kerja untuk keperluan ini bisa disebelah kiri atau kanan
haluan atau dapat juga dibagian buritan kapal.

2.7 Waktu Penangkapan


Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gillnet permukaan
umumnya dilakukan pada malam hari terutama pada waktu gelap bulan. Dalam satu
malam bila gelap bulan penuh operasi penangkapan atau penurunan alat dapat
dilakukan sampai dua kali karena dalam sekali penurunan alat gillnet permukaan ini
didiamkan terpasang dipermukaan air sampai kira-kira 3-5 jam.
Berdasarkan pengalaman penangkapan dengan gillnet permukaan akan lebih berhasil
pada saat malam hari terutama pada gelap bulan bila dibandingkan pada malam hari
waktu terang bulan (Naryo Sadhori, 2005).
14

2.8 Daerah Penangkapan Gillnet


Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang
menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat
tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat
dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan
ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.
Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan
menggunakan gillnet adalah :
- Bukan daerah alur pelayaran umum dan.
- Arus arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots.
- Dasar perairan tidak berkarang.

2.9 Waktu Pengoperasian jaring Insang (Gillnet)


Menurut Miranti, (2007). Metode pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri
atas beberapa tahap, yaitu :
1. Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi
mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil
tangkapan.
2. Pencarian daerah penangkapan ikan (DPI).
3. Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting),
perendaman jaring (soaking), dan pengangkatan jaring (hauling).
4. Penanganan hasil tangkapan.

2.9.1 Setting
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan
pemasangan jaring insang tetap oleh anak buah kapal (ABK). Jaring insang tetap
dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang
gerombolan ikan, akhirnya ikan tertangkap karena terjerat pada bagian operculum
(penutup insang) atau dengan cara terpuntal. Pemasangan jaring insang tetap
15

sebaiknya bukan pada alur pelayaran. Pertama yang diturunkan pada saat
pengoperasian adalah pelampung tanda, kemudian jangkar (pemberat) (Sudirman dan
Mallawa, 2004 dalam Bakpas, 2011).

2.9.2 Hauling
Setelah jaring terentang dengan sempurna, maka dalam waktu tertentu,
umumnya 2-5 jam dilakukan penarikan jaring. Pada saat penarikan jaring, jaring
diatur dengan baik agar memudahkan pengoperasian selanjutnya.
Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul sudah cukup banyak,
maka dilakukan hauling dengan menarik jaring insang tetap dari perairan ke
permukaan (jaring ditarik keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap dan jaring
ditarik kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran terhadap hasil tangkapan.
(Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam Bakpas, 2011).
16

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di lakukan di perairan Ketapang Daya Madura, Kecamatan
Ketapang Kebupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur, pada bulan Juli – Agustus
2020.

3.2 Materi Penelitian


Materi yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat tangkap Gillnet
permukaan (Surface Gillnet) dan perahu motor yang berukuran 10 meter dengan
waktu yang berbeda siang dan malam.

3.3 Metode Penelitian


Penelitian dilakukan dengan metode exprimental dengan Uji T Dalam analisis
data menggunakan metode statistik dengan dua perlakuan dan enam belas ulangan.
Penelitian ini menggunakan dua perlakuan yaitu sebagai berikut:
1. Di lakukan Siang
2. Di lakukan Malam

Masing-masing perlakuan dilakukan enam belas ulangan.


(t-1) (n-1) ≥ 15
Keterangan:
T = banyaknya perlakuan.
N = banyaknya ulangan.
Data hasil penelitian dengan 2 perlakuan dan 16 ulangan ditabulasi seperti
pada Tabel 1 di bawah ini:
17

Tabel 3. Jumlah Ulangan Penelitian.

Kelompok Perlakuan Total


A B
1 T1
2 T2
. . . .
16 T 16
TOTAL TpA TpB TL
RATA- TA/16 TB/16 TL/16
RATA

Keterangan:
TPA : Perlakuan siang
TPB : Perlakuan malam
T 1 : Ulangan Pertama.
T 2 : Ulangan Kedua. s/d,
T 16 : Ulangan enam belas
TL : Total Seluruh Perlakuan 1,2.....16 Ulangan.

3.4 Data Penelitian


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat ikan hasil tangkapan
(kg) yang menggunakan alat tangkap gillnet permukaan (Surface Gillnet), dari
masing-masing perlakuan dan ulangan, sebanyak 16 trip.

3.5 Prosedur Sampling


Data penelitian ini di ambil disekitar perairan Ketapang Daya, Kecamatan
Ketapang, Kebupaten Sampang, Madura Jawa Timur, dengan prosedur sampling
sebagai berikut:
18

3.5.1 Observasi
Observasi dilakukan pengamatan secara langsung atau meninjau lokasi
penelitian, untuk mengetahui secara langsung kondisi yang terjadi atau untuk
membuktikan kebenaran dari desain penelitian yang ditentukan.

3.5.2 Persiapan
Persiapan yang dilakukan didarat adalah mempersiapkan perbekalan yang
akan dibawa pada saat melaut termasuk mengecek alat dan bahan penangkapan,
pengesian bahan bakar kapal. Tahap persiapan ini merupakan tahapan
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat tangkap.

3.5.3 Fising ground


Daerah penangkapan ikan (fishing ground) ialah suatu daerah perairan tempat
ikan berkumpul dimana penangkapan ikan dapat dilakukan. Daerah penangkapan
dibedakan menurut sifat perairan, jenis ikan yang ditangkap dan alat tangkap yang
digunakan. Fishing ground bagi nelayan yang mengoperasikan alat tangkap gillnet.
Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke fishing ground sekitar 5-6 mil, alat
tangkap gillnet yang dioperasikan oleh nelayan di Kecamatan Ketapang. melakukan
penangkapan di sekitar perairan pesisir pulau Madura pada kedalaman perairan
sekitar 15-30 meter. Nelayan setempat menentukan Fishing ground menggunakan
pengalamannya selama menjadi nelayan.

3.5.4 Setting
Tahap setting proses penurunan alat tangkap kedalam perairan, tahapan-
tahapan setting posisi kapal ditempatkan sedemikin rupa supaya arah angin datangnya
dari tempat penurunn alat tangkap, setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan
apa yang dikehendaki, jaring dapat di turunkan.Pada malam hari perlakuan B
diturunkan pada jam 18: 00 WIB Sedangkan siang hari perlakuan A aiat diturunkan
pada jam 05:00 WIB, dari tiga dimulai dengan menurunkan pelampung tanda
kemudian tali selambar depan, tubuh jaring dan tali selambar belakang diikat pada
kapal. Saat penurunan alat tangkap yang harus diperhatikan adalah arah arus laut.
19

3.5.5 Soaking
Dalam proses penangkapan terdapat pula tahapan Soaking tahapan
perendaman alat tangkap, tujuannya untuk ikan-ikan yang berenang menabrak jaring
yang sudah ada dalam perairan, Soaking masing masing ditetapkan 3 jam .

3.5.6 Hauling
Tahapan Hauling dilakukan pada pukul 08:00 WIBdiwaktu siang,Sedangakan
hauling diwaktu malam pada jam 21:00 WIB dengan menarik tali selembar belakang
dan tubuh jaring insang dari dalam perairan ke permukaan (jaring ditarik keatas
kapal), dan melakukan proses pengambilan hasil tangkapan.

3.5.7 Identifikasi hasil tangkapan


Setelah sampai didarat hasil tangkapan di sortir dan diidentifikasi jenis juga
jumlahnya. Pada tahap ini dilakukan proses pencatatanhasil tangkapan, setelah itu
baru dilakukan proses analisis data. Tujuan kegiatan identifikasi adalah untuk
mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sanget bervareasi dan
memasukkannya kedalam suatu takson.

3.5.8 Tabulasi
Penyusunan data kedalam bentuk tabel bertujuan agar data yang diperoleh
bisa mudah disusun, dijumlah, mempermudah penataan data untuk disajikan, dan
dinalisis.

3.5.9 Penarikan Kesimpulan


Penarikan kesimpulan adalah penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima. Jika dalam pengujian terdapat perbedaan atau bukti yang cukup
mendukung terhadap hipotesis, maka hipotesis diterima, dan juga sebaliknya jika
dalam pengujian tidak terdapat perbedaan atau bukti yang cukup mendukung
terhadap hipotesis, maka hipotesis itu di tolak.
20

3.5.10 Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan hasil penelitian adalah proses pengaturan dan


pengelompokan secara baik tentang informasi suatu kegiatan berdasarkan fakta
melalui usaha pikiran penelitian dalam mengolah dan menganalisa objek atau topik
penelitian secara sistematis dan objektif untuk memecahkan persoalan atau menguji
suatu hipotesis sehingga terbuat sebuah prinsip-prinsip umum atau teori. Penyusunan
laporan dilakukan setelah semua data yang diperlukan lengkap, penyusunan laporan
dimulai dari bab pendahuluan sampai penarikan kesimpulan.
21

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian


Desa Ketapang daya berada di Kecamatan Ketapang, Kebupaten Sampang
Provinsi Jawa Timur, jarak dari ibu kota ± 41 Km ke arah Utara. Desa Ketapang
daya memiliki luas desa sekitar 768.95 Ha, dengan ketinggian 40 mdpl dari
permukaan air laut dan memiliki garis pantai sepanjang 2.06 km, letak astronomis
Desa Ketapang Daya 6º 89,0925’ LS – 113º 27,3771’BT. Produksi perikanan
tangkap pada tahun 2017 mencapai 6.962,65 ton, tahun 2018 mencapai 9.336,25 ton
dan pada 2019 mencapai 10.015 ton.
22

Gambar 4. Daerah Penelitian.


Sumber: Google maps, 2020.
4.2 Teknik Penangkapan
4.2.1 Proses penangkapan
Penangkapan ikan menggunakan jaring insang gillnet bisa dilakukan pada
malam dan siang hari terutama pada gelap bulan. Pengoperasian pada malam hari
menggunakan alat bantu lampu, sedangkan pada siang hari menggunakan rumpon
yang terbuat dari daun kelapa atau dari benda lainya seperti ban bekas yang didesain
23

sedemikian rupa, dalam penelitian ini menggunakan perbedaan waktu yaitu siang dan
malam pengoperasian pada malam hari dilakukan pada jam 18:00-22:30
WIB,Sedangakan penangkapan siang hari dilakukan pada jam 05:00-10:00 WIB.
jarak antara fishing bise dengan fishing gruond ± 5 mil, cara untuk menentukan
fishing gruond di tempat penelitian berdasarkan pengalaman dan kebiasaannya
nelayan setempat. Kapal yang di gunakan dalam penelitian ialah kapal bermotor
dalam ukuran kapal panjang 10 m, lebar 2,5 m dalam 1,5 m. menggunakan mesin
diesel 15 PK. Hal yang harus diperhatikan sebelum pemberangkatan ialah menata
alat tangkap, mengecek mesin kapal, bahan bakar dan alat bantu lainnya.

4.3 Tahapan Pengoperasian Alat Tangkap (Gillnet)


4.3.1 Tahapan persiapan
Sebelum melakukan penangkapan ikan alat tangkap jaring diatur terlebih
dahulu biar pengoperasian berjalan dengan lancar jaring diatur diatas kapal dibagian
tengah kapal pelampung tanda diletakkan di bagian belakang kapal dan pemberat di
letakkan di bagian depan kapal.

4.3.2 Tahapan penebaran (setting)


Setelah menentukan fishing gruond perahu ditempatkan sedemikian rupa
perahu diarahkan berbentuk sudut 35o agar jaring tidak terbelit dengan baling-baling
kapal, setelah kapal sudah diposisi yang di inginkan penebaran setting segera
dilakukan, pertama kali yang diturunkan saat setting iyalah pelampung tanda dan
diikuti tali selembar depan, kemudian dilakukan penurunan wabbing tubuh jaring
setelah penurunan tubuh jaring wabbing selesai pemberat yang ada di tali selembar
belakang diturunkan dan tali selembar belakang di ikatkan ke kapal/perahu. Waktu
yang di perlukan dalam penebaran Setting 15-25 menet.

4.3.3 Tahapan Perendaman (Soaking)


Tahapan ini dilakukan setelah penururan jaring selesai, jaring di rendam
dalam perairan sekitar 2 jam perendaman kemudian dilakukan pengangkatan jaring
(hauling).
24

4.3.4 Tahapan Pengangkatan (Hauling)


Pengangkatan jaring (hauling) kebalikan dari (setting) pertama kali yang
diangkat saat pengangkatan jaring ialah tali selembar belakang dan di ikuti
pengangkatan wabbing dan dilakukan pengambilan ikan yang tertangkap, lama
pengangkatan jaring relatif tergantung pada ikan yang tertangkap kalau ikan yang
tertangkap banyak pengangkatan (hauling) membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Menurut pendapat Salas et al. (2004), Bene & Tewfik (2001), Salas & Charles
(2007), dan Daw et al., (2011) yang menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kecenderungan respon yang berbedabeda tergantung pemahaman mereka terhadap
cuaca, pasar, sumberdaya ikan, kapal/alat tangkap dan keterampilan yang dimiliki.

4.4 Jenis Ikan Yang Tertangkap


Operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap gillnet permukaan
(Surface Gillnet) dilakukan dengan menggunakan satu kapal yang berukuran panjang
10 meter dan lebar 2,5 meter, ikan-ikan yang tertangkap menggunakan alat tangkap
gillnet dengan metode setting yang berbeda ialah: ikan tongkol (Euthynnus affinis),
ikan tengiri (Scomberomorini) dan ikan keting (Mystus).
Pengertian dari hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun
binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil
tangkapan gillnet millenium umumnya menangkap ikan pelagis, tetapi juga bisa
menangkap ikan demersal, tergantung dengan cara mengatur panjang dan pendeknya
tali pelampung (Dinas Perikanan Indramayu, 2005).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring insang hanyut antara lain: tongkol
(Auxiz thazard), tenggiri (Scomberomorus commersoni), cucut (Carcharinidae),
layang (Decapterus sp) (Putra, 2007).
Hasil tangkapan terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sasaran utama atau
ikan yang menjadi target dari operasi penangkapan dan hasil tangkapan sampingan
atau non target artinya ikan yang tertangkap bukan sasaran utama penangkapan.
Menurut Hall (1999) hasil tangkapan sampingan (HTS) terbagi menjadi dua,
yaitu by-catch dari jenis ikan dan by-catch bukan dari jenis ikan (by-catch nonfish
25

group). Contoh dari by-catch yang bukan dari jenis ikan antara lain paus, lumba-
lumba, dan penyu yang merupakan spesies dilindungi.
Berdasarkan pemanfaatan hasil tangkapan, Hall (1999) membagi lagi bycatch
dari jenis ikan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Spesies yang tidak dikehendaki tertangkap (incidental catch); merupakan hasil
tangkapan sampingan yang sesekali tertangkap dan bukan spesies target.
2. Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch); merupakan hasil tangkapan
sampingan yang dikembalikan ke laut karena berbagai pertimbangan antara lain
spesies yang tertangkap bernilai ekonomis rendah atau dilindungi hukum karena
terancam punah. Adapun kondisi dari discard yang ditemui di lapang terkadang
ada yang masih dalam keadaan hidup tetapi banyak pula yang telah mati sehingga
discard yang dihasilkan dalam setiap operasi penangkapan ikan diharapkan
seminimal mungkin.

Hasil tangkapan paling dominan adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis),


sementara ada ikan lain ikan lain yang tertangkap misalnya ikan pindang, dan ikan
teri besar, ikan layur, ikan tengiri. yang lebih banyak hasil tangkapannya
menggunakan waktu setting pada siang hari memperoleh rata-rata 38,625 Sedangkan
waktu setting pada malamhari memperoleh rata-rata 20,5625. Adapun Jumlah Hasil
Tangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring Permukaan (Surface Gillnet).
Dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4: Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan ketapang Daya.


Perbedaan waktu
Ulangan
Siang Malam
(trip)
Berat (kg) Berat (kg)
1 80 30
2 49 23
3 70 24
4 40 30
5 65 35
6 45 33
7 40 25
26

8 40 16
9 30 15
10 25 14
11 20 16
12 25 15
13 22 12
14 24 14
15 20 15
16 23 12
jumlah 618 329
Rata-rata 38,625 20,5625
Sumber : Data Primer, 2020.

Gambar 5. Grafik Perbedaan Waktu


Sumber: Pengolahan Data Excel 2007

4.5 Analisis Data Uji Sample T-test


Untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada 2 variabel. Yaitu Rata rata
dua perbedaan hasil tangkapan yaitu siang dan Malam yang menggunakan alat
tangkap jaring Permukaan (Surface Gillnet). Sebuah penelitian dengan derajat
kepercayaan 95%, maka tingkat kesalahan adalah 5%. Sehingga ditentukan batas
minimal sampel yang dapat memenuhi syarat margin of error 5% dengan
memasukkan margin error tersebut ke dalam formula atau rumus slovin. Berdasarkan
notasi rumus besar sampel penelitian minimal oleh Slovin diatas, maka dari penelitian
27

ini terdiri dari 61 orang dalam sebuah populasi, dan di tentukan minimal sampel yang
akan diteliti. Margin of error yang ditetapkan adalah 5% atau 0,05.
Perhitungan:
N
n = N / (1 + (N x e²)) n=
Sehingga: n = 16 / (1 + (16 x 0,05²)) 1 + N e2

n = 16/ (1 + ( 16 x 0,0025))
n = 16/ (1 + 0,14)
n = 16/ 2,14
n = 7,4766
Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 1000 populasi pada margin of
error 5% adalah sebesar 7,4766. Berdasarkan analisis statistik hasil tangkapan antara
siang dan malam pada nelayan ketapang daya yang menggunakan alat tangkap jaring
permukaan (Surface Gillnet) dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5, .Hasil Analisis Statistik Uji Sample T-test Perbedaan Rata-rata hasil
tangkapan Nelayan Ketapang daya

Group Statistics
perbedaan N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Ulangan Siang 16 38,6250 19,00833 4,75208
Trip Malam 16 20,5625 7,94119 1,98530
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20.

Berdasarkan tabel output "Group Statistics" di atas diketahui jumlah data


perbedaan watu siang dan malam adalah 16 kali trip. Perbedaan waktu rata-rata
(Mean) pada siang hari sebesar 38,6250 , sementara pada malam hari sebesar
20,5625. Dengan demikian secara deskriptif statistik dapat disimpulkan ada
perbedaan rata-rata Hasil tangkapan nelayan ketapang daya berbeda nyata.
Selanjutnya untuk membuktikan apakah perbedaan tersebut berarti signifikan (nyata)
atau tidak maka perlu menafsirkan output "Independent Samples Test" pada tabel 6.
28

Tabel 6. Independen Samples Test

Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means


for Equality of
Variances

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. 95% Confidence


tailed) Difference Error Interval of the
Differenc Difference
e
Lower Upper

Equal variances
7,743 ,009 3,507 30 ,001 18,06250 5,15012 7,54456 28,58044
assumed
Ulangan Trip
Equal variances not
3,507 20,081 ,002 18,06250 5,15012 7,32233 28,80267
assumed
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 20.

Berdasarkan output di atas diketahui nilai Sig. Levene's Test for Equality of
Variances adalah sebesar 0,009 < 0,05 maka dapat diartikan bahwa varians data
antara perbedaan waktu siang dam malam Berbeda signifikan (Berbeda nyata).
Berdasarkan tabel output "Independent Samples Test" pada bagian "Equal variances
assumed" antara kelompok nelayan dan non kelompok diketahui nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,001> 0,05 maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan nyata
signifikan,Varians data antara hasil tangkapan siang dan malam pada nelayan
ketapang daya. pengambilan keputusan dalam uji independent sample t test dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (nyata) antara rata-rata hasil
tangkapan pada siang dan malam.
Selanjutnya dari tabel output di atas diketahui nilai "Mean Difference" adalah
sebesar 18,06250. Nilai ini menunjukkan selisih antara rata-rata pendapatan
kelompok nelayan dengan rata-rata hasil tangkapan perbedaan waktu siang dan
malam pada nelayan ketapang daya yaitu 38,6250 - 20,5625 = 18,06250 dan selisih
perbedaan tersebut adalah 28,58044 sampai 28,80267 (95% Confidence Interval of
the Difference Lower Upper). jika dilihat dari hasil tangkapan nampak berbeda rata –
29

rata hasil tangkapan terbanyak terjadi pada waktu pengoperasian siang hari. Ini
disebabkan peralihan antara waktu malam ke pagi hari memiliki rentang waktu yang
cukup dekat sehingga ikan ikan yang banyak tertangkap terjadi pada waktu pagi hari.
Jenis ikan yang aktif pada siang hari, umumnya tersusun dalam bentuk barisan atau
pun dalam bentuk empat persegi. Pada umumnya ikan-ikan yang seperti ini adalah
jenis ikan yang intensif sekali menggunakan indera penglihatnya, biasanya ikan-ikan
tersebut termasuk dalam jenis ikan yang aktif memburu mangsa. Untuk jenis-jenis
ikan yang aktif pada malam hari atau jenis ikan yang hidup pada lapisan dalam.
Gunarso, (1996). Dari penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil penangkapan
pada pagi hari lebih banyak dari pada penangkapan yang dilakukan pada waktu
malam hari, ini dikarenakan Proses pencarian makanan ikan yang dilakukan.
Taufiqurohman (2007), mengungkapkan kebiasaan makan ikan (food habits) adalah
kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan cara memakan
(feeding habits) adalah waktu,tempat dan cara makanan itu didapatkan oleh ikan.
Kebiasaan makanan dan memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan
tempat hidup ikan. Dari penelitian yang dilakukan ikan yang aktif pada pagi hari
adalah jenis ikan tongkol,ini sesuai dengan literature yang dikatakan oleh Laevastu
dan Hella, (2000) pada umumnya ikan pelagis akan muncul ke lapisan permukaan
sebelun matahari terbenam dan biasanya ikan-ikan tersebut akan membentuk
kelompok. Sesudah matahari terbenam ikan-ikan tersebut menyebar ke dalam kolom
air dan mencari lapisan yang lebih dalam. Banyaknya ikan yang nampak secara
bergerombolan pada waktu pagi hari juga mempengaruhi hasil tangkapan, karena
pada waktu tersebut nelayan lebih mudah untuk menangkap gerombolan ikan.

4.6 Penyortiran Hasil Tangkapan


White, dkk, (2013). Mengungkapkan Penyortiran ikan di lakukan di darat
guna penyortiran ini ialah untuk mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang tertangkap
oleh alat tangkap gillnet permukaan (surfaice gillnet) dan dilakukan pengawetan ikan
menggunakan es batu, dan ke esokan harinya ikan di jual harga ikan tongkol per 1 kg
seharga Rp 30.000- Rp.60,000, ikan tengiri harga perkilo Rp.35.000 – Rp.65.000,
30

Ikan Pindang Rp.15.000 – Rp.20.000, Ikan teri besar Rp.7.000-15.000, ikan layur
Rp.5.000 – Rp.10.000 Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu di
identifikasi untuk mengetahui nama umum dan nama latinnya. Pengidentifikasian
dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi ikan.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengaruh perbedaan antara siang dan malam
terhadap hasil tangkapan ikan. Dengan menggunakan alat tangkap gillnet permukaan
(Surface Gillnet) dapat di simpulkan sebagai berikut:
31

1. Menggunakan metode perbedaan siang dan malam yang berbeda memberikan


pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan ikan menggunakan alat tangkap
gillnet permukaan (Surface Gillnet).
2. Hasil Analisis Statistik Uji Sample T-test Perbedaan Rata-rata hasil tangkapan
Nelayan Ketapang daya menunjukan hasil beda nyata (Signifikan).
3. Pada siang hari lebih baik di bandingkan pada malam hari. Karena pada siang
hari ikan yang nampak secara bergerombolan pada waktu pagi hari juga
mempengaruhi hasil tangkapan, karena pada waktu tersebut nelayan lebih mudah
untuk menangkap gerombolan ikan. Dan juga ikan tongkol lebih aktif dan
bergerombol pada siang hari dalam mencari makanan.

5.2 Saran
1. Diharapkan ada penyuluhan dan pelatihan dari dinas perikanan untuk
pengoperasian alat tangkap gillnet.
2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang menggunakan metode perbedaan
antara siang dan malam.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian


32

Kapal Nelayan Ketapang daya

Pemberangkatan pada siang Hari


33

Pengoperasian penebaran alat tangkap gillnet permukaan (Surface Gillnet).

.
Proses Pengangkatan alat tangkap gillnet permukaan (Surface Gillnet) Haulin.
34

Hasil Tangkapan

Pemberangkatan pada malam Hari


35

Pengoperasian Alat tangkap gillnet permukaan (Surface Gillnet) pada malam hari

Hasil Tangkapan Nelayan Ketapang daya.


36

LAMPIRAN 2. OUTPUT SPPSS V.20 Uji Sample T-test

34

Anda mungkin juga menyukai